INFANTICIDE
A. Definisi
Pengguguran anak sendiri (infanticide) adalah pembunuhan yang dilakukan seorang
ibu dengan atau tanpa bantuan orang lain terhadap bayinya pada saat dilahirkan atau
beberapa saat sesudah dilahirkan, oleh karena takut diketahui orang lain bahwa ia telah
melahirkan anak. (Amir, 1995)
Menurut Infanticide Act 1938, Section 1, infanticide didefinisikan sebagai berikut:
Where a woman by any wilful act or omission causes the death of her child under
the age of twelve months, but at the time the balance of her mind was disturbed by
reason of her not having fully recovered from the effect of giving birth to the child
or by reason of the effect of lactation consequent upon the birth of the child, then
she shall be guilty of infanticide, and may be dealt with and punished as if she had
been guilty of the offence of manslaughter of the child. (Payne, 2011)
B. Dasar Hukum di Indonesia
1. KUHP Pasal 181: barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau
menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya,
diancam dengan pidana penjara selama 9 bulan atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah.
2. KUHP Pasal 305: barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun
untuk ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri
daripadanya, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan.
3. KUHP Pasal 306: Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305
mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling
lama 7 tahun 6 bulan; Jika mengakibatkan kematian, pidana penjara paling lama 9
tahun.
4. KUHP Pasal 308: jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang
kelahiran anaknya, tidak lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk
ditemukan atau meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan diri daripadanya,
maka maksimum pidana tersebut dalam pasal 305 dan 306 dikurangi separuh.
5. KUHP Pasal 341: seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada
saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa
anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama
7 tahun.
6. KUHP Pasal 342: seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena
takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau
tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan
pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama 9
tahun.
7. KUHP Pasal 343: kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang
bagi orang lain yang turut serta melakukan sebagai pembunuhan atau pembunuhan
dengan rencana.
C. Tiga Unsur Penting
Pelaku:
Hanya ibu kandung korban yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan
anak sendiri.
Motif:
Ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan akan diketahui
orang telah melahirkan anak itu, biasanya anak yang dibunuh tersebut didapat dari
PEMERIKSAAN
LAHIR MATI
LAHIR HIDUP
1. Udara dalam
paru-paru
2. Udara dalam
lambung dan
usus
3. Udara dalam
liang telinga
bagian tengah
Tidak ada
Dada mengembang
diafragma turun ke sela iga 45
Makroskopik paru:
1) Mengisi rongga dadan &
menutupi sebagian
kandung jantung
2) Warna merah muda tidak
merata
3) Konsistensi spt pons
4) Teraba derik udara
5) Pleura tegang (taut pleura)
6) Berat 1/35 BB
7) Gambaran mozaik krn
alveoli terisi udara
Uji apung positif
Mikroskopik paru:
1) Alveoli mengembang
2) Tidak ada tonjolan
Ada
Ekstrauterin
Udara dalam saluran cerna:
Lambung-duodenum: hidup sesaat;
Usus halus: 1-2 jam;
Usus besar: 5-6 jam;
Rektum: hidup > 12 jam.
Mekonium dalam kolon: 24 jam
Perubahan pada tali pusat
Masih basah = 2 hari setelah lahir
Agak kering = 3 hari setelah lahir
Puput/lepas = 1 minggu 10 hari
Sembuh = > 2 minggu
o Sediaan darah Eritrosit berinti ditemukan sampai 24 jam pertama.
o Deposit asam urat di ginjal hari 2-4.
o Perubahan sirkulasi darah obliterasi arteri vena umbilikus 3-4 hari,
o
o
o
o
o
o
Mencocokan waktu partus ibu dan waktu lahir anak, serta tanda-tanda ibu baru
melahirkan (keadaan buah dada, rahim yang masih membesar, keluarnya cairan
kemerahan dari vagina (lochia), serta tanda-tanda yang menunjukkan bahwa si ibu
ABORTUS
1.
Definisi
Abortus menurut pengertian secara medis adalah gugur kandungan atau keguguran
dan keguguran itu sendiri berarti berakhirnya kehamilan, sebelum fetus dapat hidup
sendiri di luar kandungan. Batasan umur kandungan 28 minggu dan berat badan fetus
yang keluar kurang dari 1000 gram.
Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum ialah tindakan menghentikan
kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran tanpa melihat usia
kandungannya. Juga tidak dipersoalkan, apakah dengan pengguguran kehamilan tersebut
lahir bayi hidup atau mati. Yang dianggap penting adalah bahwa sewaktu pengguguran
kehamilan dilakukan, kandungan tersebut masih hidup.
Abortus menurut pengertian kedokteran dibagi menjadi:
1. Abortus spontan
2. Abortus provokatus , terbagi lagi menjadi :
Abortus provokatus terapeutikus
Abortus provokatus kriminalis
Dalam Hipocratic oath dokter dilarang melakukan aborsi, pendapat ini di setujui
dalam World Medical Declaration of Geneva 1948. Namun pada tahun 1970 pendapat
tersebut di ganti oleh asosiasi yang sama bahwa dokter dapat berpartisipasi dalam proses
aborsi namun harus sesuai dengan hukum yang berlaku di negaranya.5
2.
Dasar Hukum
Pasal KUHP terkait pengguguran kandungan mengancam pelaku:
KUHP pasal 346: Wanita yang sengaja menggugurkan kandungannya atau menyuruh
(hukuman maks. 12 tahun dan bila wanita tersebut meninggal huk. Maks 15 tahun)
KUHP pasal 348: Seseorang yang menggugurkan kandungan wanita dengan seizin
wanita tersebut (hukuman maks. 5 tahun 6 bulan dan bila wanita tersebut meninggal,
kepada anak di bawah usia 17 tahun/di bawah umur (hukuman maks. 9 bulan)
KUHP pasal 299: Barangsiapa menganjurkan/merawat/memberi obat kepada seorang
wanita dengan memberi harapan agar gugur kandungannya (hukuman maks. 4 tahun)
KUHP pasal 535: Barangsiapa mempertunjukkan secara terbuka alat/cara
menggugurkan kandungan (hukuman maks. 3 bulan)
Undang-Undang (UU) Kesehatan nomor 36 tahun 2009
Pasal 75
1. Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
2. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat
dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi
korban perkosaan.
3.
Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan
konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan
berwenang.
4.
Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki
sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 194
Setiap orang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat(2) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 tahun 2014 Tentang
Kesehatan Reproduksi 2
Pasal 31
(1) Tindakan aborsi hanya dapat dilakukan berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis; atau
b. kehamilan akibat perkosaan
(2) Tindakan aborsi akibat perkosaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
hanya dapat dilakukan apabila usia kehamilan paling lama berusia 40 (empat puluh)
hari dihitung sejak hari pertama haid terakhir
Pasal 32
(1) Indikasi kedaruratan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) huruf
a meliputi:
a. kehamilan yang mengancam nyawa dan kesehatan ibu; dan/atau
b. kehamilan yang mengancam nyawa dan kesehatan janin, termasuk yang menderita
penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki
sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan.
(2) Penanganan indikasi kedaruratan medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan standar.
Pasal 33
(1) Penentuan adanya indikasi kedaruratan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal
32 dilakukan oleh tim kelayakan aborsi.
(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri dari 2 (dua) orang
tenaga kesehatan yang diketuai oleh dokter yang memiliki kompetensi dan
kewenangan.
(3) Dalam menentukan indikasi kedaruratan medis, tim sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar.
(4) Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tim
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membuat surat keterangan kelayakan aborsi.
Pasal 34
(1) Kehamilan akibat perkosaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) huruf
Komplikasi 5
1. Perdarahan
Akibat luka pada jalan lahir dapat disebabkan oleh intevensi alat-alat yang
2.
3.
4.
5.
6.
ceroboh.
Infeksi dan sepsis
Akibat penggunaan alat yang tidak steril dan kurangnya antibiotik profilaksis
Syok
Akibat perdarahan (perforasi uterus, vagina)
Emboli udara
Terjadi saat dilakukan metode penyemprotan cairan ke uterusSteril
Steril
Komplikasi sistemik
Trombosis pada vena pelvis dan vena di kaki
Daftar Pustaka
Amir, A. (1995). Bunga Rampai Hukum Kesehatan. Jakarta: Widya Medika.
Budiyanto, A., Widiatmika, W., Sudiono, S., Mun'im, W. A., Sidhi, Hertian, S., et al.
(1997). Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta.
Moore, K. (2013). The Developing Human: Clinically Oriented Embryology (9th
ed.). Philadelphia: Elsevier.
Payne, J. J., Jones, R., Karch, S. B., & Manlove, J. (2011). Simpson's Forensic
Medicine, 13th Edition. UK: CRC Press.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014
TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI . (n.d.).
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG
KESEHATAN . (n.d.).