Oleh :
Kelompok 5
Novitasari
145030401111007
Yulia Ardiana S. P.
145030407111016
Amelinda Rahmawati
145030407111022
KATA PENGANTAR
Puji syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya tim penulis bisa menyelesaikan tugas mata kuliah
Kebijakan Pajak yang membahas tentang Perumusan Kebijakan Pajak dalam
bentuk makalah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi
ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orangtua, kerabat, dan
teman-teman kami, sehingga hambatan-hambatan yang kami hadapi bisa teratasi.
Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Yuniadi Mayowan, S.SOS, MAB selaku dosen mata kuliah
Kebijakan Pajak.
2. Orang tua, teman dan kerabat yang telah membantu , membimbing dan
mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini dapat terselesaikan.
Tim penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih belum sempurna. Untuk itu, tim penulis mohon maaf
apabila ada hal yang kurang berkenan di hati para pembaca. Tidak lupa kritik dan
saran yang bersifat membangun sangatlah tim penulis harapkan demi keberhasilan
proses pembelajaran dan demi meningkatkan mutu makalah ini. Semoga makalah
ini bermanfaat.
Malang, September 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................
1
1
DAFTAR ISI..............................................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
.....................................................................................................................
3
1.2 Rumusan Masalah
.....................................................................................................................
3
1.3 Tujuan
.....................................................................................................................
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Model-model perumusan kebijakan.................................................
...................................5
2.2 Pemilihan model perumusan kebijakan terbaik....................................
...................................7
2.3 Proses ideal perumusan kebijakan....................................................
...................................7
2.4 Cost Benefit Analysis .......................................................................
...................................9
2.5 Risk Management Analysis...............................................................
...................................12
2.6 Perumusan kebijakan pajak........16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Pemerintah memiliki peran yang sangat menentukan dalam
mengendalikan perekonomian nasional dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan nasional. Dalam upaya mengatur kegiatan perekonomian
nasional, pemerintah menggunakan berbagai perangkat kebijakan. Salah
satu perangkat kebijakan tersebut adalah kebijakan fiskal, yang dikenal
pula dengan kebijakan anggaran karena berkaitan dengan pengaturan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah
untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan
pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan
kebijakan moneter, yang bertujuan menstabilkan perekonomian dengan
cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrumen
utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Oleh karena itu,
dalam makalah ini tim penulis akan membahas bagaimana proses dalam
merumuskan kebijakan.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam
tulisan ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana model-model perumusan kebijakan ?
1.2.2 Bagaimana memilih model perumusan kebijakan yang terbaik?
1.2.3 Bagaimana proses ideal perumusan sebuah kebijakan?
1.2.4 Bagaimana merumuskan sebuah kebijakan pajak?
1.3
TUJUAN
Sesuai dengan rumusan masalaha di atas, tujuan yang dicapai dalama
tulisan ini dideskripsikan sebagai berikut:
1.3.1 Memahami bagaimana model-model perumusan kebijakan
1.3.2 Memahami pemilihan model terbaik dalam merumuskan kebijakan
1.3.3 Memahami proses ideal dalam merumuskan sebuah kebijakan
1.3.4 Memahami bagaimana merumuskan kebijakan pajak
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Model-model Perumusan Kebijakan
Thomas R. Dye (Nugroho:2004) mengemukakan sembilan model dalam
merumuskan kebijakan :
1. Model kelembagaan (institutional)
Dalam model ini, tugas membuat kebijakan adalah tugas pemerintah atau
lembaga legislative. Dye membenarkan model ini, karena 3 alasan:
a. pemerintah memang lembaga yang sah dalam membuat kebijakan
b. fungsi pemerintah universal
c. pemerintah punya hak monopoli fungsi pemaksaan
2. Model Proses (process)
Dalam model ini, politik diartikan sebagai sebuah aktivitas sehingga
mempunyai proses. Model ini menerangkan, bagaimana kebijakan dibuat
atau seharusnya dibuat, namun kurang menekankan substansi seperti apa
yang harus ada. Jadi lebih mengutamakan step by step pembuatan
kebijakan tapi kurang focus terhadap isi/hal-hal penting yang harus ada
dalam kebijakan ini.
Proses yang diakui dalam model ini adalah:
a. identiifikasi permasalahan
b. menata agenda formulasi kebijakan
c. perumusan proposal kebijakan
d. legitimasi kebijakan
e. implementasi kebijakan
f. evaluasi kebijakan
3. Model Teori Kelompok (Group)
yang
ada
dan
dapat
memecahkan
permasalahan tersebut.
2.3 Proses Ideal Dalam Perumusan Kebijakan
Proses atau tahap-tahap penyusunan dan perumusan kebijakan yang ideal
yaitu:
1. Pengindentifikasian masalah dan penyusunan agenda
kedua
dalam
proses
perumusan
kebijakan
adalah
menyusun dan
masalah atau tidak. Jika hasilnya baik maka kebijakan tersebut diteruskan,
sebaliknya jika kebijakan tersebut itu menimbulkan dampak atau
permasalahan baru, maka sudah selayaknya kebijakan tersebut ditinjau
ulang atau diperbaiki. Dalam evaluasi ini diketahui pula prestasi yang
dicapai dari kebijakan publik tersebut, sehingga dapat dijadikan acuan
untuk perumusan kebijakan berikutnya.
2.3 Cost And Benefit Analysis (Cba)
Pengertian:
Analisis biaya manfaat adalah suatu alat analisis dengan prosedur yang
sistematis untuk membandingkan serangkaian biaya dan manfaat yang
relevan dengan sebuah aktivitas atau proyek. Tujuan akhir yang ingin
dicapai adalah secara akurat membandingkan kedua nilai, manakah yang
lebih besar. Selanjutnya dari hasil pembandingan ini, pengambil keputusan
10
b.
secara keseluruhan.
Analisis biaya manfaat memungkinkan analis membandingkan program secara
luas dalam lapangan yang berbeda.
Kekurangan
Tekanan yang terlalu eksklusif pada efisiensi ekonomi, sehingga kriteria keadilan
tidak dapat diterapkan.
11
Nilai uang tidak cukup untuk mengukur daya tanggap (responsiveness) karena
Tahapan CBA :
Menurut Lawrence dan Mears (2004), tahapan dasar dalam melakukan
analisis biaya manfaat secara umum meliputi:
a. Penetapan
tujuan
analisis
dengan
tepat
dipergunakan
(identifikasi
yang
terlibat)
biaya
dan
manfaat
factor)
12
biaya
yang
muncul
lebih
dari
satu
memperhitungkan ketidakpastian.
f. Menguraikan
keterbatasan
periode
dan
dan
untuk
asumsi
pertama
investasinya
menguntungkan
atau
malah
14
Survival
Kedamaian pikiran
Memperkecil biaya
dasar
yang
menjadi
acuan
penghitungan
besaran-besaran
15
Pemerintah memproyeksikan angka inflasi tahun 2012 berkisar antara 3,55,5 persen. Sementara itu menurut IMF dalam World Economic Outlook
per April 2012, inflasi diperkirakan sebesar 5,85 persen. Angka ini lebih
tinggi daripada realisasi inflasi tahun 2010 dan lebih rendah dari proyeksi
tahun 2011. Dengan demikian angka proyeksi pemerintah masih sejalan
dengan kecendrungan penurunan angka inflasi. Meskipun angka inflasi
telah menunjukkan angka penurunan, tetapi resiko tekanan inflasi ke depan
diperkirakan masih cukup tinggi.
b. Harga Minyak.
Pemerintah memerintahkan harga minyak berkisar antara US$ 75 per
barel s/d US$95 per barel, angka tersebut sejalan dengan penurunan harga
minyak dipasaran dunia.
2) Resiko Utang Dinamika Ekonomi Makro
Pengelolaan resiko utang diperlukan agar target pembiayaan utang dapat
diperoleh dengan biaya yang wajar dan tidak menimbulkan penumpukan
beban utang yang tidak terkendali pada masa yang akan mendatang.pada
dasarnya resiko utang terdiri dari empat, diantaranya :
a) Resiko pasar ini terdiri dari resiko nilai tukar, resiko tingkat bunga dan
resiko likuiditas yag timbul sebagai akibat dari ketidakpastian kondisi
pasar keuangan yang dinamis. Resiko nilai tukar terutama berasal dari
utang melalui pinjaman luar negeri, sedangkan resiko tingkat bunga
bersumber dari pinjaman luar negeri berbasis LIBOR dan SBN berbasis
SBI 3 bulan.
b) Sedangkan resiko pembiayaan kembali disebabkan oleh besarnya
pembayaran kewajiban utang pada tahun/ periode tertentu.
c) Resiko operasional
Resiko operasional adalah resiko yang disebabkan oleh kegagalan pada
orang, proses bisnis dan sistem diunit terkait. Sert yang ditimbulkan oleh
aspek legal. Resiko ini antara lain dapat berupa gagal bayar akibat
kelalaian manusia atau kegagalan sistem yang berdampak pada
penurunan sorvereign credit rating.
16
d) Resiko Reputasi
Resiko Reputasi merupakan resiko penurunan kredibilitas pengelolaan
utang dari sudut pandang investor dan lender yang disebabkan oleh
rendahnya
tingkat
kepastian
dan
konsistensi
penerapan
strategi
pengelolaan utang.
3) Kewajiban Kontijensi Pemerintah Pusat
Kewajiban kontijensi merupakan kewajiban potensial yang timbul dari
peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau
tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak
sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah. Kewajiban kontijensi
pemerintah pusat yang menjadi resiko fiskal bersumber dari pemberian
dukungan dan/ atau pinjaman pemerintah atas proyek-proyek infrastruktur,
kewajiban yang timbul akibat program pension dan tabungan hari tua
pegawai negeri.
4) Desentralisasi Fiskal
Kebijakan desentralisasi fiskal dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing
daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Republik
Kesatuan Indonesia. dalam hal pelaksanaanya, penerapan kebijakan ini
selain menghasilkan hal-hal positif sebagaimana yang diharapkan ternyata
juga berpotensi menimbulkan resiko fiskal. Resiko Fiskal
dari
dicari alternatif
18
berbagai alternatif yang ada. Dalam tahap ini, masing-masing alternatif akan
bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan
masalah tersebut. Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh
para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut
dipilih dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur
lembaga atau keputusan peradilan.
4. Penetapan kebijakan.
Setelah salah satu dari sekian alternatif kebijakan diputuskan untuk diambil
sebagai cara pemecahan masalah, tahap selanjutnya yaitu menetapkan kebijakan
yang dipilih tersebut sehingga mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.
Alternatif kebijakan yang diambil pada dasarnya merupakan kompromi dari
berbagai kelompok kepentingan yang terlibat dalam permbuatan kebijakan
tersebut.
5. Penilaian kebijakan.
Pada tahap ini, kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk
melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah.
Kebijakan fiskal pada dasarnya dibuat untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Maka dari itu, harus ada indicator yang dapat menentukan berhasil
tidaknya sebuah kebijakan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan kebijakan fiscal
yaitu:
1. Bagaimana cara untuk mengurangi kemiskinan absolute.
Sebuah kebijakan fiscal, penting di dalamnya untuk memperhatikan
masalah kemiskinan absolute. Kebijakan fiscal harus dapat menurukan
tingkat kemiskinan yang konsisten dan signifikan.
2. Tingkat pengangguran.
Sebuah kebijakan fiscal yang dibuat harus lebih fokus pada bagaimana
menciptakan lapangan pekerjaan baru. Pembangunan infrastruktur yang
akan dilakukan diarahkan kepada infrastruktur yang dapat menghasilkan
lapangan pekerjaan baru sehingga dapat menggerakan perekonomian.
3. Ketimpangan pendapatan.
19
Kebijakan fiscal yang dibuat harus lebih memiliki dampak makro yang
signifikan. Untuk memperbaiki ketimpangan pendapatan yang terjadi,
dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Negara yang
pertumbuhan ekonominya bagus akan menunjukkan kenaikan pendapatan
nasional. Pendapatan nasional yang tinggi mencerminkan tingkat
kemakmuran masyarakat yang meningkat. Kebijakan fiscal yang dibuat
harus dapat menghapuskan ketimpangan, distribusi pendapatan rata dan
meningkatkan pendapatan nasional.
20
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Dalam perumusan kebijakan, terdapat 9 model perumusan
kebijakan. Yaitu model kelembagaan, proses, kelompok, teori rasional,
elit, incremental, teori permainan, pilihan public, system. Keseluruhan
model tersebut memiliki pandangan masing-masing mengenai
perumusan kebijakan.
Analisis biaya manfaat adalah suatu alat analisis dengan
prosedur yang sistematis untuk membandingkan serangkaian biaya
dan manfaat yang relevan dengan sebuah aktivitas atau proyek
Risk Management / Manajemen Resiko adalah sebuah cara yang
sistematis dalam memandang sebuah resiko dan menentukan dengan
tepat penanganan resiko tersebut. Ini merupakan sebuah sarana untuk
mengidentifikasi sumber dari resiko dan ketidakpastian, dan
memperkirakan dampak yang ditimbulkan dan mengembangkan
respon yang harus dilakukan untuk menanggapi resiko.
Perumusan kebijakan pajak atau fiscal bertujuan untuk
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi.
Dalam
menyusun
atau
21
DAFTAR PUSTAKA
Adji, Suwerli dan Suratno. 2007. EKONOMI Untuk SMA/MA Kelas XI.
Jakarta: Erlangga
http://kemenkeu.go.id/Berita/menkeu-tiga-aspek-penting-dalammerumuskan-kebijakan-fiskal diakses pada tanggal 10 September
2016 pukul 14.52 WIB
http://anggraica.blogspot.co.id/2013/06/cost-and-benefit-analysis-cba.html
22