Anda di halaman 1dari 21

Kepadatan (Density)

06

Mei

Kepadatan penduduk adalah jumlah rata-rata penduduk yang mendiami


suatu wilayah administrative atau politis tertentu, biasanya dinyatakan

dalam jiwa/Km2. Menurut Sundtrom, kepadatan adalah sejumlah manusia


dalam setiap unit ruangan (dalam Wrghtsman & Deaux,1981), atau sejumlah
individu yang berada disuatu ruang atau wilayah tertentu dan lebih bersifat
fisik (Holahan, 1982; Heimstra dan McFarling, 1978; Stokols dalam Schmidt
dan Keating, 1978). Suatu keadaan akan dikatakan padat bila jumlah
manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan
dengan luas ruangannya (Sarwono, 1992).
Kepadatan memperlihatkan banyak hal yang negative. Seperti
ketidaknyamanan dan kecemasan, peningkatan denyut jantung dan tekanan
darh, hingga terjadi penurunan kesehatan atau peningkatan pada kelompok
manusia tertentu. Kepadatan juga menyebabkan agresifitas pada anak-anak
dan dewasa atau menjadi sangat menurun bila kepadatan tinggi sekali. Jika
kehilangan minat berkomunikasi, kerjasama, dan tolong-menolong sesame
anggota kelompok. Selain itu kepadatan juga mengakibatkan penurunan
ketekunan pada pekerja yang menuntut hasil kerja yang kompleks.
Berdasarkan penelitian Bell (dalam Setiadi, 1991) dampak negative dari
kepadatan lebih berpengaruh terhadap pria atau dapat dikatakan bahwa pria
lebih memiliki perasaan negative pada kepadatan tinggi bila dibandingkan
wanita. Pria bereaksi lebih agresif terhadap anggota kelompok, terhadap
kepadatan rendah maupun tinggi. Wanita lebih menyukai anggota kepadatan
yang tinggi.
Kategori kepadatan
menurut Altman (1975) kepadatan berhubungan dengan tingkah laku social.
Variasi indicator kepadatan itu meliputi:
Jumlah individu dalam sebuah kota,
Jumlah individu pada daerah sensus,
Jumlah individu pada unit tempat tinggal,
Jumlah ruangan pada unit tempat tinggal,
Jumlah bangunan pada lingkungan sekitar.
Holahan (1982) menggolongkan kepadatan kedalam dua kategori, yaitu:
kepadatan spasial (spatial density) yang terjadi bila besar atau luas
ruangan diubah menjadi lebih kecil atau sempit sedangkan jumlah individu
tetap, sehingga didapatkan kepadatan meningkat sejalan menurunnya besar
ruang

kepadatan social (social density) yang terjadi bila jumlah individu ditambah
tanpa diiringi dengan penambahan besar atau luas ruangan sehingga
didapatkan kepadatan meningkat sejalan dengan bertambahnya individu.
Altman (1975) membagi kepadatan menjadi :
Kepadatan dalam (inside density) yaitu jumlah individu yang berada dalam
suatu ruang atau tempat tinggal seperti kepadatan didalam rumah,kamar;
Kepadatan luar (outside desity) yaitu sejumlah individu yang berada pada
suatu wilayah tertentu, seperti jumlah penduduk yang bermukim di suatu
wilayah pemukiman.
Jain (1987) menyatakan bahwa setiap wilayah pemukiman memiliki tingkat
kepadatan yang berbeda dengan jumlah unit rumah tinggal pada setiap
stuktur hunian pada setiap wilayah pemukiman. Sehingga suatu wilayah
pemukiman memiliki tingkat kepadatan yang tinggi atau kepadatan rendah.
Zlutnick dan Altman (dalam Altman,1975; Holahan,1982) menggambarkan
sebuah model dua dimensi untuk menunjukan beberapa macam tipe
lingkungan pemukiman,yaitu ;
Lingkungan pinggiran kota, ditandai dengan tingkat kepadatan luar dan
kepadatan dalam yang rendah
Wilayah desa miskin dimana kepadatan dalam tinggi sedangkan kepadatan
luar rendah
Lingkungan mewah perkotaan, kepadatan dalam rendah sedangkan
kepadatan luarnya tinggi
Perkampungan kota yang ditandai dengan tingkat kepadatan luar dan
kepadatan dalam tinggi.
Altman (1975) membagi kepadatan menjadi :
Kepadatan dalam (inside density) yaitu jumlah individu yang berada dalam
suatu ruang atau tempat tinggal seperti kepadatan didalam rumah,kamar;
Kepadatan luar (outside desity) yaitu sejumlah individu yang berada pada
suatu wilayah tertentu, seperti jumlah penduduk yang bermukim di suatu
wilayah pemukiman.
Jain (1987) menyatakan bahwa setiap wilayah pemukiman memiliki tingkat
kepadatan yang berbeda dengan jumlah unit rumah tinggal pada setiap

stuktur hunian pada setiap wilayah pemukiman. Sehingga suatu wilayah


pemukiman memiliki tingkat kepadatan yang tinggi atau kepadatan rendah.
Zlutnick dan Altman (dalam Altman,1975; Holahan,1982) menggambarkan
sebuah model dua dimensi untuk menunjukan beberapa macam tipe
lingkungan pemukiman,yaitu ;
Lingkungan pinggiran kota, ditandai dengan tingkat kepadatan luar dan
kepadatan dalam yang rendah
Wilayah desa miskin dimana kepadatan dalam tinggi sedangkan
kepadatan luar rendah
Lingkungan mewah perkotaan, kepadatan dalam rendah sedangkan
kepadatan luarnya tinggi
Perkampungan kota yang ditandai dengan tingkat kepadatan luar dan
kepadatan dalam tinggi.

Taylor (dalam Gifford,1982) mengatakan bahwa lingkungan sekitar dapat


merupakan sumber yang penting dalam mempengaruhi sikap perilaku dan
keadaan internal seseorang di suatu tempat tinggal. Maka individu yang
bermukim dipemukiman dengan kepadatan berbeda mungkin akan
menunjukan sikap dan perilaku yang beebeda pula.
Akibat kepadatan tinggi
Taylor (dalam Guilfford,1982) lingkungan sekitar merupakan sumber yang
penting dalam mempengaruhi sikap, perilaku dan keadaan internal individu
disuatu tempat tinggal, serta rumah dan lingkungan pemukiman yang
nyaman yang member kepuasan pada psikis individu yang tinggal ditempat
tersebut.

Ashorr (dalam Ittelson) mempercayai bahwa macam dan kualitas


pemukiman dapat memberikan pengaruh penting terhadap persepsi diri
penghuninya, stress dan kesehatan fisik, sehingga kondisi pemukiman ini
tampaknya berpengaruh pada perilaku dan sikap-sikap orang yang tinggal
disana .
Penelitian Valins dan Baum (dalam Heimstra dan Mc Farling,1978),
menunjukan adanya hubungan yang erat antara kepadatan dengan interaksi
social. Para mahasiswa yang bertempat tinggal di asrama yang padat
cenderung menghindari kontak social dengan orang lain.
Penelitian Karlin dkk (Sears,1994) membandingkan mahasiswa yang tinggal
berdua dalam satu kamar dengan mahasiswa yang tinggal bertiga dalam
satu kamar (kamar dirancang untuk dua orang). Ternyata mahasiswa yang
tinggal bertiga melaporakan adanya kekecewaan, stress dan prestasi
belajarnya menurun yang lebih besar dari pada mahasiswa yang tinggal
berdua.
Rumah dengan luas lantai yang sempit dan terbatas bila dihuni dengan
jumlah individu yang besar individu umumnya akan menimbulkan pengaruh
negative pada penghuninya (Jain,1987). Hal ini terjadi karena dalam rumah
tinggal yang terbatas umumnya individu tidak memiliki ruang atau tempat
yang dapat dipakai untuk kegiatan pribadi. Keterbatasan ruang
memungkinkan individu menjadi terhambat untuk memperoleh masukan
yang berlebihan. Keadaan tersebut padea akhirnya menimbulkan perasaan
sesak pada individu penghuni rumah tinggal tersebut.

Kepadatan tinggi merupakan stressor lingkungan yang dapat menimbulkan


kesesakan bagi individu yang berada didalamnya (Holahan,1982). Stressor
lingkungan yang dapat menyebabkan stress, penyakit atau akibat-akibat
negative pada perilaku masyarakat. Akibat secara fisik yaitu reaksi fisik yang
dirasakan individu seperti peningkatan detak jantung,tekanan darh dan
penyakit fisik lain (Heimstra dan McFarling,1978). Akibat secara social yaitu

meningkatnya kriminalitas dan kenakalan remaja (Heimstra dan


McFarling,1978; Gifford,1987).
Akibat psikis lain antara lain:
Stress, kepadatan tinggi menumbuhkan perasaan negative, rasa cemas,
stress (Jain,1987) dan perubahan suasana hati (Holahan,1982).
Menarik diri, kepadatan tinggi menyebabkan individu cenderung menarik
diri dan kurang ma berinteraksi dengan lingkungan sosialnya (Heimstra dan
McFarling,1978; Holahan,1982; Gifford,1987).
Perilaku menolong, kepadatan tinggi menurunkan keinginan individu untuk
menolong atau member bantuan pada orang lain yang membutuhkan,
terutama orang yang tidak dikenal (Holahan,1982; Fisher dkk., 19840.
Kemampuan mengerjakan tugas, situasi padat menurunkan kemampuan
individu untuk mengerjakan tugas-tugas pada saat tertentu (Holahan,1982)
Perilaku agresi, situasi padat yang dialami individu dapat menumbuhkan
frustrasi dan kemarahan, serta pada akhirnya akan terbentuk perilaku agresi
(Heimstra dan McFarling,1978; Holahan,1982)

Menurut Jain (1987) banyaknya unit rumah tinggal dikawasan pemukiman


menyebabkan timbulnya pemukiman padat yang umumnya menyebabkan
perbandingan antara luas lantai yang didiami tidak sebanding dengan
banyaknya penghuni. Jarak antara rumah tinggal dengan rumah tinggal lain
yang berdekatan bahkan hanya dipisahkan oleh dinding rumah atau sekat
dan tidak jarang mengakibatkan penghuni dapat mendengar dan
mengetahui kegiatan yang dilakukan penghuni rumah tinggal lain. Keadaan
inilah yang dapat menyebabkan individu merasa sesak.

Dapat kita lihat pada kepadatan dikota Depok, Adanya tekanan yang sangat
berat terhadap kondisi geomorfologi dan lingkungan hidup Kota Depok saat
ini, akibat pertumbuhan penduduk, yang mana pada tahun 2011 kepadatan
penduduk Kota Depok akan mencapai 7.887 orang per kilometer persegi,
sedangkan pada tahun 2005 tingkat kepadatan penduduknya baru 6.696
orang per kilometer persegi. Hal ini berarti terjadi peningkatan jumlah
penduduk Kota Depok dari tahun 2005 sebanyak 1.374.000 orang menjadi
1.667.000 orang pada tahun 2011.
Jumlah Penduduk, Luas Wilayah Dan Kepadatan Penduduk Menurut
Kecamatan, 2008
Kecamatan

Jumlah

Luas

Kepadatan

Penduduk Wilayah
(Km2)

Penduduk (jiwa/Km2)

010

Sawangan

169,727

45.69

3,714.75

020

Pancoran
Mas

275,103

29.83

9,222.36

030

Sukmajaya 350,331

34.13

10,264.61

040

Cimanggi

412,388

53.54

7,702.43

050

Beji

143,190

14.30

10,013.29

060

Limo

152,190

Kota Depok

1,503,677 200,29

22.80

6,707.81

7,507.50

Catatan: Berdasarkan Sensus Penduduk 2000


SUMBER: Proyeksi Penduduk BPS Kota Depok

Berikut adalah keadaan pemukiman penduduk di kecamatan Pancoran Mas,


tempat ini dikenal dengan kampung Belimbing sawah. Daerah ini dapat
dikatakan padat karena rumah-rumah yang berada ditempat ini sangat
berdekatan satu sama lainnya. Disetiap gang, terdapat rumah-rumah yang
berdekatan dan didominasi dengan rumah kontrakan yang biasanya di
tempati oleh pendatang yang berprofesi sebagai pedagang kecil sampai
buruh cuci.

Kesesakan (Crowding)
Menurut Altman kesesakan adalah suatu proses interpersonal pada suatu
tingkatan interaksi manusia satu dengan lainnya dalam suatu pasangan atau
kelompok kecil. Pengertian crowding dengan kepadatan memiliki hubungan
erat karena kepadatan merupakan salah satu syarat yang dapat
menimbulkan kesesakan. Kepadatan yang tinggi dapat mengakibatkan
keseskan pada individu (Heimstra dan McFarling, 1978; Holahan,1982).
Baum dan Paulus (1987) menerangkan proses kepadatan dapat dirasakan
sebagai kesesakan atau tidak dapat ditentukan oleh penilaian individu
berdasarkan empat factor:
Karakteristik setting fisik
Karakteristik setting social
Karakteristik personal
Kemampuan beradaptasi

Menurut Morris kesesakan sebagai deficit suatu ruangan, maka dengan


adanya sejumlah orang dalam suatu hunian rumah, ukuran per meter
persegi setiap orangnya menjadi kecil, sehingga dirasakan adanya
kekurangan ruang. Dalam suatu hunian, kepadatan ruang harus
diperhitungkan dengan mebel dan peralatan yang diperlukan untuk suatu
aktivitas.

Bersar kecilnya rumah menentukan besarnya ratio antara penghuni dan


tempat (space) yang tersedia. Makin besar rumah dan makin sedikit
penghuninya, maka akan semakin besar ratio tersebut. Sebaliknya makin
kecil rumah dan makin banyak penghuninya, maka akan semakin kecil ratio
tersebut, sehingga akan timbul perasaan sesak (Ancok,1989).
Stokols (dalam Altman,1975) membedakan antara :
a. Kesesakan bukan social (nonsocial crowding) yaitu dimana factor-faktor
fisik menghasilkan perasaan terhadap ruang yang tidak sebanding, seperti
sebuah ruang yang sempit,
b. Kesesakan social (social crowding) yaitu perasaan sesak mula-mula
datang dari kehadiran orang lain yang terlalu banyak.
c. Kesesakan molar (molar crowding) perasaan sesak yang dapat
dihubungkan dengan skala luas, populasi penduduk kota
d. Kesesakan molekuler (molekuler crowding) yaitu perasaan sesak yang
menganalis mengenai individu, kelompok kecil dan kejadian-kejadian
interpersonal.

Rapoport (dalam Stokols dan Altman,1987) mengatakan kesesakan adalah


suatu evaluasi subjektif dimana besarnya ruang dirasa tidak mencukupi
sebagai kelanjutan dari persepsi langsung terhadap ruang yang tersedia.
Batasan kesesakan melibatkan persepsi seseorang terhadap keadaan ruang
yang dikaitkan dengan kehadiran sejumlah manusia, dimana ruang yang
tersedia dirasa terbatas atau jumlah manusianya yang dirasa terlalu banyak.
Teori kesesakan
Teori beban stimulus
Kesesakan akan terjadi bila stimulus yang diterima individu terlalu banyak
(melebihi kapasitas kognitifnya) sehingga timbul kegagalan dalam
memproses sistim atau info dari lingkungan.
Keating (1979) mengatakan bahwa stimulus berasal dari kehadiran banyak
orang beserta aspek-aspek interaksinya, maupun kondisi-kondisi fisik dari
lingkungan sekitar yang menyebabkan bertambahnya kepadatan social.
Berlebihnya informasi dapat terjadi karena beberapa factor :
a. Kondisi kungkungan fisik yang tidak menyenangkan
b.Jarak antar individu (dalam arti fisik) yang terlalu dekat
c. Suatu percakapan untuk tidak dikehendaki
d. Terlalu banyak mitra interaksi
e. Interaksi yang terlalu dirasa terlalu dalam atau terlalu lama.

Teori Ekologi
Micklin (dalam Holahan,1982) mengemukakan sifat-sifat umum model
ekologi pada manusia :
Teori ekologi perilaku memfokuskan pada hubungan timbale balik antara
orang dengan lingkungannya
Unti analisisnya adalah kelompok social dan bukan individu, dan organisasi
social memegang peranan sangat penting.
Menekankan pada distribusi dan penggunaan sumber-sumber material dan
social.

Teori kendala perilaku


Suatu situasi akan dianggap sesak bila kepadatan atau kondisi lain yang
berhubungan dengan membatasi aktivitas individu dalam suatu tempat.
Pendekatan ini didasari oleh teori reaktansi psikologis (psychological
reactace) dari Brehm (dalam Schmidt dan Keating, 1979) yang menekankan
kebebasan memilih sebagai factor pendorong penting dalam persepsi dan
perilaku manusia.

Menurut Proshansky, dkk (1976) pengaruh psikologis dari kesesakan yang


utama adalah kebebasan memilih individu dalam situasi sesak. Kesesakan
terjadi bila kehadiran orang lain dalam suatu seting membatasi kebebasan
individu dalam mencapai tujuannya.
Menurut Ancok, perasaan sesak di dalam rumah, dapat menimbulkan
masalah :
Menurunnya frekuensi hubungan sex
Memburuknya interaksi suami istri
Memburuknya cara pengasuhan anak
Memburuknya hubngan dengan orang-orang diluar rumah
Meningkatnya ketegangan dan gangguan jiwa.
Asumsi konsekuensi negative dari kesesakan :
Model beban stimulus
Model kendala perilaku
Model ekologi
Model atribusi
Model arousal
Menurut Brigham, akibat negative dari kesesakan pada perilaku manusia
yaitu :
Pelanggaran terhadap ruang pribadi dan atribusi seseorang yang
menekankan perasaan yang disebabkan oleh kehadiran orang lain.

Keterbatasan perilaku, pelanggaran privasi dan terganggu kebebasan


memilih
Control pribadi yang kurang
Stimulus yang berlebih.
Daftar Pustaka
Anonim. 2009. http://www.depok.go.id/v3/index.php?
option=com_content&task=view&id=309

Kepadatan Penduduk dan


Pencemaran Lingkungan
A. Dinamika Penduduk

Penduduk merupakan sekumpulan orang-orang yang telah lama menempati suatu daerah. Kepadatan penduduk dapat dihitung
berdasarkan jumlah penduduk untuk setiap satu kilometer persegi. Cara menghitungnya adalah dengan membandingkan jumlah
penduduk di suatu daerah dengan luas daerah yang ditempati.

Jumlah Penduduk Luas Daerah

Kepadatan penduduk =

Jumlah penduduk di suatu daerah atau negara mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini disebut dinamika penduduk.
Perubahan penduduk ini meliputi kelahiran, kematian, dan migrasi. S edangkan, jumlah penduduk yang meningkat dari tahun ke tahun
disebut pertumbuhan penduduk.

Pertumbuhan penduduk sangat dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, dan migrasi. Pertumbuhan penduduk dikatakan meningkat bila
kelahiran lebih tinggi daripada kematian. Selain itu, jumlah orang yang datang (bermigrasi) lebih banyak daripada kematian.
Pertumbuhan penduduk dikatakan menurun bila kematian lebih ti nggi daripada kelahiran. Selain itu, jumlah orang yang keluar atau
bermigrasi lebih sedikit daripada kematian.
1.

Angka Kelahiran (Natalitas)

Angka kelahiran adalah angka yang menunjukkan bayi yang lahir dari setiap 1000 penduduk per tahun. Angka kelahiran bayi dapat
dibagi menjadi tiga kriteria, yaitu:

1) Angka kelahiran dikatakan tinggi jika angka kelahiran > 30 per tahun.

2) A ngka kelahiran dikatakan sedang jika angka kelahiran 20-30 per tahun.

3) Angka kelahiran dikatakan rendah jika angka kelahiran < 20 per tahun.

2. Angka Kematian (Mortalitas)

Mortalitas merupakan angka yang menunjukkan jumlah kematian dari setiap 1000 penduduk per tahun. Mortalitas dibagi menjadi tiga
kriteria, yaitu: 1) Mor talitas dikatakan tinggi jika angka kematian > 18 per tahun. 2) Mortalitas dikatakan sedang jika angka kematian
antara 14-18

per tahun. 3) Mortalitas dikatakan rendah jika angka kematian antara 9-13 per

tahun.
1.

Migrasi

Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain. Migrasi dibagi menjadi beberapa macam, yaitu: 1) Emigrasi
adalah perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain. 2) Imigrasi adalah masuknya penduduk ke dalam suatu daerah negara

tertentu. 3) Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. 4) Transmigrasi adalah perpindahan penduduk antarpulau
dalam suatu negara. 5) Remigrasi adalah kembalinya penduduk ke negara asal setelah beberapa lama berada di negara orang lain.
Faktor-faktor pendorong adanya migrasi adalah: 1) Makin susah mendapatkan hasil pertanian daerah asal. 2) Makin terbatasnya
lapangan kerja di daerah asal. 3) Alasan perkawinan dan pekerjaan. 4) Tidak adanya kecocokan budaya dan kepercayaan di daerah
asal. 5) T erjadi bencana alam, seperti: gunung meletus, banjir, dan

gempa. Faktor-faktor pendorong terjadinya migrasi adalah: 1) Adanya harapan bisa mendapatkan pekerjaan yang diinginkan di tempat
yang baru.2) Ada rasa kebanggaan tersendiri berada di tempat yang baru. 3) Adanya kesempatan mendapatan pendidikan yang lebih
tinggi. 4) Adanya kesempatan mendapatkan penghasilan yang lebih baik. 5) Adanya aktivitas, tempat hiburan yang menarik minat

seseorang.

P = (l

p = pertumbuhan penduduk l = jumlah kelahiran m = jumlah kematian i = jumlah orang yang datang (imigran) e = jumlah orang yang
pergi (emigran)

B. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap Kehidupan

Jumlah manusia yang makin meningkat memiliki dampak dalam berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ekonomi, sosial, dan
lingkungan.

1. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap Bidang Ekonomi

D ampak kepadatan penduduk terhadap ekonomi adalah pendapatan per kapita berkurang sehingga daya beli masyarakat menurun.
Hal ini juga menyebabkan kemampuan menabung masyarakat menurun sehingga dana untuk pembangunan negara berkurang. Ak
ibatnya, lapangan kerja menjadi berkurang dan pengangguran makin meningkat.

2. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap Bidang Sosial

Jika lapangan pekerjaan berkurang, maka pengangguran akan men ingkat. Hal ini akan meningkatkan kejahatan. Selain itu, terjadinya
urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota untuk mendapatkan pekerjaan yang layak makin meningkatkan penduduk
kota. Hal ini berdampak pada lingkungan dan kesehatan masyarakat.

3. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap Lingkungan

J umlah penduduk yang makin meningkat menyebabkan kebutuhannya makin meningkat pula. Hal ini berdampak negatif pada
lingkungan, yaitu:

1) M akin berkurangnya lahan produktif, seperti sawah dan perkebunan karena lahan tersebut dipakai untuk pemukiman.

2) M akin berkurangnya ketersediaan air bersih. Manusia membutuhkan air bersih untuk keperluan hidupnya. Pertambahan penduduk
akan menyebabkan bertambahnya kebutuhan air bersih. Hal ini menyebabkan persediaan air bersih menurun.

3) P ertambahan penduduk juga menyebabkan arus mobilitas meningkat. Akibatnya, kebutuhan alat tranportasi meningkat dan
kebutuhan energi seperti minyak bumi meningkat pula. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran udara dan membuat persediaan
minyak bumi makin menipis.

4) P ertambahan penduduk juga menyebabkan makin meningkatnya limbah rumah tangga, seperti sampah dan lain-lain. Hal ini dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan.

C. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran atau polusi adalah penambahan segala substansi ke lingkungan akibat aktivitas manusia. Sedangkan, polutan adalah
segala sesuatu yang menyebabkan polusi. Semua zat dikategorikan sebagai polutan bila kadarnya melebihi batas normal, berada di
tempat yang tidak semestinya, dan berada pada waktu yang tidak tepat.

Pencemaran atau polusi tidak dapat dihindari, yang dapat dilakukan adalah mengurangi, mengendalikan pencemaran, dan
meningkatkan kesadaran serta kepedulian masyarakat kepada lingkungannya.
1.

Pencemaran Air

Penyebab pencemaran air adalah limbah pabrik atau limbah rumah tangga. Bahan pencemar berupa bahan kimia yang mengandung
racun, mudah mengendap, mengandung radioaktif, panas, dan pembongkarannya banyak memerlukan oksigen. Polutan yang
menyebabkan pencemaran air harus diuraikan. Penguraian polutan tersebut memerlukan banyak O sehingga menyebabkan
kekurangan O

dalam air yang berpengaruh terhadap kehidupan di air. Banyak ikan yang mati karena kekurangan oksigen. Pencemaran air
menyebabkan air berwarna hitam, kotor, dan berbau busuk. Pencemaran nitrogen dalam perairan menyebabkan eutrofikasi, yaitu
ledakan pertumbuhan tumbuhan air, seperti eceng gondok. Air ya ng tercemar dapat dikurangi kadar pencemarannya dengan cara
menyaring, mengencerkan, dan mengendapkan. Pabrik-pabrik diwajibkan menampung dan mengolah limbah, WC pada setiap rumah
tangga perlu dilengkapi dengan septic tank.
1.

Pencemaran Tanah

Bahan pencemar tanah berasal dari limbah pabrik, limbah rumah tangga, dan barang-barang rongsokan. Bahan pencemar yang sukar
dihancurkan oleh mikroba adalah plastik, stiroform, kaca, dan lain-lain. Untuk mengurangi pencemaran ini banyak hal yang dilakukan
oleh masyarakat untuk mendaur ulang bahan-bahan tersebut.
1.

Pencemaran Udara

Bahan pencemar udara umumnya berasal dari pembakaran bahan bakar fosil yang tidak sempurna oleh mesin-mesin pabrik,
pembangkit listrik, kendaraan bermotor, dan lain-lain. Dari pembakaran tersebut akan dihasilkan gas dan asap yang sangat
membahayakan. Bahan-bahan yang dapat mencemari udara adalah oksida karbon (CO2 dan CO), oksida belerang (SO dan SO),
senyawa hidrokarbon (CH4 dan C2), partikel cair (asam sulfat, asam nitrat), dan lain-lain.

Pencemaran udara dapat mengakibatkan beberapa hal, antara lain:

a. Jika kadar CO

tinggi, gas tersebut akan membentuk lapisan tersendiri di atmosfer, lapisan ini menyerap sinar matahari yang harusnya dipantulkan
kembali ke luar angkasa. Hal ini menyebabkan suhu di bumi meningkat, sehingga es di kutub mencair dan permukaan air laut naik.
Akibatnya daratan bisa tenggelam. Peristiwa ini disebut efek rumah kaca. 2

b. Gas CO merupakan hasil pembakaran yang tidak sempurna. Gas CO mempunyai daya ikat lebih tinggi terhadap hemoglobin
dibandingkan gas O2 sehingga ikatan Hb dengan CO lebih stabil. Jika banyak hemoglobin yang berikatan dengan gas CO akan
menyebabkan tubuh kita kekurangan O2

Akibatnya, badanmu menjadi lemas.

c. Oksida belerang dan oksida nitrogen jika bereaksi dengan air akan membentuk senyawa sulfat dan nitrat yang bersifat asam. Zat
asam tersebut jika turun bersama hujan akan menyebabkan hujan asam dan dapat merusak tumbuhan, mikroorganisme tanah serta
kehidupan hewan air tawar.

d. Gas CFC yang digunakan sebagai pendingin (AC, lemari es, dan dispenser) atau gas penyemprot akan merusak ozon sehingga
meningkatkan radiasi sinar ultraviolet ke muka bumi dan dapat menyebabkan timbulnya kanker kulit.

4. Pencemaran Suara

Pencemaran suara disebabkan oleh suara bising yang terus menerus. Suara tersebut dapat ditimbulkan oleh mesin instalasi listrik
pabrik, pesawat terbang, kereta api, dan lain-lain. Akibat pencemaran tersebut dapat menimbulkan gangguan pendengaran, tekanan
darah, jantung, dan lain-lain.

D. Penyebab Pencemaran Lingkungan

Kepadatan manusia berdampak pada pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
alam dan faktor manusia.
1.

Faktor Alam

Pencemaran lingkungan dapat terjadi secara alami, contohnya letusan gunung, gempa bumi, perubahan iklim, banjir, kekeringan, dan
angin topan. Biasanya manusia hanya dapat memperkirakan dan mengurangi dampaknya.
1.

Faktor Manusia

Manusia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan sumber daya alam dari lingkungannya. Jika populasi manusia makin
banyak, maka makin banyak sumber daya alam yang diambil dari lingkungannya. Hal ini menyebabkan terjadinya kerusakan
lingkungan dan pencemaran.

Ada beberapa perilaku manusia yang mempengaruhi kehidupan manusia secara global, antara lain: 1) Penebangan hutan hujan tropik
di Indonesia dapat berpengaruh 180 pada perubahan iklim global karena hutan merupakan paru-paru dunia.

2) Uji coba senjata nuklir berpengaruh pada perubahan iklim global. hasil pembakaran dapat menimbulkan efek rumah kaca. Efek
rumah kaca dapat menyebabkan es mencair sehingga permukaan air laut meningkat dan dapat menenggelamkan daratan.

3) CO2

E. Peranan Manusia Mengatasi Pencemaran Lingkungan

Manusia memiliki peranan yang sangat penting untuk mengatasi pencemaran lingkungan yang terjadi akibat ulah manusia sendiri.
Beberapa hal yang dapat dilakukan manusia untuk mengatasi pencemaran lingkungan akan diuraikan berikut ini:
1.

Melakukan Penghijauan Salah satu cara mengatasi pencemaran tanah adalah penghijauan kembali dengan cara memberi humus
tanah, sehingga tanaman kembali subur.

2.

Rotasi Tanaman Rotasi tanaman adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan kesuburan tanah. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara menanam jenis tanaman yang berbeda pada tempat yang sama secara bergantian.

3.

Penggunaan Pupuk Seperlunya

Penggunaan pu puk buatan seperti urea, ZA, dan NSP yang berlebihan sangat merusak lingkungan karena dapat menyebabkan
eutrofikasi dan dapat meningkatkan keasaman tanah.

Sebaiknya, petani menggunakan pupuk alami, seperti pupuk kompos dan pupuk kandang untuk mengurangi pencemaran tanah.
1.

Pembuatan Sengkedan

Salah satu upaya untuk mengatasi kerusakan tanah karena erosi adalah dengan pembuatan sengkedan di tanah berbidang miring,
seperti lereng bukit dan pegunungan. Mengapa sengkedan ini dapat mengurangi erosi? Diskusikan dengan teman sekelompokmu.
1.

Reboisasi

Reboisasi adalah p enanaman kembali lahan-lahan yang gundul. Hal ini dilakukan untuk mengatasi erosi karena akar-akar pohon dapat
menyerap air dan menahan tanah agar tidak terbawa air hujan.
1.

Daur Ulang

Saat ini banyak sekali produk daur ulang yang bisa dipakai kembali.

Pendaur-ulangan sampah-sampah rumah tangga dan sampah dari pasar menjadi pupuk yang dapat dimanfaatkan petani. Biasanya
sampah pasar berupa sayur-sayuran yang telah membusuk. Jika diolah kembali dan ditambah kotoran hewan akan menjadi pupuk
alami yang sangat baik untuk tanaman.

IKLAN

CV ZAIF ILMIAH (BIRO JASA PEMBUATAN PTK, KARYA ILMIAH, PPT PEMBELAJARAN, RPP, SILABUS, DLL))

Ingin membuat PTK tapi merasa sulit????

Ingin membuat Karya Ilmiah tetapi kesusahan???


Ingin membuat presentasi powerpoint untu pembelajaran merasa sulit dan gaptek?????

Ingin membuat RPP dan silabus serta perangkat pembelajaran tetapi susah?????

Kini tidak usah bingung lagi ada Pak Zaif yang siap membantu berbagai kesulitan dan kesusahan yang anda hadapi di bidang
pendidikan di CV Zaif Ilmiah semua masalah anda di bidang pendidikan akan dibantu, ingin membuat PTK saya bantu, membuat Karya
Ilmiah saya bantu, membuat berbagai perangkat pembelajaran saya bantu untuk info lebih lanjut hubungi Contact Person
081938633462 atau Email di zaifbio@gmail.com

INSYA ALLAH semua kesulitan dan kesusahan anda akan ada solusinya jangan lupa hubungi Pak Zaif di nomer 081938633462 atau
Email di zaifbio@gmail.com

TERIMA KASIH DAN SALAM GURU SUKSES

PAK ZAIF

Anda mungkin juga menyukai