Anda di halaman 1dari 43

Materi P3 (pertama)

BAB IV
P E R S I A PA N P E M E R I K S A A N

4.1 Sistem Akuntansi


Sebelum pemeriksaan dimulai, para pemeriksa harus memahami dan
menilai terlebih dahulu sistem akuntansi perusahaan yang bersangkutan
termasuk

pengendalian

dimaksud

adalah

intern

adanya

di

dalamnya.

organisasi

Sistem

formulir

dan

akuntansi

yang

pencatatan

yang

dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi yang


dibutuhkan oleh manajemen guna mengelola perusahaan secara efektif dan
efisien.
Secara umum, pengendalian intern yang baik memperlihatkan antara lain
adanya struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsionaris
secara tegas antara pencatatan, penyimpanan, dan otorisasi.
Sedangkan gambaran sistem akuntansi perusahaan adalah sebagai berikut :
1.

Terdapat

Formulir

yang

merupakan

dokumen

pertama

yang

digunakan untuk mencatat terjadinya transaksi dan digunakan sebagai dasar


pencatatan akuntansi.
2.

Terdapat buku-buku untuk mencatat dan mengklasifikasikan datadata keuangan dan data lainnya sesuai informasi yang akan disajikan dalam
laporan keuangan, antara lain buku jurnal, buku besar, buku pembantu.

3.

Terdapat Laporan Keuangan (Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan


Sumber dan Penggunaan Dana, Laporan Laba Ditahan, Laporan lain-lain), yang
disajikan dengan nilai historis. Laporan Arus Kas menggambarkan penerimaan
dan pengeluaran kas dari aktivitas operasi, investasi, dan keuangan.
4.2 Analisis Laporan Keuangan
Analisa

laporan

keuangan

dimaksudkan

untuk

menilai

perubahan

(kenaikan/penurunan) yang terjadi pada pos-pos dalam laporan keuangan

yang terkait dengan kewajiban perpajakan yang timbul dari perubahanperubahan tersebut.
Analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara:
1.

Analisis vertikal
Analisa

vertikal

dengan

membandingkan

biaya-biaya

maupun

pendapatan yang saling berhubungan dalam satu tahun buku


sehingga dapat ditentukan titik titik kritis yang lebih memerlukan
pendalaman.
2. Analisis horizontal
Analisa horizontal dengan membandingkan biaya/pendapatan tahun
berjalan

dengan

tahun

sebelumnya

untuk

melihat

tren

biaya/pendapatan tersebut.
3. Analisis cross section
Analisa dilakukan dengan cara membandingkan biaya/pendapatan
perusahaan

dengan

biaya/pendapatan

yang

timbul

juga

pada

perusahaan lain sejenis dalam satu industri kimia/plastik.

Dokumen yang dibutuhkan :

Laporan keuangan komersial tahun audit dan beberapa tahun


sebelumnya.

SPT PPh Badan

Daftar koreksi intern dari Wajib Pajak

Berkas pemeriksaan tahun sebelumnya dari KPP terkait.

4.3 Analisis Pendapatan


Pendapatan utama berasal dari h0asil penjualan produk kemasan plastik.
Analisis pendapatan dapat dilakukan dengan cara :
Membandingkan

nilai

pendapatan

dengan

biaya-biaya

dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan tersebut.

variable

yang

1.

Pengujian atas nilai pendapatan dalam buku besar penjualan dengan


faktur penjualan dan arus barang.
2. Melakukan equalisasi pendapatan dengan penerimaan kas/bank yang
berasal dari penjualan.
Dokumen yang dibutuhkan :

SPT PPh Badan

Laporan Keuangan tahun berjalan dan tahun sebelumnya

General Ledger

Buku Besar Penjualan, faktur penjualan, arus barang

Bukti penerimaan kas/bank (rekening koran)

4.4 Analisis Biaya


1. Harga Pokok Penjualan
Analisis harga pokok penjualan dilakukan dengan menilai kewajaran
biaya-biaya yang menjadi unsur penentu harga pokok. Untuk itu perlu
dipahami karekteristik dan relevansi biaya tersebut dengan produk
yang

dihasilkan.

Penjualan,

Dalam

pengujian

pemeriksaan

dilakukan

terhadap

terhadap

buku

Harga

Pokok

kas/bank,

buku

pembelian, faktur pembelian, dokumen impor, kartu pemakaian


bahan, persediaan, penyusutan, biaya langsung dan biaya tidak
langsung serta bukti relevan lainnya dari pihak ke tiga (dalam hal
impor bahan baku, data yang relevan dapat diperoleh dari pihak bea
cukai atau departemen perindustrian dan perdagangan).
Dokumen yang dibutuhkan :

SPT PPh Badan

Laporan laba-rugi

Laporan perhitungan harga pokok

Laporan produksi

Dokumen impor

2. Biaya Pengurang Penghasilan Bruto

Analisis biaya dilakukan dengan dengan cara menilai kewajaran nilai


biaya dan relevansinya dengan penghasilan yang diciptakannya.
Pengujian dapat dilakukan antara lain terhadap buku besar kas/bank,
rekening Koran, daftar perhitungan penyusutan aktiva tetap, daftar
pembayaran gaji upah dan tunjangan, voucher-voucher dan buktibukti pendukung yang terkait.
Pos pengurang penghasil bruto antara lain :

Gaji , Upah , Bonus , Tunjangan , dll.


Penyusutan dan amortisasi
Bunga Pinjaman
Biaya Lain- lain
Dokumen yang dibutuhkan :

SPT PPh Badan


Laporan keuangan
Ledger dan Sub Ledger
Daftar Aktiva dan Perhitungan Penyusutan Aktiva tetap

BAB V
PROGRAM PEMERIKSAAN

Program pemeriksaan disini hanyalah berupa tambahan dari pada langkahlangkah pemeriksaan yang sudah secara umum dilaksanakan sesuai dengan
Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-01/PJ.7/1990 tentang pedoman pemeriksaan
pajak.
5.1 Peredaran Usaha
Untuk penjualan lokal, jika terdapat kontrak bulanan dengan
pelanggan, periksa kewajaran harga dalam kontrak, bandingkan
dengan harga pasar.
Atas penjualan ekspor yang terjadi, periksa omzet penjualan,
bandingkan dengan kewajaran biaya pemasaran, sponsor yang
terjadi.
5.2 Harga Pokok Penjualan / Biaya Langsung
Atas penjualan ekspor yang terjadi, periksa omzet penjualan, Periksa
kewajaran harga bahan baku produksi, cek kontrak pembelian bahan
baku, jika ada, bandingkan harganya dengan harga bahan baku
sejenis pada perusahaan kimia plastik sejenis lainnya.
Jika ada pembelian bahan baku impor, periksa nilai impor yang
dilakukan, bandingkan dengan PIUD nya.
Lakukan konfirmasi pada pihak ke tiga mengenai harga-harga bahan
baku, baik impor maupun lokal (misalkan ke direktorat bea cukai,
departemen perindustrian perdagangan).
Mintakan formula atas produk-produk plastik yang dihasilkan,
bandingkan dengan daftar/kartu pemakaian bahan baku.

5.3 Pengujian atau Equalisasi dengan Pajak Terkait


Equalisasi PPh Pasal 21
Lakukan pengujian antara jumlah PPh Pasal 21 yang dilaporkan di
dalam SPT Masa dan Tahunan PPh Pasal 21 dengan jumlah pos-pos

obyek PPh Pasal 21 di dalam laporan keuangan yang dilaporkan


dalam SPT Tahunan PPh Badan.
Equalisasi PPh Pasal 23
Lakukan pengujian antara jumlah PPh Pasal 23 yang dilaporkan di
dalam SPT Masa PPh pasal 23 dengan jumlah obyek PPh Pasal 23
yang ada dalam laporan keuangan fiskal yang dilaporkan dalam SPT
Tahunan PPh Badan.
Equalisasi PPh Pasal 4 ayat 2
Lakukan pengujian equalisasi antara jumlah PPh Pasal 4 ayat 2 yang
dilaporkan di dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2 dengan jumlah
obyek PPh Pasal 4 ayat 2 di dalam SPT Tahunan PPh Badan.
Equalisasi PPh Pasal 26
Lakukan pengujian equalisasi antara jumlah PPh Pasal 26 yang
dilaporkan di dalam SPT Masa PPh Pasal 26 dengan jumlah obyek
PPh Pasal 26 di dalam SPT Tahunan PPh Badan.
Equalisasi PPN
Lakukan pengujian antara hasil perhitungan PPN yang dilaporkan di
dalam SPT Masa PPN selama masa yang diperiksa dengan jumlah
obyek PPN di dalam laporan keuangan fiskal yang dilaporkan di
dalam SPT Tahunan PPh Badan.
Buat kesimpulan hasil pemeriksaan atas pengujian atau equalisasi
dengan pajak terkait.

BAB VI
MODUS OPERANDI DAN ILUSTRASI

6.1 Perubahan penetapan golongan harta pada industri kimia untuk


keperluan penyusutan
Berdasarkan

Keputusan

Menteri

Keuangan

No.

826/KMK.04/1984

tanggal

9/8/1984, jenis-jenis harta berupa mesin-mesin dan peralatan untuk prosesing


dan produksi barang-barang kimia, mesin-mesin yang mengolah/ menghasilkan
produk-produk industri kimia dan industri yang ada hubungannya dengan
industri

kimia,

mesin-mesin

yang

mengolah/menghasilkan

produk-produk

industri lainnya pada industri kimia dimasukkan dalam golongan 2 dengan tarif
penyusutan 25 % per tahun.
Keputusan

di

atas

telah

diperbaharui/diganti

dengan

Keputusan

Menteri

Keuangan No. 520/KMK.04/2000 tanggal 14/12/2000 yang menetapkan jenisjenis harta di atas menjadi golongan 3 dengan tarif penyusutan 10 % per tahun.
Dengan diterbitkannya keputusan yang baru di atas seharusnya perusahaanperusahaan merubah perhitungan biaya penyusutannya dari tarif 25 % menjadi
10 % per tahun. Akan tetapi, masih ada perusahaan yang belum menerapkan
tarif

penyusutan

yang

baru

sehingga

akan

terjadi

pembebanan

biaya

penyusutan yang terlalu tinggi dan perlu dilakukan koreksi terhadap biaya
tersebut yang pada akhirnya akan mempengaruhi perhitungan PPh Badan
perusahaan yang bersangkutan.

Gambar 6. Ilustrasi Kasus Penyusutan Pada Industri Kimia/Plastik

6.2 Transfer Pricing


Tujuan transfer pricing adalah untuk memperbesar harga pokok perusahaan
group.

Contoh Kasus
Perusahaan X, bergerak dalam bidang industri kimia plastik, dalam proses
produksinya membeli bahan baku dari perusahaan Y yang berada dalam satu
group

kepemilikan

dengan

harga

yang

ditinggikan

dalam

usaha

untuk

memindahkan laba ke perusahaan Y atau pun adanya pembayaran dividen


terselubung.
Apabila ditemukan adanya praktik transfer pricing tersebut dengan cara
melakukan pemeriksaan kewajaran harga bahan baku dan membandingkan
harganya dengan bahan baku sejenis pada perusahaan plastik lain atau pun
dengan mencek harga ke pihak ke tiga (bea cukai, deperindag), maka sejumlah
selisih antara nilai transaksi dengan harga pasar yang terjadi tidak dapat
dibiayakan menurut ketentuan perpajakan dan harus dikoreksi positif.
Jika atas selisih tersebut diindikasikan adanya pembayaran dividen terselubung,
maka atas jumlah tersebut harus dipotong PPh pasal 26 dengan tarif 15 %.

Gambar
7. Ilustrasi Kasus Transfer Pricing Antar Perusahaan dalam Satu Grup

6.3 Prosentase produk akhir plastik dibandingkan dengan jumlah


bahan baku yang digunakan untuk dapat menghasilkan jumlah
produk plastik tertentu.
Dengan belum tersedianya suatu standar mengenai berapa jumlah bahan baku
yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah produk tertentu, maka tidak
mudah bagi pemeriksa untuk dapat meyakini jumlah pemakaian bahan baku
dalam harga pokok penjualan.
Dari hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu persentase yang menyebutkan
berapa perbandingan antara pemakaian bahan baku dengan barang jadi. Angka
persentase itu dapat diuji dengan :
Konfirmasi ke Depertemen Perindustrian
Membandingkan dengan perusahaan-perusahan sejenis
Membandingkan dengan standar/formula bahan baku masing-masing
perusahaan
Memperhitungkan umur mesin untuk produksi
Jika

ditemukan

perbandingan

yang

cukup

signifikan

perlu

pendalaman

pemeriksaan dalam rangka mendukung koreksi yang akan dilakukan.

Gambar 8. Ilustrasi Kasus Presentase Penggunaan Bahan Baku Menjadi barang


jadi.

6.4 Daur ulang plastik (PPN).

Dari hasil pemeriksaan dijumpai adanya pendapatan luar usaha berupa


pendapatan penjualan daur ulang plastik.
Atas penyerahan barang tersebut di atas tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai
(PPN)

Gambar 9. Ilustrasi Kasus Proses Daur Ulang Produk Kimia/Plastik

Dasar hukum:
1. Pasal 1 huruf 2 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000
Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat
berupa barang bergerak, atau barang tidak bergerak, dan barang tidak
berwujud

Sesuai pasal 1 huruf 3, pada dasarnya semua barang dikenakan pajak,


kecuali yang ditentukan lain menurut Undang-undang (lihat juga pasal 1A
huruf (i)
2. Pasal 3 PP No 50 Tahun 1994
Barang hasil industri daur ulang, tidak termasuk jenis barang yang tidak
dikenakan pajak
3. Pasal 1 huruf 14 dan 15 Undang-undang No 18 tahun 2000
Pengusaha kena pajak adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk
apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,
mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan,
memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan
usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean, yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena
Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang ini, tidak termasuk
pengusah kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak.
4. Batasan Pengusaha Kecil PPN diatur dalam

Kep. Men.

Keu Nomor

648/KMK.04/1994 tanggal 29 Desember 1994.


Sehingga hasil industri berupa daur ulang plastik merupakan barang kena pajak
dan atas penyerahannya terutang PPN, kecuali penyerahannya dilakukan
Pengusaha Kecil yang tidak memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak.

Materi P3 (pertama)
KEWAJIBAN WP
1. Kewajiban Mendaftarkan Diri Sesuai dgn sistem self assessment maka WP
mempunyai kewajiban utk mendaftarkan diri ke KPP atau KP2KP yg wilayahnya
meliputi tempat tinggal atau kedudukan WP utk diberikan NPWP apabila tlh
memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif, dan wajib dikukuhkan sbg PKP
oleh KPP apabila tlh memenuhi persyaratan tertentu.
2. Kewajiban Pembayaran, Pemotongan/pemungutan, dan Pelaporan Pajak WP
dlm melaksanakan kewajiban perpajakannya hrs sesuai dgn sistem self
assessment, yaitu wajib melakukan sendiri penghitungan, pembayaran, dan
pelaporan pajak terutang.
3. Kewajiban dlm Hal Diperiksa DJP dpt melakukan pemeriksaan dgn tujuan
menguji kepatuhan WP dan tujuan lain yg ditetapkan oleh DJP. Kewajiban WP yg
diperiksa: Memenuhi panggilan utk datang menghadiri Pemeriksaan sesuai
dgn waktu yg ditentukan khususnya utk jenis Pemeriksaan Kantor.
Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yg menjadi
dasarnya, dan dokumen lain termasuk data yg dikelola scr elektronik, yg
berhubungan dgn penghasilan yg diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas
WP, atau objek yg terutang pajak. Khusus utk Pemeriksaan Lapangan, WP wajib
memberikan kesempatan utk mengakses dan/atau mengunduh data yg dikelola
scr elektronik. Memberikan kesempatan utk memasuki tempat atau ruang yg
dipandang perlu dan memberi bantuan lainnya guna kelancaran pemeriksaan.
Menyampaikan tanggapan scr tertulis atas SPHP. Meminjamkan KKP yg dibuat
oleh Akuntan Publik khususnya utk jenis Pemeriksaan Kantor. Memberikan
keterangan lain baik lisan maupun tulisan yg diperlukan.
4. Kewajiban Memberi Data Setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan
pihak lain, wajib memberikan data dan informasi yg berkaitan dgn perpajakan
kpd DJP yg ketentuannya diatur pd Pasal 35A UU KUP.
HAK WP
1. Hak atas Kelebihan Pembayaran Pajak Dlm hal pajak yg terutang utk suatu
tahun pajak ternyata lbh kecil dari jml kredit pajak (pembayaran pajak yg dibayar
atau dipotong atau dipungut lbh besar dari yg seharusnya terutang), maka WP
mempunyai hak utk mendapatkan kembali kelebihan tsb. Pengembalian
kelebihan pembayaran pajak dpt diberikan dlm waktu 12 bulan sejak surat
permohonan diterima scr lengkap.
2. Hak dlm Hal WP Dilakukan Pemeriksaan Meminta Surat Perintah
Pemeriksaan. Melihat Tanda Pengenal Pemeriksa. Mendapat penjelasan

mengenai maksud dan tujuan pemeriksaan. Meminta rincian perbedaan antara


hasil pemeriksaan dan SPT. Utk hadir dlm pembahasan akhir hasil
pemeriksaan dlm batas waktu yg ditentukan.
3. Hak utk Mengajukan Keberatan, Banding, dan PK Berdasarkan hasil
pemeriksaan yg dilakukan oleh DJP, maka akan diterbitkan suatu skp, yg dpt
mengakibatkan pajak terutang menjadi KB, LB, atau nihil. Jika WP tdk
sependapat maka dpt mengajukan keberatan atas skp tsb. Selanjutnya apabila
blm puas dgn keputusan keberatan tsb maka WP dpt mengajukan banding ke
Pengadilan Pajak. Langkah terakhir yg dpt dilakukan oleh WP dlm sengketa pajak
adalah PK ke MA. a. Keberatan Syarat pengajuan keberatan: Mengajukan surat
keberatan kpd Dirjen Pajak c.q. Kepala KPP setempat atas SKPKB, SKPKBT,
SKPLB, SKPN, dan Pemotongan dan Pemungutan oleh pihak ketiga.
A042
Diajukan scr tertulis dlm bahasa Indonesia dgn mengemukakan jml pajak
terutang mnr perhitungan WPk dgn menyebutkan alasan-alasan yg jelas.
Keberatan hrs diajukan dlm jangka waktu 3 bulan sejak skp, kecuali WP dpt
menunjukkan bahwa jangka waktu itu tdk dpt dipenuhi krn di luar kekuasaannya.
Keberatan yg tdk memenuhi persyaratan di atas tdk dianggap sbg Surat
Keberatan, shg tdk dipertimbangkan. Dlm hal WP mengajukan keberatan atas
skp, WP wajib melunasi pajak yg masih hrs dibayar paling sedikit sejumlah yg tlh
disetujui WP dlm PAHP, sbl surat keberatan disampaikan. Atas keberatan tsb
Dirjen Pajak akan memberikan keputusan paling lama dlm jangka waktu 12 bulan
sejak surat keberatan diterima. Apabila permohonan keberatan WP ditolak dan
WP tdk mengajukan banding maka WP dikenai sanksi administrasi berupa denda
seb 50% dari jml pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dgn pajak yg
tlh dibayar sbl mengajukan keberatan. b. Banding Permohonan banding diajukan
scr tertulis dlm bahasa Indonesia dlm waktu 3 bulan sejak keputusan keberatan
diterima dilampiri SK Keberatan tsb. Thd 1 Keputusan diajukan 1 Surat Banding.
Pengadilan Pajak hrs menetapkan putusan paling lambat 12 bulan sejak Surat
Banding diterima. Dlm hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan
sebagian, WP dikenai sanksi administrasi berupa denda sebe 100% dari jml pajak
berdasarkan Putusan Banding dikurangi dgn pembayaran pajak yg tlh dibayar sbl
mengajukan keberatan. c. PK Permohonan PK hanya dpt diajukan 1 kali kpd MA
melalui Pengadilan Pajak. Pengajuan permohonan PK dilakukan dlm jangka waktu
paling lambat 3 bulan terhitung sejak diketahuinya kebohongan atau tipu
muslihat atau sejak putusan Hakim Pengadilan pidana memperoleh kekuatan
hukum tetap atau ditemukannya bukti tertulis baru atau sejak putusan banding
dikirim. MA mengambil keputusan dlm jangka waktu 6 bulan sejak permohonan
PK diterima.
4. Hak Kerahasiaan Bagi WP WP mempunyai hak utk mendapat perlindungan
kerahasiaan atas segala sesuatu informasi yg telah disampaikannya kpd DJP dlm
rangka menjalankan ketentuan perpajakan. Disamping itu pihak lain yg
melakukan tugas di bidang perpajakan juga dilarang mengungkapkan
kerahasiaan WP, termasuk tenaga ahli yg ditunjuk oleh Dirjen Pajak utk
membantu pelaksanaan UU perpajakan. Kerahasiaan WP antara lain: Surat
Pemberitahuan, laporan keuangan, dan dokumen lainnya yg dilaporkan oleh WP
Data dari pihak ketiga yg bersifat rahasia Dokumen atau rahasia WP lainnya
sesuai ketentuan perpajakan yg berlaku Namun demikian dlm rangka

penyidikan, penuntutan atau dlm rangka kerjasama dgn instansi pemerintah


lainnya, keterangan atau bukti tertulis dari atau ttg WP dpt diberikan atau
diperlihatkan kpd pihak tertentu yg ditetapkan oleh MenKeu.
5. Hak utk Pengangsuran atau Penundaan Pembayaran Dlm hal-hal atau kondisi
tertentu, WP dpt mengajukan permohonan menunda pembayaran pajak.
6. Hak utk Penundaan Pelaporan SPT Tahunan Dgn alasan-alasan tertentu, WP
dpt menyampaikan perpanjangan penyampaian SPT Tahunan baik PPh Badan
maupun PPh OP.
7. Hak utk Pengurangan PPh Pasal 25 Dgn alasan-alasan tertentu, WP dpt
mengajukan pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal 25.
8. Hak utk Pembebasan Pajak Dgn alasan-alasan tertentu, WP dpt mengajukan
permohonan pembebasan atas pemotongan/ pemungutan PPh.
9. Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak WP yg tlh memenuhi
kriteria tertentu sbg WP Patuh dpt diberikan pengembalian pendahuluan
kelebihan pembayaran pajak dlm jangka waktu paling lambat 1 bulan utk PPN
dan 3 bulan utk PPh sejak tanggal permohonan.
10. Hak utk Mendapatkan Pajak Ditanggung Pemerintah Dlm rangka
pelaksanaan proyek pemerintah yg dibiayai dgn hibah atau dana pinjaman LN,
PPh yg terutang atas penghasilan yg diterima oleh kontraktor, konsultan dan
supplier utama ditanggung oleh pemerintah.
11. Hak utk Mendapatkan Insentif Perpajakan Di bidang PPN, utk BKP tertentu
atau kegiatan tertentu diberikan fasilitas pembebasan PPN atau PPN Tdk
Dipungut. Perusahaan yg melakukan kegiatan di kawasan tertentu seperti
Kawasan Berikat mendapat fasilitas PPN Tdk Dipungut antara lain atas impor dan
perolehan bahan baku.

TATA CARA PEMERIKSAAN


I. Dasar Hukum UU KUP PMK-17/PMK.03/2013 (mulai berlaku pd tanggal 1 Feb
2013) ttg Tata Cara Pemeriksaan PMK ini mencabut: PMK-191/PMK.03/2007 ttg
Penerbitan skp Atas Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Thd
WP yg Sedang Dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan Tindak Pidana Di Bidang
Perpajakan PMK-198/PMK.03/2007 ttg Tata Cara Penyegelan Dlm Rangka
Pemeriksaan di Bidang Perpajakan PMK-199/PMK.03/2007 jo PMK82/PMK.03/2011 ttg Tata Cara Pemeriksaan Pajak PER-23/PJ/2013 (mulai
berlaku pd tanggal 11 Juni 2013) ttg Standar Pemeriksaan PER-19/PJ/2013
(berlaku sejak 30 Mei 2013) mencabut PER-34/PJ/2011, PER-35/PJ/2011, PER16/PJ/2009, dan PER-17/PJ/2009 SE terkait: SE-25/PJ/2013 (mulai berlaku
tanggal 30 Mei 2013) ttg Pedoman e-Audit SE-28/PJ/2013 (mulai berlaku
tanggal 11 Juni 2013) ttg Kebijakan Pemeriksaan
II. Tujuan Pemeriksaan (Pasal 2 PMK-17/PMK.03/2013) Dirjen Pajak berwenang
melakukan Pemeriksaan dgn tujuan: utk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan/atau utk tujuan lain dlm rangka melaksanakan
ketentuan perpu perpajakan.
III. Pemeriksaan utk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
a. Ruang Lingkup, Kriteria, dan Jenis Pemeriksaan: 1. Ruang lingkup Pemeriksaan
dpt meliputi: (Pasal 3 PMK-17/PMK.03/2013) a. satu, bbrp, atau slrh jenis pajak, b.
baik utk satu atau bbrp Masa Pajak, Bagian Thn Pajak, atau Thn Pajak, c. dlm thnthn lalu maupun thn berjalan. 2. Kriteria & Jenis Pemeriiksaan a. Yg Hrs Dilakukan
Pemeriksaan Kriteria Jenis Pemeriksaan Pemeriksaan utk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan hrs dilakukan thd WP yg mengajukan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sesuai Pasal 17B UU
KUP. (Pasal 4 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) Pemeriksaan utk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan dgn jenis Pemeriksaan Lapangan
atau Pemeriksaan Kantor. (Pasal 5 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) Dilakukan
dgn Pemeriksaan Kantor, dlm hal permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran tsb diajukan oleh WP yg memenuhi persyaratan: LK WP utk Thn
Pajak yg diperiksa diaudit oleh akuntan publik atau LK salah satu Thn Pajak dari 2
Thn Pajak sbl Thn Pajak yg diperiksa tlh diaudit oleh akuntan publik, dgn
pendapat wajar tanpa pengecualian; dan WP tdk sedang dilakukan
Pemeriksaan Bukti Permulaan, penyidikan, atau penuntutan tindak pidana
perpajakan, dan/atau WP dlm 5 thn terakhir tdk pernah dipidana krn melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan.
(Pasal 5 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013)
B222
b. Yg Dpt Dilakukan Pemeriksaan Kriteria Jenis Pemeriksaan Pemeriksaan utk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dpt dilakukan dlm hal WP:
Pemeriksaan utk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dilakukan dgn jenis Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor. (Pasal 5
ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) menyampaikan SPT yg menyatakan LB, selain yg
mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sesuai
ayat (1); Penentuan jenis pemeriksaannya diatur oleh Dirjen Pajak. (Pasal 5 ayat
(3) PMK-17/PMK.03/2013) tlh diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak; menyampaikan SPT yg menyatakan rugi; melakukan
penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan

meninggalkan Indonesia utk selama-lamanya; melakukan perubahan thn buku


atau metode pembukuan atau krn dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap;
tdk menyampaikan atau menyampaikan SPT tetapi melampaui jangka waktu yg
tlh ditetapkan dlm surat teguran yg terpilih utk dilakukan Pemeriksaan
berdasarkan analisis risiko; atau Dilakukan dgn jenis Pemeriksaan Lapangan.
(Pasal 5 ayat (4) PMK-17/PMK.03/2013) menyampaikan SPT yg terpilih utk
dilakukan Pemeriksaan berdasarkan analisis risiko. Dlm hal Pemeriksaan Kantor
ditemukan indikasi transaksi yg terkait dgn transfer pricing dan/atau transaksi
khusus lain yg berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan, pelaksanaan
Pemeriksaan Kantor diubah menjadi Pemeriksaan Lapangan. (Pasal 5 ayat (5)
PMK-17/PMK.03/2013)
b. Standar Pemeriksaan: 1. Pemeriksa Pajak tdk dikenai sanksi dlm hal
Pemeriksaan yg dilakukan: (Pasal 11 ayat (2) PER-23/PJ/2013) berlaku baik utk
Pemeriksaan utk menguji kepatuhan & utk Pemeriksaan utk tujuan lain Tlh
sesuai dgn Standar Pemeriksaan, Dilaksanakan berdasarkan iktikad baik, dan
Sesuai dgn ketentuan perpu perpajakan. 2. Standar Pemeriksaan meliputi: (Pasal
6 ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013) a. Standar Umum Pemeriksaan (Pasal 7 ayat (2)
PMK-17/PMK.03/2013) Pemeriksaan dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak yg
memenuhi syarat: 1. Tlh mendapat pendidikan & pelatihan teknis yg cukup serta
memiliki keterampilan sbg Pemeriksa Pajak; (Pasal 3 ayat (3) huruf a PER23/PJ/2013) 2. Menggunakan keterampilannya scr cermat & seksama; apabila
dlm melaksanakan Pemeriksaan didasarkan pd iktikad baik & sesuai dgn
ketentuan perpu perpajakan. (Pasal 3 ayat (3) huruf b angka 2 PER-23/PJ/2013)
B223
3. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa
mengutamakan kepentingan negara; dan 4. Taat thd berbagai ketentuan
peraturan perpu di bidang perpajakan. Dlm hal diperlukan, pemeriksaan utk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dpt dilaksanakan oleh
tenaga ahli dari luar DJP yg ditunjuk oleh Dirjen Pajak. (Pasal 7 ayat (3) PMK17/PMK.03/2013) b. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan (Pasal 8 PMK17/PMK.03/2013) 1. Pelaksanaan Pemeriksaan hrs didahului dgn persiapan yg
baik sesuai dgn tujuan Pemeriksaan, yg paling sedikit meliputi: a. Kegiatan
mengumpulkan & mempelajari data WP, meliputi: Mempelajari profil WP
Menganalisis data keuangan WP Mempelajari data lain yg relevan, baik dari DJP
maupun dari pihak lain (Pasal 4 huruf a angka 1 PER-23/PJ/2013) b. Menyusun
rencana Pemeriksaan (audit plan), dan menyusun program Pemeriksaan (audit
program), serta mendapat pengawasan yg seksama c. Menyiapkan sarana
Pemeriksaan (Pasal 4 huruf a angka 4 PER-23/PJ/2013) 2. Pemeriksaan
dilaksanakan dgn melakukan pengujian berdasarkan metode & teknik
Pemeriksaan sesuai dgn program Pemeriksaan (audit program) yg tlh disusun 3.
Temuan hasil Pemeriksaan hrs didasarkan pd bukti kompeten yg cukup &
berdasarkan ketentuan perpu perpajakan 4. Pemeriksaan dilakukan oleh suatu
tim Pemeriksa Pajak yg terdiri dari seorang supervisor, seorang ketua tim, dan
seorang atau lebih anggota tim, dan dlm keadaan tertentu ketua tim dpt
merangkap sbg anggota tim berlaku baik utk Pemeriksaan utk menguji
kepatuhan & utk Pemeriksaan utk tujuan lain Keadaan tertentu: a. terbatasnya
jml Pemeriksa Pajak pada UP2; dan/atau b. berdasarkan pertimbangan Kepala
UP2. (Pasal 4 huruf d PER-23/PJ/2013) 5. Tim Pemeriksa Pajak dpt dibantu oleh

seorang atau lebih yg memiliki keahlian tertentu, baik yg berasal dari DJP,
maupun dari instansi di luar DJP yg tlh ditunjuk oleh Dirjen Pajak, sbg tenaga ahli
seperti penerjemah bahasa, ahli di bidang teknologi informasi, dan pengacara 6.
Apabila diperlukan, Pemeriksaan utk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dpt dilakukan scr bersama-sama dgn tim pemeriksa dari instansi lain
7. Pemeriksaan dpt dilaksanakan di kantor DJP, tempat tinggal atau tempat
kedudukan WP, tempat kegiatan usaha / pekerjaan bebas WP, dan/atau atau
tempat lain yg dianggap perlu oleh Pemeriksa Pajak berlaku baik utk
Pemeriksaan utk menguji kepatuhan & utk Pemeriksaan utk tujuan lain 8.
Pemeriksaan dilaksanakan pd jam kerja dan apabila diperlukan dpt dilanjutkan di
luar jam kerja berlaku baik utk Pemeriksaan utk menguji kepatuhan & utk
Pemeriksaan utk tujuan lain 9. Pelaksanaan Pemeriksaan didokumentasikan dlm
bentuk KKP Fungsi KKP (Pasal 9 huruf a PMK-17/PMK.03/2013) Bukti bahwa
Pemeriksaan tlh dilaksanakan sesuai standar pelaksanaan Pemeriksaan Bahan
dlm melakukan PAHP dgn WP mengenai temuan hasil Pemeriksaan Dasar
pembuatan LHP Sumber data atau informasi bagi penyelesaian keberatan atau
banding yg diajukan oleh WP Referensi utk Pemeriksaan berikutnya c. Standar
Pelaporan Hasil Pemeriksaan 1. LHP disusun scr ringkas dan jelas, memuat:
(Pasal 6 huruf a PER-23/PJ/2013) a. Ruang lingkup dan pos-pos yg diperiksa
sesuai dgn tujuan Pemeriksaan, b. Simpulan Pemeriksa Pajak yg didukung
temuan yg kuat ttg ada atau tdk adanya penyimpangan thd perpu perpajakan c.
Pengungkapan informasi lain yg terkait dgn Pemeriksaan
B224
2. LHP utk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan sekurangkurangnya memuat: (Pasal 10 huruf b PMK-17/PMK.03/2013) a. Penugasan
Pemeriksaan b. Identitas WP c. Pembukuan atau pencatatan WP d. Pemenuhan
kewajiban perpajakan e. Data/informasi yg tersedia f. Buku dan dokumen yg
dipinjam g. Materi yg diperiksa h. Uraian hasil Pemeriksaan i. Ikhtisar hasil
Pemeriksaan j. Penghitungan pajak terutang k. Simpulan dan usul Pemeriksa
Pajak 3. LHP disusun dan ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak (Pasal 6 huruf
c PER-23/PJ/2013) 4. LHP ditandatangani oleh Kepala UP2 utk mengetahui
apakah: Pos-pos yg diperiksa tlh sesuai dgn Rencana Pemeriksaan dan
perubahannya Dasar hukum koreksi tlh sesuai dgn ketentuan perpu
perpajakan. (Pasal 6 huruf d PER-23/PJ/2013)
c. Kewajiban & Kewenangan Pemeriksa Pajak: 1. Kewajiban Pemeriksa Pajak
(Pasal 11 PMK-17/PMK.03/2013) a. Menyampaikan Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan kpd WP (dlm hal Pemeriksaan dilakukan dgn jenis
Pemeriksaan Lapangan) atau Surat Panggilan Dlm Rangka Pemeriksaan Kantor
(dlm hal Pemeriksaan dilakukan dgn jenis Pemeriksaan Kantor) b.
Memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak & SP2 kpd WP pd waktu
melakukan Pemeriksaan c. Memperlihatkan surat yg berisi perubahan tim
Pemeriksa Pajak kpd WP apabila susunan keanggotaan tim Pemeriksa Pajak
mengalami perubahan d. Melakukan pertemuan dgn WP utk memberikan
penjelasan mengenai: 1. Alasan dan tujuan Pemeriksaan 2. Hak dan kewajiban
WP selama dan stl pelaksanaan Pemeriksaan 3. Hak WP mengajukan
permohonan utk dilakukan pembahasan dgn Tim Quality Assurance (QA)
Pemeriksaan dlm hal terdapat hasil Pemeriksaan yg blm disepakati antara
Pemeriksa Pajak dgn WP pd saat PAHP 4. Kewajiban dari WP utk memenuhi

permintaan buku, catatan, dan/atau dokumen yg menjadi dasar pembukuan /


pencatatan, dan dokumen lainnya, yg dipinjam dari WP e. Menuangkan hasil
pertemuan dgn WP dlm BA pertemuan dgn WP f. Menyampaikan SPHP kpd WP g.
Memberikan hak utk hadir kpd WP dlm rangka PAHP pd waktu yg tlh ditentukan
h. Menyampaikan Kuesioner Pemeriksaan kpd WP i. Melakukan pembinaan kpd
WP dlm memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dgn ketentuan perpu
perpajakan dgn menyampaikan saran scr tertulis j. Mengembalikan buku,
catatan, dan/atau dokumen yg menjadi dasar pembukuan / pencatatan, dan
dokumen lainnya yg dipinjam dari WP k. Merahasiakan kpd pihak lain yg tdk
berhak atas segala sesuatu yg diketahui atau diberitahukan kpd-nya oleh WP dlm
rangka Pemeriksaan 2. Kewenangan Pemeriksa Pajak Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan Kantor Pemeriksa Pajak berwenang: a. Melihat dan/atau meminjam
buku, catatan, dan/atau dokumen yg menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan, dan dokumen lain yg berhubungan dgn penghasilan yg diperoleh,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yg terutang pajak Pemeriksa
Pajak berwenang: a. Memanggil WP utk datang ke kantor DJP dgn menggunakan
Surat Panggilan Dlm Rangka Pemeriksaan Kantor b. Melihat dan/atau meminjam
buku, catatan, dan/atau
B225
b. Mengakses dan/atau mengunduh data yg dikelola scr elektronik c. Memasuki
dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau tdk bergerak yg
diduga atau patut diduga digunakan utk menyimpan buku atau catatan,
dokumen yg menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, uang
dan/atau barang yg dpt memberi petunjuk ttg penghasilan yg diperoleh,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yg terutang pajak; d. Meminta
kpd WP utk memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan, a.l. berupa: 1.
Menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya WP apabila dlm mengakses
data yg dikelola scr elektronik memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus
2. Memberikan bantuan kpd Pemeriksa Pajak utk membuka barang bergerak
dan/atau tdk bergerak 3. Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya
Pemeriksaan Lapangan dlm hal Pemeriksaan dilakukan di tempat WP e.
Melakukan Penyegelan tempat atau ruang tertentu serta barang bergerak
dan/atau tdk bergerak f. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari WP g.
Meminta keterangan dan/atau bukti yg diperlukan dari pihak ketiga yg
mempunyai hubungan dgn WP yg diperiksa melalui kepala unit pelaksana
Pemeriksaan (Pasal 12 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013)
dokumen yg menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain
termasuk data yg dikelola scr elektronik, yg berhubungan dgn penghasilan yg
diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yg terutang pajak c.
Meminta kpd WP utk memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan d. Meminta
keterangan lisan dan/atau tertulis dari WP e. Meminjam KKP yg dibuat oleh
akuntan publik melalui WP f. Meminta keterangan dan/atau bukti yg diperlukan
dari pihak ketiga yg mempunyai hubungan dgn WP yg diperiksa melalui kepala
UP2 (Pasal 12 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013)
d. Hak & Kewajiban WP: 1. Hak WP dlm Pemeriksaan (Pasal 13 PMK17/PMK.03/2013) a. Meminta kpd Pemeriksa Pajak utk memperlihatkan Tanda
Pengenal Pemeriksa Pajak & SP2 b. Meminta kpd Pemeriksa Pajak utk
memberikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan dlm hal Pemeriksaan

dilakukan dgn jenis Pemeriksaan Lapangan c. Meminta kpd Pemeriksa Pajak utk
memperlihatkan surat yg berisi perubahan tim Pemeriksa Pajak apabila susunan
keanggotaan tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan d. Meminta kpd
Pemeriksa Pajak utk memberikan penjelasan ttg alasan & tujuan Pemeriksaan e.
Menerima SPHP f. Menghadiri PAHP pd waktu yg tlh ditentukan; g. mengajukan
permohonan utk dilakukan pembahasan dgn Tim QA Pemeriksaan, dlm hal masih
terdapat hasil Pemeriksaan yg blm disepakati antara Pemeriksa Pajak dgn WP pd
saat PAHP h. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan
Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian Kuesioner Pemeriksaan 2.
Kewajiban WP dlm Pemeriksaan (Pasal 14 PMK-17/PMK.03/2013) Pemeriksaan
Lapangan Pemeriksaan Kantor WP wajib: a. Memperlihatkan dan/atau
meminjamkan buku, catatan, dan/atau dokumen yg menjadi dasar pembukuan
atau pencatatan, dan dokumen lain WP wajib: a. Memenuhi panggilan utk datang
menghadiri Pemeriksaan sesuai dgn waktu yg ditentukan
B226
yg berhubungan dgn penghasilan yg diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas
WP, atau objek yg terutang pajak b. Memberikan kesempatan utk mengakses
dan/atau mengunduh data yg dikelola scr elektronik c. Memberikan kesempatan
utk memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau tdk
bergerak yg diduga atau patut diduga digunakan utk menyimpan buku atau
catatan, dokumen yg menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain,
uang, dan/atau barang yg dpt memberi petunjuk ttng penghasilan yg diperoleh,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yg terutang pajak serta
meminjamkannya kpd Pemeriksa Pajak d. Memberi bantuan guna kelancaran
Pemeriksaan, yg dpt berupa: 1. Menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas
biaya WP apabila dlm mengakses data yg dikelola scr elektronik memerlukan
peralatan dan/atau keahlian khusus 2. Memberikan bantuan kpd Pemeriksa Pajak
utk membuka barang bergerak dan/atau tdk bergerak 3. Menyediakan ruangan
khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan Lapangan dlm hal Pemeriksaan
dilakukan di tempat WP; e. Menyampaikan tanggapan scr tertulis atas SPHP f.
Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yg diperlukan. (Pasal 14 ayat (1)
PMK-17/PMK.03/2013)
b. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku, catatan, dan/atau dokumen yg
menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain termasuk data yg
dikelola scr elektronik, yg berhubungan dgn penghasilan yg diperoleh, kegiatan
usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yg terutang pajak c. Memberi bantuan
guna kelancaran Pemeriksaan d. Menyampaikan tanggapan scr tertulis atas SPHP
e. Meminjamkan KKP yg dibuat oleh akuntan publik f. Memberikan keterangan
lisan dan/atau tertulis yg diperlukan (Pasal 14 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013)
e. Jangka Waktu Pemeriksaan: Dilakukan dlm jangka waktu Pemeriksaan yg
meliputi: (Pasal 15 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) 1. Jangka Waktu Pengujian
Pemeriksaan Lapangan Pemeriksaan Kantor Jangka waktu pengujiannya paling
lama 6 bulan, yg dihitung sejak Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan
disampaikan kpd WP, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yg tlh
dewasa dari WP, s.d. tanggal SPHP disampaikan kpd WP, wakil, kuasa, pegawai,
atau anggota keluarga yg tlh dewasa dari WP. (Pasal 15 ayat (2) PMK17/PMK.03/2013) Jangka waktu pengujiannya paling lama 4 bulan, yg dihitung
sejak tanggal WP, wakil, kuasa dari WP pegawai, atau anggota keluarga yg tlh

dewasa dari WP datang memenuhi Surat Panggilan Dlm Rangka Pemeriksaan


Kantor s.d. tanggal SPHP disampaikan kpd WP, wakil, kuasa, pegawai, atau
anggota keluarga yg tlh dewasa dari WP. (Pasal 15 ayat (3) PMK17/PMK.03/2013) Perpanjangan Jangka Waktu Jangka waktu pengujiannya dpt
diperpanjang utk jangka waktu paling lama 2 bulan. (Pasal 16 ayat (1) PMK17/PMK.03/2013) Perpanjangan jangka waktu pengujian dilakukan dlm hal: 1.
Pemeriksaan Lapangan diperluas ke Masa Pajak, Bagian Thn Pajak, atau
Perpanjangan Jangka Waktu Jangka waktu pengujiannya dpt diperpanjang utk
jangka waktu paling lama 2 bulan. (Pasal 17 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013)
Perpanjangan jangka waktu pengujian dilakukan dlm hal: 1. Pemeriksaan Kantor
diperluas ke Masa Pajak, Bagian Thn Pajak,
B227
Thn Pajak lainnya; 2. Terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau
keterangan kpda pihak ketiga; 3. Ruang lingkup Pemeriksaan Lapangan meliputi
slr jenis pajak; dan/atau 4. Berdasarkan pertimbangan kepala UP2. (Pasal 16 ayat
(3) PMK-17/PMK.03/2013) Jangka waktu pengujian Pemeriksaan Lapangan dpt
diperpanjang utk jangka waktu paling lama 6 bulan dan dpt dilakukan paling
banyak 3 x s.d. kebutuhan waktu utk melakukan pengujian apabila terkait dgn:
1. WP KKKS Migas; 2. WP dlm 1 grup; atau 3. WP yg terindikasi melakukan
transaksi transfer pricing dan/atau transaksi khusus lain yg berindikasi adanya
rekayasa transaksi keuangan. (Pasal 16 ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013)
atau Thn Pajak lainnya; 2. Terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau
keterangan kpd pihak ketiga; 3. Ruang lingkup Pemeriksaan Kantor meliputi slr
jenis pajak; dan/atau 4. Berdasarkan pertimbangan kepala UP2. (Pasal 17 ayat
(2) PMK-17/PMK.03/ 2013)
Pemberitahuan Tertulis kpd WP Dlm hal dilakukan perpanjangan jangka waktu
pengujian, baik Pemeriksaan Lapangan ataupun Pemeriksaan Kantor, kepala UP2
hrs menyampaikan pemberitahuan perpanjangan jangka waktu pengujian scr
tertulis kpd WP. (Pasal 18 PMK-17/PMK.03/2013) Penyampaian SPHP kpd WP
Apabila jangka waktu perpanjangan pengujian, baik Pemeriksaan Lapangan
ataupun Pemeriksaan Kantor, tlh berakhir, SPHP hrs disampaikan kpd WP. (Pasal
19 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) Dlm hal Pemeriksaan dilakukan krn WP
mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, jangka
waktu pemeriksaan utk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
hrs memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak sesuai Pasal 17B UU KUP. (Pasal 19 ayat (2) PMK17/PMK.03/2013) 2. Jangka waktu PAHP & Pelaporan Jangka waktu PAHP dan
pelaporannya paling lama 2 bulan, yg dihitung sejak tanggal SPHP disampaikan
kpd WP, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota yg tlh dewasa dari WP s.d. tanggal
LHP. (Pasal 15 ayat (4) PMK-17/PMK.03/2013)
f. Penyelesaian Pemeriksaan: Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor
diselesaikan dgn cara: (Pasal 20 PMK-17/PMK.03/2013) 1. Menghentikan
Pemeriksaan dgn membuat LHP Sumir; (Pasal 21 PMK-17/PMK.03/2013) atau
Dilakukan dlm hal: a. WP, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yg tlh
dewasa dari WP yg diperiksa: Tdk ditemukan dlm jangka waktu 6 bulan sejak
tanggal Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan diterbitkan; atau Tdk
memenuhi panggilan Pemeriksaan dlm jangka waktu 4 bulan sejak tanggal Surat

Panggilan Dlm Rangka Pemeriksaan Kantor diterbitkan. Pemeriksaan yg


dihentikan dgn membuat LHP Sumir krn WP tdk ditemukan atau tdk memenuhi
panggilan Pemeriksaan, dpt dilakukan Pemeriksaan kembali apabila dikemudian
hari WP ditemukan. (Pasal 23 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013)
B228
b. Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor yg ditangguhkan krn
ditindaklanjuti dgn Pemeriksaan Bukti Permulaan scr terbuka dan Pemeriksaan
Bukti Permulaan scr terbuka tsb: Tdk dilanjutkan dgn penyidikan krn WP
mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya sesuai Pasal 8 ayat (3) UU KUP
Tdk dilanjutkan dgn penyidikan tetapi diselesaikan dgn menerbitkan SKPKB
sesuai Pasal 13A UU KUP; atau Dilanjutkan dgn penyidikan tetapi
penyidikannya dihentikan krn tdk dilakukan penuntutan sesuai Pasal 44B UU KUP.
c. Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor yg ditangguhkan krn
ditindaklanjuti dgn penyidikan sbg tindak lanjut Pemeriksaan Bukti Permulaan scr
tertutup dan penyidikan tsb dihentikan krn memenuhi ketentuan sesuai Pasal
44B UU KUP. d. Pemeriksaan Ulang tdk mengakibatkan adanya tambahan atas
jml pajak yg tlh ditetapkan dlm skp sebelumnya. e. Terdapat keadaan tertentu
berdasarkan pertimbangan Dirjen Pajak. 2. Membuat LHP, sbg dasar penerbitan
skp dan/atau STP. (Pasal 22 PMK-17/PMK.03/2013) Dilakukan dlm hal: a. WP,
wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yg tlh dewasa dari WP yg
dilakukan Pemeriksaan sehubungan dgn permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak sesuai Pasal 17B UU KUP: Tdk ditemukan dlm jangka waktu
6 bulan sejak tanggal Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan diterbitkan;
atau Tdk memenuhi panggilan Pemeriksaan dlm jangka waktu 4 bulan sejak
tanggal Surat Panggilan Daa Rangka Pemeriksaan Kantor diterbitkan. Pajak
terutang atas Pemeriksaan thd WP yg tdk ditemukan atau tdk memenuhi
panggilan Pemeriksaan, ditetapkan scr jabatan. (Pasal 23 ayat (2) PMK17/PMK.03/2013) b. WP, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yg tlh
dewasa dari WP yg dilakukan Pemeriksaan ditemukan atau memenuhi panggilan
Pemeriksaan, dan Pemeriksaan dpt diselesaikan dlm jangka waktu Pemeriksaan.
c. WP, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yg tlh dewasa dari WP yg
dilakukan Pemeriksaan ditemukan atau memenuhi panggilan Pemeriksaan, dan
pengujian kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan blm dpt diselesaikan
s.d.: Berakhirnya perpanjangan jangka waktu pengujian Pemeriksaan
Lapangan; atau Berakhirnya perpanjangan jangka waktu pengujian
Pemeriksaan Kantor. Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor yg
pengujiannya blm diselesaikan, hrs diselesaikan dgn menyampaikan SPHP dlm
jangka waktu paling lama 7 hari kerja sejak berakhirnya perpanjangan jangka
waktu pengujian tsb dan melanjutkan tahapan Pemeriksaan s.d. pembuatan LHP.
(Pasal 22 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013) d. Pemeriksaan Lapangan atau
Pemeriksaan Kantor yg ditangguhkan krn ditindaklanjuti dgn Pemeriksaan Bukti
Permulaan scr terbuka dan Pemeriksaan Bukti Permulaan scr terbuka tsb:
Dihentikan krn WP OP yg dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan scr terbuka
meninggal dunia; Dihentikan krn tdk ditemukan adanya bukti permulaan tindak
pidana di bidang perpajakan; Dilanjutkan dgn penyidikan namun penyidikannya
dihentikan krn memenuhi ketentuan sesuai Pasal 44A UU KUP; atau Dilanjutkan
dgn penyidikan dan penuntutan serta tlh terdapat Putusan Pengadilan mengenai
tindak pidana di bidang perpajakan yg tlh mempunyai kekuatan hukum tetap dan
salinan Putusan Pengadilan tsb tlh diterima oleh Dirjen Pajak. e. Pemeriksaan

Lapangan atau Pemeriksaan Kantor yg ditangguhkan krn ditindaklanjuti dgn


penyidikan sbg tindak lanjut Pemeriksaan Bukti Permulaan scr tertutup dan
penyidikan tsb: Dihentikan krn memenuhi ketentuan sesuai Pasal 44A UU KUP;
atau Dilanjutkan dgn penuntutan serta tlh terdapat Putusan Pengadilan
mengenai tindak pidana di bidang perpajakan yg tlh mempunyai kekuatan
hukum tetap dan salinan Putusan Pengadilan tsb tlh diterima oleh Dirjen Pajak.
g. Tim Pemeriksa Pajak:
B229
Pemeriksaan dilakukan oleh Pemeriksa Pajak yg tergabung dlm suatu tim
Pemeriksa Pajak berdasarkan SP2. (Pasal 24 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) SP2
diterbitkan utk 1 atau bbrp Masa Pajak dlm suatu Bagian Thn Pajak atau Thn
Pajak yg sama atau utk 1 Bagian Thn Pajak atau Thn Pajak thd 1 WP. (Pasal 24
ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013) Dlm hal susunan tim Pemeriksa Pajak diubah,
kepala UP2 hrs menerbitkan surat yg berisi perubahan tim Pemeriksa Pajak.
(Pasal 24 ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013) Dlm hal tim Pemeriksa Pajak dibantu
oleh tenaga ahli sesuai Pasal 8 huruf e PMK-17, tenaga ahli tsb bertugas
berdasarkan ST yg diterbitkan oleh Dirjen Pajak. (Pasal 24 ayat (4) PMK17/PMK.03/2013) Tim Pemeriksa Pajak dpt dibantu oleh seorang atau lbh yg
memiliki keahlian tertentu, baik yg berasal dari DJP, maupun yg berasal dari
instansi di luar DJP yg tlh ditunjuk oleh Dirjen Pajak, sbg tenaga ahli seperti
penerjemah bahasa, ahli di bidang TI, dan pengacara. (Pasal 8 huruf e PMK17/PMK.03/2013)
h. Pemberitahuan, Panggilan, dan Pertemuan dgn WP: 1. Pemberitahuan Kpd WP
Pemeriksaan Lapangan Pemeriksaan Kantor Pemberitahuan Pemeriksa Pajak
wajib memberitahukan kpd WP mengenai dilakukannya Pemeriksaan Lapangan
dgn menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan. (Pasal 25 ayat
(1) PMK-17/PMK.03/2013) Pemberitahuan Pemeriksa Pajak wajib
memberitahukan kpd WP mengenai dilakukannya Pemeriksaan Kantor dgn
menyampaikan Surat Panggilan Dlm Rangka Pemeriksaan Kantor. (Pasal 25 ayat
(2) PMK-17/PMK.03/2013) Cara Penyampaian Pemberitahuan Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan dpt disampaikan: 1. Scr lsg kpd WP pd
saat dimulainya Pemeriksaan Lapangan, a. Dlm hal disampaikan scr lsg dan WP
tdk berada di tempat, dpt disampaikan kpd: Wakil atau kuasa dari WP; atau
Pihak yg dpt mewakili WP, yaitu: Pegawai dari WP yg mnr Pemeriksa Pajak dpt
mewakili WP, dlm hal Pemeriksaan dilakukan thd WP badan; Anggota keluarga
yg tlh dewasa dari WP yg mnr Pemeriksa Pajak dpt mewakili WP, dlm hal
Pemeriksaan dilakukan thd WP OP; atau Pihak lain yg dpt mewakili WP. (Pasal
26 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013) b. Dlm hal wakil atau kuasa dari WP atau pihak
yg dpt mewakili WP tdk dpt ditemui, disampaikan melalui pos dgn bukti
pengiriman surat, atau jasa pengiriman lainnya dgn bukti pengiriman dan Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan dianggap tlh disampaikan dan
Pemeriksaan Lapangan tlh dimulai. (Pasal 26 ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013) 2.
Melalui faksimili, 3. Pos dgn bukti pengiriman surat, atau 4. Jasa pengiriman
lainnya dgn bukti pengiriman. Cara Penyampaian Pemberitahuan Surat Panggilan
Dlm Rangka Pemeriksaan Kantor disampaikan melalui: 1. Faksimili, 2. Pos dgn
bukti pengiriman surat, atau 3. Jasa pengiriman lainnya dgn bukti pengiriman.
(Pasal 26 ayat (4) PMK-17/PMK.03/2013)

B2210
(Pasal 26 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) 2. Pertemuan dgn WP Pemeriksaan
Lapangan Pemeriksaan Kantor Pertemuan dgn WP Dlm pelaksanaan Pemeriksaan
utk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, Pemeriksa Pajak wajib
melakukan pertemuan dgn WP, wakil, atau kuasa dari WP. (Pasal 27 ayat (1) &
(2) PMK-17/PMK.03/2013)
Alur Pertemuan Alur Pertemuan 1. Pertemuan dilakukan stl Pemeriksa Pajak
menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan. (Pasal 27 ayat (3)
PMK-17/PMK.03/2013) 1. Pertemuan dilakukan pd saat WP, wakil, atau kuasa dari
WP datang memenuhi Surat Panggilan Dlm Rangka Pemeriksaan Kantor. (Pasal
27 ayat (4) PMK-17/PMK.03/2013) 2. Stl melakukan pertemuan, Pemeriksa Pajak
wajib membuat BA hasil pertemuan, yg ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak dan
WP, wakil, atau kuasa dari WP. (Pasal 27 ayat (5) PMK-17/PMK.03/2013) 3. Dlm
hal WP, wakil, atau kuasa dari WP menolak menandatangani BA hasil pertemuan,
Pemeriksa Pajak membuat catatan mengenai penolakan tsb pd BA hasil
pertemuan. (Pasal 27 ayat (6) PMK-17/PMK.03/2013) 4. Dlm hal Pemeriksa Pajak
tlh: a. Menandatangani BA hasil pertemuan, dan b. Membuat catatan mengenai
penolakan penandatanganan BA,
pertemuan dianggap tlh dilaksanakan.
(Pasal 27 ayat (7) PMK-17/PMK.03/2013)
i. Peminjaman Dokumen: 1. Ketentuan Peminjaman Dokumen berlaku baik utk
Pemeriksaan utk menguji kepatuhan & utk Pemeriksaan utk tujuan lain
Pemeriksaan Lapangan Pemeriksaan Kantor a. Buku, catatan, dan/atau dokumen,
termasuk data yg dikelola scr elektronik serta keterangan lain yg diperlukan dan
diperoleh/ditemukan pd saat pelaksanaan Pemeriksaan di tempat WP, dipinjam
pd saat itu juga dan Pemeriksa Pajak membuat bukti peminjaman dan
pengembalian buku, catatan, dan dokumen. (Pasal 28 ayat (1) huruf a PMK17/PMK.03/2013) a. Daftar buku, catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yg
dikelola scr elektronik serta keterangan lain yg diperlukan oleh Pemeriksa Pajak,
hrs dilampirkan pd Surat Panggilan Dlm Rangka Pemeriksaan Kantor. (Pasal 28
ayat (2) huruf a PMK-17/PMK.03/2013) b. Dlm hal buku, catatan, dan/atau
dokumen, termasuk data yg dikelola scr elektronik serta keterangan lain yg
diperlukan blm ditemukan atau diberikan oleh WP pd saat pelaksanaan
Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak membuat surat permintaan peminjaman buku,
catatan, dan dokumen yg dilampiri dgn daftar buku, catatan, dan/atau dokumen
yg wajib dipinjamkan. (Pasal 28 ayat (1) huruf b PMK-17/PMK.03/2013) b. Buku,
catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yg dikelola scr elektronik serta
keterangan lain, wajib dipinjamkan pd saat WP memenuhi panggilan dlm rangka
Pemeriksaan Kantor dan Pemeriksa Pajak membuat bukti peminjaman dan
pengembalian buku, catatan, dan dokumen. (Pasal 28 ayat (2) huruf b PMK17/PMK.03/2013) c. Dlm hal utk mengakses dan/atau mengunduh data yg
dikelola scr elektronik diperlukan c. Dlm hal buku, catatan, dan/atau dokumen,
termasuk
B2211
peralatan dan/atau keahlian khusus, Pemeriksa Pajak dpt meminta bantuan kpd:
WP utk menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya WP; atau Seorang
atau lbh yg memiliki keahlian tertentu, baik yg berasal dari DJP maupun yg
berasal dari luar DJP.
(Pasal 28 ayat (1) huruf c PMK-17/PMK.03/2013)

data yg dikelola scr elektronik serta keterangan lain yg diperlukan blm tercantum
dlm lampiran Surat Panggilan Dlm Rangka Pemeriksaan Kantor, Pemeriksa Pajak
membuat surat permintaan peminjaman buku, catatan, dan dokumen. (Pasal 28
ayat (2) huruf c PMK-17/PMK.03/2013)
2. Kondisi Tertentu atas Dokumen Dokumen Berupa Fotokopi/Data yg Dikelola
Scr Elektronik: Dlm hal yg dipinjam berupa fotokopi dan/atau berupa data yg
dikelola scr elektronik, WP yg diperiksa hrs membuat surat pernyataan bahwa
fotokopi dan/atau data yg dikelola scr elektronik yg dipinjamkan kpd Pemeriksa
Pajak adalah sesuai dgn aslinya. (Pasal 28 ayat (5) PMK-17/PMK.03/2013)
Dokumen Tdk Dimiliki atau Tdk Dikuasai WP: Dlm hal yg diminta oleh Pemeriksa
Pajak tdk dimiliki atau tdk dikuasai oleh WP, WP hrs membuat surat pernyataan
yg menyatakan bahwa buku, catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yg
dikelola scr elektronik serta keterangan lain yg diminta oleh Pemeriksa Pajak tdk
dimiliki atau tdk dikuasai oleh WP. (Pasal 29 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013)
Dokumen Perlu Dilindungi Kerahasiaannya: Dlm hal perlu dilindungi
kerahasiaannya, WP dpt mengajukan permintaan agar pelaksanaan Pemeriksaan
dpt dilakukan di tempat WP dgn menyediakan ruangan khusus. (Pasal 29 ayat (2)
PMK-17/PMK.03/2013) 3. Bukti Penyerahan Dokumen Setiap penyerahan buku,
catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yg dikelola scr elektronik serta
keterangan lain dari WP, Pemeriksa Pajak membuat bukti peminjaman dan
pengembalian buku, catatan, dan dokumen. (Pasal 28 ayat (4) PMK17/PMK.03/2013) Dlm hal WP tlh meminjamkan seluruh buku, catatan,
dan/atau dokumen, termasuk data yg dikelola scr elektronik serta keterangan
lain yg diminta, Pemeriksa Pajak hrs membuat BA pemenuhan slr peminjaman
buku, catatan dan dokumen. (Pasal 30 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013) 4. Jangka
Waktu Penyerahan Dokumen Buku, catatan, dan/atau dokumen termasuk data
yg dikelola scr elektronik serta keterangan lain wajib diserahkan kpd Pemeriksa
Pajak paling lama 1 bulan sejak surat permintaan peminjaman buku, catatan,
dan dokumen disampaikan. (Pasal 28 ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013) Dlm hal
buku, catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yg dikelola scr elektronik serta
keterangan lain yg dipinjam blm dipenuhi dan jangka waktu 1 bulan blm
terlampaui, Pemeriksa Pajak dpt menyampaikan peringatan scr tertulis paling
banyak 2 x, yaitu: Surat peringatan I stl 2 minggu sejak tanggal penyampaian
surat permintaan peminjaman buku, catatan, dan dokumen; Surat peringatan
II stl 3 minggu sejak tanggal penyampaian surat permintaan peminjaman buku,
catatan, dan dokumen. (Pasal 28 ayat (6) PMK-17/PMK.03/2013) Setiap surat
peringatan yg disampaikan hrs dilampiri dgn daftar buku, catatan, dan dokumen
yg blm dipinjamkan dlm rangka Pemeriksaan. (Pasal 28 ayat (7) PMK17/PMK.03/2013) Apabila jangka waktu 1 bulan terlampaui dan WP tdk atau tdk
sepenuhnya meminjamkan buku, catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yg
dikelola scr elektronik serta keterangan lain yg diminta, Pemeriksa Pajak hrs
membuat BA tdk dipenuhinya permintaan peminjaman buku, catatan, dan
dokumen yg dilampiri dgn rincian daftar buku, catatan, dan dokumen yg wajib
dipinjamkan namun blm diserahkan oleh WP. (Pasal 30 ayat (1) PMK17/PMK.03/2013) 5. Pengujian Besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) (Pasal 31
PMK-17/PMK.03/2013)
B2212

Dlm hal WP tdk atau tdk sepenuhnya meminjamkan buku, catatan, dan/atau
dokumen, termasuk data yg dikelola scr elektronik serta keterangan lain yg
diminta berdasarkan BA tdk dipenuhinya permintaan peminjaman buku, catatan,
dan dokumen, Pemeriksa Pajak hrs menentukan dpt atau tdk-nya melakukan
pengujian dlm rangka menghitung besarnya PKP berdasarkan bukti kompeten yg
cukup sesuai standar pelaksanaan Pemeriksaan. a. PKP Dihitung Scr Jabatan
apabila: Pemeriksaan dilakukan thd WP OP yg menjalankan usaha / pekerjaan
bebas atau WP badan, dan Pemeriksa Pajak tdk dpt melakukan pengujian dlm
rangka menghitung besarnya PKP. b. PKP Tdk Dihitung Scr Jabatan Dlm hal PKP
tdk dihitung scr jabatan, Pemeriksa Pajak dpt meminjam tambahan buku,
catatan, dan/atau dokumen serta keterangan lain selain yg sdh dipinjam.
j. Penyegelan: 1. Tujuan Penyegelan Pemeriksa Pajak berwenang melakukan
Penyegelan utk memperoleh atau mengamankan buku, catatan, dan/atau
dokumen, termasuk data yg dikelola scr elektronik, dan benda-benda lain yg dpt
memberi petunjuk ttg kegiatan usaha / pekerjaan bebas WP yg diperiksa agar
tdk dipindahkan, dihilangkan, dimusnahkan, diubah, dirusak, ditukar, atau
dipalsukan. (Pasal 32 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) 2. Syarat Penyegelan (Pasal
32 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013) Penyegelan dilakukan apabila pd saat
pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan, WP, wakil, atau kuasa dari WP yg diperiksa:
a. Tdk memberi kesempatan kpd Pemeriksa Pajak utk memasuki tempat atau
ruang serta memeriksa barang bergerak dan/atau tdk bergerak, yg diduga atau
patut diduga digunakan utk menyimpan buku atau catatan, dan/atau dokumen,
termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yg dikelola scr elektronik atau
scr program aplikasi on-line yg dpt memberi petunjuk ttg kegiatan usaha /
pekerjaan bebas WP; b. Menolak memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan
yg a.l. berupa tdk memberi kesempatan kpd Pemeriksa Pajak utk mengakses
data yg dikelola scr elektronik atau membuka barang bergerak dan/atau tdk
bergerak; c. Tdk berada di tempat dan tdk ada pegawai atau anggota keluarga
yg tlh dewasa dari WP yg mempunyai kewenangan utk bertindak selaku pihak yg
mewakili WP, shg diperlukan upaya pengamanan Pemeriksaan sbl Pemeriksaan
ditunda; atau d. Tdk berada di tempat dan pegawai atau anggota keluarga yg tlh
dewasa dari WP yg mempunyai kewenangan utk bertindak selaku pihak yg
mewakili WP menolak memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan. 3. Tata
Cara Penyegelan (Pasal 33 PMK-17/PMK.03/2013) a. Penyegelan dilakukan dgn
menggunakan tanda segel. b. Penyegelan dilakukan oleh Pemeriksa Pajak dgn
disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 orang yg tlh dewasa selain anggota tim
Pemeriksa Pajak. Dlm hal saksi menolak menandatangani BA Penyegelan,
Pemeriksa Pajak membuat catatan ttg penolakan tsb dlm BA Penyegelan. c. Dlm
melakukan Penyegelan, Pemeriksa Pajak wajib membuat berita acara
Penyegelan. BA Penyegelan dibuat dan ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak
dgn disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 yg tlh dewasa selain anggota tim
Pemeriksa Pajak. (Pasal 33 ayat (4) PMK-17/PMK.03/2013) BA dibuat 2 rangkap
dan rangkap ke-2 diserahkan kpd WP, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota
keluarga yg tlh dewasa dari WP yg diperiksa. (Pasal 33 ayat (5) PMK17/PMK.03/2013) d. Dlm melaksanakan Penyegelan, Pemeriksa Pajak dpt
meminta bantuan Kepolisian Negara RI dan/atau pemda setempat. 4.
Pembukaan Segel (Pasal 34 PMK-17/PMK.03/2013) a. Pembukaan segel dilakukan
apabila: WP, wakil, kuasa, atau pihak yg dpt mewakili WP tlh memberi izin kpd
Pemeriksa Pajak utk membuka atau memasuki tempat atau ruangan, barang

bergerak atau tdk bergerak yg disegel, dan/atau tlh memberi bantuan guna
kelancaran Pemeriksaan;
B2213
Berdasarkan pertimbangan Pemeriksa Pajak, Penyegelan tdk diperlukan lagi;
dan/atau Terdapat permintaan dari penyidik yg sedang melakukan penyidikan
tindak pidana. b. Pembukaan segel hrs dilakukan oleh Pemeriksa Pajak dgn
disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 orang yg tlh dewasa selain anggota tim
Pemeriksa Pajak. c. Dlm keadaan tertentu, pembukaan segel dpt dibantu oleh:
Kepolisian Negara RI, dan/atau Pemda setempat. d. Dlm hal tanda segel yg
digunakan utk melakukan Penyegelan rusak atau hilang, Pemeriksa Pajak hrs:
Membuat BA mengenai kerusakan atau kehilangan, dan Melaporkannya kpd
Kepolisian Negara RI. e. Dlm melakukan pembukaan segel, Pemeriksa Pajak
membuat BA pembukaan segel yg ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak & saksi.
Dlm hal saksi menolak menandatangani BA, Pemeriksa Pajak membuat
catatan ttg penolakan tsb dlm BA pembukaan segel. f. BA pembukaan segel
dibuat 2 rangkap dan rangkap ke-2 diserahkan kpd WP, wakil, kuasa, pegawai,
atau anggota keluarga yg tlh dewasa dari WP. 5. WP Tetap Tdk Memberikan
Izin/Bantuan (Pasal 35 PMK-17/PMK.03/2013) Apabila dlm jangka waktu 7 hari stl
tanggal Penyegelan atau jangka waktu lain dgn mempertimbangkan tujuan
Penyegelan, WP, wakil, atau kuasa dari WP tetap tdk memberi izin kpd Pemeriksa
Pajak utk membuka atau memasuki tempat atau ruangan, barang bergerak atau
tdk bergerak yg disegel, dan/atau tdk memberikan bantuan guna kelancaran
Pemeriksaan, WP dianggap menolak dilakukan Pemeriksaan. (Pasal 35 ayat (1)
PMK-17/PMK.03/2013) Dlm hal WP dianggap menolak dilakukan Pemeriksaan,
WP, wakil, atau kuasa dari WP wajib menandatangani surat pernyataan
penolakan Pemeriksaan. Dlm hal WP, wakil, atau kuasa dari WP menolak
menandatangani surat pernyataan penolakan, Pemeriksa Pajak membuat dan
menandatangani BA mengenai penolakan tsb. k. Penolakan Pemeriksaan:
Pemeriksaan Lapangan Pemeriksaan Kantor WP Menyatakan Menolak Utk
Dilakukan Pemeriksaan Dlm hal WP, wakil, atau kuasa dari WP yg dilakukan
Pemeriksaan Lapangan utk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan menyatakan menolak utk dilakukan Pemeriksaan termasuk menolak
menerima Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan, WP, wakil, atau kuasa
dari WP hrs menandatangani surat pernyataan penolakan Pemeriksaan. (Pasal 36
ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) Dlm hal WP, wakil, atau kuasa dari WP menolak
menandatangani surat pernyataan penolakan Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak
membuat BA penolakan Pemeriksaan yg ditandatangani oleh tim Pemeriksa
Pajak. (Pasal 36 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013) WP Menyatakan Menolak Utk
Dilakukan Pemeriksaan Dlm hal WP, wakil, atau kuasa dari WP memenuhi Surat
Panggilan Dlm Rangka Pemeriksaan Kantor namun menyatakan menolak utk
dilakukan Pemeriksaan, WP, wakil, atau kuasa dari WP hrs menandatangani surat
pernyataan penolakan Pemeriksaan. (Pasal 37 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013)
Dlm hal WP, wakil, atau kuasa dari WP menolak menandatangani surat
pernyataan penolakan Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak membuat BA penolakan
Pemeriksaan yg ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. (Pasal 37 ayat (2) PMK17/PMK.03/2013) BA Tdk Dipenuhinya Panggilan Pemeriksaan Apabila: Dlm
jangka waktu paling lama 1 bulan sejak Surat Panggilan Dlm Rangka
Pemeriksaan Kantor disampaikan kpd WP,

B2214
Surat panggilan tsb tdk dikembalikan oleh pos atau jasa pengiriman lainnya,
dan WP tdk memenuhi panggilan Pemeriksaan Kantor, Pemeriksa Pajak
membuat BA tdk dipenuhinya panggilan Pemeriksaan oleh WP yg ditandatangani
oleh tim Pemeriksa Pajak. (Pasal 37 ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013)
WP/Wakil/Kuasa dari WP Tdk Di Tempat (Pasal 36 ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013)
Dlm hal WP, wakil, atau kuasa dari WP tdk ada di tempat maka: 1. Pemeriksaan
tetap dpt dilakukan sepanjang terdapat pegawai atau anggota keluarga yg tlh
dewasa dari WP yg dpt dan mempunyai kewenangan utk mewakili WP, terbatas
utk hal yg berada dlm kewenangannya; atau 2. Pemeriksaan ditunda utk
dilanjutkan pd kesempatan berikutnya. Penyegelan Utk keperluan pengamanan
Pemeriksaan, sbl dilakukan penundaan, Pemeriksa Pajak dpt melakukan
Penyegelan. (Pasal 36 ayat (4) PMK-17/PMK.03/2013) WP Tetap Tdk Di
Tempat/Tdk Memberi Izin Apabila stl dilakukan Penyegelan dlm jangka waktu 7
hari atau jangka waktu lain dgn mempertimbangkan tujuan Penyegelan, WP,
wakil, atau kuasa dari WP tetap tdk berada di tempat dan/atau tdk memberi izin
kpd Pemeriksa Pajak utk membuka atau memasuki tempat atau ruangan, barang
bergerak atau tdk bergerak, dan/atau tdk memberikan bantuan guna kelancaran
Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak meminta pegawai atau anggota keluarga yg tlh
dewasa dari WP membantu kelancaran Pemeriksaan. (Pasal 36 ayat (5) PMK17/PMK.03/2013) Pegawai/Anggota Keluarga WP Menolak Membantu
Kelancaran Pemeriksaan Dlm hal menolak membantu kelancaran Pemeriksaan,
Pemeriksa Pajak meminta pegawai atau anggota keluarga yg tlh dewasa dari WP
utk menandatangani surat penolakan membantu kelancaran Pemeriksaan. (Pasal
36 ayat (6) PMK-17/PMK.03/2013) Pegawai/Anggota Keluarga WP Menolak
Menandatangani Surat Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan Dlm hal
menolak utk menandatangani surat penolakan membantu kelancaran
Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak membuat BA penolakan membantu kelancaran
Pemeriksaan yg ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. (Pasal 36 ayat (7) PMK17/PMK.03/2013)
B2215
Pemeriksa Pajak berdasarkan: Surat pernyataan penolakan Pemeriksaan, BA
penolakan Pemeriksaan, BA tdk dipenuhinya panggilan Pemeriksaan, Surat
penolakan membantu kelancaran Pemeriksaan, BA penolakan membantu
kelancaran Pemeriksaan dpt melakukan penetapan pajak scr jabatan atau
mengusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan. (Pasal 38 PMK-17/PMK.03/2013)
l. Penjelasan WP dan Permintaan Keterangan Kpd Pihak Ketiga: berlaku baik
utk Pemeriksaan utk menguji kepatuhan & utk Pemeriksaan utk tujuan lain 1.
Penjelasan WP Utk memperoleh penjelasan yg lbh rinci, Pemeriksa Pajak
melalui kepala UP2 dpt memanggil WP, wakil, kuasa dari WP, pegawai atau
anggota keluarga yg tlh dewasa dari WP melalui penyampaian surat panggilan.
(Pasal 39 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) Jika Pemeriksaan dilakukan dgn jenis
Pemeriksaan Lapangan, penjelasan yg lebih rinci dpt dilakukan pd saat
pelaksanaan Pemeriksaan di tempat WP. (Pasal 39 ayat (2) PMK17/PMK.03/2013) Penjelasan yg lebih rinci yg diberikan kpd Pemeriksa Pajak
dituangkan dlm BA mengenai pemberian penjelasan WP yg ditandatangani oleh
tim Pemeriksa Pajak dan WP, wakil, kuasa dari WP, pegawai atau anggota

keluarga yg tlh dewasa dari WP. (Pasal 39 ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013) Jika WP,
wakil, kuasa dari WP, pegawai atau anggota keluarga yg tlh dewasa dari WP
menolak menandatangani BA tsb, Pemeriksa Pajak membuat catatan penolakan
tsb dlm BA dimaksud. (Pasal 39 ayat (4) PMK-17/PMK.03/2013) 2. Permintaan
Keterangan Pemeriksa Pajak melalui kepala UP2, dpt meminta keterangan
dan/atau bukti kpd pihak ketiga sesuai Pasal 35 UU KUP scr tertulis sesuai dgn
PMK yg mengatur mengenai tata cara permintaan keterangan kpd pihak ketiga.
(Pasal 40 PMK-17/PMK.03/2013) PMK yg mengatur mengenai tata cara
permintaan keterangan kpd pihak ketiga adalah PMK-87/PMK.03/2013 ttg Tata
Cara Permintaan Keterangan atau Bukti dari Pihak-Pihak yg Terikat oleh
Kewajiban Merahasiakan.
m. Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan PAHP: 1. Penyampaian SPHP Hasil
Pemeriksaan utk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan hrs
diberitahukan kpd WP melalui penyampaian SPHP yg dilampiri dgn daftar temuan
hasil Pemeriksaan. (Pasal 41 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) 2. Cara Penyampaian
SPHP a. Scr Lsg Jika SPHP disampaikan scr lsg dan WP, wakil, atau kuasa dari WP
menolak utk menerima SPHP, WP, wakil, atau kuasa dari WP hrs menandatangani
surat penolakan menerima SPHP. (Pasal 41 ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013) Jika
menolak menandatangani surat penolakan menerima SPHP, Pemeriksa Pajak
membuat BA penolakan menerima SPHP yg ditandatangani oleh tim Pemeriksa
Pajak. (Pasal 41 ayat (4) PMK-17/PMK.03/2013) b. Melalui Faksimili 3. Tanggapan
Tertulis atas SPHP a. Bentuk Tanggapan Tertulis (Pasal 42 ayat (1) PMK17/PMK.03/2013) WP wajib memberikan tanggapan tertulis atas SPHP dan daftar
temuan hasil Pemeriksaan dlm bentuk: Lembar pernyataan persetujuan hasil
pemeriksaan jika WP menyetujui slr hasil Pemeriksaan; atau Surat sanggahan
jika WP tdk menyetujui sebagian atau slr hasil Pemeriksaan. Tanggapan tertulis
disampaikan oleh WP scr lsg atau melalui faksimili. b. Jangka Waktu
Penyampaian Tanggapan (Pasal 42 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013) Tanggapan
tertulis atas SPHP hrs disampaikan dlm jangka waktu paling lama 7 hari kerja
sejak tanggal diterimanya SPHP oleh WP.
B2216
c. Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian Tanggapan (Pasal 42 ayat (3) PMK17/PMK.03/2013) WP dpt melakukan perpanjangan jangka waktu penyampaian
tanggapan tertulis utk jangka waktu paling lama 3 hari kerja terhitung sejak
jangka waktu pd Pasal 42 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013 berakhir. Pemberitahuan
tertulis disampaikan oleh WP scr langsung atau melalui faksimili. d. WP Tdk
Menyampaikan Tanggapan (Pasal 42 ayat (6) PMK-17/PMK.03/2013) Jika WP tdk
menyampaikan tanggapan tertulis atas SPHP, Pemeriksa Pajak membuat BA tdk
disampaikannya tanggapan tertulis atas SPHP yg ditandatangani oleh tim
Pemeriksa Pajak. 4. Hak Hadir WP dlm PAHP Dlm rangka melaksanakan PAHP yg
tercantum dlm SPHP dan daftar temuan hasil Pemeriksaan, kpd WP hrs diberikan
hak hadir dlm PAHP. (Pasal 43 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) a. Isi Undangan
(Pasal 43 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013) Hak hadir dlm PAHP diberikan melalui
penyampaian undangan scr tertulis kpd WP dgn mencantumkan hari dan tanggal
dilaksanakannya PAHP. b. Jangka Waktu Penyampaian Undangan (Pasal 43 ayat
(3) PMK-17/PMK.03/2013) Undangan hrs disampaikan kpd WP dlm jangka waktu
paling lama 3 hari kerja terhitung sejak: Diterimanya tanggapan tertulis atas
SPHP dari WP sesuai jangka waktu dlm Pasal 42 ayat (2) atau ayat (3) PMK-

17/PMK.03/2013; atau Berakhirnya jangka waktu dlm Pasal 42 ayat (3) PMK17/PMK.03/2013 (jika WP tdk menyampaikan tanggapan tertulis atas SPHP) c.
Cara Penyampaian Undangan (Pasal 43 ayat (4) PMK-17/PMK.03/2013) Undangan
dpt disampaikan oleh Pemeriksa Pajak scr langsung atau melalui faksimili. 5.
Kondisi-Kondisi WP Kondisi WP Yg Dilakukan Pemeriksaan Jika WP, wakil, atau
kuasa dari WP: Menyampaikan lembar pernyataan persetujuan hasil
Pemeriksaan dlm jangka waktu dlm sesuai Pasal 42 ayat (2) atau ayat (3) PMK17/PMK.03/2013; dan Hadir dlm PAHP sesuai dgn hari dan tanggal yg
tercantum dlm undangan tertulis. Pemeriksa Pajak membuat: Risalah
pembahasan dgn mendasarkan pd lembar pernyataan persetujuan hasil
Pemeriksaan, dan Membuat BA PAHP yg dilampiri dgn ikhtisar hasil
pembahasan akhir, yg ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak dan WP, wakil,
atau kuasa dari WP. (Pasal 44 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) Jika WP, wakil, atau
kuasa dari WP: Menyampaikan lembar pernyataan persetujuan hasil
Pemeriksaan dlm jangka waktu sesuai Pasal 42 ayat (2) atau ayat (3) PMK17/PMK.03/2013; dan Tdk hadir dlm PAHP sesuai dgn hari dan tanggal yg
tercantum dlm undangan tertulis. Pemeriksa Pajak membuat: Risalah
pembahasan berdasarkan lembar pernyataan persetujuan hasil Pemeriksaan,
BA ketidakhadiran WP dlm PAHP, dan BA PAHP yg dilampiri dgn ikhtisar hasil
pembahasan akhir, yg ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. (Pasal 44 ayat
(2) PMK-17/PMK.03/2013) Jika WP, wakil, atau kuasa dari WP: Menyampaikan
surat sanggahan dlm jangka waktu sesuai Pasal 42 ayat (2) atau ayat (3) PMK17/PMK.03/2013; dan Pemeriksa Pajak hrs: Melakukan PAHP dgn WP dgn
mendasarkan pd surat sanggahan, dan Menuangkan hasil pembahasan tsb dlm
risalah pembahasan, yg ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak dan WP, wakil,
atau kuasa dari WP.
B2217
Hadir dlm PAHP sesuai undangan.
(Pasal 44 ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013)
Pemeriksa Pajak membuat: BA PAHP yg dilampiri dgn ikhtisar hasil
pembahasan akhir stl pembahasan dgn Tim QA Pemeriksaan dilaksanakan (jika
ada hasil Pemeriksaan yg blm disepakati dlm risalah pembahasan) (Pasal 45 ayat
(1) PMK-17/PMK.03/2013), Jika WP tdk mengajukan permohonan pembahasan
dgn Tim QA Pemeriksaan, BA PAHP yg dilampiri dgn ihtisar hasil pembahasan
akhir dibuat berdasarkan risalah pembahasan. (Pasal 45 ayat (2) PMK17/PMK.03/2013) Catatan mengenai penolakan penandatanganan (jika WP,
wakil, atau kuasa dari WP menolak menandatangani risalah pembahasan,
dan/atau BA PAHP yg dilampiri dgn ikhtisar hasil pembahasan akhir). (Pasal 45
ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013)
Jika WP, wakil, atau kuasa dari WP: Menyampaikan surat sanggahan dlm jangka
waktu sesuai Pasal 42 ayat (2) atau ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013; dan Tdk
hadir dlm PAHP sesuai dgn hari dan tanggal yg tercantum dlm undangan.
Pemeriksa Pajak membuat: Risalah pembahasan berdasarkan surat sanggahan,
BA ketidakhadiran WP dlm PAHP, dan BA PAHP yg dilampiri dgn ikhtisar hasil
pembahasan akhir, Yg ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. (Pasal 44 ayat
(4) PMK-17/PMK.03/2013)

Jika WP, wakil, atau kuasa dari WP: Tdk menyampaikan tanggapan tertulis atas
SPHP dlm jangka waktu sesuai Pasal 42 ayat (2) atau ayat (3) PMK17/PMK.03/2013; dan Hadir dlm PAHP sesuai undangan.
Pemeriksa Pajak tetap: Melakukan PAHP dgn WP, dan Menuangkan hasil
pembahasan tsb dlm risalah pembahasan, yg ditandatangani oleh tim Pemeriksa
Pajak dan WP, wakil, atau kuasa dari WP. (Pasal 44 ayat (5) PMK-17/PMK.03/2013)
Pemeriksa Pajak membuat: BA PAHP yg dilampiri dgn ikhtisar hasil
pembahasan akhir stl pembahasan dgn Tim QA Pemeriksaan dilaksanakan (jika
ada hasil Pemeriksaan yg blm disepakati dlm risalah pembahasan) (Pasal 45 ayat
(1) PMK-17/PMK.03/2013), Jika WP tdk mengajukan permohonan pembahasan
dgn Tim QA Pemeriksaan, BA PAHP yg dilampiri dgn ihtisar hasil pembahasan
akhir dibuat berdasarkan risalah pembahasan. (Pasal 45 ayat (2) PMK17/PMK.03/2013) Catatan mengenai penolakan penandatanganan (jika WP,
wakil, atau kuasa dari WP menolak menandatangani risalah pembahasan,
dan/atau BA PAHP yg dilampiri dgn ikhtisar hasil pembahasan akhir). (Pasal 45
ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013)
Jika WP, wakil, atau kuasa dari WP:
Pemeriksa Pajak membuat: Risalah pembahasan berdasarkan SPHP,
B2218
Tdk menyampaikan tanggapan tertulis atas SPHP dlm jangka waktu sesuai
Pasal 42 ayat (2) atau ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013; dan Tdk hadir dlm PAHP
sesuai dgn hari dan tanggal yg tercantum dlm undangan.
BA ketidakhadiran WP dlm PAHP, dan BA PAHP yg dilampiri dgn ikhtisar hasil
pembahasan akhir, yg ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. (Pasal 44 ayat
(6) PMK-17/PMK.03/2013)
6. Ketidakhadiran WP Jika WP tdk hadir dlm PAHP pd hari dan tanggal sesuai
undangan, PAHP dianggap tlh dilakukan. (Pasal 46 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013)
Jika PAHP dianggap tlh dilakukan, BA PAHP yg dilampiri dgn ihtisar hasil
pembahasan akhir ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. (Pasal 46 ayat (2)
PMK-17/PMK.03/2013) 7. Permohonan Pembahasan dgn Tim QA a. Tujuan Surat
Permohonan (Pasal 47 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) Jika WP mengajukan
permohonan pembahasan dgn Tim QA Pemeriksaan, WP menyampaikan surat
permohonan kpd: Kepala Kanwil DJP, jika Pemeriksaan dilakukan oleh
Pemeriksa Pajak pd KPP atau Kanwil DJP; atau Direktur Pemeriksaan dan
Penagihan, jika Pemeriksaan dilakukan oleh Pemeriksa Pajak pd Direktorat
Pemeriksaan dan Penagihan. b. Syarat Permohonan Pembahasan dgn Tim QA
(Pasal 47 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013) Permohonan pembahasan dgn Tim QA
Pemeriksaan dpt dilakukan apabila: Risalah pembahasan sesuai Pasal 44 ayat
(3) atau ayat (5) PMK-17/PMK.03/2013 tlh ditandatangani oleh tim Pemeriksa
Pajak dan WP, wakil, atau kuasa dari WP; dan BA PAHP sesuai Pasal 45 ayat (2)
PMK-17/PMK.03/2013 blm ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak dan WP,
wakil, atau kuasa dari WP. c. Cara dan Jangka Waktu Penyampaian Surat
Permohonan (Pasal 47 ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013) Surat permohonan
pembahasan dgn Tim QA Pemeriksaan hrs disampaikan: scr lsg, atau melalui
faksimili, dlm jangka waktu paling lama 3 hari kerja sejak penandatanganan
risalah pembahasan sesuai Pasal 44 ayat (3) atau ayat (5) PMK-17/PMK.03/2013

dan ditembuskan kpd kepala UP2. Berdasarkan surat permohonan


pembahasan dgn Tim QA Pemeriksaan, Tim QA Pemeriksaan hrs menyampaikan
undangan kpd WP dan Pemeriksa Pajak utk melakukan PAHP yg blm disepakati
dlm risalah pembahasan. (Pasal 50 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) Undangan dpt
disampaikan: scr lsg, atau melalui faksimili. (Pasal 50 ayat (2) PMK17/PMK.03/2013) 8. Susunan & Pembentukan Tim QA (Pasal 48 PMK17/PMK.03/2013) a. Susunan Tim QA Terdiri dari 1 orang ketua, 1 orang
sekretaris, dan 3 orang anggota. b. Pembentukan Tim QA Dibentuk oleh
Direktur Pemeriksaan dan Penagihan atau Kepala Kanwil DJP a.n. Dirjen Pajak. 9.
Tugas Tim QA (Pasal 49 PMK-17/PMK.03/2013) Membahas perbedaan pendapat
antara WP dgn Pemeriksa Pajak pd saat PAHP; Memberikan simpulan dan
keputusan atas perbedaan pendapat antara WP dgn Pemeriksa Pajak; dan
Membuat risalah Tim QA Pemeriksaan yg berisi simpulan dan keputusan hasil
pembahasan dan bersifat mengikat. 10. Pembahasan dgn Tim QA (Pasal 51 PMK17/PMK.03/2013) a. Pihak-Pihak yg Melakukan Pembahasan
B2219
Tim QA Pemeriksaan, Tim Pemeriksa Pajak, dan WP, wakil, atau kuasa dari
WP. b. WP Tdk Hadir dlm Pembahasan Dlm hal WP tdk hadir dlm pembahasan
dgn Tim QA Pemeriksaan sesuai dgn hari dan tanggal yg tercantum dlm
undangan, pembahasan dgn Tim QA Pemeriksaan hrs tetap dilakukan oleh Tim
QA Pemeriksaan dan tim Pemeriksa Pajak. 11. Risalah Tim QA Pemeriksaan a.
Risalah Tim QA Pemeriksaan (Pasal 53 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) Hasil
pembahasan dgn Tim QA Pemeriksaan hrs dituangkan dlm risalah Tim QA
Pemeriksaan. b. WP Hadir dlm Pembahasan dgn Tim QA Pemeriksaan 1. WP
Bersedia Menandatangani Risalah Tim QA Pemeriksaan (Pasal 53 ayat (2) PMK17/PMK.03/2013) Risalah Tim QA Pemeriksaan ditandatangani oleh: Tim QA
Pemeriksaan, Ttim Pemeriksa Pajak, dan WP, wakil, atau kuasa dari WP. 2.
WP Menolak Menandatangani Risalah Tim QA Pemeriksaan (Pasal 53 ayat (3)
PMK-17/PMK.03/2013) Tim QA Pemeriksaan membuat catatan mengenai
penolakan tsb dlm risalah Tim QA Pemeriksaan. c. WP Tdk Hadir dlm
Pembahasan dgn Tim QA Pemeriksaan 1. Jika tdk hadir dlm pembahasan dgn Tim
QA Pemeriksaan sesuai dgn hari dan tanggal yg tercantum dlm undangan, Tim
QA Pemeriksaan membuat: BA ketidakhadiran WP dlm pembahasan dgn Tim
QA Pemeriksaan yg ditandatangani oleh Tim QA Pemeriksaan; dan Risalah Tim
QA Pemeriksaan, yg ditandatangani oleh Tim QA Pemeriksaan dan tim
Pemeriksa Pajak. (Pasal 53 ayat (4) PMK-17/PMK.03/2013) 2. Jika tdk hadir dlm
pembahasan pd hari dan tanggal sesuai undangan, pembahasan dgn Tim QA
Pemeriksaan dianggap tlh dilakukan. (Pasal 53 ayat (5) PMK-17/PMK.03/2013) 12.
BA PAHP a. Dasar Pembuatan BA PAHP (Pasal 54 PMK-17/PMK.03/2013) Pemeriksa
Pajak membuat BA PAHP yg dilampiri dgn ikhtisar hasil pembahasan akhir dgn
mendasari kpd: Risalah Pembahasan (sesuai Pasal 44 ayat (3) atau ayat (5)
PMK-17/PMK.03/2013), dan Risalah Tim QA Pemeriksaan (sesuai Pasal 53 ayat
(1) PMK-17/PMK.03/2013). b. Surat Panggilan Pemeriksa Pajak melalui kepala UP2
memanggil WP dgn mengirimkan surat panggilan utk menandatangani BA PAHP.
(Pasal 55 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) Penyampaian Surat Panggilan (Pasal
55 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013) Surat panggilan dpt disampaikan: Scr lsg,
atau Jika surat panggilan disampaikan scr lsg dan WP, wakil, atau kuasa dari WP
menolak utk menerima surat panggilan tsb, WP, wakil, atau kuasa dari WP hrs
menandatangani surat penolakan menerima surat panggilan utk

menandatangani BA PAHP. (Pasal 55 ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013) Jika WP,


wakil, atau kuasa dari WP menolak menandatangani surat penolakan menerima
surat panggilan utk menandatangani BA PAHP, Pemeriksa Pajak membuat BA
penolakan menerima surat panggilan utk menandatangani BA PAHP yg
ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. (Pasal 55 ayat (4) PMK17/PMK.03/2013) Melalui faksimili. Jangka Waktu Pemenuhan Surat
Panggilan
B2220
WP hrs memenuhi panggilan dlm jangka waktu paling lama 3 hari kerja stl surat
panggilan utk menandatangani BA PAHP diterima oleh WP. (Pasal 56 ayat (1)
PMK-17/PMK.03/2013) Jika WP, wakil, atau kuasa dari WP memenuhi panggilan,
namun menolak menandatangani BA PAHP, Pemeriksa Pajak membuat catatan
mengenai penolakan penandatanganan pd BA PAHP. (Pasal 56 ayat (3) PMK17/PMK.03/2013) WP Tdk Memenuhi Panggilan (Pasal 56 ayat (3) PMK17/PMK.03/2013) Jika WP tdk memenuhi panggilan, Pemeriksa Pajak membuat
catatan pd BA PAHP mengenai tdk dipenuhinya panggilan. 13. Penetapan Pajak
dan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Scr Jabatan (Pasal 57 PMK-17/PMK.03/2013)
Jika thd WP dilakukan penetapan pajak maupun PKP scr jabatan, buku, catatan,
dan/atau dokumen, termasuk data yg dikelola scr elektronik serta keterangan
lain yg dpt dipertimbangkan oleh Pemeriksa Pajak dlm PAHP terbatas pd:
Penghitungan peredaran usaha atau penghasilan bruto dlm rangka penghitungan
penghasilan scr jabatan; dan Kredit pajak sbg pengurang PPh.
n. Pelaporan Hasil Pemeriksaan & Pengembalian Dokumen Pemeriksaan: 1. Dasar
Penyusunan LHP (Pasal 58 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) LHP disusun
berdasarkan KKP. 2. Bagian dari LHP (Pasal 58 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013)
Bagian yg tdk terpisahkan dari LHP, a.l.: Risalah pembahasan, Risalah Tim QA
Pemeriksaan, dan/atau BA PAHP. 3. Kegunaan LHP (Pasal 58 ayat (3) PMK17/PMK.03/2013) LHP digunakan oleh Pemeriksa Pajak sbg dasar utk membuat
nothit. Nothit digunakan sbg dasar penerbitan skp atau STP. (Pasal 58 ayat (4)
PMK-17/PMK.03/2013) Pajak yg terutang dlm skp dihitung sesuai dgn PAHP,
kecuali: WP Tdk Hadir dlm PAHP tetapi Menyampaikan Lembar Pernyataan
Persetujuan Hasil Pemeriksaan Pajak yg terutang dihitung sesuai dgn lembar
pernyataan persetujuan hasil Pemeriksaan; WP Tdk Hadir dlm PAHP tetapi
Menyampaikan Surat Sanggahan Pajak yg terutang dihitung berdasarkan SPHP
dgn jml yg tdk disetujui sesuai dengan surat sanggahan WP; WP Tdk Hadir dlm
PAHP dan Tdk Menyampaikan Tanggapan Tertulis atas SPHP, Pajak yg terutang
dihitung berdasarkan SPHP dan WP dianggap menyetujui hasil Pemeriksaan.
(Pasal 58 ayat (5) PMK-17/PMK.03/2013) 4. Jangka Waktu Pengembalian
Dokumen (Pasal 59 PMK-17/PMK.03/2013) Buku, catatan, dan dokumen yg
dipinjam hrs dikembalikan kpd WP dgn menggunakan bukti peminjaman dan
pengembalian buku, catatan dan dokumen paling lambat 7 hari kerja sejak
tanggal LHP.
o. Pembatalan Hasil Pemeriksaan: 1. SKP yg Dpt Dibatalkan (Pasal 60 ayat (1)
PMK-17/PMK.03/2013) SKP yg dpt dibatalkan scr jabatan atau berdasarkan
permohonan WP oleh Dirjen Pajak adalah SKP hasil Pemeriksaan yg dilaksanakan
tanpa: Penyampaian SPHP; atau PAHP. 2. Kondisi-Kondisi Terkait Pembatalan
Hasil Pemeriksaan a. Pemeriksaan yg Dilanjutkan Jika dilakukan pembatalan SKP
hasil pemeriksaan, proses Pemeriksaan hrs dilanjutkan dgn melaksanakan

prosedur penyampaian SPHP dan/atau PAHP. (Pasal 60 ayat (2) PMK17/PMK.03/2013)


B2221
Jika Pemeriksaan yg dilanjutkan terkait dgn permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak sesuai Pasal 17B ayat (1) UU KUP, Pemeriksaan
dilanjutkan dgn penerbitan: SKP sesuai dgn PAHP apabila jangka waktu 12
bulan sesuai Pasal 17B ayat (1) UU KUP blm terlewati; atau SKPLB sesuai dgn
SPT apabila jangka waktu 12 bulan sesuai Pasal 17B ayat (1) UU KUP terlewati.
(Pasal 60 ayat (4) PMK-17/PMK.03/2013) b. Susunan Keanggotaan Tim Pemeriksa
Pajak Berbeda (Pasal 60 ayat (5) PMK-17/PMK.03/2013) Jika susunan
keanggotaan tim Pemeriksa Pajak utk melanjutkan Pemeriksaan berbeda dgn
susunan keanggotaan tim Pemeriksa Pajak sebelumnya, Pemeriksaan tsb
dilakukan stl diterbitkan surat yg berisi perubahan tim Pemeriksa Pajak.
p. Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian SPT Selama Pemeriksaan: 1. Syarat
Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian SPT WP dpt mengungkapkan dlm
laporan tersendiri scr tertulis mengenai ketidakbenaran pengisian SPT yg tlh
disampaikan sesuai dgn keadaan yg sebenarnya sesuai Pasal 8 ayat (4) UU KUP
dan Pasal 8 PP 74 Thn 2011, sepanjang Pemeriksa Pajak blm menyampaikan
SPHP. (Pasal 61 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) Pengungkapan ketidakbenaran
pengisian SPT disampaikan ke KPP tempat WP terdaftar. (Pasal 61 ayat (2) PMK17/PMK.03/2013) 2. Laporan Tersendiri (Pasal 61 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013)
Laporan tersendiri scr tertulis hrs: Ditandatangani oleh WP, wakil, atau kuasa
dari WP, dan Dilampiri dgn: Penghitungan pajak yg kurang dibayar sesuai
dgn keadaan yg sebenarnya dlm format SPT; SSP atas pelunasan pajak yg
kurang dibayar; dan SSP ini diperhitungkan sbg kredit pajak dlm SKP hasil
Pemeriksaan. (Pasal 62 ayat (4) PMK-17/PMK.03/2013) SSP atas pembayaran
sanksi administrasi berupa kenaikan seb 50%. Apabila pengungkapan
ketidakbenaran pengisian SPT tdk mengakibatkan kekurangan pembayaran
pajak maka pengungkapan tsb tdk perlu dilampiri dgn SSP. (Pasal 61 ayat (4)
PMK-17/PMK.03/2013) 3. Pembuktian atas Pengungkapan dlm Laporan Tersendiri
(Pasal 62 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) Utk membuktikan pengungkapan
ketidakbenaran dlm laporan tersendiri, Pemeriksaan tetap dilanjutkan dan atas
hasil Pemeriksaan diterbitkan SKP dgn: mempertimbangkan laporan tersendiri
tsb, serta memperhitungkan pokok pajak yg tlh dibayar. Jika hasil Pemeriksaan
membuktikan bahwa pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT oleh WP tdk
sesuai dgn keadaan yg sebenarnya, SKP diterbitkan sesuai dgn keadaan yg
sebenarnya. (Pasal 62 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013) Jika hasil Pemeriksaan
membuktikan bahwa pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT oleh WP
sesuai dgn keadaan yg sebenarnya, SKP diterbitkan sesuai dgn pengungkapan
WP. (Pasal 62 ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013) 4. Pengungkapan Ketidakbenaran
Pengisian SPT terkait dgn SPT Masa PPN (Pasal 62 ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013)
Jika pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT dilakukan utk SPT Masa PPN,
PM atas perolehan BKP atau JKP yg tdk dilaporkan dlm SPT Masa PPN tdk dpt
dikreditkan.
q. Usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan dan Penangguhan Pemeriksaan:
Pemeriksaan Bukti Permulaan Scr Terbuka Pemeriksaan Bukti Permulaan Scr
Tertutup Usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan Pemeriksaan utk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dpt diusulkan Pemeriksaan Bukti


Permulaan scr terbuka apabila: B2222
1. Pd saat pelaksanaan Pemeriksaan ditemukan adanya indikasi tindak pidana di
bidang perpajakan; atau 2. WP menolak utk dilakukan Pemeriksaan (Lapangan
maupun Kantor) dan thd WP tdk dilakukan penghitungan PKP scr jabatan. (Pasal
63 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) Penangguhan Pemeriksaan Jika usulan
Pemeriksaan Bukti Permulaan scr terbuka disetujui oleh pejabat yg berwenang,
pelaksanaan Pemeriksaan ditangguhkan dgn membuat laporan kemajuan
Pemeriksaan s.d.: 1. Pemeriksaan Bukti Permulaan scr terbuka diselesaikan krn:
WP mengungkapkan ketidakbenaran perbuatan sesuai Pasal 8 ayat (3) UU KUP;
atau Diterbitkan SKPKB sesuai Pasal 13A UU KUP; atau 2. Pemeriksaan Bukti
Permulaan scr terbuka dihentikan krn: WP OP yg dilakukan Pemeriksaan Bukti
Permulaan scr terbuka meninggal dunia; Tdk ditemukan adanya bukti
permulaan tindak pidana di bidang perpajakan; Penyidikan dihentikan sesuai
dgn ketentuan Pasal 44A atau Pasal 44B UU KUP; atau Putusan pengadilan atas
tindak pidana di bidang perpajakan tlh mempunyai kekuatan hukum tetap dan
salinan putusan pengadilan tsb tlh diterima oleh Dirjen Pajak. (Pasal 64 ayat (1)
PMK-17/PMK.03/2013)
Penangguhan Pemeriksaan Jika WP yg dilakukan Pemeriksaan utk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan juga dilakukan Pemeriksaan Bukti
Permulaan scr tertutup, Pemeriksaan utk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan ditangguhkan dgn membuat laporan kemajuan
Pemeriksaan apabila Pemeriksaan Bukti Permulaan scr tertutup ditindaklanjuti dg
penyidikan. (Pasal 66 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) Penangguhan Pemeriksaan
utk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan s.d.:
Penyidikan dihentikan sesuai dgn Pasal 44A atau Pasal 44B UU KUP; atau
Putusan pengadilan atas tindak pidana di bidang perpajakan yg tlh memiliki
kekuatan hukum tetap dan salinan atas keputusan tsb tlh diterima oleh Dirjen
Pajak. (Pasal 66 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013)
Dokumen terkait Penangguhan Pemeriksaan 1. Pemberitahuan Tertulis 2. Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Bukti Permulaan Penangguhan Pemeriksaan hrs
diberitahukan scr tertulis kpd WP dan disampaikan bersamaan dgn surat
pemberitahuan Pemeriksaan Bukti Permulaan scr terbuka. (Pasal 64 ayat (2) dan
(3) PMK-17/PMK.03/2013) 3. Berita Acara Buku, catatan, dan dokumen yg terkait
dgn Pemeriksaan yg ditangguhkan diserahkan kpd Pemeriksa Bukti Permulaan
dgn membuat BA yg ditandatangani Pemeriksa Pajak dan pemeriksa bukti
permulaan. (Pasal 64 ayat (4) PMK-17/PMK.03/2013) Fotokopi BA diserahkan
kpd WP. (Pasal 64 ayat (5) PMK-17/PMK.03/2013)
Pemberitahuan Tertulis terkait Penangguhan Pemeriksaan Penangguhan
Pemeriksaan hrs diberitahukan scr tertulis kpd WP. (Pasal 66 ayat (3) PMK17/PMK.03/2013)
B2223
Melanjutkan Pemeriksaan yg Ditangguhkan Pemeriksaan yg ditangguhkan
dilanjutkan sesuai dgn ketentuan yg berlaku apabila: 1. Pemeriksaan Bukti
Permulaan scr terbuka dihentikan krn: WP OP yg dilakukan Pemeriksaan Bukti

Permulaan scr terbuka meninggal dunia; Tdk ditemukan adanya bukti


permulaan tindak pidana di bidang perpajakan; atau 2. Pemeriksaan Bukti
Permulaan scr terbuka dilanjutkan dgn: Penyidikan namun penyidikan
dihentikan krn memenuhi ketentuan sesuai Pasal 44A UU KUP; atau Penyidikan
dan penuntutan serta tlh terdapat putusan pengadilan mengenai tindak pidana
di bidang perpajakan yg tlh mempunyai kekuatan hukum tetap dan salinan
putusan pengadilan tsb tlh diterima oleh Dirjen Pajak. (Pasal 65 ayat (1) PMK17/PMK.03/2013)
Melanjutkan Pemeriksaan yg Ditangguhkan Pemeriksaan yg ditangguhkan
dilanjutkan apabila: 1. Penyidikan dihentikan krn Pasal 44A UU KUP; atau 2.
Putusan pengadilan atas tindak pidana di bidang perpajakan yg tlh memiliki
kekuatan hukum tetap dan salinan atas keputusan tsbt tlh diterima oleh Dirjen
Pajak. (Pasal 66 ayat (4) PMK-17/PMK.03/2013)
Jangka Waktu Pengujian dan Perpanjangannya Jika Pemeriksaan dilanjutkan,
jangka waktu pengujian atau jangka waktu perpanjangan pengujian diperpanjang
utk jangka waktu paling lama 4 bulan. (Pasal 67 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013)
Menghentikan Pemeriksaan yg Ditangguhkan Pemeriksaan yg ditangguhkan
dihentikan dgn membuat LHP Sumir apabila Pemeriksaan Bukti Permulaan scr
terbuka: 1. Diselesaikan krn WP mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya
sesuai Pasal 8 ayat (3) UU KUP; 2. Tdk dilanjutkan dgn penyidikan tetapi
diselesaikan dgn menerbitkan SKPKB sesuai Pasal 13A UU KUP; atau 3.
Dilanjutkan dgn penyidikan tetapi penyidikannya dihentikan krn tdk dilakukan
penuntutan sesuai Pasal 44B UU KUP. (Pasal 65 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013)
Menghentikan Pemeriksaan yg Ditangguhkan Pemeriksaan yg ditangguhkan
dihentikan apabila penyidikan dihentikan krn Pasal 44B UU KUP. (Pasal 66 ayat
(5) PMK-17/PMK.03/2013)
Surat Pemberitahuan Penghentian Pemeriksaan
Jika Pemeriksaan dihentikan, Pemeriksa Pajak hrs menyampaikan surat
pemberitahuan penghentian Pemeriksaan kpd WP. (Pasal 67 ayat (2) PMK17/PMK.03/2013) Data Selain yg Tlh Diungkapkan Dirjen Pajak masih dpt
melakukan Pemeriksaan apabila stl Pemeriksaan dihentikan terdapat data selain
yg diungkapkan dlm Pasal 8 ayat (3) UU KUP atau Pasal 44B UU KUP. (Pasal 67
ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013)
r. Pemeriksaan Ulang: 1. Dasar Pemeriksaan Ulang Pemeriksaan Ulang hanya dpt
dilakukan berdasarkan instruksi atau persetujuan Dirjen Pajak.(Pasal 68 ayat (1)
PMK-17/PMK.03/2013) Instruksi atau persetujuan Dirjen Pajak tsb dpt diberikan
apabila terdapat data baru termasuk data yg semula blm terungkap. (Pasal 68
ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013) 2. Hasil Pemeriksaan Ulang a. Adanya Tambahan
atas Jml Pajak yg Tlh Ditetapkan dlm SKP Sebelumnya (Pasal 68 ayat (3) PMK17/PMK.03/2013) Dirjen Pajak menerbitkan SKPKBT.
B2224
b. Tdk Adanya Tambahan atas Jml Pajak yg Tlh Ditetapkan dlm SKP Sebelumnya
(Pasal 68 ayat (4) PMK-17/PMK.03/2013) Pemeriksaan Ulang dihentikan dgn
membuat LHP Sumir dan kpda WP diberitahukan mengenai penghentian tsb c.
Tdk Adanya Tambahan atas Jml Pajak yg Tlh Ditetapkan dlm SKP Sebelumnya
tetapi Ada Perubahan Jml Rugi Fiskal (Pasal 68 ayat (5) PMK-17/PMK.03/2013)
Dirjen Pajak menerbitkan keputusan mengenai rugi fiskal. Keputusan mengenai

rugi fiskal tsb digunakan sbg dasar utk memperhitungkan rugi fiskal ke thn pajak
berikutnya. (Pasal 68 ayat (6) PMK-17/PMK.03/2013)
IV. Pemeriksaan utk Tujuan Lain
a. Ruang Lingkup, Kriteria, dan Jenis Pemeriksaan: 1. Ruang lingkup Pemeriksaan
dpt meliputi: (Pasal 69 PMK-17/PMK.03/2013) Penentuan, pencocokan, atau
pengumpulan materi yg berkaitan dgn tujuan Pemeriksaan. 2. Kriteria
Pemeriksaan (Pasal 70 PMK-17/PMK.03/2013) Pemberian NPWP scr jabatan
selain yg dilakukan berdasarkan Verifikasi sesuai PMK-146/PMK.03/2012;
Penghapusan NPWP selain yg dilakukan berdasarkan Verifikasi sesuai PMK146/PMK.03/2012; Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan PKP selain yg
dilakukan berdasarkan Verifikasi sesuai PMK-146/PMK.03/2012; WP mengajukan
keberatan; Pengumpulan bahan guna penyusunan norma penghitungan
penghasilan neto; Pencocokan data dan/atau alat keterangan; Penentuan WP
berlokasi di daerah terpencil; Penentuan 1 atau lbh tempat terutang PPN;
Pemeriksaan dlm rangka penagihan pajak; Penentuan saat produksi dimulai
atau memperpanjang jangka waktu kompensasi kerugian sehubungan dgn
pemberian fasilitas perpajakan; dan/atau Memenuhi permintaan informasi dari
negara mitra P3B. 3. Jenis Pemeriksaan (Pasal 71 PMK-17/PMK.03/2013)
Pemeriksaan Lapangan, atau Pemeriksaan Kantor.
b. Standar Pemeriksaan: 1. Standar Pemeriksaan meliputi: a. Standar Umum
Pemeriksaan (Pasal 73 PMK-17/PMK.03/2013) Sama dgn Standar Umum
Pemeriksaan utk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan b.
Standar Umum Pemeriksaan (Pasal 74 PMK-17/PMK.03/2013) 1. Hrs didahului dgn
persiapan yg baik, sesuai dgn tujuan Pemeriksaan, dan mendapat pengawasan
yg seksama; a. Persiapan yg baik hrs didukung dgn penyusunan Program
Pemeriksaan (audit program). b. Pengawasan yg seksama dilakukan oleh
Supervisor dlm rangka memastikan bahwa pelaksanaan Pemeriksaan sejalan dgn
tujuan & kriteria Pemeriksaan. (Pasal 7 huruf a PER-23/PJ/2013) 2. Luas
Pemeriksaan disesuaikan dgn kriteria dilakukannya Pemeriksaan; 4. Kriteria
Bagian III huruf b angka 2.b butir 4, 7, 8 berlaku juga utk Pemeriksaan utk tujuan
lain 5. Didokumentasikan dlm bentuk KKP. Fungsi KKP (Pasal 75 huruf a PMK17/PMK.03/2013) Bukti bahwa Pemeriksa Pajak tlh melaksanakan Pemeriksaan
berdasarkan standar Pemeriksaan Dasar pembuatan LHP
B2225
c. Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan (Pasal 76 PMK-17/PMK.03/2013) 1. LHP
disusun scr ringkas dan jelas, memuat: a. Ruang lingkup atau pos-pos yg
diperiksa sesuai dgn tujuan Pemeriksaan b. Simpulan Pemeriksa Pajak c.
Pengungkapan informasi lain yg terkait 2. LHP utk tujuan lain sekurangkurangnya memuat: a. Identitas WP b. Penugasan Pemeriksaan c. Dasar (tujuan)
Pemeriksaan d. Buku dan dokumen yg dipinjam e. Materi yg diperiksa f. Uraian
hasil Pemeriksaan g. Simpulan dan usul Pemeriksa Pajak 3. LHP disusun dan
ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak, (Pasal 9 huruf c PER-23/PJ/2013) 4. LHP
ditandatangani oleh Kepala UP2 utk mengetahui apakah: Hasil Pemeriksaan tlh
sesuai kriteria Pemeriksaan tujuan lain, Simpulan, usul, dan/atau rekomendasi
yg diberikan tlh memiliki dasar hukum yg tepat. (Pasal 9 huruf d PER-23/PJ/2013)
c. Kewajiban dan Kewenangan Pemeriksa Pajak: 1. Kewajiban Pemeriksa Pajak
(Pasal 77 PMK-17/PMK.03/2013) a. Menyampaikan Surat Pemberitahuan

Pemeriksaan Lapangan (dlm hal Pemeriksaan dilakukan dgn jenis Pemeriksaan


Lapangan) atau Surat Panggilan Dlm Rangka Pemeriksaan Kantor (dlm hal
Pemeriksaan dilakukan dgn jenis Pemeriksaan Kantor) b. Memperlihatkan Tanda
Pengenal Pemeriksa Pajak dan SP2 kpd WP pd waktu Pemeriksaan; c.
Memperlihatkan surat yg berisi perubahan tim Pemeriksa Pajak kpd WP apabila
susunan Tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan d. Menjelaskan alasan dan
tujuan Pemeriksaan kpd WP yg diperiksa e. Menyampaikan Kuesioner
Pemeriksaan kpd WP f. Mengembalikan buku, catatan, dan dokumen pendukung
lainnya yg dipinjam dari WP g. Merahasiakan kpd pihak lain yg tdk berhak segala
sesuatu yg diketahui atau diberitahukan kpd-nya oleh WP dlm rangka
Pemeriksaan 2. Kewenangan Pemeriksa Pajak Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan Kantor Pemeriksa Pajak berwenang: a. Melihat dan/atau meminjam
buku, catatan, dan/atau dokumen yg menjadi dasar pembukuan atau pencatatan
dan dokumen lain, yg berhubungan dgn tujuan Pemeriksaan b. Mengakses
dan/atau mengunduh data yg dikelola scr elektronik c. Memasuki dan memeriksa
tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau tdk bergerak yg diduga atau patut
diduga digunakan utk menyimpan buku, catatan, dan/atau dokumen yg menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, dan/atau barang, yg berkaitan
dgn tujuan Pemeriksaan d. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari WP e.
Meminta keterangan dan/atau data yg diperIukan dari pihak ketiga yg
mempunyai hubungan dgn WP yg diperiksa melalui kepala UP2 (Pasal 78 ayat (1)
PMK-17/PMK.03/2013) Pemeriksa Pajak berwenang: a. Melihat dan/atau
meminjam buku, catatan, dan/atau dokumen yg menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan, dan dokumen lain termasuk data yg dikelola scr elektronik, yg
berhubungan dgn penghasilan yg diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas
WP, atau objek yg terutang pajak b. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis
dari WP c. Meminta keterangan dan/atau data yg diperlukan dari pihak ketiga yg
mempunyai hubungan dgn WP yg diperiksa melalui kepala UP2 (Pasal 78 ayat (2)
PMK-17/PMK.03/2013)
B2226
d. Hak & Kewajiban WP: 1. Hak WP (Pasal 79 PMK-17/PMK.03/2013) a. Meminta
kpda Pemeriksa Pajak utk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak &
SP2 kpd WP pd waktu Pemeriksaan b. Meminta kpd Pemeriksa Pajak utk
memberikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan, dlm hal Pemeriksaan
dilakukan dgn jenis Pemeriksaan Lapangan c. Meminta kpd Pemeriksa Pajak utk
memberikan penjelasan ttg alasan & tujuan Pemeriksaan d. Meminta kpd
Pemeriksa Pajak utk memperlihatkan surat yg berisi perubahan tim Pemeriksa
Pajak apabila terdapat perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak e. Memberikan
pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak
melalui pengisian Kuesioner Pemeriksaan 2. Kewajiban WP Pemeriksaan
Lapangan Pemeriksaan Kantor WP wajib: a. Memperlihatkan dan meminjamkan
buku, catatan, dan/atau dokumen yg menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan, dan dokumen lain, ng berhubungan dgn tujuan Pemeriksaan b.
Memberi kesempatan utk mengakses dan/atau mengunduh data yg dikelola scr
elektronik c. Memberi kesempatan utk memasuki tempat atau ruang
penyimpanan buku, catatan, dan/atau dokumen yg menjadi dasar pembukuan
atau pencatatan, dokumen lain, dan/atau barang, yg berkaitan dgn tujuan
Pemeriksaan serta meminjamkannya kpd Pemeriksa Pajak d. Memberikan
keterangan lisan dan/atau tertulis serta memberikan data dan/atau keterangan

lain yg diperlukan (Pasal 80 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) WP wajib: a.


Memperlihatkan dan meminjamkan buku, catatan, dan/atau dokumen yg menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain, yg berhubungan dgn
tujuan Pemeriksaan b. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis serta
memberikan data dan/atau keterangan lain yg diperlukan. (Pasal 80 ayat (2)
PMK-17/PMK.03/ 2013)
e. Jangka Waktu Pemeriksaan: Pemeriksaan Lapangan Pemeriksaan Kantor
Dilakukan dlm jangka waktu paling lama 4 bulan sejak tanggal Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan kpd WP, wakil, kuasa,
pegawai, atau anggota keluarga yg tlh dewasa dari WP s.d. tanggal LHP. (Pasal
81 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) Dilakukan dlm jangka waktu paling lama 14
hari yg dihitung sejak tanggal WP, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga
yg tah dewasa dari WP, datang memenuhi Surat Panggilan Dlm Rangka
Pemeriksaan Kantor s.d. tanggal dlm LHP. (Pasal 81 ayat (2) PMK17/PMK.03/2013) Jangka Waktu Pemeriksaan Berakhir Dlm hal jangka waktu
Pemeriksaan Lapangan maupun Kantor berakhir, Pemeriksaan hrs diselesaikan.
(Pasal 81 ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013) Pemeriksaan Dlm Rangka Penghapusan
NPWP Selain Yg Dilakukan Berdasarkan Verifikasi Jangka waktu Pemeriksaan
Lapangan maupun Kantor hrs memperhatikan jangka waktu penyelesaian
permohonan penghapusan NPWP sesuai Pasal 2 ayat (7) UU KUP. (Pasal 81 ayat
(4) PMK-17/PMK.03/2013) Pemeriksaan Dlm Rangka Pencabutan Pengukuhan PKP
Selain Yg Dilakukan Berdasarkan Verifikasi Jangka waktu Pemeriksaan Lapangan
maupun Kantor hrs memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan
pencabutan pengukuhan PKP sesuai Pasal 2 ayat (9) UU KUP. (Pasal 81 ayat (5)
PMK-17/PMK.03/2013)
f. SP2 & Surat Yg Berisi Perubahan Tim Pemeriksa Pajak:
B2227
1. Yg Melakukan Pemeriksaan Lapangan (Pasal 82 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013)
Dilakukan oleh Pemeriksa Pajak yg tergabung dlm suatu tim Pemeriksa Pajak
berdasarkan SP2. 2. Penerbitan SP2 (Pasal 82 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013) SP2
diterbitkan utk 1 atau bbrp Masa Pajak dlm suatu Bagian Thn Pajak atau Thn
Pajak yg sama atau utk 1 Bagian Thn Pajak atau Thn Pajak thd 1 WP. 3. Susunan
Tim Pemeriksa Pajak Berubah (Pasal 82 ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013) Dlm hal
susunan tim Pemeriksa Pajak perlu diubah, kepala UP2 tdk perlu memperbarui
SP2 tetapi hrs menerbitkan surat yg berisi perubahan tim Pemeriksa Pajak.
g. Pemberitahuan & Panggilan Pemeriksaan: Pemeriksaan Lapangan Pemeriksaan
Kantor Pemberitahuan Pemeriksa Pajak wajib memberitahukan kpd WP mengenai
dilakukannya Pemeriksaan Lapangan dgn menyampaikan Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan. (Pasal 83 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) Pemberitahuan
Pemeriksa Pajak wajib memberitahukan kpd WP mengenai dilakukannya
Pemeriksaan Kantor dgn menyampaikan Surat Panggilan Dlm Rangka
Pemeriksaan Kantor. (Pasal 83 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013) Penerbitan Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan
Lapangan diterbitkan utk: a. Masa Pajak, b. Bagian Thn Pajak, atau c. Thn Pajak
sebagaimana tercantum dlm SP2. (Pasal 83 ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013)
Penerbitan Surat Panggilan Dlm Rangka Pemeriksaan Kantor Surat Panggilan Dlm
Rangka Pemeriksaan Kantor diterbitkan utk: a. Masa Pajak, b. Bagian Thn Pajak,

atau c. Thn Pajak sebagaimana tercantum dlm SP2. (Pasal 83 ayat (3) PMK17/PMK.03/2013) Cara Penyampaian Pemberitahuan Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan dpt disampaikan: 1. Scr lsg kpd WP pada saat dimulainya
Pemeriksaan Lapangan; a. Dlm hal disampaikan scr lsg dan WP tdk berada di
tempat, dpt disampaikan kpd: Wakil atau kuasa dari WP; atau Pihak yg dpt
mewakili WP, yaitu: Pegawai dari WP yg mnr Pemeriksa Pajak dpt mewakili WP,
dlm hal Pemeriksaan dilakukan thd WP badan; atau Anggota keluarga yg tlh
dewasa dari WP yg mnr Pemeriksa Pajak dpt mewakili WP, dlm hal Pemeriksaan
dilakukan thd WP OP.
(Pasal 84 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013) b. Dlm
hal wakil atau kuasa dari WP atau pihak yg dpt mewakili WP tdk dpt ditemui,
disampaikan melalui pos atau jasa pengiriman lainnya dan Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan dianggap tlh disampaikan. (Pasal 84 ayat (4) PMK17/PMK.03/2013) 2. Melalui faksimili, 3. Melalui pos dgn bukti pengiriman surat,
atau Cara Penyampaian Pemberitahuan Surat Panggilan Dlm Rangka
Pemeriksaan Kantor dpt disampaikan melalui: 1. Faksimili, 2. Pos dgn bukti
pengiriman surat, atau 3. Jasa pengiriman lainnya dgn bukti pengiriman. (Pasal
84 ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013)
B2228
4. Jasa pengiriman lainnya dgn bukti pengiriman. (Pasal 84 ayat (1) PMK17/PMK.03/2013)
h. Peminjaman Dokumen: Buku, catatan, dan dokumen serta data, informasi,
dan keterangan lain yg dipinjam hrs disesuaikan dgn tujuan dan kriteria
Pemeriksaan utk tujuan lain sesuai Pasal 70 PMK-17/PMK.03/2013. Peminjaman
buku, catatan, dan dokumen serta data, informasi, dan keterangan lain hrs
dilaksanakan sesuai dgn ketentuan sesuai Pasal 28 & Pasal 29 PMK17/PMK.03/2013. Kriteria Bagian III huruf i berlaku juga utk Pemeriksaan utk
tujuan lain
i. Penolakan Pemeriksaan: Pemeriksaan Lapangan Pemeriksaan Kantor Dlm hal
WP, wakil, atau kuasa dari WP yg dilakukan Pemeriksaan Lapangan utk tujuan
lain menyatakan menolak utk dilakukan Pemeriksaan, termasuk menolak
menerima Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan, WP, wakil, atau kuasa
dari WP hrs menandatangani surat penolakan Pemeriksaan. (Pasal 86 ayat (1)
PMK-17/PMK.03/2013) Dlm hal WP, wakil, atau kuasa dari WP menolak
menandatangani surat penolakan Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak membuat BA
penolakan Pemeriksaan yg ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. (Pasal 86
ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013) Dlm hal WP, wakil, atau kuasa dari WP yg
dilakukan Pemeriksaan Kantor utk tujuan lain memenuhi Surat Panggilan Dlm
Rangka Pemeriksaan Kantor namun menyatakan menolak utk dilakukan
Pemeriksaan, WP, wakil, atau kuasa dari WP hrs menandatangani surat
pernyataan penolakan Pemeriksaan. (Pasal 87 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013)
Dlm hal WP, wakil, atau kuasa dari WP menolak menandatangani surat
pernyataan penolakan Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak membuat BA penolakan
Pemeriksaan yg ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. (Pasal 87 ayat (2) PMK17/PMK.03/2013)
Konsekuensi Apabila WP Menolak Utk Dilakukan Pemeriksaan 1. Permohonan
WP Tdk Dpt Diproses atau Tdk Dpt Dipertimbangkan Berdasarkan surat
pernyataan penolakan Pemeriksaan atau BA penolakan Pemeriksaan,

permohonan WP tdk dpt diproses atau tdk dpt dipertimbangkan dlm hal
Pemeriksaan dilakukan dlm rangka: a. Penentuan WP berlokasi di daerah
terpencil; atau b. Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka
waktu kompensasi kerugian sehubungan dgn pemberian fasilitas perpajakan.
(Pasal 88 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) 2. WP Diberi NPWP dan Dikukuhkan Sbg
PKP Scr Jabatan Berdasarkan surat pernyataan penolakan Pemeriksaan atau BA
penolakan Pemeriksaan, WP diberi NPWP dan dikukuhkan sbg PKP scr jabatan
dlm hal Pemeriksaan dilakukan dlm rangka: a. Pemberian NPWP scr jabatan;
dan/atau b. Pengukuhan PKP scr jabatan. (Pasal 88 ayat (2) PMK17/PMK.03/2013) 3. Permohonan WP Tdk Dikabulkan Berdasarkan surat
pernyataan penolakan Pemeriksaan atau BA penolakan Pemeriksaan,
permohonan WP tdk dikabulkan dlm hal Pemeriksaan dilakukan dlm rangka: a.
Penghapusan NPWP; dan/atau b. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan PKP.
(Pasal 88 ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013)
j. Penjelasan WP & Pihak Ketiga: 1. Dlm pelaksanaan Pemeriksaan, melalui kepala
UP2, Pemeriksa Pajak juga dpt memanggil WP utk memperoleh penjelasan yg lbh
rinci atau meminta keterangan dan/atau bukti yg berkaitan dgn Pemeriksaan kpd
pihak ketiga sesuai Pasal 35 UU KUP. (Pasal 89 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) 2.
Permintaan keterangan kpd WP atau kpd pihak ketiga hrs dilaksanakan sesuai
dgn ketentuan dlm Pasal 39 dan Pasal 40 PMK-17/PMK.03/2013. (Pasal 89 ayat
(2) PMK-17/PMK.03/2013)
B2229
Bagian III huruf l berlaku juga utk Pemeriksaan utk tujuan lain
V. Kuesioner Pemeriksaan Tujuan Penyampaian Kuesioner Pemeriksaan (Pasal
90 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013) Pemeriksa Pajak wajib menyampaikan
Kuesioner Pemeriksaan kpd WP yg diperiksa utk meningkatkan kualitas &
akuntabilitas Pemeriksaan. Waktu Penyampaian Kuesioner Kpd WP (Pasal 90
ayat (2) & (3) PMK-17/PMK.03/2013) Pemeriksaan Utk Menguji Kepatuhan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Pemeriksaan Utk Tujuan Lain Penyampaian
Kuesioner Pemeriksaan dilakukan pd saat pertemuan dgn WP sesuai Pasal 27
PMK-17/PMK.03/2013. Penyampaian Kuesioner Pemeriksaan disampaikan pd
saat: 1. Penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan, atau 2. Pd
saat WP datang memenuhi Surat Panggilan Dlm Rangka Pemeriksaan Kantor.
Penyampaian Kuesioner Pemeriksaan Oleh WP (Pasal 90 ayat (4) PMK17/PMK.03/2013) WP dpt menyampaikan Kuesioner Pemeriksaan yg tlh diisi kpd:
1. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan, jika UP2 adalah Direkorat Pemeriksaan
dan Penagihan; atau 2. Kakanwil DJP, jika UP2 adalah Kantor Wilayah DJP atau
KPP.
VI. Ketentuan Lain-lain SP2 yg Diterbitkan Sbl Berlakunya PMK-17/PMK.03/2013
dan Pemeriksaan Blm Selesai Proses penyelesaian selanjutnya dilakukan
berdasarkan ketentuan PMK-17/PMK.03/2013. (Pasal 94 ayat (1) PMK17/PMK.03/2013)
Pemeriksaan yg Ditindaklanjuti dgn Pemeriksaan Bukti Permulaan dan Tlh
Dibuat LHP Sumir Dpt dilakukan Pemeriksaan dlm rangka penerbitan skp
sepanjang hasil Pemeriksaan Bukti Permulaan tdk terdapat indikasi tindak pidana
di bidang perpajakan. (Pasal 94 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013)

Form-form yg digunakan di dlm PMK-17/PMK.03/2013: No. Ket Sumber 1. Surat


Pernyataan Keaslian Dokumen dan/atau Data yg DIberikan Lamp III Huruf D 2.
Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan Lamp V Huruf A 3. Surat Pernyataan
Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan Lamp V Huruf C 4. Surat
Pernyataan Penolakan Menerima SPHP / Undangan PAHP / Surat Panggilan
Penandatanganan BA PAHP Lamp VII Huruf B1 5. Pernyataan Persetujuan Hasil
Pemeriksaan Lamp VII Huruf C 6. Surat Pemberitahuan Perpanjangan Jangka
Waktu Penyampaian Tanggapan Hasil Pemeriksaan Lamp VII Huruf D 7.
Permohonan Pembahasan dgn Tim QA Pemeriksaan Lamp VII Huruf H 8. Laporan
Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian SPT Lamp VIII 9. a. Kuesioner
Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan utk Menguji Kepatuhan Pemenuhan
Kewajiban Perpajakan Lamp IX Huruf D b. Kuesioner Pelaksanaan Pemeriksaan
Kantor utk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Lamp IX Huruf
E c. Kuesioner Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan utk Tujuan Lain Lamp IX
Huruf F d. Kuesioner Pelaksanaan Pemeriksaan Kantor utk Tujuan Lain Lamp IX
Huruf G

Anda mungkin juga menyukai