SISTEM TELEKOMUNIKASI
TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS UDAYANA
PERCOBAAN I
AMPLITUDE MODULATION (AM)
Nama
NIM
Kelompok
PERCOBAAN I
AMPLITUDE MODULATION (AM)
1.1 Tujuan
1. Dapat memvisualisasikan output sinyal modulasi AM.
2. Dapat mengukur modulation depth (m) yang berbeda-beda pada sinyal
AM Akan ditentukan efek dari nilai dari m yang berbeda (> 1, <1).
3. Mengetahui sinyal
sinyal modulasi
amplitudo.
4. Mengetahui karakteristik dari sinyal carrier dan sinyal informasi.
1.2
Peralatan
1.
Pesonal Computer
2.
UniTrain Board
3.
4.
Power Supply
5.
Kabel
Modulasi
amplitudo
menggunakan
dua
frekuensi
diskrit
untuk
menghasilkan spektrum frekuensi dengan frekuensi sisi atas dan bawah masingmasing terletak di atas dan di bawah frekuensi pembawa pada interval yang sesuai
dengan frekuensi modulasi.
Dengan proses modulasi, suatu informasi (biasanya berfrekuensi rendah)
bisa dimasukkan ke dalam suatu gelombang pembawa, biasanya berupa
gelombang sinus berfrekuensi tinggi. Terdapat tiga parameter kunci pada suatu
gelombang sinusoidal yaitu amplitudo, fase dan frekuensi. Ketiga parameter
tersebut dapat dimodifikasi sesuai dengan sinyal informasi (berfrekuensi rendah)
untuk membentuk sinyal yang termodulasi.
ITUT).
e. Untuk multiplexing, yaitu proses penggabungan beberapa sinyal informasi
untuk disalurkan secara bersama-sama melalui suatu kanal transmisi.
1.3.2
Sinyal Demodulasi
Sinyal demodulasi adalah proses pemisahan suatu sinyal modulasi yang
dibentuk kembali seperti aslinya dari suatu gelombang pembawa (carrier wave)
yang termodulasi oleh rangkaian. Alat untuk mendemodulasikan sinyal yang
termodulasi adalah demodulator. Pemisahan sinyal informasi dari sinyal pembawa
(carrier) dilakukan, karena sinyal pembawa (carrier) sudah tidak diperlukan lagi.
1.3.4
1.3.5
Modulation Depth
Salah satu parameter karakteristik yang paling penting dari modulasi
amplitudo adalah kedalaman modulasi "m", ditetapkan sebagai nilai absolut atau
%.
Kedalaman modulasi adalah perbandingan antara amplitudo sinyal transmisi dan
sinyal pembawa.
m=
UM
U C ..(1.3)
Spektrum Sinyal AM
m
m
Pt =P C 1+
=P C + P C
2
2
..(1.4)
PC m 2
2
sideband (LSB +USB). Dari persamaan tersebut, dapat diketahui bahwa lebar pita
frekuensi (bandwidth) dalam sebuah proses modulasi amplitudo (AM) adalah dua
kali frekuensi sinyal informasi.
1.3.7
Noise
Derau atau yang biasa disebut noise adalah suatu sinyal gangguan yang
bersifat akustik (suara), elektris, maupun elektronis yang hadir dalam suatu sistem
(rangkaian listrik/elektronika) dalam bentuk gangguan yang bukan merupakan
sinyal yang diinginkan. Faktor-faktor penyebab terjadinya noise adalah eksternal
noise dan internal noise.
6. Atur frekuensi sinyal carrier menjadi 350kHz dan voltage 100mV dengan
potensiometer. Tampilkan sinyal carrier pada osiloskop dengan parameter
sebagai berikut
Tabel 1.1 Parameter Sinyal Carrier
7. Ubah dan tampilkan frekuensi sinyal carrier menjadi 350 kHz, 200mV.
Bandingkan karakteristik sinyal carrier tersebut.
10. Lepas semua kabel jumper, lalu hubungkan A+ dengan HF out 1:1 dan
oscil pada AM Modulator.
11. Hubungkan A- pada Analog In dengan B- pada Analog In dan ground
Analog Out ke ground dari Hartley Oscillator.
12.
13.
1.4.3
10 /DIV X/T
Channel A
Channel B
(B)
500 mV/DIV AC
500 mV/DIV DC
Modulation Depth
OUT
Hubungkan ground Hartley Oscillator dan ground AM Modulator.
Hubungkan S pada Analog OUT dengan B+ pada Analog IN dan NF IN
Hubungkan A+ pada Analog IN dengan Oscil pada AMout
Hubungkan HFout pada Hartley Oscillator dengan Oscil pada AM
Modulator
10. Atur amplitudo sinyal berfrekuensi rendah menjadi 20%, 40% dan 80%.
Bandingkan output sinyal yang ditampilkan pada osiloskop.
11. Hubungkan A+ pada Analog IN dengan NF dan B+ Analog IN dengan
AMout pada AM Modulator
13. Atur modulation depth sebesar 30% ,60% dan 90% serta tampilkan pada
osiloskop dengan parameter berikut.
Tabel 1.5 Parameter Modulation Depth
1.4.4
10 /DIV X/T
Channel A
Channel B
(B)
200 mV/DIV DC
500 mV/DIV AC
Demodulation
1. Pasang modul SO4201-7L (Colpitts/Hartley Oscillator) dan modul
2.
3.
4.
5.
6.
Modulator
7. Hubungkan S pada Analog OUT dengan LF IN pada AM Modulator
8. Hubungkan S pada analog OUT dengan B+ analog IN
10. Ukur sinyal pada AM detektor "LFdemod" output dan analisis hasilnya.
Tampilkan sinyal tersebut pada osiloskop dengan parameter.
Tabel 1.6 Parameter Sinyal Demodulasi
Parameter
Time Base : 1 s/DIV
Channel A : 100 mV/DIV AC
Channel B : OFF
Trigger : A
Parameter
Time Base : 50 s/DIV
Channel A : 100 mV/DIV AC
Channel B : OFF
Trigger : A
Gambar 1.17 AM Informasi 10kHz
200mV
Parameter
Time Base : 50 s/DIV
Channel A : 100 mV/DIV AC
Channel B : 100 mV/DIV DC
Trigger : B
Parameter
Time Base : 100 s/DIV
Channel A : 1V/DIV AC
100 mV/DIV D
Channel B : 1V/DIV DC
Trigger : B
Parameter
Time Base : 100 s/DIV
Channel A : 1V/DIV AC
Channel B : 1V/DIV DC
Trigger : B
Parameter
Time Base : 100 s/DIV
Channel A : 1V/DIV AC
Channel B : 1V/DIV DC
Trigger : B
Parameter
Time Base : 10 s/DIV
Channel A : 200 mV/DIV DC
Channel B : 1V/DIV AC
Trigger : OFF
Parameter
Time Base : 10 s/DIV
Channel A :200 mV/DIV DC
Channel B : 1V/DIV AC
Trigger : OFF
Parameter
Time Base : 10 s/DIV
Channel A : 200 mV/DIV DC
Channel B : 1V/DIV AC
Trigger : OFF
Parameter
Time Base : 50 s/DIV
Channel A : 1V/DIV DC
Channel B : 1 V/DIV DC
Trigger : OFF
Parameter
Time Base : 50 s/DIV
Channel A : 1 V/DIV DC
Channel B : 1 V/DIV DC
Trigger : OFF
Melalui gambar tersebut dapat diartikan, jika terdapat dua sinyal carrier
dengan frekuensi yang sama, namun memiliki voltage yang berbeda, maka akan
terjadi perubahan pada besar amplitudonya. Semakin besar voltage-nya, semakin
besar pula amplitudonya.
1.6.2
Sinyal Informasi
Sinyal informasi adalah sinyal yang berisi informasi asli, dimana sinyal
tersebut akan ditransmisikan dengan ditumpangkan ke sinyal carrier dalam proses
modulasi. Sinyal informasi relatif memiliki frekuensi rendah. Hal tersebut
mengakibatkan sinyal informasi rentan terhadap noise. Sehingga sinyal informasi
harus ditumpangkan ke frekuensi yang tinggi (sinyal carrier) agar saat proses
transmisi sinyal informasi tidak mengalami gangguan. Melalui penumpangan
inilah, sinyal informasi dapat diterima oleh penerima dengan baik. Hasil
percobaan sinyal informasi terdapat pada gambar 1.30 berikut :
Dari gambar 1.30 dapat dilihat bahwa sinyal tersebut memiliki frekuensi
yang kecil. Kecilnya frekuensi dapat dilihat dari renggangnya jarak antar
gelombang. Hal ini menunjukkan bahwa sinyal informasi memiliki besar
frekuensi yang jauh lebih kecil dari sinyal carrier. Semakin renggang jarak antar
gelombang, semakin kecil frekuensinya, begitu juga sebaliknya. Besar kecilnya
frekuensi mempengaruhi besar kecilnya amplitudo. Semakin besar frekuensinya,
Keterangan :
Channel A (berwarna merah)
: Sinyal carrier
: Sinyal informasi
Dari gambar 1.31 terlihat bahwa dengan besar voltage yang sama, sinyal
informasi hanya berfrekuensi 10 kHz, sedangkan sinyal carrier mencapai 455
Sinyal Termodulasi X T
Sinyal termodulasi merupakan sinyal hasil modulasi yang mengandung
Keterangan :
Channel A (berwarna merah)
Channel B (berwarna biru)
: Sinyal carrier
: Sinyal informasi
Pada gambar 1.32 dapat dilihat pengaruh indeks modulasi terhadap bentuk
B A
x 100
B+ A
.(1.5)
BA
x 100
B+ A
10 B A
=
100 B+ A
1 B A
=
10 B+ A
B + A = 10B 10A
11A = 9B
= 9B
11 x 9 = 9B
99
= 9B
= 11
Jadi, dapat dianalisis jika nilai amplitudo minimum (A) diasumsikan sama
dengan 9, maka nilai amplitudo maksimum (B) yang didapat sama dengan 11,
pada indeks modulasi sebesar 10%.
2. Sinyal Termodulasi X-T 30%
Keterangan :
Channel A (berwarna merah)
: Sinyal carrier
: Sinyal informasi
Pada gambar 1.33 dapat dilihat pengaruh indeks modulasi terhadap bentuk
sinyal termodulasi. Indeks modulasi 30% pada sinyal termodulasi berarti
perbandingan antara amplitudo sinyal modulasi dan sinyal carrier adalah 30%.
Dengan perbandingan antara sinyal modulasi dan sinyal carrier sebesar 30%
maka diperoleh tampilan seperti pada gambar 1.33. Sesuai dengan rentang indeks
modulasi yaitu 0 < m < 1, maka indeks modulasi 30% pada sinyal termodulasi
gambar 1.35 tidak menunjukkan adanya indikasi overmodulasi.
Dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan dari sinyal termodulasi 10%
(gambar 1.32) dan sinyal termodulasi 30% (gambar 1.33). Indeks modulasi dapat
mempengaruhi bentuk sinyal termodulasi. Dengan indeks modulasi 10%, tampilan
gelombang memiliki amplitudo yang sangat kecil dan mendekati rata. Sinyal
dengan indeks modulasi 30% memiliki amplitudo lebih besar dan mulai terbentuk
gelombang sinusoidanya.
B A
x 100
B+ A
.(1.5)
BA
x 100
B+ A
30 B A
=
100 B+ A
3 B A
=
10 B+ A
3B + 3A = 10B 10A
13A = 7B
= 7B
13 x 9 = 7B
117
= 7B
= 16,7
Jadi, dapat dianalisis jika nilai amplitudo minimum (A) diasumsikan sama
dengan 9, maka nilai amplitudo maksimum (B) yang didapat sama dengan 16,7,
pada indeks modulasi sebesar 30%.
Keterangan :
Channel A (berwarna merah)
: Sinyal carrier
: Sinyal informasi
Pada gambar 1.34 dapat dilihat pengaruh indeks modulasi terhadap bentuk
sinyal termodulasi. Indeks modulasi 70% pada sinyal termodulasi berarti
perbandingan antara amplitudo sinyal modulasi dan sinyal carrier adalah 70%.
Dengan perbandingan antara sinyal modulasi dan sinyal carrier sebesar 70%
maka diperoleh tampilan seperti pada gambar 1.34. Sesuai dengan rentang indeks
modulasi yaitu 0 < m < 1, maka indeks modulasi 70% pada sinyal termodulasi
gambar 1.36 tidak menunjukkan adanya indikasi overmodulasi.
Untuk menghitung titik simpangan maksimum amplitudo (B) dan titik
minimum amplitudo (A) pada sinyal keluaran modulation depth display X-T
sebesar 10% dapat menggunakan persamaan 1.5.
%m=
B A
x 100
B+ A
.(1.5)
70 =
BA
x 100
B+ A
70 B A
=
100 B+ A
7 B A
=
10 B+ A
7B + 7A = 10B 10A
17A = 3B
= 3B
17 x 9 = 3B
153
= 3B
3B
= 153
= 51
Jadi, dapat dianalisis jika nilai amplitudo minimum (A) diasumsikan sama
dengan 9, maka nilai amplitudo maksimum (B) yang didapat sama dengan 51,
pada indeks modulasi sebesar 70%.
Dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan dari sinyal termodulasi 10%
(gambar 1.32), sinyal termodulasi 30% (gambar 1.33) dan sinyal termodulasi 70%
(gambar 1.34). Indeks modulasi dapat mempengaruhi bentuk sinyal termodulasi.
Dengan indeks modulasi 10%, tampilan gelombang memiliki amplitudo yang
sangat kecil dan mendekati rata. Sinyal dengan indeks modulasi 30% memiliki
amplitudo lebih besar dan mulai terbentuk gelombang sinusoidanya. Sedangkan
pada indeks modulasi 70%, gelombang memiliki amplitudo yang besar dan sangat
terlihat dengan jelas bentuk gelombang sinusoidanya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin besar nilai indeks
modulasi, amplitudo maksimum sinyal termodulasi akan semakin besar.
1.6.5
Sinyal Termodulasi X Y
Pada gambar 1.35 dapat dilihat pengaruh indeks modulasi terhadap bentuk
sinyal termodulasi. Indeks modulasi 20% pada sinyal termodulasi berarti
perbandingan antara amplitudo sinyal modulasi dan sinyal carrier adalah 20%.
Pengaruh indeks modulasi terhadap sinyal yang ditampilkan terlihat pada
frekuensi dan panjang gelombang sinyal. Dengan indeks modulasi 20%, tampilan
sinyal memiliki bentuk gelmbang yang sangat rapat dan panjang gelombang yang
sangat pendek. Selain itu, sekilas bentuk sinyal seperti bangun datar trapesium
yang dimiringkan. Sinyal ini tidak mengalami over modulasi karena nilai indeks
modulasi tidak melebihi 100%.
Untuk menghitung titik simpangan maksimum amplitudo (A) dan titik
minimum amplitudo (B) pada sinyal keluaran modulation depth display X-Y
sebesar 20%, menggunakan persamaan 1.6.
%m=
AB
x 100
A+ B
.(1.6)
AB
x 100
A +B
10 AB
=
100 A+ B
1 AB
=
10 A+ B
A + B = 10A 10B
11B = 9A
= 9A
11 x 5 = 9A
55
= 9A
9A
= 55
= 6,1
Jadi, dapat dianalisis jika nilai amplitudo minimum (B) diasumsikan sama
dengan 5, maka nilai amplitudo maksimum (A) yang didapat sama dengan 6,1
pada indeks modulasi sebesar 10%.
AB
x 100
A+ B
.(1.6)
50 =
AB
x 100
A +B
50 AB
=
100 A+ B
5 AB
=
10 A+ B
5A + 5B = 10A 10B
15B = 5A
= 5A
15 x 5 = 5A
75
= 5A
5A
= 75
= 15
Jadi, dapat dianalisis jika nilai amplitudo minimum (B) diasumsikan sama
dengan 5, maka nilai amplitudo maksimum (A) yang didapat sama dengan 15
pada indeks modulasi sebesar 50%.
%m=
AB
x 100
A+ B
.(1.6)
AB
x 100
A+B
80 AB
=
100 A+ B
8 AB
=
10 A+ B
= 2A
18 x 5 = 2A
90
= 2A
2A
= 90
= 45
Jadi, dapat dianalisis jika nilai amplitudo minimum (B) diasumsikan sama
dengan 5, maka nilai amplitudo maksimum (A) yang didapat sama dengan 45
pada indeks modulasi sebesar 80%.
Perbedaan bentuk sinyal karena pengaruh indeks modulasi sangat terlihat
pada indeks modulasi 20%, 50% dan 80%. Sehingga semakin besar perubahan
nilai indeks modulasi maka perubahan bentuk sinyal termodulasi akan semakin
jauh berbeda. Semakin besar indeks modulasi, maka nilai amplitude maksimum
akan semakin besar, frekuensi semakin renggang, gelombang semakin panjang,
serta bentuknya tidak lagi seperti trapesium melainkan mendekati bentuk bangun
datar segitiga.
1
1.6.6
Sinyal Demodulasi
Demodulasi merupakan kebalikan dari modulasi. Jika pada modulasi
Keterangan :
Channel A (berwarna merah)
: Sinyal carrier
: Sinyal informasi
Sinyal yang berwarna biru merupakan sinyal informasi dan sinyal yang
berwarna merah merupakan sinyal carrier. Frekuensi dari sinyal demodulasi 40%
ini tidak terlalu besar, hal tersebut dapat dilihat dari jarak antar gelombang yang
renggang. Semakin renggang jarak antar gelombang, maka semakin kecil
frekuensinya. Begitu juga sebaliknya, semakin rapat jarak antar gelombang, maka
semakin besar frekuensinya.
Keterangan :
Channel A (berwarna merah)
: Sinyal carrier
: Sinyal informasi
1.7
Simpulan
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa
tetap.
Proses
modulasi
amplitudo
dilakukan
dengan
cara