Evolusi tektonik di cekungan Kutai menurut Asikin (1995) dalam laporan internal
VICO Indonesia terdiri dari 8 kejadian utama (Gambar 36.7), antara lain:
a. Berpisahnya lempeng Australia dari Antartika pada masa Jurasik hingga Kapur
Awal, yang memulai pergerakan dari lempeng India-Australia menuju ke Utara
(Gambar 36.8). Dalam waktu ini, Cekungan Kutai masih bagian dari Lempeng
Kontinen Eurasia yang dipisahkan dari Gondwana oleh lautan Tethys.
b. Terbukanya Laut Cina Selatan selama Kapur Akhir untuk pertama kali yang
diikuti oleh pemekaran samudra (spreading) yang terjadi pada masa Eosen
Tengah,. Dalam kurun waktu ini, Kalimantan berada di sebelah Pulau Hainan
yang terpisah dari daratan Cina dan berkembang ke arah selatan yang
mengakibatkan terbentuknya cekungan Pre-Laut Cina Selatan. Bagian batas timur
dari Kalimantan mencerminkan seri dari suatu seri struktur regangan dengan arah
strike utama NE. Kejadian rift pertama ini mengakibatkan pembentukan intracratonic graben di daratan Cina dan Kalimantan sepanjang patahan ekstensi yang
berarah NE-SW. Rifting ini kemungkinan berkaitan dengan tahap awal dari
ekstrusi daratan Sunda (Tapponier, 1986).
e. Terjadinya collision antara lempeng India dengan Asia pada Eosen tengah, yang
memicu perputaran berlawanan arah jarum jam dari Kalimantan. Kejadian ini
dihasilkan oleh modifikasi kembali lempeng besar Asia. Pergerakan terjadi
sepanjang struktur patahan strike-slip, (patahan Sungai Merah, NNE-SSW
Vietnam Selatan, Adang dll.), yang menyatu menjadi sebuah rotasi besar yang
berlawanan arah jarum jam dari Kalimantan dengan lantai samudera Sulawesi dan
membuka serta mekarnya sebagian besar dari laut Cina Selatan. Pergerakan
patahan strike slip en-echelon berasosiasi dengan displacement besar ke arah
selatan dari fragmen Asia sepanjang patahan Sungai Merah, di lempeng Indo-Cina
hingga zona Lupar di Kalimantan, telah menghasilkan transtension (wrench)
basin di Laut Cina Selatan (Cekungan Natuna) dan di bagian Kalimantan Tengah
dan Barat.
f. Pemekaran di selat Makasar pada masa Eosen tengah hingga Oligosen akhir
(Gambar 36.10). Penekanan ke arah tenggara berhubungan dengan terjadinya
ekstrusi dari fragmen kontinen yang terpicu oleh terjadinya collision antara
lempeng India terhadap Asia. Hal ini mengakibatkan pembentukan regangan di
Selat Makasar yang mengaktivasi kembali patahan-patahan tua yakni Adang,
Mangkalihat, Baram Barat, dan lain-lain. Selama masa ini Cekungan Kutai
didefinisikan sebagai rift basin. Pengangkatan dan deformasi regangan sepanjang
shear paralel pada batuan dasar kerak kontinen telah menghasilkan pemekaran
(rifting) tersebut.
g. Tahap kedua membukanya laut Cina Selatan pada masa Oligosen Akhir hingga
Miosen Awal yang diikuti oleh collision antara Lempeng Palawan-Red Bank
(Miosen Awal) yang diakhiri oleh proses pemekaran (akhir dari Miosen Awal),
dan mengakhiri terjadinya rotasi dari Kalimantan (Miosen Tengah), dan terjadinya
pengangkatan Tinggian Kucing (Gambar 36.11).
h. Collision dari kontinen Banggai-Sula terhadap Sulawesi, dan pada saat yang
sama terjadi pengangkatan Pegunungan Meratus pada Miosen Tengah (Gambar
36.13).
LAPISAN
Di dalam siklus regresi besar ini dapat dibedakan antara Formasi Pulubalang,
Formasi Balikpapan dan Formasi Kampung Baru, yang berumur dari Miosen
sampai Pliosen
1.
Grup Pamaluan
Batupasir kuarsa dengan sisipan batulempung, serpih, batugamping, dan
batulanau, berlapis sangat baik. Batupasir kuarsa merupakan batuan utama, kelabu
kehitam - kehitaman kecoklatan, batupasir halus sedang, terpilah baik, butiran
membulat membulat tanggung, padat, karbon dan gampingan. Setempat
dijumpai struktur sedimen silang siur dan perlapisan sejajar, tebal lapisan anatara
1 25 m. Batulempung tebal rata-rata 45 cm. Serpih kelabu kecoklatan kelabu
tua, pada tebal sisipan antara 10 20 cm. Batugamping kelabu, pejal, berbutir
sedang kasar, setempat berlapis dan mengandung foraminifera besar. Batulanau
kelabu tua-kehitaman. Formasi pamaluan merupakan batuan paling bawah yang
tersingkap di lembar ini dan bagian atas formasi ini berhubungan menjari dengan
Formasi Bebuluh. Tebal Formasi ini kurang lebih 2000 meter.
2.
Grup Bebuluh
Batugamping terumbu dengan sisipan batugamping pasiran dan serpih,
warna kelabu, padat, mengandung forameinifera besar berbutir sedang. setempat
batugamping menghablur, tak beraturan. Serpih kelabu kecoklatan berselingan
dengan batupasir halus kelabu tua kehitaman. Foraminifera besar yang jumpai
antara lain : Lepidocycilina Sumatroenis, Myogipsina Sp, Operculina Sp,
mununjukan umur Miosen Awal Miosen Tengah. Lingkungan pengendapan laut
dangkal dengan ketebalan sekitar 300 m. Formasi Babuluh tertindih selaras oleh
Formasi Pulu Balang.
3.
4.
Grup Balikpapan
Perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan batulanau, serpih,
batugamping dan batubara. Batupasir kuarsa, putih kekuningan, dengan tebal 1-3
m disisipi lapisan batubara dengan tebal 5-10 cm. Batupasir gampingan, coklat,
berstruktur sedimen lapisan bersusun dan silang siur tebal, lapisan 20-40 cm
mengandung foraminifera kecil disisipi lapisan tipis karbon. Lempung kelabu
kehitaman setempat mengandung sisa tumbuhan oksida besi yang mengisi
rekahan-rekahan setempat mengandung lensa-lensa batupasir gampingan. Lanau
gampingan berlapis tipis serpih kecoklatan berlapis tipis. Batugamping pasiran
mengandung Fosil menunjukan umur Moisen Akhir bagian bawah Miosen
tengah bagian atas.
5.
STRUKTUR
Struktur geologi yang paling jelas terlihat pada Cekungan Kutai berupa
adanya pegunungan lipatan memanjang yang disebut sebagai Sabuk Lipatan
Mahakam. Sabuk lipatan ini terdapat pada area darat dengan sangat intensif dan
berkurang intensitasnya ke arah timur. Antiklin yang terdapat pada cekungan ini
umumnya asimetris, panjang, dan dibatasi oleh patahan (thrust fault-bounded
anticline). Antiklin ini memiliki orientasi utara-timur laut selatan-barat daya
dengan lebar sekitar 2 5 km dan panjang sekitar 50 km. Antiklin antiklin ini
dipisahkan oleh adanya sinklin yang luas dan terbuka (McClay et al., 2000).
Bagian barat dari sabuk lipatan Mahakam ini disebut sebagai Antiklinorium
Samarinda (Ott, 1987).
Peta struktur geologi Cekungan Kutai bagian bawah yang menunjukkan adanya
sabuk lipatan Mahakam. Daerah penelitian terletak di sekitar Sinklin Gitan yang
tergambar dalam kotak merah (modifikasi dari McClay et al., 2000).
Sayatan geologi dari peta struktur geologi pada Gambar 2.8 (warna menunjukkan
adanya perlapisan batuan tanpa nama formasi). Daerah penelitian terletak di
sekitar Gitan (modifikasi dari McClay et al., 2000).
SISTEM PETROLEUM
36.4.2 Kematangan
Tingkat kematangan batuan induk yang berumur Miosen awal sangat tinggi
dengan nilai Ro
lebih dari 0,4%. Hal ini dapat dikenali dari peta kematangan permukaan dan data
sumur.
36.4.4 Perangkap
Perangkap yang paling berperan dalam akumulasi hidrokarbon di Cekungan
Kutai merupakan perangkap struktural dengan tipe closure empat arah, seperti
yang ditemukan di Lapangan Badak, Handil, Bekapai, dan Attaka. Selain itu,
perangkap stratigrafi pula menjadi perangkap yang paling penting pada saat ini,
namun lebih sulit diidentifikasi keberadaannya bila dibandingkan dengan
perangkap struktur. Kombinasi dari perangkap struktur dan stratigrafi lebih umum
ditemukan pada lapangan-lapangan di Cekungan Kutai. Perangkap hidrodinamik
36.4.6 Migrasi
Migrasi primer yang merupakan ekspulsi dari hidrokarbon dari batuan
induk yang telah matang dapat diperhitungkan dari beberapa metoda pendekatan,
seperti indeks plot silang kematangan produksi dan pemodelan kinetik. Dengan
menggunakan plot silang Ro-OPI, secara semu dapat terlihat bahwa hidrokarbon
terekspulsi pada Ro=0.7%. Pada Ro 1.2%, semua cairan dari hidrokarbon akan
terkonversi menjadi gas dan memicu migrasi sekunder. Model Kinetik
menunjukan bahwa efisiensi ekspulsi dari batuan induk yang berumur Miosen
berkisar antara 25% - 40%. Migrasi sekunder dari batuan induk menuju reservoir
kebanyakan dipengaruhi oleh strukturisasi yang intensif pada area tersebut.
Mekanisme yang dominan yakni migrasi vertikal sepanjang sistem patahan. Pada
beberapa area, ditemukan migrasi lateral. Rembesan minyak dan gas ditemukan
sepanjang Zona Patahan Saka Kanan-Loa Haur-Separi.