Pengertian
Pengertian biaya tidak dapat dipisahkan dengan pengertian kos dan asset
dan juga rugi(loss). Pembahasan tersebut hanya menyebutkan bahwa bila kos
tidak memenuhi difinisi asset ( dapat ditangguhkan pembebanannya terhadap
pendapatan), kos tersebut dapat masuk sebagai biaya atau rugi. Dalam SFAC
No. 6, FASB mendefinisi biaya(expenses) dan rugi (losses)sebagai berikut:
Expenses are outflows or other using up of assets or incurrence of
liabilities (or combination of both) from delivering or producing goods,
rendering services, or carrying out other activities that constitute the
entitys ongoing major or central operations (prg.80);
Losses are decreases in equities (net assets) from peripheral or incidental
transactions of an entity and from all other transactions and other event
and circumstances affecting the entity except those that result from
expenses or distribution to owners (prg.83).
Kalau kewajiban merupakan bayangan cermin asset, definisi biaya oleh
FASB di atas merupakan lawan atau kebalikan dari definisi pendapatan.
Pendapatan arahnya masuk sedangakan biaya arahnya keluar kesatuan usaha.
APB juga mendefinisi biaya sebagai kebalikan pendapatan sebagai berikut
(APBN statement No. 4, prg. 134):
Expenses gross decreases in assets or gross increases in liabilities
recognized and measured in conformity with generally accepted
accounting principles that result from those types of profit-directed
activities of an enterprise that can change owners equity.
APB selanjutnya menjelaskan bahwa seperti pendapatan, biaya timbul
hanya dalam kaitannya dengan kegiatan penciptaan laba yang mengakibatkan
perubahan ekuitas. IAI (IASC) mendefinisi biaya dalam standar Akuntansi
Keuangan (2002)sebagai berikut:
Pengakuan Biaya
Pengakuan menyangkut masalah criteria pengakuan yaitu apa yang harus
dipenuhi agar penurunan nilai asset yang memenuhi definisi biaya atau rugi
dapat diakui dan masalah saat pengakuan yaitu peristiwa atau kejadian apa
yang menandai bahwa criteria pengakuan telah dipenuhi. Biaya dan rugi
tidak mengalami masalah pembentukan dan realisasi. Oleh karena itu,
criteria pengakuan tidak dibedakan dengan kaidah pengakuan sehingga
masalah pengakuan biaya (rugi) adalah kapan penurunan nilai asset dapat
dikatakan telah terjadi atau kapan biaya (rugi) tealh timbul sehingga jumlah
rupiah biaya (rugi) dapat diakui.
2.2.1 Kriteria Pengakuan
Biaya atau rugi pada umumnya diakui bilamana salah satu dari dua
kriteria berikut dipenuhi (SFAC No. 5, prg. 85):
a. Konsumsi manfaat (consumption of benefits).
Biaya atau rugi diakui bilamana manfaat ekonomik yang dikuasai
suatu entitas telah dimanfaatkan atau dikonsumsi dalam pengiriman
atau pembuatan barang, penyerahan atau pelaksanaan jasa, atau
kegiatan lain yang merepresentasi operasi utama atau sentral entitas
b.
tersebut.
Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang (loss or
lack of future benefits).
Biaya atau rugi diakui bilamana asset yang telah diakui sebelumnya
diperkirakan telah berkurang manfaat ekonomiknyan atau tidak lagi
mempunyai manfaat ekonomik.
and
and
rational
segera (immediate
recognition). Beberapa
kos
(1) Kos yang terjadi dalam perioda berjalan tidak memberi manfaat
masa datang yang cukup nyata (discernible),
(2) Kos yang dicatat sebagai asset dalam perioda-perioda
sebelumnya tidak lagi mempunyai manfaat ekonomik yang
cukup nyata,
(3) Mengalokasi berbagai kos baik atas dasar asosiasi dengan
pendapatan atau atas dasar perioda akuntansi dipandang tidak
mempunyai manfaat yang berarti.
2.2.4 Hubungan Kos dan Biaya
Kos adalah pengukur biaya atau biaya direpresentasi dengan kos
sehingga secara teknis dan praktis biaya sering disebut dengan kos saja
(sebagaimana digunakan oleh APB di atas). Biaya selalu dapat disebut
kos karena kos melekat di dalamnya (konsep dasar kos melekat). Akan
tetapi, kos tidak selalu dapat disebut biaya karena kos dapat juga
merepresentasi asset.
Dengan kos sebagai pengukur, kriteria konsumsi manfaat dan
kelenyapan manfaat dapat dinyatakan dalam bentuk keterbatasan
kos (cost expiration). Kriteria konsumsi lebih berkaitan dengan
pengakuan biaya sehingga kriteria ini oleh paton dan Littlen (1970)
disebut kehabisan kos penciptaan pendapatan (revenue producing cost
expiration) sedangkan kriteria kelenyapan lebih berkaiatan dengan rugi
sehingga krtiteria ini dapat disebut keterhabisan kos non penciptaan
pendapatan (not revenue produsing cost expiration).
2.3
buangan. Jadi, kos suatu factor jasa yang digunakan dalam operasi
hanya akan dibebankan ke pendapatan sebanding dengan produk yang
dianggap telah menghasilkan pendapatan.
2.3.2 Menandingkan Bukan Mengkompensasi
Ada kalanya biaya komisi penjualan, biaya angkut pengiriman barang
(ekspedisi), dan biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan transaksi
penjualan dikurangkan langsung terhadap hasil penjualan dan hanya
jumlah rupiah netonya dicatat dalam akun penjualan dan penjualan
dilaporkan sebesar jumlah netonya. Perlakuan semacam ini secara
teoritis tidak layak. Karena karakteristik yang berbeda, upaya harus
dipisahkan dengan hasil. Semua kos yang mempresentasi upaya harus
tetap dicatat sebagai kos (atau biaya kalau langsung dibebankan).
Sebaliknya, seluruh hasil penjualan produk harus dicatat seluruhnya
secara utuh sebagai pendapatan.
2.4
Basis Asosiasi
Dalam rangka menghubungkan biaya dan biaya, perlu dipertimbangkan
basis asosiasi yang menggambarkan penandingan yang secara ekonomik
layak. Berbagai basis asosiasi dibahas berikut ini.
1. Asosiasi Sebab dan Akibat
Konsep upaya dan capaian menyatakan bahwa biaya merupakan upaya
dalam rangka mendapatkan capaian berupa pendapatan. Ini berati ada
hubungan sebab-akibat antara biaya dan pendapatan. Oleh Karena itu,
basis penandinagn yang paling masuk akal adalah sebab-akibat
walaupun basis ini lebih merupakan asumsi daripada kenyataan karena
dalam banyak hal sulit untuk dibuktikan secara menyakinkan bahwa
biaya menyebabkan pendapatan
Paton dan Littleton (1970) menyatakan dasar ini adalah yang
paling ideal karena paling merepresentasi konsep upaya dan hasil.
Namun penandingan langsung menghadapi beberapa masalah teknis
diantaranya :
a. Identifikasi Kos Produk
Karena produk terjual merupakan takaran penandingan, Kos produk
akan dipecah menjadi dua komponen yaitu Kos produk yang telah
terjual dan Kos produk yang belum terjual dan masih menjadi aset
perusahaan. Kos yang melekat pada produk terjual akan langsung
dibebankan sebagai biaya. Kos sdiaan baru dibebankan sebagai
biaya kalau produk telah terjual. Masalah teknik yang timbul adalah
tidak semua Kos potensi jasa dapat dengan mudah dikaitkan dengan
unit produk. Demikian juga, tidak semua unsur Kos produksi dapat
secara langsung dikaitkan dengan unit fisis produk atau dengan suatu
angkatan produksi.
Dalam hal penjualan angsuran, yang mengakui pendapatan
dalam suatu periode hanya sebesar kas yang diterima, penandingan
langsung atas dasar sebab-akibat mengalami kesulitan teknis untuk
menentukan Kos yang dianggap telah menghasilkan penerimaan
tersebut. Dengan kata lain, tidak ada dasar yang cujkup teliti untuk
memecah Kos kedalam bagian yang telah menjadi sebab. Dalam hal
tertenti pemecah tersebut menjadi sangat arbitrer sehingga
penandingan langsung tidak mudah diterapkan untuk penjualan
angsuran.
b. Produk Usang atau Musiman
Masalah lain yang berkaitan dengan penandingan atas dasar sebabakibat adalah adanya produk musiman yang tidak laku dijual.
Persoalanya adalah apakah Kos produk musiman yan tidak terjual
merupakan sebab ( sebagai biaya ) atau bukan (sebagai rugi )
Dalam keadaan yang khusus sebagai Kos sediaan barang yang
tidak terjual dalam suatu periode secara logis dapat dijadikan
komponen Kos barang terjual. Sediaan akhir yang tidak terjual
sebenarnya
merupakan
upaya
(biaya)
atau
sebab
untuk
menuntut
pertimbangan
dengan
relatif
konstan,
pembebanan
langsung
tidak
memberi
kesan
adanya
ketepatan
(preciseness)
padahal
a. Kriteria Penangguhan
Kriteria penangguhan. Kriteria penguji umum yang dapat dijadikan
dasar untuk menentukan apakah suatu jenis Kos jasa yang terjadi
pada suatu periode akandibebankan langsung atau akan ditunda.
Karena suatu Kos jasa yang terjadi memenuhi kriteria tambahan
ini, pada umumnya Kos tersebut dapat dibebenkan langsung pada
periode terjadinya kecuali untuk sediaan barang dan biaya
prabayaran (prepaid expenses). Dapat disimpulkan bahwa Kos
nonoperasi yang berulang terjadinya cukup beralasan untuk langsung
dibebankan dari pada ditunda atau disediakan untuk mencapai tepattanding.
b. Alokasi Kos Bergabung atau Bersama
Alokasi kos bergabung atau bersama bersifat internal dalam suatu
perioda sehingga hasilnya tidak mempengaruhi kos operasi total
untuk perioda tersebut meskipun dasar alokasi agak arbitrer. Alokasi
semacam ini hendaknya tidak diterapkan untuk alokasi kos faktor
jasa antarperioda. Hendriksen menyatakan bahwa alokasi secara
arbitrer antarperioda akan lebih menyesatkan hasilnya daripada tidak
dilakukan alokasi karena alokasi memberi kesan adanya ketepatan
yang dalam kondisi tertentu mungkin tidak dapat dipenuhi.
c. Alokasi Bukan Sarana Pemerataan Laba
Dalam akuntansi manajerial dikenal metoda yang disebut pengkosan
normal (normal costing). Dengan metoda ini, kos overhead
dibebankan ke produk atas dasar tarif taksiran untuk suatu perioda.
Tujuannya adalah agar kos produksi untuk perioda interim (bukanan)
menggambarkan kos yang tepat dibanding kos aktual perioda
tersebut. Hal ini dilakukan mengingat pos-pos overhead tidak terjadi
merata sepanjang tahun.
Fungsi akuntansi adalah
untuk
mengungkapkan
kondisi
(1987)
tentang
alokasi
dalam
akuntansi.
Thomas
3.
penentu
kebijakan
harus dapat
mempertahankan
yang kuat atau karena kebijakan khusus akibat kejadian luar biasa, dapat
saja selisih kurs tersebut dikapitalisasi meskipun manfaat ekonomik
masa datang tidak ada lagi atau sulit dihubungkan dengan perioda masa
datang.
Penandingan arbitrer tidak selalu berkaitan dengan pengakuan rugi.
Kos suatu potensi jasa akan segera diakui sebagai biaya atau rugi kalau
terbukti
bahwa
manfaat
ekonomiknya
menjadi
lenyap
atau
2.6
Sediaan
Secara umum masalah teoretis sediaan berkaitan dengan pengukuran kos
barang terjual dalam rangka penandingan dengan pendapatan dan masalah
sebagai
alat
manipulasi
laba
atau earnings
management.
2. Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)
Metoda ini berasumsi bahwa faktor kos mengalir melalui
perusahaan secara berurutan seperti antrean; tidak ada saling
beberapa
laporan
kumulatif
dan
rata-rata
bukan
Fasilitas Fisis
Dalam hal fasilitas fisik, kos yang terjadi pada saat pemerolehan pada
umumnya diakui sebagai aset dan baru kemudian kos tersebut diakui
sebagai biaya sesuai dengan pola penyerapan manfaat yang direpresentasi
dengan kos.
Karakteristik dan Tujuan Pelaporan
Semua aset mempunyai karakteristik umum yaitu merupakan potensi jasa
yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan dalam kegiatan operasinya,
Fasilitas fisis mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a) Berwujud fisis dan dikuasai oleh perusahaan untuk mengolah dan
memperlancar kegiatan operasi perusahaan. Oleh karena itu, yang
digolongkan dalam kelompok ini adalah aset yang berkaitan dengan
operasi
b) Pada umumnya berumur panjang walaupun terbatas sehingga perlu
penggantian.
assets),
tanah,
pabrik/bangunan,
dan
perlengkapan
fisis
sebenarnya
cukup
deskriptif
untuk
menggambarkan
konsumsi
manfaat
disertai
dengan
keausan
fisis
(deterioration), tidak ada proses konsumsi secara fisis terhadap fasilitas fisis
bersangkutan. Jadi, pembebanan kos fasilitas fisis untuk suatu perioda tidak
dapat ditentukan atas dasar pengukuran fisis yang objektif tetapi lebih
merupakan suatu hasil pertimbangan (judgment) atas dasar taksiran faktorfaktor penentu (yaitu umur ekonomik, kapasitas ekonomik, dan nilai
residual) yang sering tidak dapat diuji validitasnya secara objektif.
Makna Depresiasi
Kesulitan asosiasi seperti diuraikan di atas tidak menjadi alasan yang kuat
untuk membebankan seluruh kos ke operasi pada saat fasilitas fisis tersebut
diperoleh atau diberhentikan. Tujuan memperoleh fasilitas fisis adalah untuk
menghasilkan produk dan produk bersangkutan adalah seluruh unit produk
yang dihasilkan selama umur efektif fasilitas bersangkutan bukannya selama
tahun tertentu. Fasilitas fisis merupakan suatu sediaan jasa (servicecapacity) dan jasa tersebut akan tersedia sepanjang umur ekonomik aset
tersebut. Dengan demikian, pembebanan kos secara sistematik selama
taksiran umur pemakaian akan lebih sesuai dengan keadaan objektif dan
masuk akal daripada pembebanan langsung seluruh kos pada saat pembelian
atau pada saat pemberhentian. Bagian dari kos yang dibebankan untuk
perioda tertentu disebut depresiasi (amortisasi untuk aset tak berwujud dan
deplesi untuk sumber alam).
Dari segi akuntansi, depresiasi merupakan suatu proses alokasi kos
secara sistematika dan rasional dan jumlah rupiahnya diukur atas dasar
kelangsungan
hidup,
bahwa
perusahaan
untuk
dapat
harus
dapat
mekanisme
yang
tidak
merepresentasi
realitas
perioda-perioda
yang
diantisipasi.
Pada
umumnya,
Neto
Diskunan
(discounted
lain,
metoda
yang
paling
tepat
adalah
metoda
unit
sistematik dan logis didasarkan atas berbagai kemungkinan dan faktor yang
melingkupi fasilitas fisis bersangkutan.
Hubungan Depresiasi dan Laba
Telah dibahas sebelum ini bahwa mengaitkan depresiasi dengan kontribusi
pendapatan neto sama saja dengan melakukan imputasi pendapatan. Ini
berarti besarnya biaya depresiasi bergantung pada besarnya pendapatan
dalam perioda tertentu. Implikasinya adalah dalam hal pendapatan cukup
kecil, akan terjadi semacam penundaan biaya depresiasi atau tahun gemuk
menutup tahun kurus. Sekali depresiasi telah deprogram secara sistematik
dan rasional, depresiasi hendaknya tidak ditunda pembebanannya sematamata karena pendapatan tidak dapat menutup biaya. Alasannya adalah
bahwa proses keausan/kerusakan tidak akan berhenti karena aset fisis tidak
digunakan dan perkembangan teknologi juga tetap berjalan selama perioda
depresiasi.
Alasan lain adalah bahwa penentuan laba haruslah merupakan akibat
suatu upaya untuk mengungkapkan kenyataan objektif yang ada tanpa
memperhatikan berapa akhirnya laba yang terjadi. Lagi pula, walaupun
akuntansi menganut asas himpun (aktual), hal ini tidak mengisyaratkan
bahwa laba periodik harus sama tiap tahunnya. Jadi, meskipun tetap dituntut
untuk menaksir depresiasi tahunan secara saksama, rasional, dan objektif,
hendaknya tidak ada pikiran sama sekali untuk mempengaruhi besarnya
laba.
Koreksi Terhadap Kesalahan Taksiran
Mengingat kesulitan dalam meramalkan saat pemberhentian unit fasilitas
fisis, program depresiasi tidak memberikan hasil yang sama persis dengan
kenyataannya setelah berjalannya waktu. Misalnya, fasilitas fisis menjadi
usang lebih cepat dari yang diantisipasi sehingga tahun-tahun yang telah
berjalan dibebani terlalu sedikit dengan depresiasi. Sebaliknya, fasilitas fisik
yang seharusnya sudah dihentikan dari pemakaian (dan habis didepresiasi)
depresiasi
harus
direvisi
bilamana
kenyataan
jelas
Tanah
Apakah tanah perlu didepresiasi atau tidak bergantung pada karakteristik
atau fungsi tanah dalam operasi perusahaan. Sebagai tempat usaha, fungsi
untuk ditempati tidak akan pernah habis. Oleh karenanya, dapat dianggap
bahwa kos tanah tidak perlu didepresiasi atau diamortisasi menjadi biaya
operasi. Dengan kata lain, fungsi tanah untuk menyediakan jasa ditempati
tanpa batas waktu (selamanya) cukup menjadi alasan kebijakan untuk
memperlakukan kos tanah sebagai investasi permanen dalam fasilitas
produksi. Perlakuan semacam ini makin didukung untuk tanah hak milik
permanen. Karena karakteristik kos tanah sebagai investasi permanen, tanah
tersebut perlu dipisahkan dari fasilitas fisis lain yang dapat didepresiasi
dalam pelaporannya.
Tanah Bukan Hak Milik Permanen
Dalam keadaan seperti ini, akuntansi yang sehat menghendaki pemisahan
kos tanah menjadi bagian yang dimasukkan sebagai kos sisa tanah (kalau
ada) dan bagian yang menunjukkan kos elemen tanah yang dapat habis
jasanya (potensi jasa tanah untuk ditanami), kemudian ditentukan alokasi
kos semantic yang tepat untuk bagian kedua tersebut. Jadi, dengan akuntansi
seperti di atas, pengeluaran-pengeluaran untuk mengembalikan kesuburan
tanah akan menjadi bagian kos tanah yang pada akhirnya harus didepresiasi.
2.9
Sumber Alam
selama
kurun
waktu
yang
dijadikan
dasar
dalam
KESIMPULAN
Biaya mempunyai dua karakteristik utama yaitu aliran atau penurunan aset
atau kenaikan kewajiban dan berkaitan dengan operasi utama yang menerus. Rugi
dibedakan dengan biaya karena timbul dari sumber yang secara tidak langsung
berkaitan dengan operasi utama perusahaan. Rugi berasal dari transaksi, kegiatan,
atau sumber berupa kegiatan periferal, transfer non timbal-balik, penahanan aset,
atau faktor lingkungan. Kriteria pengakuan biaya adalah pemanfaatan dan
kelenyapan. Biaya diakui bilamana manfaat ekonomik telah dikonsumsi dalam
rangka penyerahan barang atau jasa untuk mendatangkan pendapatan atau
bilamana manfaat ekonomik masa datang telah lenyap.
Biaya diukur dengan kos yang sebelumnya melekat pada aset. Biaya dapat
dipandang sebagai bagian kos yang telah terhabiskan dalam rangka menciptakan
pendapatan. Bagian kos yang terhabiskan dapat dihubungkan dengan pendapatan
atas dasar hubungan sebab-akibat, alokasi sistematik dan rasional, atau pengakuan
segera. Basis asosiasi atas dasar sebab-akibat atau penandingan langsung atas
dasar produk merupakan basis yang paling ideal. Akan tetapi, alasan kepraktisan
dan
ketaktersediaankanan
(univentoriability)
beberapa
faktor
kos