Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PERCOBAAN 6
PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN
MASSA JENIS GAS
Nama
NIM
Kelompok
Asisten
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Partikel-partikel dalam keadaan gas bergerak secara acak. Jarak antara
partikel partikel relatif jauh lebih besar daripada ukuran-ukuran partikel, sehingga
gaya tarik-menarik antar partikel sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Laju
suatu partikel berubah-ubah, hal ini disebabkan terjadinya tumbukan antara
partikel yang satu dengan lainnya ataupun partikel dengan dinding wadah. Laju
rata-rata partikel tersebut juga akan meningkat.
menyebabkan inhalasi, iritasi pada mata dan kulit apabila terjadi kontak langsung.
Selain itu apabila terjadi kontak terus menerus dapat merusak sistem saraf,
jantung dan hati dan ginjal. Senyawa ini berbahaya, jika tertelan dapat
menyebabkan luka seperti terbakar di mulut dan tenggorokan, nyeri di dada dan
muntah. Kontak langsung dengan kulit dapat dicegah dengan segera bilas kulit
yang terkontaminasi dengan banyak air sekurang-kurangnya 15 menit.
Pembuangannya dilakukan melalui westafel dengan mengalirka air kran apabila
larutannya pekat (Sciencelab, 2016).
2.1.2. Aseton
Aseton berwujud cair dan tidak berwarna dengan aroma seperti mint. Berat
molekul aseton 58.08 g mol-1 dan dapat mendidih pada suhu 56.2 oC serta
meleleh pada suhu -95.35 oC. Aseton cenderung mudah larut dalam air, baik air
dingin maupun air panas. Berbahaya bila terjadi kontak langsung dengan mata dan
kulit. Sangat berbahaya bila tertelan atau terhirup asapnya secara langsung, karena
dapat merusak organ dalam seperti liver dan hati. Penanganan yang dapat
dilakukan bila terjadi kontak langsung mata, mata segera dibasuh dengan air
selama 15 menit dengan mata terbuka. Kontak langsung dengan kulit harus
segara menyiram bagian kulit yang terkena cairan dengan air yang banyak dan
segera menutupi bagian kulit, serta melepaskan pakaian dan sepatu yang
terkontaminasi. Penanganan bila terhirup yaitu segera pindah ke tempat dengan
udara yang lebih segar, bila tidak bernapas segera lakukan napas buatan atau
bantuan oksigen. Penanganan bila tertelan yaitu jangan memberikan apapun
melalui mulut kepada orang yang tidak sadar dan segera hubungi dokter
(Sciencelab, 2016).
2.1.3
Alkohol
Alkohol
merupakan
sebutan
untuk
senyawa
hidrokarbon
yang
Molekul gas selalu bergerak ke segala arah maka gas yang satu mudah bercampur
dengan gas yang lain. Semua gas dibagi 2 yaitu gas ideal dan nyata. Gas ideal
merupakan gas yang mengikuti secara sempurna hukum-hukum gas. Gas nyata
merupakan gas yang hanya mengikuti hukum-hukumnya gas pada tekanan rendah.
Gas ideal sebenarnya tidak ada sehingga hanya merupakan gas hipotesis. Semua
gas sebenarnya gas nyata. Gas ideal dianggap bahwa molekul-molekulna tidak
tarik menarik dan volume molekulnya dapat diabaikan terhadap volume gas itu
sendiri atau ruang yang ditempati. Sifat gas ideal hanya didekati oleh gas beratom
satu pada tekanan rendah dan temperatur yang relatif tinggi (Sukardjo, 1989).
Senyawa volatil merupakan zat terlarut yang mudah menguap. Suatu cairan
volatil dengan titik didih kurang dari 100 oC ditempatkan dalam erlenmeyer
tertutup. Erlenmeyer ini
kemudian labu erlenmeyer dipanaskan sampai 100 oC, maka cairan tadi akan
menguap dan mendorong udara pada labu erlenmeyer tersebut keluar melalui
lubang kecil tadi. Semua udara keluar akhirnya uap itu sendiri yang akan keluar,
sampai uap itu akan berhenti keluar ketika sama dengan tekanan udara luar.
Kondisi kesetimbangan ini, labu erlenmeyer hanya berisi uap cairan dengan
tekanan sama dengan tekanan atmosfir, volumenya sama dengan labu erlenmeyer
dan suhu sama dengan titik didih air dalam penangas air (kira - kira 100 oC). Labu
erlenmeyer ini kemudian diambil dari penangas air, dinginkan dan ditimbang
sehingga massa gas yang terdapat didalamnya dapat diketahui (Rosenberg, 1996).
Gas terdiri atas molekul-molekul yang bergerak menurut jalan-jalan yang
lurus ke segala arah dengan kecepatan yang sangat tinggi. Molekul-molekul gas
ini selalu bertumbukan dengan molekul-molekul yang lain atau dengan dinding
bejana. Tumbukan terhadap dinding bejana ini yang menyebabkan adanya
tekanan. Volume dari molekul-molekul gas sangat kecil bila dibandingkan dengan
volume yang ditempati oleh gas tersebut, sehingga sebenarnya banyak ruang
kosong antara molekul-molekulnya. Hal ini yang menyebabkan gas mempunyai
rapat yang lebih kecil daripada cairan atau zat padat. Hal ini juga yang
menyebabkan gas bersifat kompresibel atau mudah ditekan (Sukardjo, 1997).
( Bird,1987).
Pada tekanan dan temperatur tetap, volume gas sebanding dengan jumlah
gas yang ada :
V ~ n ( pada p, T tetap ).........................................................................................(4)
V = Volume, n = mol gas
Pernyataan ini adalah kandungan utama dari asas yang dinyatakan oleh amedeo
Avogadro, yaitu volume yang sama dari gas pada tekanan dan temperatur sama
mengandung jumlah molekul yang sama ( Atkins,1997).
Persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan
untuk menentukan berat molekul senyawa volatil. Dari persamaan gas ideal atau
hukum gas ideal didapat ditulis :
PV = nRT...............................................................................................................(5)
PV = (m/BM)RT....................................................................................................(6)
Dengan mengubah persamaan di atas maka akan diperoleh :
P(BM) = (m/V)RT.................................................................................................(7)
P(BM) = p RT........................................................................................................(8)
( Tim kimia fisik,2014).
Hasil
Perlakuan
Kloroform
Aseton
Alkohol
Temperatur (oC)
93
93
92
34,917
43,849
26,592
35,562
44,382
27,116
35,809
44,486
27,171
100,809
109,466
102,074
Hasil pengolahan data dari hasil percobaan kali ini yaitu sebagai berikut :
Senyawa Volatil
Berat Molekul
(g/mol)
Efisiensi (%)
Kloroform
0,065892
112,58
94,30
Aseton
0,065617
47,60
81,96
Alkohol
0,075482
21,82
47,36
4.2 Pembahasan
Senyawa volatil merupakan senyawa yang mudah menguap. Salah satu
contoh senyawa vollatil adalah kloroform. Kloroform merupakan senyawa yang
memiliki titik didih sekitar 60 oC oleh karenanya pemanasan harus konstan dan
dijaga. Tekanan uap juga tergantung pada temperatur, semakin besar tekanan
uapnya maka akan semakin mudah menguap. Persamaan gas ideal dapat
digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa volatil. Persamaan yang
menghubungkan langsung massa molekul gas dengan rapatannya dapat
diturunkan dari hukum gas ideal. Jika jumlah mol suatu gas dapat diketahui
dengan membagi massanya dalam gram dengan massa molekulnya.
Praktikum kali ini baerkaitan dengan penentuan berat molekul berdasarkan
pengukuran massa jenis gas. Dimana bertujuan untuk menentukan berat molekul
senyawa volatil berdasarkan pengukuran massa jenis gas dan mengetahui dan
memahami menggunakan persamaan gas ideal. Salah satu contoh senyawa vollatil
adalah kloroform. Kloroform merupakan senyawa yang memiliki titik didih yaitu
60oC oleh karenanya pemanasan harus konstan dan dijaga. Sedangkan volatilitas
merupakan kecenderungan seberapa mudah suatu senyawa untuk menguap yang
ditentukan oleh tekanan uapnya. Tekanan uap juga tergantung pada temperatur,
semakin besar tekanan uapnya maka akan semakin mudah menguap. Persamaan
gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk
menentukan berat molekul senyawa volatil. Dalam hal ini digunakan konsep gas
ideal. Persamaan yang menghubungkan langsung massa molekul gas dengan
rapatannya dapat diturunkan dari hukum gas ideal. Jika jumlah mol suatu gas
dapat diketahui dengan menbagi massanya dalam gram dengan massa
molekulnya.
Sampel yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah kloroform, aseton
dan alkohol. Pemilihan sampel tersebut sesuai dengan tujuan dari prakyikum ini
yaitu mencari Berat Molekul dari suatu volatil dimana senyawa ini mudah didapat
dan memiliki titik didih di bawah 100 oC. Dengan rendahnya titik didih ini,
percobaan tidak akan membutuhkan waktu yang lama untuk membuat zat volatil
tersebut menguap. Langkah pertama yang dilakukan yaitu menentukan massa tiga
erlenmeyer kosong agar dapat menentukan massa cairan yang akan diuji.
Kemudian berat masing-masing erlenmeyer yang ditutup dengan alumium foil
yang diikat dengan karet gelang ditimbang lagi yaitu erlenmeyer yang digunakan
untuk kloroform memiliki berat 35,562 g, erlenmeyer yang digunakan untuk
aseton memiliki berat 44,382 g, dan erlenmeyer yang digunakan untuk alkohol
27,116 g. Setelah itu sampel volatil sebanyak 7 mL dimasukkan kedalam masingmasing gelas erlenmeyer. Erlenmayer berisi volatil ini direndam di penangas air
dengan melubangi bagian tutup erlenmayer dengan jarum kecil. Hal ini bertujuan
sebagai tempat keluarnya udara saat pemanasan berlangsung. Uap cairan yang
dihasilkan saat pemanasan tersebut akan mendorong udara yang ada di dalam
erlenmayer dan keluar melalui lubang kecil tersebut. Reaksi yang terjadi ketika
pemanasan:
CH3Cl (aq)
CH3Cl (g)
V=
Berat molekul dari senyawa volatil dapat ditentukan menggunakan
persamaan gas ideal yaitu dengan diketahui volume air dan massa jenisnya maka
dapat ditentukan massa jenis zatnya sehingga jika diketahui massa jenis zatnya
maka berat molekul dapat diketahui. Massa cairan volatil sangat berpengaruh
terhadap berat molekulnya, dimana semakin besar massa suatu cairan volatil,
maka makin besar pula berat molekulnya. Berat molekul volatil dari labu
erlenmayer yang berisi kloroform adalah 112,58 gram/mol; 47,60 gram/mol pada
labu erlenmeyer berisi aseton, dan 21,82 gram/mol pada labu erlenmeyer berisi
alkohol. Berat molekul volatil yang didapat dari percobaan berbeda dengan nilai
berat molekul kloroform secara teori yaitu 119,38 gram/mol untuk kloroform,
58,08 gram/mol untuk aseton, dan 46,07 gram/mol untuk alkohol. Perbedaan yang
terjadi ini mungkin disebabkan karena adanya uap air yang ikut masuk pada
erlenmeyer. Faktor lainnya yaitu uap kloroform juga dimungkinkan ada yang
keluar dari erlenmeyer dikarenakan lubang jarum yang terlalu besar ataupun
penutup yang kurang rapat.
Efisiensi merupakan perbandingan hasil percobaaan dengan keadaan
standar yang dinyatakan dalam persentase. Perhitungan efisiensi ini digunakan
untukan mengetahui tingkat keberhasilan dari percobaaan yang dilakukan. Nilai
efisiensi yang kurang dari 100 % dalam percobaan penentuan berat molekul ini
mengindikasikan bahwa hasil percobaan nilainya lebih kecil dari berat molekul
standart, sedangkan apabila nilai efisiensi diatas 100 % maka hasil percobaan
lebih besar dari pada berat molekul standar. Percobaan ini dilakukan tiga kali,
sehingga efisiensi pada percobaan labu erlenmeye kloroform adalah 94,90 %;
percobaan labu erlenmeyer aseton adalah 81,96 % dan pada percobaan erlenmeyer
alkohol adalah 47,56 %. Efisiensi tersebut menunjukkan bahwa berat molekul
rata-rata yang diperoleh dari praktikum memiliki nilai yang lebih kecil dari pada
berat molekul volatil secara teoritis.
Sumber utama kesalahan yang terjadi saat praktikum yaitu ketika labu
Erlenmeyer kosong ditimbang, labu ini penuh udara. Setelah pemanasan dan
pendinginan tidak semua uap cairan kembali ke bentuk cairnya, sehingga akan
mengurangi udara yang masuk ke dalam labu Erlenmeyer dalam keadaan semua
uap cairan kembali kebentuk cairnya. Oleh karna itu, massa cairan
sebenarnya
harus ditambahkan dengan massa udara yang tidak dapat masuk kembali ke dalam
labu Erlenmeyer karena adanya cairan yang tidak mengembun. Kesalahan
mungkin juga disebabkan oleh keluarnya uap volatil karena lubang terlalu besar
atau penutup alumunium foil yang kurang rapat.
BAB 5. PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah :
- Penentuan berat molekul gas dapat dilakukan dengan cara menggunakan rumus
gas ideal. Volume yang tidak diketahui dapat dicari dengan cara memasukkan
air sampai penuh kemudian ditimbang lalu dari rumus V =
, dapat diketahui
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2016.
Material
Safety
Data
Sheet
Acetone.[Serial
Online].
Material
Safety
Data
Sheet
Alkohol.[Serial
Online].
Material
Safety
Data
Sheet
Kloroform.[Serial
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927133.
Online].
[Diakses tanggal
28 maret 2016]
Atkins, P.W. 1994. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.
Bird, T. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Cetakan ke-2. Jakart: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Rosenberg, Jerome. 1996. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.
Sukardjo. 1989. Termodinamika Kimia. Jakarta: Erlangga.
Tim Kimia Fisik. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Fisik I. Jember: FMIPA
Universitas Jember.
LAMPIRAN
= 65,617 mL = 0,065617 L
c. Erlenmeyer alkohol
V3 =
= 75,482 mL = 0,075482 L
= 112,58 g/mol
b. Erlenmeyer aseton
BM =
= 47,60 g/mol
c. Erlenmeyer alkohol
BM =
= 21,82 g/mol
3. Menentukan efisiensi
a. Erlenmeyer kloroform
=
100% =
100% = 94,30 %
b. Erlenmeyer aseton
100% =
100% = 81,96 %
c. Erlenmeyer alkohol
100% =
100% = 47,36 %