Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PERUMUSAN KEBIJAKAN PAJAK


(Dibuat untuk memenuhi tugas kelompok)

Oleh :
Kelompok 5
Novitasari

145030401111007

Yulia Ardiana S. P.

145030407111016

Amelinda Rahmawati

145030407111022

PROGRAM STUDI PERPAJAKAN


JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
September 2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya tim penulis bisa menyelesaikan tugas mata kuliah
Kebijakan Pajak yang membahas tentang Perumusan Kebijakan Pajak dalam
bentuk makalah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi
ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orangtua, kerabat, dan
teman-teman kami, sehingga hambatan-hambatan yang kami hadapi bisa teratasi.
Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Yuniadi Mayowan, S.SOS, MAB selaku dosen mata kuliah
Kebijakan Pajak.
2. Orang tua, teman dan kerabat yang telah membantu , membimbing dan
mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini dapat terselesaikan.
Tim penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih belum sempurna. Untuk itu, tim penulis mohon maaf
apabila ada hal yang kurang berkenan di hati para pembaca. Tidak lupa kritik dan
saran yang bersifat membangun sangatlah tim penulis harapkan demi keberhasilan
proses pembelajaran dan demi meningkatkan mutu makalah ini. Semoga makalah
ini bermanfaat.
Malang, September 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................
1
1

DAFTAR ISI..............................................................................................................
2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
.....................................................................................................................
3
1.2 Rumusan Masalah
.....................................................................................................................
3
1.3 Tujuan
.....................................................................................................................
3

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Model-model perumusan kebijakan.................................................
...................................5
2.2 Pemilihan model perumusan kebijakan terbaik....................................
...................................7
2.3 Proses ideal perumusan kebijakan....................................................
...................................7
2.4 Cost Benefit Analysis .......................................................................
...................................9
2.5 Risk Management Analysis...............................................................
...................................12
2.6 Perumusan kebijakan pajak........16

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
.....................................................................................................................
20
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
21

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Pemerintah memiliki peran yang sangat menentukan dalam
mengendalikan perekonomian nasional dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan nasional. Dalam upaya mengatur kegiatan perekonomian
nasional, pemerintah menggunakan berbagai perangkat kebijakan. Salah
satu perangkat kebijakan tersebut adalah kebijakan fiskal, yang dikenal
pula dengan kebijakan anggaran karena berkaitan dengan pengaturan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah
untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan
pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan
kebijakan moneter, yang bertujuan menstabilkan perekonomian dengan
cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrumen
utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Oleh karena itu,
dalam makalah ini tim penulis akan membahas bagaimana proses dalam
merumuskan kebijakan.

1.2

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam
tulisan ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana model-model perumusan kebijakan ?
1.2.2 Bagaimana memilih model perumusan kebijakan yang terbaik?
1.2.3 Bagaimana proses ideal perumusan sebuah kebijakan?
1.2.4 Bagaimana merumuskan sebuah kebijakan pajak?

1.3

TUJUAN
Sesuai dengan rumusan masalaha di atas, tujuan yang dicapai dalama
tulisan ini dideskripsikan sebagai berikut:
1.3.1 Memahami bagaimana model-model perumusan kebijakan
1.3.2 Memahami pemilihan model terbaik dalam merumuskan kebijakan
1.3.3 Memahami proses ideal dalam merumuskan sebuah kebijakan
1.3.4 Memahami bagaimana merumuskan kebijakan pajak

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Model-model Perumusan Kebijakan
Thomas R. Dye (Nugroho:2004) mengemukakan sembilan model dalam
merumuskan kebijakan :
1. Model kelembagaan (institutional)
Dalam model ini, tugas membuat kebijakan adalah tugas pemerintah atau
lembaga legislative. Dye membenarkan model ini, karena 3 alasan:
a. pemerintah memang lembaga yang sah dalam membuat kebijakan
b. fungsi pemerintah universal
c. pemerintah punya hak monopoli fungsi pemaksaan
2. Model Proses (process)
Dalam model ini, politik diartikan sebagai sebuah aktivitas sehingga
mempunyai proses. Model ini menerangkan, bagaimana kebijakan dibuat
atau seharusnya dibuat, namun kurang menekankan substansi seperti apa
yang harus ada. Jadi lebih mengutamakan step by step pembuatan
kebijakan tapi kurang focus terhadap isi/hal-hal penting yang harus ada
dalam kebijakan ini.
Proses yang diakui dalam model ini adalah:
a. identiifikasi permasalahan
b. menata agenda formulasi kebijakan
c. perumusan proposal kebijakan
d. legitimasi kebijakan
e. implementasi kebijakan
f. evaluasi kebijakan
3. Model Teori Kelompok (Group)

Disini, kebijakan diandaikan sebagai titik keseimbangan (equilibrium).


Beberapa kelompok kepentingan akan berusaha memengaruhi isi dan
bentuk kebijakan secara interaktif.
4. Model Elit (Elite)
Berkembang dari teori elit masa dimana masyarakat sesungguhnya hanya
ada kelompok yaitu kelompok pemegang kekuasaan / elit dan yang tidak
memegang kekuasaan. Kebijakan yang muncul bisa dari kepentingan
kelompok elit dimana mereka ingin mempertahankan status quo. Disini
masyarakat tidak dijadikan sebagai partisipan pembuat kebijakan.
5. Model Rasional (Rational)
Disini dalam mengambil sebuah kebijakan akan didasarkan dari
perhitungan rasional. Kebijakan yang diambil adalah hasil dari pemilihan
suatu kebijakan yang paling bermanfaat bagi masyarakat. Disini terdapa
cost benefit analysis atau analisa biaya manfaat.
6.

Model Inkremental (Incremental)


Model ini merupakan penggunaan kebijakan di masa lalu yang
dimodifikasi. Model ini berusaha untuk mempertahankan komitmen
kebijakan di masa lalu untuk mempertahankan kinerja yang telah dicapai.

7. Model Teori Permainan (Game Theory)


Disini formulasi kebijakan berada pada situasi kompetisi yang intensif.
Para perumus kebijakan berada dalam situasi pilihan yang tidak
independen ke dependen. Kunci agar kebijakan menang disini tergantung
kebijakan mana yang tahan dari serangan lawan, bukan yang paling
optimum.
8. Model Pilihan Publik (Public Choice)
Kebijakan disini dilihat sebagai sebuah proses formulasi keputusan
kolektif dari individu yang berkepentingan atas keputusan tersebut / public
choice. Model ini adalah

model yang paling demokratis karena

memberikan ruang yang

luas kepada public untuk mengontribusikan

pilihannya pada pemerintah sebelum diambil keputusan.


9.

Model Sistem (System)


Model ini mengasumsikan bahwa dalam pembuatan kebijakan terdiri dari
interaksi yang terbuka dan dinamis antar para pembuat kebijakan dengan
lingkungannya. Diibaratkan sebagai proses input output atau keluaran dan
masukan. Output yang dihasilkan oleh organisasi pada akhirnya akan
menjadi bagian lingkungan dan seterusnya akan berinteraksi dengan
organisasi.

2.2 Pemilihan Model Perumusan Kebijakan Terbaik


Perumusan kebijakan terbaik tergantung pada situasi dan kondisi
dari sebuah Negara. Model yang dibutuhkan dari sebuah Negara berbedabeda dan tidak dapat dipastikan mana yang lebih baik diantara kesembilan
model tersebut. Kesembilan model tersebut mempunyai sisi positif dan
negatifnya masing-masing. Dari situasi yang ada perumus kebijakan harus
bisa menganalisis kondisi yang sebenarnya agar sesuai dengan masalah
yang ada. Setelah itu baru perumus kebijakan merencanakan strategi apa
yang cocok dengan permasalahan tersebut. Setiap kebijakan yang akan
ditetapkan pasti memiliki resiko, seperti kelemahan, ancaman dan juga
memiliki kelebihan serta peluang. Maka dari itu, dalam merumuskan
sebuah kebijakan, perumus kebijakan harus mengantisipasi segala bentuk
resiko tersebut. Sehingga kebijakan yang dibuat sesuai dengan
permasalahan-permasalahan

yang

ada

dan

dapat

memecahkan

permasalahan tersebut.
2.3 Proses Ideal Dalam Perumusan Kebijakan
Proses atau tahap-tahap penyusunan dan perumusan kebijakan yang ideal
yaitu:
1. Pengindentifikasian masalah dan penyusunan agenda

Tahap pertama dalam proses perumusan kebijakan adalah


pengidentifikasian masalah dan penyusunan agenda, permasalahan,
keinginan, tuntutan, aspirasi, dan kehendak yang berkembang dalam
kehidupan masyarakat.
2. Penyusunan skala prioritas
Tahap

kedua

dalam

proses

perumusan

kebijakan

adalah

penyusunan skala prioritas. Ada begitu banyak permasalahan, keinginan,


tuntutan, maupun aspirasi dari masyarakat, semuanya tidak mungkin dapat
diselesaikan dan dipenuhi sekaligus secara bersamaan. Oleh sebab itu,
pemerintah perlu melakukan penyusunan skala prioritas, skala prioritas ini
bisa ditentukan apabila pengidentifikasian masalah sudah dilakukan,
sehingga dapat diketahui permasalahan apa saja yang harus segera
didahulukan untuk diatasi dengan kebijakan publik.
3. Perumusan rancangan kebijakan
Tahap ketiga dari proses perumusan kebijakan adalah perumusan
rancangan kebijakan. Jika permasalahan sudah diidentifikasi dan
ditentukan skala prioritasnya, maka pemerintah mulai menyusun
rancangan kebijakan untuk menyelesaikan atau mengatasi permasalah
tersebut. Dalam

menyusun dan

merumuskan rancangan kebijakan,

pemerintah tetap memperhatikan pendapat atau masukan dari masyarakat.


Formulasi (perumusan) kebijakan dapat berbentuk UU, Perpu, Kepres,
Perda, dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk formulasi kebijakan ini
disesuaikan dengan tingkat dan kebutuhan permasalahan.
4. Penetapan dan pengesahan kebijakan
Tahap yang ke empat dalam proses perumusan kebijakan adalah
penetapan dan pengesahan kebijakan. Pada tahap ini rumusan rancangan
kebijakan sudah selesai dibahas dan disepakati oleh lembaga yang terkait.
Dengan demikian, rancangan kebijakan tersebut siap untuk ditetapkan dan
disahkan dalam bentuk peraturan atau undang-undang.

Kebijakan yang sudah disahkan tersebut perlu disosialisasikan


terlebih dahulu kepada masyarakat sebelum diberlakukan. Hal ini
bertujuan agar masyarakat mengetahui kebijakan baru tersebut, memahami
maksud dan tujuan kebijakan, dan siap untuk melaksanakannya.
5. Pelaksanaan kebijakan
Tahap kelima dalam proses perumusan kebijakan kebijakan publik
adalah pelaksanaan kebijakan. Dalam

pelaksanaan suatu kebijakan,

masyarakat sudah dianggap siap untuk mengikuti dan merepakan


kebijakan tersebut, termasuk pemerintah sendiri. Pada tahap ini, semua
kebijakan yang telah dirumuskan tadi diuji secara nyata, sehingga adapat
diketahui apakah kebijakan baru tersebut yang diambil itu dapat mengatasi
permasalahan atau tidak.
6. Evaluasi Kebijakan
Tahap

terakhir adalah evaluasi kebijakan. Pada tahap ini

pelaksanaan kebijakan publik dievaluasi untuk mengetahui apakah sudah


sesuai dengan harapan

masyarakat dan terbukti efektif memcahkan

masalah atau tidak. Jika hasilnya baik maka kebijakan tersebut diteruskan,
sebaliknya jika kebijakan tersebut itu menimbulkan dampak atau
permasalahan baru, maka sudah selayaknya kebijakan tersebut ditinjau
ulang atau diperbaiki. Dalam evaluasi ini diketahui pula prestasi yang
dicapai dari kebijakan publik tersebut, sehingga dapat dijadikan acuan
untuk perumusan kebijakan berikutnya.
2.3 Cost And Benefit Analysis (Cba)
Pengertian:
Analisis biaya manfaat adalah suatu alat analisis dengan prosedur yang
sistematis untuk membandingkan serangkaian biaya dan manfaat yang
relevan dengan sebuah aktivitas atau proyek. Tujuan akhir yang ingin
dicapai adalah secara akurat membandingkan kedua nilai, manakah yang
lebih besar. Selanjutnya dari hasil pembandingan ini, pengambil keputusan

10

dapat mempertimbangkan untuk melanjutkan suatu rencana atau tidak dari


sebuah aktivitas, produk atau proyek, atau dalam konteks evaluasi atas
sesuatu yang telah berjalan, adalah menentukan keberlanjutannya
Ciri Khusus Cost and Benefit Analysis:
a.

Analisis biaya manfaat berusaha mengukur semua biaya dan manfaat


untuk masyarakat yang kemungkinan dihasilkan dari program publik,
termasuk berbagai hal yang tidak terlihat yang tidak mudah untuk diukur

b.

biaya danmanfaatnya dalam bentuk uang.


Analisis biaya manfaat secara tradisional melambangkan rasionalitas
ekonomi, karena kriteria sebagian besar ditentukan dengan penggunaan
efisiensi ekonomi secara global. Suatu kebijakan atau program dikatakan
efisien jika manfaat bersih (total manfaat dikurangi total total biaya)
adalah lebih besar dari nol dan lebih tinggi dari manfaat bersih yang
mungkin dapat dihasilkan dari sejumlah alternatif investasi lainnya di

sektor swasta dan publik.


c. Analisis biaya manfaat secara tradisional menggunakan pasar swasta
sebagai titik tolak di dalam memberikan rekomendasi program publik.
d. Analisis biaya manfaat kontemporer, sering disebut analisis biaya manfaat
sosial, dapat juga digunakan untuk mengukur pendistribusian kembali
manfaat.
Kelebihan dan Kekurangan Cost and Benefit Analysis:
Kelebihan
Biaya dan manfaat diukur dengan nilai uang, sehingga memungkinkan analis

untuk mengurangi biaya dari manfaat.


Analisis biaya manfaat memungkinkan analis melihat lebih luas dari kebijakan
atau program tertentu, dan mengaitkan manfaat terhadap pendapatan masyarakat

secara keseluruhan.
Analisis biaya manfaat memungkinkan analis membandingkan program secara
luas dalam lapangan yang berbeda.

Kekurangan
Tekanan yang terlalu eksklusif pada efisiensi ekonomi, sehingga kriteria keadilan
tidak dapat diterapkan.

11

Nilai uang tidak cukup untuk mengukur daya tanggap (responsiveness) karena

adanya variasi pendapatan antar masyarakat.


Ketika harga pasar tidak tersedia, analis harus membuat harya bayangan (shadow
price) yang subyektif sifatnya.

Tahapan CBA :
Menurut Lawrence dan Mears (2004), tahapan dasar dalam melakukan
analisis biaya manfaat secara umum meliputi:
a. Penetapan

tujuan

analisis

dengan

tepat

Sebelum data dikumpulkan, penentuan tujuan analisis menjadi vital.


Misalnya apakah yang akan dievaluasi nantinya hanya satu
proyek/aktivitas atau beberapa.
b. Penetapan
perspektif
yang
pemangkukepentingan

dipergunakan

(identifikasi

yang

terlibat)

Penetapan perspektif dalam memperhitungkan biaya dan manfaat


perlu dilakukan dari awal untuk mempertimbangkan sensitivitas
hasilnya.
c. Mengidentifikasi

biaya

dan

manfaat

Tahapan selanjutnya yang penting adalah mengidentifikasi semua


manfaat dan biaya. Secara umum dalam memperhitungkan manfaat
terdapat duakomponen yaitu (i) manfaat langsung dan (ii) manfaat
tidak langsung.
d. Menghitung, mengestimasi, menskalakan dan mengkuantifikasi
biaya dan manfaat.
Setelah komponen biaya dan manfaat diidentifikasi pada tahap
sebelumnya mengkuantifikasikan dalam satuan moneter (jika
memungkinkan) atau menskalakan beberapa item yang tidak
memiliki satuan kuantitiatif dan selanjutnya dihitung untuk seluruh
nilai yang satuannya sama menjadi total biaya dan manfaat.
e. Memperhitungkan
jangka
waktu
(discount

factor)

Discount factor adalah nilai pengurang dalam masa sekarang dari


manfaat dan biaya yang akan terjadi pada periode masa yang akan
datang. Penggunaan discount factor sangat penting jika benefit dan

12

biaya

yang

muncul

lebih

dari

satu

memperhitungkan ketidakpastian.
f. Menguraikan
keterbatasan

periode

dan

dan

untuk
asumsi

Karena pada tahap kedua perspektif menjadi penentu lingkup


manfaat dan biaya yang diperhitungkan, maka keterbatasan atas
tidak dimasukkanya hal- hal yang jauh kaitannya adalah bagian dari
keterbatasan dan asumsi yang harus dijelaskan agar pengguna
informasi analisis CBA memahami batasan perhitungannya.
2.5 Pengertian Risk Management
Risk Management / Manajemen Resiko adalah sebuah cara yang
sistematis dalam memandang sebuah resiko dan menentukan dengan tepat
penanganan resiko tersebut. Ini merupakan sebuah sarana untuk
mengidentifikasi sumber dari resiko dan ketidakpastian, dan memperkirakan
dampak yang ditimbulkan dan mengembangkan respon yang harus
dilakukan untuk menanggapi resiko.
Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko
kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan
menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu.
Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi
risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih
pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa
berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, manusia,
teknologi, dan politik.
Risiko dapat dikategorikan ke dalam dua bentuk :

Risiko Spekulatif (Business Risk) :


Yaitu suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat memberikan
keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian. Seseorang yang
menginvestasikan dananya disuatu tempat menghadapi dua kemungkinan.
Kemungkinan

pertama

investasinya

menguntungkan

atau

malah

investasinya merugikan. Risiko yang dihadapi seperti ini adalah risiko


spekulatif.
13

Risiko Murni (Pure Risk) :


Yaitu sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apaapa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu contoh adalah
kebakaran, apabila perusahaan menderita kebakaran,maka perusahaan
tersebut akan menderita kerugian. kemungkinan yang lain adalah tidak
terjadi kebakaran. Dengan demikian, kebakaran hanya menimbulkan
kerugian, bukan menimbulkan keuntungan, kecuali ada kesengajaan untuk
membakar dengan maksud-maksud tertentu.
Manfaat Manajemen Resiko :

Berguna untuk mengambil keputusan dalam menangani masalah-masalah


yang rumit.

Memudahkan estimasi biaya..

Memberikan pendapat dan intuisi dalam pembuatan keputusan yang


dihasilkan dalam cara yang benar.

Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi resiko


dan ketidakpastian dalam keadaan yang nyata.

Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk memutuskan berapa


banyak informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah.

Meningkatkan pendekatan sistematis dan logika untuk membuat


keputusan.

Menyediakan pedoman untuk membantu perumusan masalah.

Memungkinkan analisa yang cermat dari pilihan-pilihan alternatif.


Manfaat Manajemen Resiko yang diberikan terhadap perusahaan dibagi
dalam 5 kategori utama yaitu :

Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan.

Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.

14

Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.

Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya


perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non material bagi
perusahaan itu.

Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena


kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang
dilindungi maka secara tidak langsung menolong meningkatkan public
image.
Sasaran yang akan dicapai Manajemen Resiko antara lain :

Survival

Kedamaian pikiran

Memperkecil biaya

Menstabilkan pendapatan perusahaan

Memperkecil atau meniadakan gangguan operasi perusahaan

Melanjutkan pertumbuhan perusahaan

Resiko Fiskal dikelompokkan dalam empat kategori utama yaitu :


1) Resiko Ekonomi Makro
Dalam penyusunan APBN indikator-indikator ekonomi makro yang
digunakan sebagai dasar penyusunan adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat
inflasi, suku bunga sertifikat Bank Indonesia, nilai tukar rupiah, harga
minyak mentah Indonesia dan lifting minyak. Indikator tersebut merupakan
asumsi

dasar

yang

menjadi

acuan

penghitungan

besaran-besaran

pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam APBN. Secara umum sumber


resiko fiskal yang dihadapi oleh APBN 2012 terutama berasal dari dua
resiko utama, yakni inflasi dan harga minyak.
a. Inflasi.

15

Pemerintah memproyeksikan angka inflasi tahun 2012 berkisar antara 3,55,5 persen. Sementara itu menurut IMF dalam World Economic Outlook
per April 2012, inflasi diperkirakan sebesar 5,85 persen. Angka ini lebih
tinggi daripada realisasi inflasi tahun 2010 dan lebih rendah dari proyeksi
tahun 2011. Dengan demikian angka proyeksi pemerintah masih sejalan
dengan kecendrungan penurunan angka inflasi. Meskipun angka inflasi
telah menunjukkan angka penurunan, tetapi resiko tekanan inflasi ke depan
diperkirakan masih cukup tinggi.
b. Harga Minyak.
Pemerintah memerintahkan harga minyak berkisar antara US$ 75 per
barel s/d US$95 per barel, angka tersebut sejalan dengan penurunan harga
minyak dipasaran dunia.
2) Resiko Utang Dinamika Ekonomi Makro
Pengelolaan resiko utang diperlukan agar target pembiayaan utang dapat
diperoleh dengan biaya yang wajar dan tidak menimbulkan penumpukan
beban utang yang tidak terkendali pada masa yang akan mendatang.pada
dasarnya resiko utang terdiri dari empat, diantaranya :
a) Resiko pasar ini terdiri dari resiko nilai tukar, resiko tingkat bunga dan
resiko likuiditas yag timbul sebagai akibat dari ketidakpastian kondisi
pasar keuangan yang dinamis. Resiko nilai tukar terutama berasal dari
utang melalui pinjaman luar negeri, sedangkan resiko tingkat bunga
bersumber dari pinjaman luar negeri berbasis LIBOR dan SBN berbasis
SBI 3 bulan.
b) Sedangkan resiko pembiayaan kembali disebabkan oleh besarnya
pembayaran kewajiban utang pada tahun/ periode tertentu.
c) Resiko operasional
Resiko operasional adalah resiko yang disebabkan oleh kegagalan pada
orang, proses bisnis dan sistem diunit terkait. Sert yang ditimbulkan oleh
aspek legal. Resiko ini antara lain dapat berupa gagal bayar akibat
kelalaian manusia atau kegagalan sistem yang berdampak pada
penurunan sorvereign credit rating.
16

d) Resiko Reputasi
Resiko Reputasi merupakan resiko penurunan kredibilitas pengelolaan
utang dari sudut pandang investor dan lender yang disebabkan oleh
rendahnya

tingkat

kepastian

dan

konsistensi

penerapan

strategi

pengelolaan utang.
3) Kewajiban Kontijensi Pemerintah Pusat
Kewajiban kontijensi merupakan kewajiban potensial yang timbul dari
peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau
tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak
sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah. Kewajiban kontijensi
pemerintah pusat yang menjadi resiko fiskal bersumber dari pemberian
dukungan dan/ atau pinjaman pemerintah atas proyek-proyek infrastruktur,
kewajiban yang timbul akibat program pension dan tabungan hari tua
pegawai negeri.
4) Desentralisasi Fiskal
Kebijakan desentralisasi fiskal dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing
daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Republik
Kesatuan Indonesia. dalam hal pelaksanaanya, penerapan kebijakan ini
selain menghasilkan hal-hal positif sebagaimana yang diharapkan ternyata
juga berpotensi menimbulkan resiko fiskal. Resiko Fiskal

dari

desentralisasi fiskal diantaranya, bersumber dari kebijakan pemekaran


daerah, tunggakan pemerintah daerah atas pengembalian penerusan
pinjaman dari luar negeri dan rekening pinjaman daerah serta pengalihan
pajak pusat menjadi pajak daerah.
2.6 Perumusan Kebijakan Pajak
Perumusan kebijakan fiscal bertujuan untuk meningkatan pertumbuhan
ekonomi. Perumusan kebijakan fiscal merupakan langkah-langkah pemerintah
17

untuk membuat perubahan-perubahan dalam system pajak atau dalam


pembelanjaannya dengan tujuan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang
sedang dihadapi.
Proses perumusan kebijakan merupakan inti dari kebijakan fiskal, karena
dari sinilah akan dirumuskan batas-batas dari kebijakan itu sendiri. Dari beberapa
pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 tahap dalam merumuskan
sebuah kebijakan, yaitu:
1. Perumusan masalah.
Mengenali dan merumuskan masalah merupakan langkah yang paling dasar dalam
membuat sebuah kebijakan. Untuk dapat merumuskan kebijakan dengan baik,
maka masalah-masalah fiscal dalam negara harus dikenali dan dipahami dengan
baik.
2. Agenda kebijakan.
Tidak semua masalah fiscal akan masuk ke dalam agenda kebijakan. Masalahmasalah tersebut akan disaring sehingga akan didapat masalah yang akan
diagendakan pertama. Hanya masalah-masalah tertentu yang pada akhirnya akan
masuk ke dalam agenda kebijakan. Masalah fiskal yang masuk ke dalam agenda
kebijakan kemudian akan dibahas oleh para perumus kebijakan, seperti kalangan
legislatif, kalangan eksekutif, dan actor perumus kebijakan lainnya. Masalahmasalah tersebut dibahas berdasarkan tingkat urgensinya untuk diselesaikan.
Menurut Abidin (2006:127), agenda kebijakan adalah sebuah daftar permasalahan
atau isu yang mendapat perhatian serius karena berbagai sebab untuk
ditindaklanjuti atau diproses pihak-pihak yang berwenang menjadi kebijakan.
Proses masuknya isu ke dalam agenda kebijakan tidak sepenuhnya dapat
dilakukan secara rasional dan lebih sering bersifat politis.
3. Pemilihan alternatif kebijakan untuk memecahkan masalah.
Masalah yang masuk ke dalam agenda kebijakan akan dibahas oleh para pembuat
kebijakan. Kemudian masalah tersebut didefinisikan dan

dicari alternatif

pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari

18

berbagai alternatif yang ada. Dalam tahap ini, masing-masing alternatif akan
bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan
masalah tersebut. Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh
para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut
dipilih dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur
lembaga atau keputusan peradilan.
4. Penetapan kebijakan.
Setelah salah satu dari sekian alternatif kebijakan diputuskan untuk diambil
sebagai cara pemecahan masalah, tahap selanjutnya yaitu menetapkan kebijakan
yang dipilih tersebut sehingga mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.
Alternatif kebijakan yang diambil pada dasarnya merupakan kompromi dari
berbagai kelompok kepentingan yang terlibat dalam permbuatan kebijakan
tersebut.
5. Penilaian kebijakan.
Pada tahap ini, kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk
melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah.
Kebijakan fiskal pada dasarnya dibuat untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Maka dari itu, harus ada indicator yang dapat menentukan berhasil
tidaknya sebuah kebijakan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan kebijakan fiscal
yaitu:
1. Bagaimana cara untuk mengurangi kemiskinan absolute.
Sebuah kebijakan fiscal, penting di dalamnya untuk memperhatikan
masalah kemiskinan absolute. Kebijakan fiscal harus dapat menurukan
tingkat kemiskinan yang konsisten dan signifikan.
2. Tingkat pengangguran.
Sebuah kebijakan fiscal yang dibuat harus lebih fokus pada bagaimana
menciptakan lapangan pekerjaan baru. Pembangunan infrastruktur yang
akan dilakukan diarahkan kepada infrastruktur yang dapat menghasilkan
lapangan pekerjaan baru sehingga dapat menggerakan perekonomian.
3. Ketimpangan pendapatan.

19

Kebijakan fiscal yang dibuat harus lebih memiliki dampak makro yang
signifikan. Untuk memperbaiki ketimpangan pendapatan yang terjadi,
dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Negara yang
pertumbuhan ekonominya bagus akan menunjukkan kenaikan pendapatan
nasional. Pendapatan nasional yang tinggi mencerminkan tingkat
kemakmuran masyarakat yang meningkat. Kebijakan fiscal yang dibuat
harus dapat menghapuskan ketimpangan, distribusi pendapatan rata dan
meningkatkan pendapatan nasional.

20

BAB III
PENUTUP
3.1

KESIMPULAN
Dalam perumusan kebijakan, terdapat 9 model perumusan
kebijakan. Yaitu model kelembagaan, proses, kelompok, teori rasional,
elit, incremental, teori permainan, pilihan public, system. Keseluruhan
model tersebut memiliki pandangan masing-masing mengenai
perumusan kebijakan.
Analisis biaya manfaat adalah suatu alat analisis dengan
prosedur yang sistematis untuk membandingkan serangkaian biaya
dan manfaat yang relevan dengan sebuah aktivitas atau proyek
Risk Management / Manajemen Resiko adalah sebuah cara yang
sistematis dalam memandang sebuah resiko dan menentukan dengan
tepat penanganan resiko tersebut. Ini merupakan sebuah sarana untuk
mengidentifikasi sumber dari resiko dan ketidakpastian, dan
memperkirakan dampak yang ditimbulkan dan mengembangkan
respon yang harus dilakukan untuk menanggapi resiko.
Perumusan kebijakan pajak atau fiscal bertujuan untuk
meningkatkan

pertumbuhan

ekonomi.

Dalam

menyusun

atau

merumuskan kebijakan, terdapat 5 tahap yaitu tahap perumusan


masalah, mengagendakan kebijakan, pemilihan alternatif kebijakan
untuk memecahkan masalah, penetapan kebijakan dan penilaian
kebijakan. Kelima tahap ini tidak dapat dilewatkan agar kebijakan
dapat mengatasi permasalahan secara cepat dan tepat. Terdapat tiga
aspek penting dalam merumuskan kebijakan pajak. Bagaimana
mengurangi kemiskinan absolute, ketimpangan pendapatan dan
tingkat pengangguran merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam
merumuskan kebijakan fiscal. Ketiga masalah penting tersebut harus
segera diselesaikan agar sebuah Negara dapat dikatakan sebuah
Negara maju dan kebijakan pajaknya dinilai sukses.

21

DAFTAR PUSTAKA
Adji, Suwerli dan Suratno. 2007. EKONOMI Untuk SMA/MA Kelas XI.
Jakarta: Erlangga
http://kemenkeu.go.id/Berita/menkeu-tiga-aspek-penting-dalammerumuskan-kebijakan-fiskal diakses pada tanggal 10 September
2016 pukul 14.52 WIB
http://anggraica.blogspot.co.id/2013/06/cost-and-benefit-analysis-cba.html

diakses pada tanggal 10 September 2016 pukul 14.54 WIB


http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_risiko diakses pada tanggal 9 September
2016 pukul 13.21 WIB
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/09/manajemen-resiko-definisi-danmanfaat.html diakses pada tanggal 9 September 2016 pukul 13.25 WIB

22

Anda mungkin juga menyukai