Anda di halaman 1dari 12

BIDANG GARAPAN DAN TEKNIK INTELEKTUAL

TEKNOLOGI PENDIDIKAN

A.

Pendahuluan

Berfikir mengenai teknologi pendidikan dapat dilakukan dengan tiga persfektif. Yang
pertama dikenal sebagai konstruk teoritik, sebagai bidang garapan, dan sebagai
profesi. Maka secara umum kita dapat mendefenisikannya dengan menggunakan
ketiga persfektif yang berbeda beda tersebut. Sebagaimana telah dibahas
sebelumnya teknologi pendidikan dipandang sebagai konstruk teoritik, dan sebagai
profesi, maka pada kesempatan ini akan kita dapat memandang teknologi
pendidikan sebagai bidang garapan.
Aplikasi berbagai ide dan prinsip teoritik untuk memecahkan masalah konkrit dalam
bidang pendidikan dan pembelajaran. Bidang tersebut meliputi teknik-teknik yang
digunakan, aktivitas yang dikerjakan, informasi dan sumber yang digunakan dan
klien yang dilayani oleh para pelaksana dalam bidang tersebut.
Definisi teknologi pendidikan menurut AECT tahun 2004, menyatakan bahwa
teknologi pendidikan adalah teori dan praktek dalam merancang, mengembangkan,
memanfaatkan, mengelola dan mengevaluasi proses dan sumber belajar. Dalam
definisi tahun 1994 dirumuskan dengan berlandaskan lima bidang garapan bagi
teknologi pembelajaran, yaitu: Desain, Pengembangan, Pemanfaatan, Pengelolaan,
dan Penilaian. Kelima hal ini merupakan kawasan dari bidang teknologi pendidian.
Pembatasan suatu bidang garapan, dalam hal ini teknologi pendidikan, pertamatama haruslah memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam mendefenisikan
teori. Selanjutnya ada tiga persyaratan atau karakteristik tambahan, yaitu: adanya
teknik intelektual, aplikasi praktis, dan keunikan bidang garapan tersebut.
Berhubung defenisi tersebut menunjukkan bahwa suatu bidang garapan
memadukan teknik intelektual dan aplikasi praktis yang diidentifikasi oleh defenisi
tersebut haruslah merupakan hal yang unik bagi bidang garapan tersebut.

B.

PEMBAHASAN

Defenisi Bidang Garapan


Bidang garapan adalah lingkungan kegiatan yang merangkum komponen konsep,
keterampilan, prosedur dan sejumlah disiplin akademik dan juga dari bidang
terapan yang lain dan memadukannya dalam bentuk aplikasi baru. (Finn, 1963, hlm.
iv-v, kuotasi dari Gerbner). Persfektif bidang garapan dalam teknologi pendidikan,
harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam mendefenisikan teori.

Untuk menyempurnakan perumusan sebuah bidang, harus dikembangkan suatu


cara untuk mengidentifikasi dan mengorganisasikan hubungan-hubungan ini
( Carrier dan Sales, 1987; Knezek, Rachlin dan Scannel, 1988; Kozma dan BangertDowns, 1987). Taksonomi merupakan klasifikasi yang berlandaskan pada hubungan.
Dalam karya klasik Taksonomi Tujuan Pendidikan: Ranah Kognigtif, Benjamin Bloom
membedakan Taksonomi dengan skema klasifikasi yang lebih sederhana. Menurut
Bloom, taksonomi:
1.

Tidak boleh mengandung unsure-unsur Arbiter

2.
Harus sesuai dengan fenomena riil yang menjadi ungkapan istilah tersebut,
dan
3.
Harus teruji secara konsisten dengan pandangan-pandangan teoritis dari
bidang.
Adanya struktur taksonomi yang mutakhir sangat penting bagi perkembangan masa
depan Teknologi Pembelajaran. Disamping itu, bidang ini memerlukan kesamaan
kerangka konseptual dan kesepakatan dalam peristilahan. Tanpa kerangka ini sukar
untuk membuat generalisasi, bahkan untuk berkomunikasi antar sub bidang.
Kesamaan pengertian merupakan sesuatu yang genting karena banyaknya
pekerjaan teknologi pembelajaran dilakukan dalam tim. Tim yang efektif perlu
mempunyai kesamaan pengertian dalam terminologi dan kerangka konseptual.
Pesatnya perubahan dan penyesuaian teknologis menuntut terjadinya alih
pengetahuan dari teknologi yang satu kepada yang lain. Tanpa kemungkinan dapat
ditrasfer ini landasan penelitian harus diciptakan kembali untuk teknologi yang
baru. Dengan mengidentifikasi lingkup taksonomi, kaum akademisi dan para
praktisi dapat memecahkan permasalahan penelitian, dan para praktisi dengan
para teorisi dapat mengidentifikasi kelemahan teori dlam menunjang dan
meramalkan aplikasi Teknologi Pembelajaran. Tanpa dirumuskan kategori dan fungsi
dengan jelas, kerjasama antara kaum akademisi dan para praktisi menjadi sukar
disebabkan oleh bervariasinya defenisi untuk suatu isttilah yang sama. Akibatnya,
validasi dari teori dan praktek dapat terhambat.
Fleishman dan Quaintance (1984) merangkum beberapa keuntungan potensial
dari pengembangan suatu taksonomi tentang kinerja manusia, antara lain:
1.

Membantu dalam melakukan review pustaka

2.

Membuka peluang untuk tugas-tugas baru

3.
Memaparkan jurang pemisah dalam pengetahuan dengan mengutarakan
kategori dan sub kategori pengetahuan, mengungkapkan lubang-lubang dalam
penelitian, dan meningkatkan diskusi teoritikal atau penelitian

4.
Untuk membantu pengembangan teori dengan jalan mengevaluasi seberapa
jauh keberhasilan teori mengorganisasikan data obsevasi dengan hasil penelitian
dalam bidang Teknologi Pembelajaran.
Beberapa pendekatan taksonomi Teknologi Pembelajaran yang terdahulu
menggunakan pendekatan fungsional. Defenisi bidang Teknologi Pembelajaran
tahun 1977 (AECT, 1977) mengusulkan agar fungsi-fungsi pengelolaan
pembelajaran dan fungsi-fungsi pengembangan pembelajaran beroperasi sebagai
komponen-komponen dalam system pembelajaran. Ronald L. Jacobs (1988) juga
mengusulkan adanya suatu kawasan teknologi kinerja manusia yang mencakup
teori dan praktek, dan mengidentifikasi tugas-tugas para praktisi. Berdasarkan
kawasan yang diajukan oleh Jacobs terdapat tiga funsi yaitu: fungsi pengelolaan,
fungsi pengembangan system kinerja, dan komponen system kerja manusia yang
menentukan dasar konseptual untuk melakukan fungsi yang lain. Setiap fungsi
mempunyai tujuan dan komponen. Subkomponen pengelolaan meliputi administrasi
dan personalia. Subkomponen pengembangan adalah langkah-langkah dalam
proses pengembangan. Sedangkan subkomponen dari system perilaku manusia
adalah konsep-konsep mengenai organisasi, motivasi, perilaku, kinerja serta umpan
balik.

Hubungan Antar Kawasan Dalam Bidang


Hubungan antar kawasan dapat dilihat dalam gambar 1 tidak linier. Dalam
gambar tersebut saling melengkapi dengan ditunjukkannya lingkup penelitian dan
teori dalam setiap kawasan. Gambar kawasan Teknologi Pembelajaran merupakan
rangkuman tentang wilayah utama yang merupakan dasar pengetahuan bagi setiap
kawasan.
Sementara para peneliti dapat berkonsentrasi pada satu kawasan, para praktisi
sering harus melakukan fungsi dalam beberapa atau semua kawasan. Walaupun
para peneliti tersebut dapat memfokuskan diri pada satu kawasan atau cakupan
dalam kawasan tersebut, mereka menarik manfaat teori dan praktik dari kawasan
yang lain. Hubungan antara kawasan bersifat sinergistik. Sebagai contoh, seorang
praktisi yang bekerja dalam kawasan pengembangan menggunakan teori dalam
kawasan disain, seperti teori disain sistim pembelajaran dan disain pesan.. Seorang
praktisi yang berkerja dalam kawasan disain menggunakan teori menggunakan
karakteristik media dari kawasan pengembangan dan kawasan pemanfaatan dan
teori mengenai analisis masalah dan pengukuran dari kawasan penilaian. Sifat
saling melengkapi dari hubungan antar kawasan dapat dilihat pada gambar 2.
Dari gambar 2, terlihat dengan jelas bahwa setiap kawasan memberikan
kontribusi terhadap kawasan yang lain dan kepada penelitian maupun teori yang

digunakan bersama oleh semua kawasan. Sebagai contoh dari teori yang digunakan
bersama ialah teori mengenai umpan balik yang dalam beberapa hal digunakan
oleh setiap kawasan. Umpan balik dapat masuk dalam strategi pembelajaran
maupun dalam disain pesan. Putaran umpan balik digunakan dalam sistim
pengelolaan, dan penilaian juga memberikan umpan balik.
Walaupun terlihat ada empat sub kategori utama pada setiap kawasan dalam
gambar 1, mungkin ada yang lain yang independen, tetapi tidak ditunjukkan.
Subkategori-subkategori ini tidak ditunjukkan karena kerangka teorinya tidak cukup
atau saat ini dianggap kurang penting. Salah satu contoh ialah sistim pendukung
kinerja elektronik yang mungkin akan menjadi semakin penting dalam defenisi dan
kawasan dimasa mendatang. Walaupun demikian, kebanyakan dari lingkup cakupan
bidangcocok dengan kategori yang diidentifikasikan. Beberapa hal bahkan cocok
untuk dimasukkan dalam lebih dari satu subkategori seperti halnya dengan
pemilihan media. Yang merupakan bagian dari pemanfaatan pembelajaran. Upaya
mendapatkan kejelasan defenisi dapat membawa ke upaya merinci tingkat-tingkat
taksonomi secara lebih lengkap dengan cara membagi setiap subkategori utama
jadi bagian-bagian yang lebih rinci. Ini akan menjadi tugas kita untuk masa
mendatang.
Selanjutnya bab ini dikhususkan untuk membahas setiap kawasan dan
hubungannya dengan kawasan-kawasan lain. Untuk setiap kawasan aka nada
penjelasan mengenai sumbernya, apa yang jadi cakupannya, subkategori apa yang
ada dalam kawasan tersebut, serta karakteristiknya yang berhubungan dengan
setiap kategori.
Kawasan Disain
Kawasan disain pembelajaran kadang-kadang dikaburkan dengan pengembangan,
atau bahkan dengan konsep yang lebih luas dari pembelajaran itu sendiri. Akan
tetapi, defenisi ini membatasi disain pada fungsi perencanaan, baik pada tingkat
mikro maupun pada tingkat makro. Sebagai konsekuensinya, dasar pengetahuan
kawasan procedural, model-model konseptual dan teori. Walaupun demikian,
landasan pengetauan dari bidang apapun tidaklah bersifat statik. Teori disain jauh
lebih maju dibandingkan dengan bidang lain yang mempunyai hubungan erat
dengan tradisi praktek dalam membangun landasan pengetahuan. Namun dalam
hal penggunaan teknologi, penelitian dan teori disain hamper selalu mengikuti
eksplorasi kaum praktisi mengenai kemuskilan dan kemaqmpuan perangkat keras
atau perangkat lunak yang baru. Terutama pada masa sekarang ini. Tantangan
untuk para akademisi dan para praktisi keduanya sama yaitu melanjutkan untuk
merumuskan dasar pengetahuan disamping menanggapi tekanan dari tempat kerja.
Kawasan disain paling tidak meliputi empat cakupan utama dari teori dan
praktek. Cakupan ini dapat diidentifikasi karena masik dalam lingkup
pengembangan penelitian dan teori. Kawasan disain meliputi studi mengenai disain

system pembelajaran, disain pesan, strategi pembelajaran dan karakteristik


pembelajaran. Defenisi dan deskripsi dari masing-masing liputan tersebut adalah
sebagai berikut.
1.

Disain Sistem Pembelajaran

Disain system pembelajaran adalah prosedur yang terorganisasi yang meliputi


langkah-langkah penganalisaan, perancangan, pengembangan, pengaplikasian dan
penilaian pembelajaran. Kata disain mempunyai pengertian tingkat makro maupun
mikro karena merujuk pada pendekatan system maupun langkah-langkah
pendekatan system. Dalaam istilah yang sederhana, penganaliasaan adalah proses
perumusan apa yang akan dipelajari. Pengembangan adalah proses penulisan dan
pembuatan atau produksi bahan-bahan pembelajaran. Pelaksanaan adalah
pemanfaatan bahan dan strategi yang bersangkutan. Dan penilaian adalah proses
penentuan ketepatan pembelajaran.
2.

Disain Pesan

Disain pesan meliputi perencanaan untuk merekayasan bentuk fisik dari pesan. Hal
tersebut mencakup prinsip-prinsip perhatian, persepsi, daya serap yang mengatur
penjabaran bentuk fisik dari pesan agar terjadi komunikasi anatar pengirim dan
penerima. Fleming and Levie (1993) membatasi pesan pada pola-pola isyarat atau
symbol yang memodifikasi perilaku kognigtif, afektif, dan psikomotor. Disain pesan
berusuran pada tingkat paling mikro melalui unit-unit kecil seperti bahan visual,
urutan halaman, dan layar secara terpisah. Karakteristik lain dari disain pesan
adalah bahwa disain harus bersifat spesifik baik terhadap medianya maupun tugas
belajarnya.
3.

Strategi pembelajaran

Strategi Pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan


peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu pelajaran. Penelitian
dalam strategi pembelajaran telah memberikan kontribusi terhadap pengetahuan
tentang komponen pembelajaran.
4.

Karakteristik pebelajar

Karakteristik pebelajar adalah segi-segi latar belakang pengalaman pebelajar yang


berpengaruh terhadap efektifitas proses belajarnya. Penelitian mengenai
karakteristik pebelajar sering tumpang tindih dengan penelitian strategi belajar,
akan tetapi hal itu dilakukan dengan tujuan yang berbeda: yaitu untuk menjelaskan
segi-segi latar belakangpebelajar yang perlu diperhitungkan dalam disain.
5.

Kecenderungan dan Permasalahan

Kecenderungan dan permasalahan dalam kawasan disain berpusat pada


penggunaan disain system pembelajaran yang tradisional, aplikasi teori belajar
dalam disain dan pengaruh teknologi baru pada proses penyusunan disain.

Kawasan Pengembangan
Kawasan pengembangan berakar pada produksi media. Melalui proses yang
bertahun-tahun perubahan dalam kemampuan media ini kemudian berakibat pada
perubahan dan kawasan. Walaupun perkembangan buku teks dan alat bantu
pembelajaran yang lain mendahului film, namun pemunculan film merupakan
tonggak sejarah perkembangan dari gerakan audio visual ke era pembelajaran
modern sekarang ini.
Di dalam kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang kompleks
antar teknologi dan teori yang mendorong baik disain pesan maupun strategi
pembelajaran. Pada dasarnya kawasan pengembangan dapat dijelaskan dengan
adanya:

Pesan yang didorong oleh isi;

Strategi pembelajaran yang didorong oleh teori;

Manifestasi fisik dari teknologi perangkat keras, perangkat lunak dan


bahan pembelajaran.
Ciri yang terakhir ini, yaitu teknologi merupakan tenaga penggerak dari kawasan
pengembangan. Berangkat dari asumsi ini kita dapat merumuskan dan menjelaskan
berbagai jenis media pembelajaran dan karakteristiknya.
1.

Teknologi Cetak

Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan, seperti
buku-buku dan bahan-bahan visual yang statis, terutama melalui proses pencetakan
mekanis atau fotografis. Subkategori ini mencakup representasi dan reproduksi
teks, grafis dan fotografis. Secara khusus teknologi cetak/visual mempunyai
mempunyai karakteristik sebagai berikut:

Teks dibaca secara linier, sedangkan visual direkam menurut ruang;

Keduanya memberikan komunikasi satu arah yang pasif (hanya menerima)

Keduanya berbentuk visual yang statis

Pengembangan sangat bergantung pada prinsip-prinsip linguistik dan


persepsi visual

Keduanya berpusat pada pebelajar

Informasi dapat diorganisasikan dan distukturkan kembali oleh pemakai

2.

Teknologi Audiovisual

Teknologi audiovisual merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan


dengan menggunakan peralatan mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesanpesan audio visual. Secara khusus, teknologi audio visual cenderung mempunyai
karakteristik sebagai berikut:

Bersifat linier

Menampilakan visual yang dinamis

Secara khas digunakan menurut cara yang sebelumnya telah ditentukan oleh
disainer/pengembang

Cenderung merupan bentuk representasi fisik dari gagasan riil dan abstrak

Dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip psikologi tingkah laku dan


kognigtif

Sering berpusat pada guru, kurang memperhatikan interaktivitas belajar


pebelajar
3.

Teknologi berbasis computer

Merupakan cara-cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan


menggunakan perangkat yang bersumber pada mikroprosesor. Teknologi berbasir
computer dibedakan dari teknologi lain karena menyimpan informasi secara
elektronis dalam bentuk digital, bukanya sebagai bahan cetak atau visual. Biasanya
memiliki karakteristik seperti berikut ini:

Digunakan secara acak atau tidak berurutan, disamping secara linier

Dapat digunakan sesuai dengan keinginan pebelajar, maupun menurut cara


yan g dirancang oleh disainer/pengembang

Gagasan-gagasan biasanya biasanya diungkapkan secara abstrak dengan


menggunakan kata, symbol maupun grafis

Prinsip-prinsip ilmu kognigtif diterapkan selama pengembangan

Belajar dapat berpusat pada pebelajar dengan tingkat interaktivitas yang


tinggi

4.

Teknologi Terpadu

Merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan dengan


memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan computer. Pembelajaran
dengan teknologi terpadu ini mempunyai karakteristik sebagai berikut:

Dapat digunakan secara acak atau tidak berurutan, disamping secara linier

Dapat digunakan sesuai dengan keinginan pebelajar

Gagasan-gagasan sering disajikan secara realistic dalam konteks pengalaman


si pebelajar dan dibawah kendali pebelajar

Prinsip-prinsip ilmu kognigtif dan konstruktivisme diterapkan dalam


pengembangan dan pemanfaatan bahan pembelajaran

Belajar dipusatkan dan diorganisasikan menurut pengetahuan kognigtif


sehinggga pengetahuan terbentuk pada saat digunakan

Bahan belajar menunjukkan interaktivitas pebelajar yang tinggi

Sifat bahan yang mengintegrasiakn kata-kata dan tamsil dari banyak sumber
media
5.

Kecenderungan Dan Permasalahan

Kecenderungan dan permasalahan teknologi cetak dan teknologi audio visual


mencakup peningkatan perhatian terhadap disain teks, kerumitan visual serta
penggunaan isyarat warna. Secara khusus system ini dapat secara acak
mengembangkan permasalahan, menyesuaikan urutan dan tingkat kesukaran
masalah dan prestasi belajar pebelajar, serta memberikan balikan individual secara
langsung dan tepat. Dengan system belajar terpadu pembelajaran menjadi bersifat
individual dan perorangan.
Kawasan Pemanfaatan
Pemanfaatan mungkin merupakan kawasan teknologi pembelajaran tertua
diantara kawasan-kawasan yang lain, karena penggunaan bahan audiovisual secara
teratur mendahului meluasnya perhatian terhadap disain dan produksi media
pembelajaran yang sistematis. Kawasan pemanfaatanberasal dari gerakan
pendidikanvisual yang tumbuh subur selama dekade pertama abad ini dengan
didirikannya museum-museum sekolah. Pemanfaatan adalah aktivitas
menggunakan proses dan sumber untuk belajar yang meliputi:
1.

Pemanfaatan Media

Adalah penggunaan yang yang sistematis dari sumber untuk belajar. Proses
pemanfaatan media merupakan proses pengambilan keputusan berdasarkan pada
spesifikasi disain pembelajaran
2.

Implementasi dan Pelembagaan

Implementasi adalah penggunaan bahan dan strategi pembelajaran dalam keadaan


yang sesungguhnya. Sedangkan pelembagaan ialah penggunaan yang rutin dan
pelestarian dari inovasi, pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya organisasi.
Keduanya bergantung pada perubahan individu maupun organisasi.
3.

Kebijakan dan Regulasi

Kebijakan dan regulasi adalah aturan dan tindakan dari masyarakat yang
mempengaruhi difusi atau penyebaran dan penggunaan teknologi pembelajaran.
Kebijakan dan peraturan biasanya dihambat oleh permasalahan etika dan ekonomi.
4.

Kecenderungan dan Permasalahanan

Kecenderungan dan permasalahan dalam kawasan pemanfaatan umumnya berkisar


pada kebijakan dan peraturan yang mempengaruhi penggunaan, difusi,
implementasi dan pelembagaan.

Kawasan Pengelolaan
Konsep pengelolaan merupakan bagian integral dalam bidang Teknologi
Pembelajaran dan dari peran kebanyakan para teknolog pembelajaran. Secara
perorangan tiap ahli dalam bidang ini dituntut untuk dapat memberikan pelayanan
pengelolaan dalam berbagai latar. Kawasan pengeloalaan semula berasal dari
administrasi pusat media, program media dan pelayanan media. Secara singkat ada
empat kategori dalam kawasan pengelolaan:
1.

Pengelolaan Proyek

Pengelolaan proyek meliputi perencanaan, monitoring, dan pengendalian proyek


disain dan pengembangan. Para pengelola proyek bertanggung jawab atas
perencanaan, penjadwalan dan pengendalian fungsi disain pembelajaran atau jenisjenis proywek yang lain.
2.

Pengelolaan Sumber

Pengeloalaan sumber mencakup perncanaan, pemantauan, dan pengendalian


system pendukung dan pelayanan sumber. Pengelolaan sumber sangat penting
artinya karena mengatur pengendalian akses. Pegertina sumber mencakup personil,
keuangan, bahan baku, waktu, fasilitas, dan sumber pembelajaran.

3.

Pengelolaan System Penyampaian

Meliputi perencanaan , pemantauan, pengendalian, cara bagaimana distribusi


pembelajaran diorganisasikan. Hal tersebut merupakan suatu gabuangan medium
dan cara penggunaan yang dipakai dalam menyajikan informasi pembelajaran
kepada pebelajar.

4.

Pengelolaan Informasi

Pengeloalaan informasi meliputi perencanaan, pemantauan, dan pengendalian cara


penyimpanan, pengiriman/pemindahan atu pemrosesan informasi dalam rangka
tersedianya sumber untuk kegiatan belajar
5.

Kecenderungan dan Permasalahan

Kecenderungan terhadap peningkatan dan pengelolaan kualitas dari dunia industry


nampaknya akan menyebar ke dunia pendidikan. Jika demikian, hal tersebut akan
membawa dampak pada kawasan pengelolaan. Sintesa dari difusi inovasi, teknologi
kinerga dan pengelolaan kualitas dapat menjadi alat yang ampuh dalam perubahan
organisasi.

Kawasan Penilaian
Penilaian adalah proses penentuan memadai tidaknya pembelajaran dan
belajar. Penilaian mulai dengan analisis masalah. Ini merupakan langkah awal yang
penting dalam pengembangan dan penilaian pembelajaran karena tujuan dan
hambatan dijelaskan pada langkah ini. Dalam kawasan penilaian dibedakan
penilaian antara penilaian program, penilaian objek, dan penilaian produk. Masingmasing merupakan produk penilaian penting untuk merancang pembelajaran
seperti halnya penilaian formatif dan penilaian submatif. Dalam kawasan penilaian
terdapat empat subkawasan yaitu:
1.

Analisis Masalah

Analisis masalah mencakup cara penentuan sifat dan parameter masalah dengan
menggunakan strategi pengumpulan informasi dan pengambilan keputusan. Telah
lama para evaluator yang piawai berargumentasi bahwa penilaian yang seksama
mulai saat program tersebut dirumuskan dan direncanakan.
2.

Pengukuran Acuan-patokan (PAP)

Pengukuran acuan patokan melipiti teknik-teknik untuk menentukan kemampuan


pebelajar menguasai materi yang telah ditentukan sebelumnya. Pengukuran acuanpatokan, yang sering berupa tes, juga dapat disebut acuan-isi, acuan-tujuan, acuankawasan. Pengukuran acuan-patokan memberitahukan pada siswa seberapa jauh
mereka dapat mencapai standar yang ditentukan.
3.

Penilaian Formatif dan Sumatif

Penilaian formatif berkaitan erat dengan pengumpulan informasi tentang


kecukupan, dan penggunaan informasi ini sebagai dasar pengembangan
selanjutnya. Sedangkan penilaian sumatif berkaitan dengan pengumpulan informasi
tentang kecukupan untuk pengambilan keputusan dalam hal pemanfaatan.
4.

Kecenderungan dan Permasalahan

Penilaian kebutuhan dan jenis front-end analysis yang lain semula berorientasi
terutama pada perilaku dengan menitikberatkan pada data kinerja dan penjabaran
materi dan isi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Akan tetapi, penekanan pada
pengaruh konteks belajar yang sekarang memberi orientasi kognigtif kadangkadang orientasi konstruktivis pada proses penilaian kebutuhan. Penilaian
konfirmatif dari bahan belajar dan pebelajar melengkapi siklus pentahapan
penilaian untuk menjaga standar kinerja dari suatu system pembelajaran. Selang
beberapa waktu setelah penilaian formatif dan sumatif, suatu tim evaluator yang
tidak berpihak atau netral menggunakan alat seperti daftar isisn, wawancara, skala
penilaian dan tes untuk dapat menjawab dua buah pertanyaan fundamental, yaitu:
pertama, apakah bahan masih memenuhi tujuan semula; dan kedua apakah tingkat
kemampuan pebelajar masih tetap.
by masta junita di 07.49
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)


ARSIP BLOG
2014 (2)
2013 (2)
Agustus (2)
Bidang Garapan Teknologi Pendidikan
Welcome
MENGENAI SAYA

Anda mungkin juga menyukai