Anda di halaman 1dari 10

KONSEP DASAR MEDIS

1. Pengertian
Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang
tengkorak. Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra
cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan
otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel
tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal
dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan
lain-lain disebut tumor otak sekunder. (Mayer. SA,2012)
2. Klasifikasi tumor otak
Berdasarkan jenis tumor
a. Jinak
1. Acoustic neuroma
2. Meningioma
Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak
menginfiltrasi jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada di
bawahnya. Pasien usia tua sering terkena dan perempuan lebih sering
terkena dari pada laki-laki. Tumor ini sering kali memiliki banyak
pembuluh darah sehingga mampu menyerap isotop radioaktif saat
dilakukan pemeriksaan CT scan otak.
3. Pituitary adenoma
4. Astrocytoma (grade I)
b. Malignant
1. Astrocytoma (grade 2,3,4)
2. Oligodendroglioma
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang dapat
muncul hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan menyebabkan
simptomatologi bermakna akibat peningkatan tekanan intrakranial dan
merupakan keganasan pada manusia yang paling bersifat kemosensitif.
3. Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada
ependim yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling sering terjadi
tetapi dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis. Tumor ini lebih
sering terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Dua faktor utama yang
mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan bertahan hidup

jangka panjang adalah usia dan letak anatomi tumor. Makin muda usia
pasien maka makin buruk progmosisnya.
Berdasarkan lokasi
1. Tumor supratentorial
Hemisfer otak, terbagi lagi :
1. Glioma :
i) Glioblastoma multiforme
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering terjadi di hemisfer
otak dan sering menyebar kesisi kontra lateral melalui korpus kolosum.
ii) Astroscytoma
iii) Oligodendroglioma
Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma tetapi terdiri
dari sel-sel oligodendroglia. Tumor relative avaskuler dan cenderung
mengalami klasifikasi biasanya dijumpai pada hemisfer otak orang dewasa
muda.
2. Meningioma
Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan perlekatan
duramater yang lebar (broad base) berbatas tegas karena adanya
psedokapsul dari membran araknoid. Pada kompartemen supratentorium
tumbuh sekitar 90%, terletak dekat dengan tulang dan kadang disertai
reaksi tulang berupa hiperostosis. Karena merupakan massa ekstraaksial
lokasi meningioma disebut sesuai dengan tempat perlekatannya pada
duramater, seperti Falk (25%), Sphenoid ridge (20%), Konveksitas (20%),
Olfactory groove (10%), Tuberculum sellae (10%), Konveksitas serebellum
(5%), dan Cerebello-Pontine angle. Karena tumbuh lambat defisit
neurologik yang terjadi juga berkembang lambat (disebabkan oleh
pendesakan struktur otak di sekitar tumor atau letak timbulnya tumor). Pada
meningioma konveksitas 70% ada di regio frontalis dan asimptomatik
sampai berukuran besar sekali. Sedangkan di basis kranii sekitar sella
turcika (tuberkulum sellae, planum sphenoidalis, sisi medial sphenoid
ridge) tumor akan segera mendesak saraf optik dan menyebabkan gangguan
visus yang progresif.
2. Tumor infratentorial
1. Schwanoma akustikus
2. Tumor metastasisc
Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % 10 % dari seluruh tumor
otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer. Tumor primer paling
sering berasal dari paru-paru dan payudara. Namun neoplasma dari

saluran kemih kelamin, saluran cerna, tulang dan tiroid dapat juga
bermetastasis ke otak.
a. Meningioma
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari meningen,
sel-sel mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura.
b. Hemangioblastoma
Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler embriologis yang
paling sering dijumpai dalam serebelum.
3. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggotaanggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat
dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial
yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat
untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya
sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan
merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu
radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
e. Substansi-substansi karsinogenik

Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini
telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone,
nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
f. Trauma Kepala
4. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi
berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien.
Gejala-gejalanya sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif waktu.
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2
faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan
fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi/invasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling
besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan
dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi
perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan
suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan
parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan
perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya
massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang
kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam jaruingan otak. Mekanisme belum
seluruhnyanya dipahami, namun diduga disebabkan selisih osmotik yang
menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan kerusakan
sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial. Observasi
sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid
menimbulkan hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara
cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan
oelh karena ity tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme
kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intra kranial, volume
cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim.

Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum.
Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui
insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan men ensefalon
menyebabkab hilangnya kesadaran dan menenkan saraf ketiga. Pada herniasi
serebulum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu
massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat.
Intrakranial yang cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran
tekanan nadi dan gangguan pernafasan).
5. Tanda dan gejala
Menurut lokasi tumor :
- Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung, tingkah laku
aneh, sulit memberi argumenatasi/menilai benar atau tidak, hemiparesis, ataksia,
-

dan gangguan bicara.


Kortek presentalis posterior
Kelemahan/kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari
Lobus parasentralis
Kelemahan pada ekstremitas bawah
Lobus Oksipitalis
Kejang, gangguan penglihatan
Lobus temporalis
Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot wajah
Lobus Parietalis
Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik, gangguan
penglihatan
Cerebulum
Papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia, hiperekstremitas esndi

Tanda dan Gejala Umum :


-

Nyeri kepala berat pada pagi hari, main bertambah bila batuk, membungkuk
Kejang
Tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial : Pandangan kabur, mual, muntah,

penurunan fungsi pendengaran, perubahan tanda-tanda vital, afasia.


Perubahan kepribadian
Gangguan memori
Gangguan alam perasaan

Trias Klasik ;
- Nyeri kepala
- Papil oedema
- Muntah
6. Pemeriksaan diagnostic

1. Rontgent tengkorak anterior-posterior


2. EEG
3. CT Scan
4. MRI
5. Angioserebral
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian :
1. Data klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penghasilan, alamat, penanggung jawab, dll.

2. Riwayat kesehatan :
-

keluhan utama

Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat Kesehatan lalu

Riwayat Kesehatan Keluarga

3. Pemeriksaan fisik :

Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia, penurunan/kehilangan


memori, afek tidak sesuai, berdesis

Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur

Pendnegaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi

Jantung : bradikardi, hipertensi

Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan


nafas, disfungsi neuromuskuler

Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes melitus

Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi

Diagnosa Keperawatan :
1. Gangguan pertukaran gas b.d disfungsi neuromuskuler (hilangnya kontrol terhadap
otot pernafasan ), ditandai dengan : perubahan kedalamam nafasn, dispnea, obstruksi
jalan nafas, aspirasi.
Tujuan : Gangguan pertukaran gas dapat teratasi

Tindakan :
-

Bebaskan jalan nafas

Pantau vital sign

Monitor pola nafas, bunyi nafas

Pantau AGD

Monitor penururnan gas darah

Kolaborasi O2

2. Gangguan rasa nyaman, nyer kepla b.d peningkatan TIK, ditndai dengan : nyeri
kepala terutama pagi hari, klien merintih kesakitan, nyeri bertambah bila klien batuk,
mengejan, membungkuk
Tujuan : rasa nyeri berkurang
Tindakan :
-

pantau skala nyeri

Berikan kompres dimana pada area yang sakit

Monitor tanda vital

Beri posisi yang nyaman

Lakukan Massage

Observasi tanda nyeri non verbal

Kaji faktor defisid, emosi dari keadaan seseorang

Catat adanya pengaruh nyeri

Kompres dingin pada daerah kepala

Gunakan teknik sentuham yang terapeutik

Observasi mual, muntah

Kolaborasi pemberian obat : analgetik, relaksan, prednison, antiemetik

3. Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi SSP, ditandai
dengan : kejang, disorientasi, gangguan penglihatan, pendengaran
Tujuan : tidak terjadi cidera
Tindakan :
-

Identifikasi bahaya potensial pada lingkungan klien

Pantau tingkat kesadaran

Orientasikan klien pada tempat, orang, waktu, kejadian

Observasi saat kejang, lama kejang, antikonvulsi,

Anjurkan klien untuk tidak beraktifitas

4. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan disorientasi,


penurunan kesadaran, sulit konsentrasi
Tujuan : mempertahankan orientasi mental dan realitas budaya
Tindakan :
-

Kaji rentang perhatian

Pastikan keluarga untuk membandingkan kepribadian sebelum mengalami


trauma dengan respon klien sekarang

Pertahankan bantuan yang konsisten oleh staf, keberadaan staf sebanyak


mungkin

Jelaskan pentingnya pemeriksaan neurologis

Kurangi stimulus yang merangsang, kritik yang negatif

Dengarkan klieen dengan penuh perhatian semua hal yang diungkapkan


klien/keluarga

Instruksikan untuk melakukan rileksasi

Hindari meninggalkan klien sendiri

5. Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai dengan peningkatan TIK,
nekrosis jaringan, pembengkakakan jaringan otak, depresi SSP dan oedema
Tujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang/hilang
Tindakan :
-

Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat


menyebabkan penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK

Catat status neurologi secara teratur, badingkan dengan nilai standart

Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana

Pantau tekanan darah

Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman pnglihatan dan
penglihatan kabur

Pantau suhu lingkungan

Pantau intake, output, turgor

Beritahu klien untuk menghindari/ membatasi batuk, untah

Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai

Tinggikan kepala 15-45 derajat

6. Cemas b.d kurang informasi tentang prosedur


Tujuan : rasa cemas berkuang
Tindakan :
-

kaji status mental dan tingkat cemas

Beri penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejala

Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian

Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan piiran dan perasaan takut

Libatkan keluarga dalam perawatan

DAFTAR PUSTAKA
Reeves C, J, (2009), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, Salemba Medika
Suddart, Brunner (2012), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai