dalam. Bagian telinga luar dan tengah mentransmisikan getaran suara yang ada di
udara ke telinga dalam sambil mengamplifikasi energi suara tersebut selama
prosesnya. Telinga dalam merupakan tempat dari 2 sistem sensorik yang berbeda,
cochlea yang memiliki reseptor untuk mengkonversi gelombang suara menjadi
impuls saraf dan aparatus vestibular yang penting dalam sensasi keseimbangan.1
lurus terhadap kedua bidang vertikal (bidang vertikal adalah dua bidang yang
masing-masing melalui kanalis semi-sirkularis anterior dan kanalis semisirkularis posterior), sedangkan kedua bidang vertikal tersebut juga saling tegak
lurus sehingga ketiga bidang tersebut seperti letak dinding sebuah kubus.2,5
II.
sekitarnya tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ
visual dan proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut
akan diolah di SSP, sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh saat itu.1,2
Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan
cariran endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk.
Tekukan silia menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion
kalsium akan masuk ke dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses
depolarisasi dan akan merangsang pelepasan neurotransmitter eksitator yang
selanjutnya akan meneruskan impuls sensoris melalui saraf aferen ke pusat
keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia terdorong ke arah berlawanan, maka
terjadi hiperpolarisasi.1,2
Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi
mekanik akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfe di dalam kanalis
semisirkularis menjadi energi biolistrik, sehingga dapat memberi informasi
mengenai perubahan posisi tubuh akibat percepatan linier atau percepatan sudut.
Dengan demikian dapat memberi semua informasi mengenai semua gerak tubuh
yang sedang berlangsung.2
III.
PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN
Pemeriksaan
fungsi
keseimbangan
dapat
dilakukan
mulai
dari
B.
Posturografi
Posturografi adalah pemeriksaan keseimbangan yang dapat menilai secara
Pasien diminta berdiri tenang dengan tumit sejajar di atas alat, mata
memandang ke satu titik di muka, kemudian dilakukan perekaman pada empat
kondisi, masing-masing selama 60 detik. 1) Berdiri di atas alas dengan mata
terbuka memandang titik tertentu, dalam pemeriksaan ini ketiga input sensori
bekerja sama. 2) Berdiri di atas alas dengan mata tertutup, dalam keadaan ini input
visual diganggu. 3) Berdiri di atas alas busa 10 cm dengan mata terbuka,
memandang titik tertentu, dalam keadaan ini input proprioseptif diganggu. 4)
Berdiri tenang di atas alas busa 10 cm dengan mata tertutup, dalam keadaan ini
input visual dan proprioseptif diganggu, jadi hanya organ vestibuler saja yang
bekerja, bila terdapat pemanjangan ayun tubuh berarti terjadi gangguan
keseimbangan.
Tes Kobrak
Posisi pasien tidur telentang, dengan kepala fleksi 30 derajat, atau duduk
dengan kepala ekstensi derajat. Digunakan semprit 5 atau 10 ml, ujung jarum
disambungkan dengan kateter. Perangsangan dilakukan dengan mengalirkan air es
(0 derajat C), sebanyak 5 ml, selama 20 detik. Nilai dihitung dengan mengukur
lama nistagmus, dihitung sejak mulai air dialirkan sampai nistagmus berhenti.
Nilai normal 120-150 detik. Nilai yang kurang dari 120 detik mengindikasikan
adanya parese kanal.2
D.
Telinga
Kiri
Kanan
Kiri
Kanan
Suhu air
30 C
30 C
44 C
44 C
Arah nistagmus
Kanan
Kanan
Kanan
Kanan
Kanan
Kanan
Kanan
Kanan
Waktu nistagmus
a. ........ detik
a. ........ detik
a. ........ detik
a. ........ detik
Electronystamography (ENG)
ENG berguna untuk memonitor gerakan bola mata. Prinsipnya sederhana
saja, yaitu bahwa kornea mata itu bermuatan positif. Muatan positif ini sifatnya
sama dengan muatan positif listrik atau magnit yang selalu mengimbas daerah
sekitarnya. Begitu pula muatan positif kornea ini mengimbas kulit sekitar bola
mata.2,8
Dengan meletakkan elektroda pada kulit kantus lateral mata kanan dan
kiri, maka kekuatan muatan kornea kanan dan kiri bisa direkam. Rekaman muatan
ini disambungkan pada galvanometer. Bila muatan kornea kanan sama dengan
kiri, galvanometer akan menunjukkan angka nol (di tengah). Jadi kesimpulannya
jarum galvanometer akan bergerak sesuai dengan gerak bola mata. Dengan
demikian, nistagmus yang terjadi bisa dipantau dengan baik.2,8
Gambar 4. Electronystamography9
F.
Videonystagmography/ Videooculography
VNG atau disebut juga dengan VOG belakangan menjadi cara yang dipilih
Gambar 5. Videonystamography9
G.
nistagmus spontan ini hanya timbul ketika mata melirik searah dengan
nistagmusnya, maka kekuatan nistagmus itu sama dengan Nylen 1. Bila nistagmus
timbul sewaktu mata melihat ke depan, maka disebut Nylen 2, dan bila nistagmus
tetap ada meskipun mata melirik berlawanan arah nistagmus, maka kekuatannya
disebut Nylen 3.2
Bila terdapat nistagmus spontan, maka harus dilakukan tes hiperventilasi.
Caranya ialah pasien diminta mengambil nafas cepat dan dalam selama satu
menit, dan sejak mulai setengah menit terakhir direkam. Bila terdapat perbedaan
7 per detik maka berarti tes hiperventilasi positif. Tes valsava caranya adalah
dengan menahan nafas selama 30 detik, dan sejak mulai menahan nafas itu
direkam, dan interpretasi sama dengan hiperventilasi.2
H.
diperhatikan ada tidaknya kelelahan. Dengan tes posisi ini dapat diketahui
kelainan sentral atau perifer. Pada kelainan perifer akan ditemukan masa laten dan
terdapat kelelahan dan vertigo biasanya terasa berat. Pada kelainan sentral
sebaliknya, yaitu tidak ada masa laten, tidak ada kelelahan, dan vertigo ringan
saja.2
Tes Rotasi
Penderita didudukkan di atas kursi yang diletakkan pada pusat aksis rotasi
dari suatu motor torque. Bila subjek duduk tegak dengan memiringkan kepala 30
derajat ke bawah, maka kanalis horizontalis dapat dirangsang secara maksimum.
Gerakan leher dicegah sehingga rotasi akan menggerakkan tubuh dan kepala
bersamaan. Rotasi dapat dilakukan dalam 1 arah dengan percepatan konstan
dalam waktu singkat (mis 18 detik) atau secara osilatorik (mis. Sinusiod). Untuk
percepatan konstan dilakukan pengukuran amplitudo dan lamanya respons,
sedangkan untuk ruang sinusoid diukur fase serta hasil yang didapat.11
Tes diatas disebut juga sebagai Rotary Chair Test. Tes ini berguna untuk
membantu menentukan apakah gejala yang pasien alami karena gangguan pada
telinga dalam atau pada otak. Pergerakan mata direkam oleh elektroda kecil yang
mirip dengan yang digunakan pada tes ENG. Tes ini memungkinkan pengukuran
terhadap respon dari pergerakan kepala yang kecepatannya hampir sama dengan
kegiatan sehari-hari.12
10