DEMAM THYPOID
A. Konsep Dasar Medis
1.
Definisi
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri Salmonella typhii dan
2.
Etiologi
menderita demam tifoid atau tifus akan menjadi orang yang menularkan tifus pada
yang belum pernah menderita tifus.
3.
Patofisiologi
4.
Gejala Klinis
Masa inkubasi biasanya 7-14 hari, tetapi dapat berkisar antara 3-30 hari
tergantung pada besar inokulum yang tertelan. Tanda dan gejala yang dapat
muncul pada demam tifoid antara lain:
1. Anak Usia Sekolah dan Remaja
Gejala awal demam, malaise, anokreksia, mialgia, nyeri kepala dan nyeri perut
berkembang selama 2-3 hari. Mual dan muntah dapat menjadi tanda komplikasi,
terutama jika terjadi pada minggu kedua atau ketiga. Pada beberapa anak terjadi
kelesuan berat, batuk, dan epistaksis. Demam yang terjadi bisa mencapai 40
derajat celsius dalam satu minggu. Pada minggu kedua, demam masih tinggi, anak
merasa kelelahan, anoreksia, batuk, dan gejala perut bertambah parah. Anak
tampak sangat sakit, bingung, dan lesu disertai mengigau dan pingsan (stupor).
Tanda-tanda fisik berupa bradikardia relatif yang tidak seimbang dengan tingginya
demam. Anak mengalami hepatomegali, splenomegali dan perut kembung dengan
nyeri difus. Pada sekitar 50% penderita demam tifoid dengan demam enterik,
terjadi ruam makulaatau makulo popular (bintik merah) yang tampak pada hari ke
tujuh sampai ke sepuluh. Biasanya lesi mempunyai ciri tersendiri, eritmatosa
dengan diameter 1-5 mm. Lesi biasanya berkhir dalam waktu 2 atau 3 hari.
Biakan lesi 60% menghasilkan organisme Salmonella.
2. Bayi dan balita
Pada balita dengan demam tifoid sering dijumpai diare, yang dapat menimbulkan
diagnosis gastroenteritis akut.
3. Neonatus
Demam tifoid dapat meyerang pada neonatus dalam usia tiga hari persalinan.
Gejalanya berupa muntah, diare, dan kembung. Suhu tubuh bervariasi dapat
mencapai 40,5 derajat celsius. Dapat terjadi kejang, hepatomegali, ikterus,
anoreksia, dan kehilangan berat badan.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penderita demam tipoid dilakukan secara berulang dan
regular. Semua tanda-tanda vital merupakan petunjuk yang relevan. Perhatian
khusus harus diberikan pada pemeriksaan jasmani harian yang kadang-kadang
harus dilakukan lebih sering sampai kepastian diagnosis didapat dan respon yang
diperkirakan terhadap pengobatan penyakitnya sudah tercapai. Begitu juga
dilakukan pemeriksaan secara teliti pada kulit, kelenjar limfe, mata, dasar kuku,
sistem kardiovaskuler, dada, abdomen, sistem musculoskeletal dan sistem saraf.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a.Hematologi
Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan
usus.
b.Kimia darah
Pemeriksaan elektrolit, kadar glukosa, blood urea nitrogen dan kreatinin harus
dilakukan.
c.Imunorologi
Uji widal adalah pemeriksaan serologi yang ditujukan untuk mendeteksi adanya
antibody di dalam darah terhadap antigen kuman Salmonella typhi. Hasil positif
dinyatakan dengan adanya aglutinasi. Hasil negative palsu dapat disebabkan oleh
karena antara lain penderita sudah mendapatkan terapi antibiotika, waktu
pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit, keadaan umum pasien buruk, dan
adanya penyakit imunologik lain.
d.Urinalis
Protein: bervariasi dari negative sampai positif (akibat demam). Leukosit dan
eritrosit normal : bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit.
e.Mikrobiologi
Sediaan apus dan kultur dari tenggorok, uretra, anus, serviks dan vagina harus
dibuat dalam situasi yang tepat. Pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien
yang demam disertai batuk-batuk. Pemeriksaan kultur darah dan kultur cairan
abnormal serta urin diperlukan untuk mengetahui komplikasi yang muncul.
f.Radiologi
Pembuatan foto toraks biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan untuk setiap
penyakit demam yang signifikan.
g.Biologi molekuler
Dengan PCR (Polymerase Chain Reaction), dilakukan dengan perbanyakan DNA
kuman yang kemudian diidentifikasi dengan DNA probe yang spesifik. Kelebihan
uji ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat dalam jumlah sedikit (sensifitas
tinggi) serta kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula. Specimen yang digunakan
dapat berupa darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi.
6.
Komplikasi
b.
Komplikasi intestinal
1)
Perdarahan usus
2)
Perforasi usus
3)
Ileus paralitik
3)
4)
5)
6)
7)
Neuropsikiatrik
2. Diet
Makanan yang dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak banyak serat.
3. Obat
4. Obat-obat antimikroba yang sering dipergunakan ialah:
Kloramfenikol
Thiamfenikol
Menurut Tan Hoan Tjay dan Kirana Raharja (2007, hal: 86), Thiamfenikol
(Urfamycin) adalah derivat p-metilsulfonil (SO 2CH3) dengan spektrum kerja dan
sifat yang mirip kloramfenikol, tetapi kegiatannya agak lebih ringan. Dosis pada
anak: 20-30 mg/kg BB/hari.
Ko-trimoksazol
Salmonella,
dan
beberapa
suku
Proteus.
Efek
samping,
8.
Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan
setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan,
hindari minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air
mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas (Abdi, 2008).