Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

ANALISIS MASALAH
Pasien datang dengan keluhan utama Mata kiri nyeri dan pandangan kabur sejak 6
hari yang lalu. Dari anamnesis didapatkan Sejak 6 hari lalu, pasien mengeluh mata kiri terasa
nyeri. Nyeri dirasakan terus menerus, sakit kepala (+), mual (+), muntah (-). Pasien juga
mengeluh pandangan kabur. Pandangan kabur muncul secara tiba-tiba pada pagi hari. Pasien
juga melihat cahaya yang berpendar disekitar lampu atau benda yang terang. Pandangan
seperti melihat pada terowongan (+). Silau (+), seperti melihat asap (-), pandangan ganda (-),
pandangan seperti melihat benda terbang (-). Pasien juga mengeluh mata kiri merah, mata
berair (+), kotoran mata (-), rasa mengganjal pada mata (-), gatal (-), kesulitan membuka
kelopak mata (-). Pasien kemudian berobat ke RSKMM Palembang.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, Tekanan darah 130/ 80
mmHg, Nadi 82x/menit, RR: 22x/menit, dan suhu 36,5C. Sedangkan untuk pemeriksaan
oftalmologi didapatkan VOD 6/6, VOS 1/60 Ph (-). Tekanan intraokuler mata kanan dalam
batas normal, namun TIOS 59,1 mmHg. Konjungtiva mata kiri didapatkan mix injeksi
sedangkan mata kanan tenang. Kornea OD jernih, tetapi kornea OS edema. Bilik mata depan
kedua mata dangkal. Ukuran pupil mata kiri midriasis dengan ukuran diameter 7 mm. Pada
pemeriksaan segmen posterior didapatkan, refleks fundus kedua mata (+), papil OS
didapatkan gambaran bulat, berbatas tegas, warna merah (normal), cupp disc ratio 0,5 dan
perbandingan arteri vena 2:3. Papil OD masih dalam batas normal. Kontur pembuluh darah
pada kedua mata baik.
Dari anamnesis didapatkan keluhan berupa mata merah dengan penurunan visus. Dari
gejala yang dikeluhkan tersebut didapatkan petunjuk yaitu mata merah visus turun
mendadak, dengan kemungkinan diagnosis banding berupa glaukoma akut, uveitis, ulkus
kornea, dan trauma. Menyingkirkan satu per satu diagnosis banding tersebut dapat dilakukan
dengan anamnesis dan pemeriksaan status oftalmologi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan VOS 1/60 dengan tekanan TIOS 59,1 mmHg.
Terdapat mix injeksi, kornea odem dengan keadaan pupil mid-dilatasi. Pada uveitis yang
paling dikeluhkan ialah fotofobia dengan nyeri yang lebih kurang dibandingkan glaukoma
akut. penurunan visus pada mata yang terkena biasanya sedikit bahkan bisa normal. Tekanan
intraokuler bisa normal ataupun meningkat. Terdapat injeksi silier yang lebih dalam dan

kornea yang keruh karena oedem. Ditemukan cell dan flare pada bilik mata depan. Namun
iris dalam keadaan miosis (mengecil). Sehingga diagnosis uveitis dapat disingkirkan.
Ulkus kornea ditandai dengan pandangan kabur, nyeri, adanya secret mukopurulen
injeksi silier, mata berair disertai dengan adanya defec bergaung pada kornea (biasanya
berupa bintik putih pada kornea sesuai dengan lokasi ulkusnya). Pada pasien ini tidak
didapatkan defek bergaung pada kornea (bintik putih) sehingga diagnosis ini dapat di
singkirkan.
Trauma dapat menyebabkan mata merah dan visus yang menurun dengan mendadak,
keluhan yang dirasakan juga dapat berupa nyeri pada bola mata, sakit kepala, mual muntah,
silau bila kornea terkena. Namun diagnosis ini dapat disingkirkan dengan melakukan
anamnesis menanyakan ada tidak trauma sebelumnya. Dan pada kasus ini riwayat trauma
sebelumnya disangkal.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan diagnosis yang mungkin adalah
glaukoma akut. Glaukoma ditegakkan dengan adanya Kerusakan saraf optik, adanya defek
lapangan pandang dan peningkatan tekanan intraokuler. Pasien mengeluh pandangan kabur,
pandangan seperti melihat pada terowongan, silau, juga melihat cahaya yang berpendar
disekitar lampu atau benda yang terang. Hal ini menandakan adanya defek pada lapangan
pandang pasien. Kemudian pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan nilai TIOS dengan
tonometer schiotz yaitu 59,1 mmHg. Dan pemeriksaan dengan fundus didapatkan papil OS
didapatkan gambaran bulat, berbatas tegas, warna merah (normal), cupp disc ratio 0,5 dan
perbandingan arteri vena 2:3 hal ini menandakan sudah adanya kerusakan saraf optik pada
mata kiri pasien.
Pasien ini mengalami glaukoma akut yang merupakan salah satu glaukoma sudut
tertutup primer. Glaukoma sudut tertutup primer terjadi pada mata dengan predposisi
anatomis tanpa disertai kelainan lain. Peningkatan tekanan intra okular terjadi karena
sumbatan aliran aquous akibat adanya oklusi anyaman trabekular oleh iris perifer. Glaukoma
sudut tertutup akut (glaucoma akut) terjadi disebabkan oleh penutupan sudut bilik mata
depan yang mendadak oleh iris perifer. Hal ini menghambat aliran keluar aquous dan
tekanan intraocular meningkat dengan cepat, nyeri pada mata yang mendapat serangan yang
berlansung beberapa jam dan hilang setelah tidur sebentar. Melihat pelangi (halo) sekitar
lampu dan keadaan ini merupakan stadium prodormal yang disebabkan adanya kerusakan
epitel dan edema kornea, cahaya yang diterima seolah-olah dipantulkan kembali sehingga

membentuk lingkaran cahaya yang mengelilingi lapang pandang pasien atau disebut dengan
halo vision. Terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah. Selain itu ditemukan
pula bradikardia, mata dengan tanda- tanda peradangan seperti kelopak mata bengkak, mata
merah, tekanan bola mata sangat tinggi yang mengakibatkan pupil lebar, kornea suram dan
edem, iris sembab meradang, papil saraf optik hiperemis, edem dan lapang pandangan
menciut berat. Iris bengkak dengan atrofi dan sinekia posterior serta lensa menjadi keruh.
Tajam penglihatan sangat menurun.
Perlu dilakukan beberapa

pemeriksaan penunjang, seperti Pemeriksaan perimetri

humprey dilakukan untuk melihat defek lapang pandang yang terjadi akibat glaukoma yang
diderita. Pemeriksaan gonioscopi dilakukan untuk menentukan secara pasti jenis glaukoma
(sudut terbuka/sudut tertutup) dengan melihat kondisi sudut bilik mata depan.
Prinsip dari pengobatan glaukoma akut yaitu untuk mengurangi produksi humor
akuos dan meningkatkan sekresi dari humor akuos sehingga dapat menurunkan tekanan intra
okuler sesegera mungkin. Pada pasien ini diberikan topikal timol yang merupakan golongan
beta blocker yang bekerja menurunkan TIO dengan cara menginhibisi produksi humor
akueous. Onset kerja dari beta blocker ini terhadap produksi humor akueous mulai satu jam
setelah pemberian sampai empat minggu setelah pengobatan. Asetazolamid termasuk
golongan karbonik anhidrase yang bekerja menurunkan produksi humor akueous secara
langsung dengan mengantagoniskan aktifitas dari epitel siliar karbonik anhidrase sehingga
menurunkan produksi humor akueous dan menurunkan TIO. Pemberian KSR pada pasien ini
untuk mengatasi efek samping dari asetazolamid yang menyebabkan hipokalemia sehingga
perlu diberikan suplemen kalium. Pilocarpin eye drop adalah obat golongan miotik kuat
(parasimpatomimetik) yang digunakan pada glaukoma akut sudut tertutup. Trabekulektomi
diindikasikan untuk pasien-pasien dengan kegagalan terapi medikamentosa, pasien dengan
tingkat kepatuhan yang rendah, serta pada pasien glaukoma dengan penurunan tajam
penglihatan yang parah atau cupping disc yang ekstensif.
Glaukoma merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kebutaan. Jika di
tatalaksanai dengan cepat maka morbiditas penyakit dapat menurun. Pada pasien ini
mempunyai prognosis pada mata kiri berupa dubia ad bonam. Oleh karena itu perlu dilakukan
kontrol ulang berupa pemeriksaan visus, TIO dan lapang pandang.

Anda mungkin juga menyukai