Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia
1) Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari. Manusia adalah makhluk sosial yang
tak terlepas dari hubungan komunikasi dengan makhluk sosialnya. Komunikasi yang
berlangsung dapat menggunakan bahasa formal dan non formal.
2)
Mewujudkan Seni. Bahasa yang dapat dipakai untuk mengungkapkan perasaan melalui
media seni khususnya dalam hal sastra. Terkadang bahasa yang digunakan yang memiliki makna
denotasi atau makna yang tersirat. Dalam hal ini, diperlukan pemahaman yang mendalam agar
bisa mengetahui makna yang ingin disampaikan.
3)
Mempelajari bahasa kuno. Dengan mempelajari bahasa kuno, akan dapat mengetahui
peristiwa atau kejadian dimasa lampau. Untuk mengantisipasi kejadian yang mungkin atau dapat
terjadi kembali dimasa yang akan datang, atau hanya sekedar memenuhi rasa keingintahuan
tentang latar belakang dari suatu hal.
4)
Mengeksploitasi IPTEK. Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia akan selalu
didokumentasikan supaya manusia lainnya juga dapat mempergunakannya dan melestarikannya
demi kebaikan manusia itu sendiri.
2.
3.
4.
2. RAGAM BAHASA
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik
yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta
menurut medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang
baik , yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis,
perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat
dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Ragam Bahasa Indonesia dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1.
berdasarkan media
2.
3.
Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan dinamakan ragam
bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf
sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita
berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan bahasa yang dihasilkan
dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya.
Ragam Lisan
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar
terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun
demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam
kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam
baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami
makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan
pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan,
ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan,
hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya
tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam
bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing,
ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Ciri-ciri ragam lisan:
a. Memerlukan orang kedua/teman bicara;
b. Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
c. Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
d. Berlangsung cepat;
e. Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
f. Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
g. Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi
Contoh ragam lisan adalah Sudah saya baca buku itu.
Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak
ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang
diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan
unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan
kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata
dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ciri-ciri ragam tulis :
1.Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
Ragam dialek
Ragam terpelajar
Ragam resmi
2.
Ragam hukum
3.
Ragam bisnis
4.
Ragam agama
5.
Ragam sosial
6.
Ragam kedokteran
7.
Ragam sastra
3. TANDA BACA
Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara) atau kata dan frasa
pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan,
dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda
antar bahasa, lokasi, waktu, dan terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya
spesifik yang karenanya tergantung pada pilihan penulis.
Pedoman Penulisan Tanda Baca
Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Contoh: Saya suka
makan nasi. Sebuah kalimat diakhiri dengan titik. Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru,
harus diberi jarak satu ketukan. Cara ini dilakukan dalam penulisan karya ilmiah.
2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
contoh:
Irwan S. Gatot
George W. Bush
Tetapi apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.
Contoh: Anthony Tumiwa
3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Dr. (Doktor)
Ny. (Nyonya)
S.E. (Sarjana Ekonomi)
4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada
singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh:
dll. (dan lain-lain)
dsb. (dan sebagainya)
tgl. (tanggal)
Dalam karya ilmiah seperti skripsi, makalah, laporan, tesis, dan disertasi, dianjurkan tidak
mempergunakan singkatan.
5. Tanda titik dibelakang huruf dalam suatu bagian ikhtisar atau daftar.
contoh:
I. Penyiapan Ulangan Umum.
A. Peraturan.
B. Syarat.
Jika berupa angka, maka urutan angka itu dapat disusun sebagai berikut dan tanda titik tidak
dipakai pada akhir sistem desimal.
Contoh:
1.1
1.2
1.2.1
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Contoh: Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)
7. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang tidak
menunjukkan jumlah.
contoh:
Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.
Nomor Giro 033983 telah saya kasih kepada Michael.
8. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri dari huruf-huruf awal kata atau suku
kata, atau gabungan keduanya, yang terdapat di dalam nama badan pemerintah, lembagalembaga nasional di dalam akronomi yang sudah diterima oleh masyarakat.
contoh:
Sekjen : (Sekretaris Jenderal)
UUD : (Undang-Undang Dasar)
SMA : (Sekolah Menengah Atas)
WHO : (World Health Organization)
9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan,
dan mata uang.
contoh:
Cu (Kuprum)
52 cm
l (liter)
Rp 350,00
10. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala
ilustrasi, tabel dan sebagainya.
contoh:
Latar Belakang Pembentukan
Sistem Acara
11. Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat, atau nama dan
alamat penerima surat.
contoh:
Jalan Kebayoran 32
Jakarta, 3 Mei 1997
Yth.Sdr.Ivan
Jalan Istana 30
Surabaya
Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi.
contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang
berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat
tersebut mendahului induk kalimatnya.
contoh:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak
kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
contoh: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat
pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan
tetapi.
contoh:
Oleh karena itu, kamu harus datang.
Jadi, saya tidak jadi datang.
5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat
pada awal kalimat.
contoh:
O, begitu.
Wah, bukan main.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
contoh: Kata adik, Saya sedih sekali.
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan tanggal, (ii) bagian-bagian kalimat, (iii) tempat dan
tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
contoh:
Medan, 18 Juni 1984
Medan, Indonesia.
8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia
Indonesia.
9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
contoh: Rinto Jiang,S.E.
11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
contoh:
33,5 m
Rp 10,50
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
tu akan diproses.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata dan belakangnya, atau akhiran dengan
bagian kata di depannya ada pergantian baris.
contoh:
. cara baru mengukur panas
akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
contoh: menghargai pendapat.
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
contoh: anak-anak
tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan
tidak dipakai pada teks karangan.
4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
contoh: p-e-n-g-u-r-u-s
5. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
bandingkan:
ber-evolusi dengan be-revolusi
dua puluh lima-ribuan (205000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (125000).
Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah
PN dengan di-PN-kan.
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai
dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, dan (d) singkatan huruf
kapital dengan imbulan atau kata.
contoh:
se-Indonesia
hadiah ke-2
tahun 50-an
ber-SMA
KTP-nya nomor 11111
bom-V2
sinar-X.
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
asing.
Contoh:
di-charter
pen-tackle-an
Sebagai lambang matematika untuk pengurangan (tanda kurang).
Tanda Pisah ()
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di
luar bangun kalimat.
contoh: Wikipedia Indonesiasaya harapkanakan menjadi Wikipedia terbesar
-Dalam pengetikan karangan ilmiah, tanda pisah dinyatakan dengan 2 tanda hubung tanpa jarak.
contoh: MedanIbu kota Sumutterletak di Sumatera
2. Tanda pisah menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi
lebih tegas.
contoh:
Rangkaian penemuan inievolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atomtelah
mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di
antara dua nama kota yang berarti ke, atau sampai.
contoh:
19191921
MedanJakarta
Tanda Petik ()
1. Tanda petik digunakan untuk menyatakan suatu kalimat langsung atau kadang juga sebagai
penegasan.
contoh: kata Ketua, Kita akan segera berangkat besok.
Tanda Petik Tunggal ()
Tanda petik tunggal biasa digunakan untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain.
Misalnya, seperti di bawah ini.
Aku mendengar seseorang memanggil, Nori, Nori, dari hutan itu, ujar Ramon.
Tanda petik tunggal juga digunakan untuk mengapit terjemahan, ungkapan asing, atau penjelasan
kata. Kalau dalam linguistik, tanda petik itu disebutkan mengapit makna.
Tanda Ulang (2)
Ditulis dengan menambahkan angka 2 (atau 2) di akhir kata yang seharusnya diulang,
menandakan kata tersebut diulang dua kali. Tanda penyingkatan ini tidak resmi. Kata yang
berulang harus ditulis penuh. Contoh:
Buku-buku (bukan buku2)
Saudara-saudara (bukan saudara2)
Format penulisan
Selain tanda baca, ada juga format penulisan yang cukup membantu untuk keperluan penulisan
kalimat.
Cetak tebal, untuk menegaskan suatu kata atau kalimat yang sedang menjadi pembicaraan.
Contoh: Buaya adalah reptil terbesar yang hidup di sungai dan rawa-rawa.
Cetak miring merupakan kata serapan di luar bahasa baku yang sedang digunakan. Contoh:
Menjelang masa Pilkada, banyak calon yang sowan para kyai. Kata sowan diserap dari bahasa
Jawa. Cetak miring juga digunakan untuk menuliskan judul lagu, buku, film, dan lain-lain.
Contoh: Hantu Jeruk Purut adalah film bertema horor yang turut mewarnai perfilman nasional
saat ini.
Garis bawah memiliki fungsi hampir sama seperti cetak tebal dan miring, ketika teknologi
komputer belum sepesat sekarang. Seperti kita ketahui, mesin ketik generasi tua belum ada
fasilitas cetak tebal dan miring. Tapi untuk masa sekarang, garis bawah tidak begitu jelas
penggunaannya.
4. DIKSI
Diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan
sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia katang-mengarang
maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk
menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan
kepada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang
diperlukan.
5. KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda
bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat
efektif mampu menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya seperti
apa yang dimaksudkan oleh penulis.
Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki beberapa syarat sebagai
berikut:
1. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
2. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis.
3. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya dengan tepat.
4. Sistematis dan tidak bertele-tele.
Prinsip-Prinsip Kalimat Efektif:
Kalimat efektif memiliki prinsip-prinsip yang harus dipenuhi yaitu kesepadanan, kepararelan,
kehematan kata, kecermatan, ketegasan, kepaduan dan kelogisan kalimat. Prinsip-prinsip kalimat
efektif tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
A. Kesepadanan Struktur
Kespadanan adalah keseimbangan antara gagasan atau pemikiran dengan struktur bahasa yang
dipakai dalam kalimat. Kesepadanan dalam kalimat ini diperlihatkan dengan adanya kesatuan
gagasan dan kesatuan pikiran. Ciri-ciri kalimat yang memiliki kesepadanan struktur, yaitu:
(Tidak efektif)
(Efekti)
Untuk menghindari ketidak jelasan subjek, hindarilah pemakaian kata depan (Preposisi) di depan
Subjek.
2. Tidak memiliki subjek yang ganda di dalam kalimat tunggal.
Contoh:
Pembangunan Jalan itu kami dibantu oleh semua warga desa.
Dalam membangun jembatan itu, kami dibantu oleh semua warga desa.
(Tidak Efekti)
(Efektif)
B. Kepararelan Bentuk
Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk kata yang digunakan di dalam kalimat. Yang
dimaksud dengan kesamaan bentuk kata adalah jika kata pertama berbentuk verba, maka kata
selanjutnya berbentuk verba. Namun, jika kata pertama berbentuk nomina, maka kata selanjutnya
berbentuk nomina.
Contoh:
Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan
pengaplikasian definisi kaliamt efektif.
(Tidak efektif)
Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan
mengaplikasikan definisi kalimat efektif.
(Efektif)
Advertisement
C. Kehematan Kata
Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu digunakan. Untuk
menghindari pemborosan kata di dalam kalimat, hal yang harus diperhatikan adalah:
1. Menghindari unsur yang sama pada kalimat majemuk
Contoh:
Saya tidak suka buah apel dan saya tidak suka duren.
Saya tidak suka buah apel dan duren.
(Tidak efektif)
(Efektif)
(Tidak efektif)
(Efektif)
(Tidak efektif)
(Efektif)
D. Kecermatan
Yang dimaksud kecermatan adalah cermat dan tepat dalam memilih kata sehingga tidak
menimbulkan kerancuan dan makna ganda.
Contoh:
Guru baru pergi ke ruang guru.
(Tidak efektif)
(Tidak efektif)
(Efektif)
(Efektif)
Kalimat efektif memiliki kepaduan pernyataan sehingga informasi yang disampaikan tidak
terpecah-pecah.
Contoh:
Budi membicaran tentang pengalaman liburannya. (Tidak efektif)
Budi membicarak pengalaman liburannya.
(Efekti)
G. Kelogisan
Ide kalimat dalam kaliamat efektif dapat diterima atau dimengerti oleh akal dan sesuai dengan
kaidah EYD.
Contoh:
Waktu dan tempat kami persilahkan!
(Tidak efektif)
6. ALINEA
kbbi bagian wacana yang mengungkapkan satu pikiran yang lengkap atau satu tema yang dalam
ragam tulis ditandai oleh baris pertama yang menjorok ke dalam atau jarak spasi yang lebih;
paragraf;
Alinea atau Paragraf adalah kesatuan pikiran yang lebih luas daripada kalimat, berupa
penggabungan beberapa kalimat yang mempunyai satu gagasan atau satu tema. Meskipun
demkian, ada juga alinea yang hanya terdiri dari satu kalimat saja, penyebabnya antara lain :
1. Kurang dikembangkan oleh penulis
2. Sebagai peralihan antara bagian-bagian karangan
3. Dialog antar narasi diperlakukan sebagai satu alinea
Adapun tujuan pembentukan alinea adalah :
a. Memudahkan pegertian dan pemahaman terhadap satu tema
b. Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan normal.
Jenis-Jenis Alinea
Persyaratan Alinea :
a. Memiliki kesatuan alinea : dalam satu alinea hanya memiliki satu pokok pikran.
b. Memiliki kepaduan alinea atau koherensi.
Koherensi alinea dapat diciptakan melalui susunan yang logis dan perkaitan antar kalimat,
dengan cara repetisi, kata ganti, dan kata sambung.
Jenis-jenis alinea
1) Jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya
A. Paragraf Deduktif
Adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal paragraph
B. Paragraf Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan dipada akhir paragraf akan terbentuk paragraf induktif
C. Paragraf Deduktif-Induktif
Bila kalimat pokok di tempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf
deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali
gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.
D. Paragraf penuh kalimat topik
Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat
yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya
menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama penting. Paragraf
semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat dskriptif dan naratif terutama dalam
karangan fiksi.
2) Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya
Isi sebuah paragraf dapat bermacam-macam bergantung pada maksud penulisannya dan tuntutan
korteks serta sifat informasi yang akan disampaikan.Penyelarasan sifat isi paragraf dengan isi
karangan sebenarnya cukup beralasan karena pekerjaan menyusun paragraf adalah pekerjaan
mengarang juga.
Berdasarkan sifat isinya, alinea dapat digolongkan atas lima macam,yaitu:
a. Paragraf Persuasif : adalah isi paragraf mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi
atau mengajak pembaca
b. Paragraf argumentasi : adalah isi paragraf membahas satu masalah dengan bukti_bukti alasan
yang mendukung.
c. Paragraf naratif : adalah isi paragraf menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk data
atau cerita.
d. Paragraf deskritif : adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan
bahasa.
e. Paragraf eksposisi : adalah paragraf yang memaparkan sesuatu fakta atau kenyataan kejadian
tertentu.
3) Jenis Paragraf Menurut Fungsinya dalam Karangan
Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu:
a) Paragraf Pembuka
Bertujuan mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan dalam karangan .
Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan untuk: