LP BPH
LP BPH
A. Defenisi
Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) adalah
pembesaran jinak
1.
Uretra
Merupakan tabung yg menyalurkan urine keluar dari buli-buli
melalui proses miksi. Pada pria, organ ini berfungsi juga dalam
menyalurkan cairan mani. Uretra diperlengkapi dengan sfingter uretra
interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan uretra, dan sfingter
uretra skterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior.
Pada saat buli-buli penuh sfingter uretra interna akan terbuka dengan
sendirinya karena dindingnya terdiri atas otot polos yang disarafi oleh
sistem otonomik. Sfingter uretra ekterna terdiri atas otot bergaris yang
dapat diperintah sesuai dengan keinginan seseorang. Pada saat kencing
sfingter ini terbuka dan tetap tertutup pada saat menahan kencing.
Secara anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian yaitu uretra
posterior dan uretra anterior. Kedua uretra ini dipisahkan oleh sfingter
uretra eksterna. Panjang uretra wanita 3-5 cm, sedangkan uretra pria
dewasa 23-25 cm. Perbedaan panjang inilah yang menyebabkan keluhan
hambatan pengeluaran urine lebih sering terjadi pada pria. Uretra posterior
pada pria terdiri atas uretra pars prostatika yaitu bagian uretra yang
dilingkupi oleh kelenjar prostat, dan uretra pars membranasea.
Di bagian posterior lumen uretra prostatika terdapat suatu benjolan
verumontanum, dan disebelah kranial dan kaudal dari veromontanum ini
terdapat krista uretralis. Bagian akhir dari pars deferens yaitu kedua duktus
ejakulatorius terdapat dipinggir kiri dan kanan verumontanum, sedangkan
sekresi kelenjar prostat bermuara di dalam duktus prostatikus yang
tersebar di uretra prostatika.
Uretra anterior adalah bagian uretra yang dibungkus oleh korpus
spongiosum penis. Uretra anterior terdiri atas pars bulbosa, pars
pendularis, fossa navikulare dan meatus uretra eksterna.
Di dalam lumen uretra anterior terdapat beberapa muara kelenjar
yang berfungsi dalam proses reproduksi, yaitu kelenjar Cowperi berada di
dalam diafragma urogenitalis bermuara di uretra pars bulbosa, serta
Kelenjar Postat
Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak tepat dibawah
leher kandung kemih, di belakang simfisis pubis dan di depan rektum.
Bentuknya seperti buah kemiri dengan ukuran 4 x 3 x 2,5 cm dan beratnya
+ 20 gr, kelenjar ini mengelilingi uretra dan dipotong melintang oleh
duktus ejakulatorius, yang merupakan kelanjutan dari vas deferen.
Kelenjar ini terdiri atas jaringan fibromuskular dan gladular yang terbagi
dalam beberapa daerah arau zona, yaitu perifer, sentral, transisional,
preprostatik sfingter dan anterior.
Asinus setiap kelenjar mempunyai struktur yang rumit, epitel
berbentuk kuboid sampai sel kolumner semu berlapis tergantung pad
atingkat aktivitas prostat dan rangsangan androgenik. Sel epitel
memproduksi asam fostat dan sekresi prostat yang membentuk bagian
besar dari cairan semen untuk tranpor spermatozoa. Asinus kelenjar
normal sering mengandung hasil sekresi yang terkumpul berbentuk bulat
yang disebut korpora amilasea. Asinus dikelilingi oleh stroma jaringan
fibrosa dan otot polos. Pasokan darah ke kelenjar prostat berasal dari arteri
iliaka interna cabang vesika inferior dan rectum tengah. Vena prostat
mengalirkan ke pleksus prostatika sekeliling kelenjar dan kemudian ke
vena iliaka interna.
Prostat berfungsi menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah
satu komponen dari cairan ejakulat. Cairan kelenjar ini dialirkan melalui
duktus sekretoriusmuara di uretra posterior untuk kemudian dikeluarkan
bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi. Cairan ini merupakan
+ 25 % dari volume ejakulat.
Jika kelenjar ini mengalami hiperplasi jinak atau berubah menjadi
kanker ganas dapat membuntu uretra posterior dan mengakibatkan
terjadinya obstruksi saluran kemih. Kelenjar prostat dapat terasa sebagai
objek yang keras dan licin melalui pemeriksaan rektal. Kelenjar prostat
membesar saat remaja dan mencapai ukuran optimal pada laki-laki yang
berusia 20-an. Pada banyak laki-laki, ukurannya terus bertambah seiring
pertambahan usia. Saat berusia 70 tahun, dua pertiga dari semua laki-laki
mengalami pembesaran prostat yang dapat menyebabkan obstruksi pada
mikturisi dengan menjepit uretra sehingga mengganggu perkemihan.
C. Etilogi
Beberapa faktor yang memicu terjadinya Benigna Prostat Hiperplasia
(BPH) adalah sebagai berikut:
1. Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel
dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi.
2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen - testoteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen
dan penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
3. Interaksi stroma - epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth
dan penurunan transforming growth factor beta menyebabkan
hiperplasi stroma dan epitel.
factor
D. Patofisiologi
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan seiring dengan
bertambahnya usia sehingga terjadi perubahan keseimbangan hormonal yaitu
terjadi reduksi testosteron menjadi Dehidrotestosteron dalam sel prostat yang
kemudian menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel. Hal ini
dapat menyebabkan inskripsi pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya
sintesis protein yang kemudian menjadi hiperplasia kelenjar prostat (Mansjoer,
2000).
Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, maka akan terjadi
penyempitan lumen uretra prostatika dan akan menghambat aliran urine.
Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intra vesikel. Untuk dapat
mengeluarkan urine buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan
tahanan tersebut, sehingga akan terjadi resistensi pada buli-buli dan daerah
prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan meregang sehingga timbul
sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi.
Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya
mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga
terjadi retensi urine (Mansjoer, 2000).
Tekanan intravesikel yang tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian
buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara
ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau
Inkontinensia bukan
dengan
E. Manifestasi Klinis
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih
maupun keluhan di luar saluran kemih.
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
Keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinari Tract
Symptoms (LUTS) terdiri atas gejala iritatif dan gejala obstruktif.
a. Gejala iritatif meliputi:
1)
dapat terjadi pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.
2)
3)
2)
buli-buli
memerlukan
waktu
beberapa
lama
4)
: Skor 0-7
Sedang
: Skor 8-19
Berat
: Skor 20-35
Colok Dubur
Sisa Volume
Urine
< 50 ml
diraba.
II
50 100 ml
mudah dicapai.
III
IV
100 ml
Retensi urine
total
Menurut Long (1996), tanda dan gejala pada pasien post operasi pada
pasien post operasi Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) adalah sebagai
berikut:
1. Hemorogi
a. Hematuri
b. Peningkatan nadi
c. Tekanan darah menurun
d. Gelisah
e. Kulit lembab
f. Temperatur dingin
2. Tidak mampu berkemih setelah kateter diangkat
3. Gejala-gejala intoksikasi air secara dini:
a. bingung
b. agitasi
c. kulit lembab
d. anoreksia
e. mual
f. muntah
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin.
2. Radiologis
Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, CT Scan, cystoscopy,
foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi
ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau
trans rectal (TRUS: Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui
pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume bulibuli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor
dan batu.
3. Prostatektomi retropubis
Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka,
hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada
anterior kapsula prostat.
4. Prostatektomi parineal
Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum
5. Prostatektomy
Merupakan tindakan pembedahan bagian prostate (sebagian/seluruh) yang
memotong
uretra,
bertujuan
untuk
memeperbaikialiran
urin
dan
G. Penatalaksanaan
1.
2.
Penatalaksanaan Operatif
Indikasi dilakukannya tindakan operatif adalah jika terjadi pelebaran
kandung kemih dan urine sisa 750 ml.
a. TUR (Trans Uretral Resection)
b. STP (Suprobic Transersal Prostatectomy)
c. REP (Retropubic Extravesical Prostatectomy)
d. PP (Prostatectomy Perineal)
3.
Terapi medikamentosa
a. Penghambat adrenergic alfa, contoh: prazosin, doxazosin, terazosin,
afluzosin
b. Penghambat enzim 5 alfa reduktasi, contoh: firasterid (proscar)
c. Fitoterapi. Pengobatan fototerapi yang ada di Indonesia antara lain:
eviprostat. Substansinya misalnya pygeum africanum, sawpalmetto,
serenoa repelus.
4.
Terapi bedah
a. TURP
b. TUIP
c. Prostatektomi terbuka
5.
A. Pengkajian
Pengkajian Pre Operasi:
Pengkajian ini dilakukan sejak klien ini masuk rumah sakit sampai saat
operasinya, yang meliputi :
1. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama / kepercayaan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku/ Bangsa, alamat, no. rigester dan
diagnosa medis.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada klien BPH keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi , nokturia,
urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak lampias/ puas sehabis
miksi, hesistensi, intermitency, dan waktu miksi memenjang dan akirnya
menjadi retensio urine.
3. Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit yang berhubungan dengan saluran perkemihan,
misalnya ISK (Infeksi Saluran Kencing ) yang berulang. Penyakit kronis
yang pernah di derita. Operasi yang pernah di jalani kecelakaan yang
pernah dialami adanya riwayat penyakit DM dan hipertensi
4. Riwayat penyakit keluarga .
Adanya riwayat keturunan
5. Riwayat psikososial
a. Intra personal
Kebanyakan klien yang akan menjalani operasi akan muncul
kecemasan. Kecemasan ini muncul karena ketidaktahuan tentang
prosedur pembedahan. Tingkat kecemasan dapat dilihat dari perilaku
klien, tanggapan klien tentang sakitnya.
b. Inter personal
Meliputi peran klien dalam keluarga dan peran klien dalam masyarakat.
6. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Klien ditanya tentang kebiasaan merokok, penggunaan tembakau,
penggunaan obat-obatan, penggunaan alkhohol dan upaya yang biasa
dilakukan dalam mempertahankan kesehatan diri (pemeriksaan
kesehatan berkala, gizi makanan yang adekuat )
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Klien ditanya frekuensi makan, jenis makanan, makanan pantangan,
jumlah minum tiap hari, jenis minuman, kesulitan menelan atau
keadaan yang mengganggu nutrisi seperti nause, stomatitis, anoreksia
dan vomiting. Pada pola ini umumnya tidak mengalami gangguan atau
masalah.
7. Pola eliminasi
Klien ditanya tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu ragu,
menetes - netes, jumlah klien harus bangun pada malam hari untuk
berkemih, kekuatan system perkemihan. Klien juga ditanya apakah
mengedan untuk mulai atau mempertahankan aliran kemih. Klien ditanya
ingat dan waham. Pada klien biasanya tidak terdapat gangguan atau
masalah pada pola ini.
13. Pola reproduksi seksual
Klien
ditanya
jumlah
anak,
hubungannya
dengan
pasangannya,
dilakukan
klien
bersama
siapa.
Apakah
mekanisme
2.
Kulit
Apakah tampak pucat, bagaimana permukaannya, adakah kelainan
pigmentasi, bagaimana keadaan rambut dan kuku klien ,
3.
Kepala
Bentuk bagaimana, simetris atau tidak, adakah penonjolan, nyeri kepala
atau trauma pada kepala
4.
Muka
Bentuk simetris atau tidak adakah odema, otot rahang bagaimana
keadaannya, begitu pula bagaimana otot mukanya.
5.
Mata
Bagainama keadaan alis mata, kelopak mata odema atau tidak.
Pada
Telinga
Ada atau tidak keluar secret, serumen atau benda asing. Bagaimana
bentuknya, apa ada gangguan pendengaran.
7.
Hidung
Bentuknya bagaimana, adakah pengeluaran secret, apa ada obstruksi atau
polip, apakah hidung berbau dan adakah pernafasan cuping hidung.
8.
9.
Leher
Bentuknya bagaimana, adakah kaku kuduk, pembesaran kelenjar limphe.
10. Thoraks
Betuknya bagaimana, adakah gynecomasti
11. Paru
Bentuk
bagaimana,
apakah
ada
pencembungan
atau
penarikan.
12.
Abdomen
Bagaimana bentuk
umumnya ada penonjolan kandung kemih pada supra pubik. Apakah ada
nyeri tekan, turgornya bagaimana. Pada klien biasanya terdapat hernia
atau hemoroid. Hepar, lien, ginjal teraba atau tidak. Peristaklit usus
menurun atau meningkat.
13. Genitalia dan anus
Pada klien biasanya terdapat hernia. Pembesaran prostat dapat teraba
pada saat rectal touch. Pada klien yang terjadi retensi urine, apakah
trpasang kateter, Bagaimana bentuk scrotum dan testisnya. Pada anus
biasanya ada haemorhoid.
14. Ekstrimitas dan tulang belakang
Apakah ada pembengkakan pada sendi. Jari jari tremor apa tidak.
Apakah ada infus pada tangan. Pada sekitar pemasangan infus ada tanda
tanda infeksi seperti merah atau bengkak atau nyeri tekan. Bentuk tulang
belakang bagaimana.
Pengkajian Post Operasi
Pengkajian ini dilakukan setelah klien
meliputi:
1. Keluhan utama
Keluhan pada klien berbeda beda antara klien yang satu dengan yang
lain. Kemungkinan keluhan yang bisa timbul pada klien post operasi TURP adalah keluhan rasa tidak nyaman, nyeri karena spasme kandung kemih
atau karena adanya bekas insisi pada waktu pembedahan. Hal ini
ditunjukkan dari ekspresi klien dan ungkapan dari klien sendiri.
2. Keadaan umum
Kesadaran, GCS, ekspresi wajah klien, suara bicara.
3. Sistem respirasi
Bagaimana pernafasan klien, apa ada sumbatan pada jalan nafas atau tidak.
Apakah perlu dipasang O2. Frekuensi nafas , irama nafas, suara nafas. Ada
wheezing dan ronchi atau tidak. Gerakan otot Bantu nafas seperti gerakan
cuping hidung, gerakan dada dan perut. Tanda tanda cyanosis ada atau
tidak.
4. Sistem sirkulasi
Yang dikaji: nadi ( takikardi/bradikardi, irama ), tekanan darah, suhu
tubuh, monitor jantung ( EKG ).
5. Sistem gastrointestinal
Hal yang dikaji: Frekuensi defekasi, inkontinensia alvi, konstipasi /
obstipasi, bagaimana dengan bising usus, sudah flatus apa belum, apakah
ada mual dan muntah.
6. Sistem neurology
Hal yang dikaji: keadaan atau kesan umum, GCS, adanya nyeri kepala.
7. Sistem muskuloskleletal
Bagaimana aktifitas klien sehari hari setelah operasi. Bagaimana
memenuhi kebutuhannya. Apakah terpasang infus
Warna urine dan jumlah produksi urine tiap hari. Bagaimana keadaan
sekitar daerah pemasangan kateter.
9. Terapi yang diberikan setelah operasi
Infus yang terpasang, obat obatan seperti antibiotika, analgetika, cairan
irigasi kandung kemih.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Gangguan eliminasi urine
3. Insomnia
4. Ansietas
Hospitalisasi
Peningkatan tek.vesika
urinaria
Penekanan serabut saraf
nyeri
Miksi sedikit-sedikit
Ansietas
Gangguan eliminasi urine
Impuls ditransmisikan ke
hipotalamus
Nyeri dipersepsikan
Aktivasi sistem RAS
Nyeri Akut
Sering terbangun
Sulit tidur
Insomnia
D. Intervensi Keperawatan
Menurut Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern dalam Buku Saku
Diagnosis Keperawatan NANDA NIC NOC (2011), berikut ini adalah
intervensi yang biasa muncul:
1. Nyeri akut
Batasan Karakteristik
Subjektif
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan isyarat
Objektif
a. Posisi untuk menghindari nyeri
b. Perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas, tidak bertenaga
sampai kaku
c. Perubahan selera makan
d. Perilaku ekspresif (misalnya gelisah, merintih, menangis, peka
terhadap rangsang, dan menghela napas panjang)
e. Wajah topeng (nyeri)
f. Perilaku menjaga atau sikap melindungi
g. Bukti nyeri yang dapat diamati
h. Berfokus pada diri sendiri
i. Gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur, atau tidak
menentu dan menyeringai)
Tujuan dan Kriteria Hasil NOC
a. Memperlihatkan Pengendalian Nyeri, yang dibuktikan oleh indikator
sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang,
sering atau selalu ):
Skala Nyeri
Tidak nyeri
Seperti perih
Seperti keram
79
10
Keterangan :
(Nyeri ringan)
46
(Nyeri sedang)
79
(Nyeri berat)
10
(Sangat nyeri)
Intervensi NIC
a. Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala 0-10
b. Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap
nyeri dan respon pasien
c. Ajarkan penggunaan teknik relaksasi, imajinasi tebimbing, terapi musik,
terapi bermain, distraksi, kompres hangat atau dingin sebelum, setelah,
dan jika memungkinkan , selama aktivitas yang menimbulkan nyeri,
sebelum nyeri terjadi atau meningkat, dan bersama penggunaan tindakan
peredaan nyeri yang lain.
d. Lakukan perubahan posisi, massase punggung dan relaksasi
e. Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
aktivitas keperawatan
f. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas, bukan pada nyeri dan
rasa tidak nyaman dengan melakukan pengalihan melalui TV, radion, dan
interaksi dengan pengunjung
g. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai program terapi
2. Gangguan eliminasi urine
Batasan Karakteristik
Subjektif
a. Disuria
b. Urgensi
Objektif
a. Sering berkemih
b. Mengalami kesulitan di awal berkemih
c. Inkontinensia
d. Nokturia
e. Retensi
Faktor yang Berhubungan
Penyebab yang multipel, meliputi obstruksi anatomis, gangguan sensori,
atau mototrik, dan infeksi saluran kemih
Tujuan dan Kriteria Evaluasi NOC:
a.Menunjukkan kontinensia urine yang dibuktikan oleh indikator
(Sebutkan 1-5: selalu, sering, kadang-kadang, jarang, atau tidak pernah
ditujukkan):
Infeksi saluran kremih (leukosit <100.000)
Kebocoran urine di antara berkemih
b. Menunjukkan kontinennsia urine yang dibuktikan oleh indikator (sebutkan
1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu ditunjukkan):
Eliminasi secara mandiri
Menunjukkan pola berkemih yang diduga
Intervensi NIC:
a. Pantau eliminasi urine, meliputi frekuensi, konsistensi, bau volume,
dan warna
b. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala ISK
b. Ajarkan pasien untuk minum 200 ml cairan pada saat makan, di antara
waktu makan dan di awal petang
3. Insomnia
Batasan Karakteristik
a. Afek tampak berubah
b. Tampak kurang energi
c. Pasien melaporkan staus kesehatan
d. Pasien melaporkan penururna kualitas tidur
pasien
mnegidentifikasi
faktor-faktor
yang
mungkin
untuk
empertahankan
rutinitas
waktu
tidur
pasien,
g. Peningkatan kekhawatiran
h. Iritabilitas
i. Gugup
j. Gembira berlebihan
k. Nyeri dan peningkatan ketidakberdayaan yang persisten
l. Marah
m. Menyesal
n. Perasaan takut
o. Ketidakpastian
p. Khawatir
Fisiologis
a. Wajah tegang
b. Insomnia
c. Peningkatan keringat
d. Peningkatan ketegangan
e. Terguncang
f. Gemetar atau tremor di tangan
g. Suara bergetar
Parasimpatis
a. Nyeri abdomen
b. Penurunan tekanan darah
c. Penurunan nadi
d. Diare
e. Pingsan
f. Keletihan
g. Mual
h. Gangguan tidur
i. Kesemutan pada ekstremitas
j. Sering berkemih
k. Berkemih tidak lampias
l. Urgensi berkemih
Simpatis
a. Anoreksia
b. Eksitasi kardiovaskuler
c. Diare
d. Mulut kering
e. Wajah kemerahan
f. Jantung berdebar-debar
g. Peningkatan tekanan darah
h. Peningkatan nadi
i. Peningkatan refleks
j. Peningkatan pernapasan
k. Dilatasi pupil
l. Kesulitan bernapas
m.
Vasokontriksi superfisial
n. Kedutan otot
o. Kelemahan
Kognitif
a. Kesadaran terhadap gejala-gejala fisiologis
b. Blocking pikiran
c. Konfusi
d. Penurunan lapang pandang
e. Kesulitan untuk berkonsentrasi
f. Keterbatasan kemampuan untuk menyelesaikan masalah
g. Keterbatasan kemampuan untuk belajar
h. Takut terhadap konsekuensi yang tidak spesifik
i. Fokus pada diri sendiri
j. Mudah lupa
k. Gangguan perhatian
l. Tenggelam dalam dunia sendiri
m. Melamun
n. Kecendruangan untuk menyalahkan orang lain
Faktor yang Berhubungan
a. Terpajan toksin
b. Hubungan keluarga/hereditas
c. Transmisi dan penularan interpersonal
d. Krisis situasi dan maturasi
e. Stres
f. Penyalahgunaan zat
g. Ancaman kematian
aktivitas
yang
dibutuhkan
meskipun
mengalami
kecemasan
Intervensi NIC
a. Kaji tingkat ansietas pasien
Skala Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) dalam penilaian
kecemasan (ansetas) terdiri dari 14 item, meliputi:
1) Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah
tersinggung.
2) Merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.
3) Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal
sendiri dan takut pada binatang besar.
4) Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari,
tidur tidak pulas dan mimpi buruk.
5) Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit
konsentrasi.
6) Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada
hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
7) Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara
tidak stabil dan kedutan otot.
8) Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka
merah dan pucat serta merasa lemah.
9) Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi
mengeras dan detak jantung hilang sekejap.
10) Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering
menarik napas panjang dan merasa napas pendek.
11) Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan
menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah
makan, perasaan panas di perut.
12) Gejala urogenital : sering keneing, tidak dapat menahan keneing,
aminorea, ereksi lemah atau impotensi.
13) Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah,
bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
14) Perilaku
sewaktu
wawancara
gelisah,
jari-jari
gemetar,
DAFTAR PUSTAKA
Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC.
Soeparman. 1990. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.
Wilkinson, Judith M dan Ahern, Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil Noc.
Jakarta: EGC.