A. Konsep Marah
1. Pengertian
Kemarahan (anger) adalah suatu emosi yang terentang mulai dari iritabilitas sampai
agresivitas yang dialami oleh semua orang. Biasanya,kemarahan adalah reaksi terhadap
stimulus yang tidak menyenangkan atau mengancam (Widjaya Kusuma,1992:423).
Kemarahan menurut Stuart dan Sunden (1987:363) adalah peasaan jengkel yang
timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Budi Ana
Keliat,1996:5).
2. Rentang Respon Kemarahan
Respon kemarahan dapat berfluktasi dalam rentang adaptif maladaptif (lihat gambar
berikut).
Respon adaptif
Respon maladaptif
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------Pernyataan
(assertion)
Frustasi
Pasif
Agresif
Ngamuk
-
Assertion adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau diungkapkan
tanpa menyakiti orang lain akan memberi kelegaan pada individu dan tidak akan
menimbulkan masalah.
Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang tidak
realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan. Dalam keadaan ini tidak
ditemukan alternatif lain. Selanjutnya individu merasa tidak mampu mengungkapkan
pemalu,pendiam,sulit diajak bicara karena rendah diri dan merasa kurang mampu.
Agresif adalah prilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk
bertindak dalam bentuk destruktif dan masih tekontrol. Prilaku yang tampak dapat
3. Proses Kemarahan
Stress,cemas,marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi
oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan
tidak menyenangkan dan terancam, Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan.
Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu :
1). Mengungkapkan secara verbal;
2). Menekan;dan
3). Menantang
Dari ketiga cara ini cara yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara lain
adalah destruktif. Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa
bermusuhan,dan bila cara ini dipakai terus-menerus,maka kemarahan dapat di
ekspresikan pada diri sendiri atau lingkungan dan akan tampak sebagai depresi
psikomatik atau agresif dan ngamuk.
B. Peran Perawat pada Klien Marah
1. Pengkajian
Pada dasarnya pengkajian pada klien marah ditujukan pada semua aspek,yaitu
biopsikososial-kultural-spiritual.
Aspek Biologi
Respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem syaraf otonom bereaksi
terhadap sekresi epineprin,sehingga tekanan darah meningkat,takhi kardi,wajah
merah,pupil melebar,dan frekuensi pengeluaran urin meningkat. Ada gejala yang
sama dengan kecemasan seperti meningkatkan kewaspadaan,ketegangan otot seperti
rahang terkatup,tangan dikepal,tubuh kaku,dan reflek cepat. Hal ini disebabkan energi
yang dikeluarkan saat marah bertambah.
Aspek Emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman,merasa tidak berdaya, jengkel,
frustasi,dendam,ingin berkelahi,ngamuk,bermusuhan,sakit hati, menyalagunakan dan
menuntut. Prilaku menarik perhatian dan timbulnya konflik pada diri sendiri perlu
dikaji seperti melarikan diri,bolos dari sekolah,mencuri,menimbulkan kebakaran,dan
penyimpangan seksual.
Aspek Intelektual
Sebagian besar pengalaman kehidupan individu didapatkan melalui proses
intelektual. Peran pacaindra sangat penting untuk beradaptasi pada lingkungan yang
selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman.
Aspek Sosial
Aspek Spiritual
Kepercayaan,nilai,dan moral mempengaruhi ungkapan marah individu.Aspek
tersebut mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal ini bertentangan
dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan
dengan amoral dan rasa tidak berdosa. Individu yang percaya kepada Tuhan Yang
Maha Esa,selalu meminta kebutuhan dan bimbingan kepada-Nya.
2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa kemungkinan diagnosis keperawatan :
1. Kesulitan mengungkapkan kemarahan tanpa menyakiti orang lain,sehubungan dengan
tidak mengetahui cara ungkapan yang dapat diterima,dimanifestasikan dengan marah
disertai suara keras pada orang sekitar.
2. Gangguan komunikasi sehubungan dengan
pelayanan
yang
diterimanya
yang
dimanifestasikan
dengan
menghina
tau
terhadap
orang sangat
interpersonal.
7. Kekuatan marah yang berkepanjangan sehubungan dengan diagnosa baru,situasi baru
dan informasi yang kurang.
3. Intervensi dan implementasi keperawatan
- Kesadaran Diri Merawat
Perawat sering menganggap bahwa klien merupakan sumber masalah baginya bila
klien marah. Bagi perawat yang mengetahui pengetahuan tentang kemarahan akan dapat
membantu klien untuk mengatasi kemarahan. Bagi staf harus menyadari bahwa klien
dapat mengungkapkan marah dengan tidak bermusuhan dan memberi dukungan atas
ungkapan tersebut. Perawat perlu memahami perasaan sendiri dan reaksi terhadap
kemarahan klien.
Batasan Ungkapan Marah
Loomis (1970),dikutipkan dari Stuart dan Sundeen (1987:579) menetapkan 3
batasan ungkapan marah :
1. Menyatakan harapan pada klien dengan cara yang positif
2. Membantu klien menggali alasan dan maksud tingkah laku klien
3. Bersama klien menetapkan alternatif cara mengungkapkan marah
-
tidak terkontrol. Dengan empati dan pengamatan yang cermat dan tingkah laku
klien,perawat dapat mengantisipasi ledakan kemarahan klien.
-
Aspek Biologis
Memberi cara menyalurkan energi kemarahan dengan cara yang konstruktif melalui
aktivitas fisik seperti: lari pagi,angkat berat,dan aktivitas lain yang membantu relaksasi
otot seperti olahraga. Di rumah sakit dapat dimodifikasi dengan mobilitas baik pasif
maupun
aktif
misalnya
dengan
jalan-jalan
di
taman,latihan
pergerakan
Aspek Emosional
Perawat dapat membantu klien yang belum mengenal kemarahannya dengan
menyatakan seperti Bapak tidak tenang atau ibu marah. Hal ini menolong klien
mengenal perasaan marahnya.
-
Aspek Intelektual
Ketika seseorang tiba-tiba marah,ia perlu diarahkan pada batas orientasi kini dan di
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Aspek Sosial
Aspek Spiritual
Bila klien marah kepada Tuhan atau kekuatan supranatural karena yakin
bahwa penyakitnya adalah hukuman dari Tuhan,maka perawat memberi dorongan
agar klien mengungkapkan perasaanya atau memanggil pemimpin agama bila perawat
merasa tidak adekuat. Perawat dapat mendengarkan dengan penuh perhatian sehingga
memungkinkan terjadi diskusi tentang nilai-nilai spiritual yang meliputi beberapa jauh
klien telah mencapai tujuan hidupnya tentang kehilangan orang terdekat dan kematian
seseorang.
4. Evaluasi
Evaluasi pada klien marah harus berdasarkan observasi perubahan tingkah laku dan
respons subjek klien. Maynard dan
Stuart
dan
evaluasi
adalah
cara
ungkapan
kemarahan,ketepatan
marah,kesesuaian
objek,kesamaan derajat ungkapan marah dengan faktor pencetus dan kesadaran klien
terhadap proses yang dialami,sehingga jika fase marah telah selesai klien dapat melalui
jika fase berikut sampai dapat menerima keadaan penyakitnya dan dapat menggunakan
penyesuaian yang efektif.