10e00490 PDF
10e00490 PDF
SKRIPSI
Oleh :
APRIANTO SIMAMORA
NIM. 060922045
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :
Nama
: Aprianto Simamora
NIM
: 060922045
Departemen
: Ilmu Komunikasi
Judul
Ketua Departemen,
ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudul Film Pornografi dan Gaya Hidup Remaja (Studi
Korelasional Tentang Pengaruh Film Pornografi Terhadap Gaya Hidup di
Kalangan Remaja di lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana film
pornografi berpengaruh terhadap gaya hidup para remaja di Lingkungan XX,
Kelurahan Kwala Bekala Medan serta untuk untuk mengetahui seberapa tinggi
minat dan frekwensi untuk menonton film pornografi di kalangan remaja yang ada
di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Sampel
dari penelitian ini adalah para remaja yang ada di Lingkungan XX, Kelurahan
Kwala Bekala Medan. Sampel sendiri berjumlah 36 orang yang diperoleh melalui
teknik penarikan sampel purposive sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan
karakteristik tertentu. Data penelitian diperoleh dari berbagai literatur serta
kuesioner yang berisikan 18 pertanyaan yang berkaitan dengan film pornografi
dan gaya hidup di kalangan remaja di lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala.
Kemudian data yang diperoleh, dianalisa dengan menggunakan analisa tabel
tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesis.
Untuk pengujian hipotesis peneliti menggunakan rumus korelasi koefisien
rank spearman, dan didapati hubungan yang cukup berarti. Dan ini menunjukkan
bahwa hipotesis alternatif diterima dengan H a = Terdapat hubungan antara Film
Pornografi terhadap gaya hidup para remaja di lingkungan XX, Kelurahan Kwala
Bekala Medan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film pornografi
mempengaruhi gaya hidup para remaja di lingkungan XX, Kelurahan Kwala
Bekala Medan.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas
berkat dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan
Kwala Bekala, Medan yang merupakan salah satu prasyarat untuk dapat meraih
gelar Sarjana Sosial dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M.Arif Nasution, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik.
2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A, selaku Kepala Departemen Ilmu
Komunikasi FISIP USU.
3. Ibu Dra.Dayana Manurung, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah
telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan
petunjuk, saran, dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
4. Bapak
5. Ibu
6. Ibu Yovita Sabarina, S.Sos, selaku Dosen Penasehat Akademik.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Aprianto Simamora
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN. .................................................................
ABSTRAK................................................................................................
ii
iii
DAFTAR TABEL........................................................................................
viii
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................
1.4.1.
Tujuan Penelitian
1.4.2.
Manfaat Penelitian..
1.5.1.
10
1.5.2.
11
1.5.3.
Film Pornografi
13
1.5.4.
Psikologi Perkembangan
15
1.5.5.
Remaja
16
1.5.6.
Karakteristik Remaja.
17
1.5.7.
19
21
22
22
23
1.9.1.
Variabel Bebas..
23
1.9.2.
Variabel Terikat
24
1.10. Hipotesis...
25
27
27
27
28
30
30
32
33
35
2.3.1
35
2.4 Remaja...
37
2.4.1
Psikologi Perkembangan.
39
2.4.2
Karakteristik Remaja...
41
2.4.3
44
47
47
47
48
51
3.2.1
51
3.2.2
Metode Penelitian
53
3.2.3
53
3.2.4
54
3.2.5
56
3.2.6
57
3.2.7
58
3.2.8
Uji Hipotesis...
58
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
60
60
61
63
63
65
76
81
81
82
83
84
85
86
4.6. Pembahasan
91
93
5.1. Kesimpulan..
93
5.2. Saran
93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
DAFTAR TABEL
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
1. Foltron Cobol
2. Tabel t
3. Kuesioner
4. Lembar Catatan Skripsi
5. Surat Ijin Penelitian
6. Daftar Riwayat Penulis
7. Crosstabs
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
dan mereproduksi pengetahuan dalam masyarakat. Saat ini, tingkat melek media
masyarakat Indonesia secara umum masih rendah sehingga terpaan dari media
massa masih sangat berkuasa penuh. Media semakin mengintervensi dan
menghegemoni kesadaran khalayak untuk ikut dalam arus utama dari realitas yang
ditampilkan media. Media massa yang selalu menjadi arena pertarungan
merupakan sebuah konstruksi sosial yang eksistensinya terbentuk melalui
interaksi berbagai tindakan agen dan struktur.
Media massa memang mengusung realitas simbolik, yakni ekspresi
simbolik dari apa yang dihayati sebagai realitas objektif. Kenyataan yang tidak
bisa dipungkiri, bahwa saat ini media massa telah menjadi suatu institusi
pelembaga yang paling efektif. Melalui realitas simboliknya, media massa
mengkonstruksi realitas subjektif. Berger dan Luckmann (dalam Hidayat, 2003 :
7-8) berpendapat bahwa realitas subjektif adalah konstruksi definisi realitas
seputar pasar yang dimiliki individu dan dikonstruksi melalui proses internalisasi.
Dalam rangkaian logika inilah, realitas simbolik untuk menampilkan
rubrik, gambar, atau program di dalam media massa yang membangkitkan
syahwat, libido, dan kecabulan harus dihentikan. Mengutip pendapat Berger dan
Luckmann (1990 : 75-76) bahwa ada dua konsekuesi dari realitas simbolik
pornografi di dalam media massa. Pertama, akan terjadinya pelembagaan jika
semua yang ditampilkan oleh media massa tentang pornografi akan membentuk
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
proses pembiasaan. Artinya, ucapan, gambar, atau pun perilaku yang berbau
pornografi di media massa kemudian diulangi dan akhirnya menjadi suatu pola
dan kemudian dipahami oleh khalayak konsumen media massa sebagai sesuatu
yang sudah seharusnya demikian. Kedua, realitas simbolik pornografi di media
massa akan melegitimasi berlakunya dogma neoliberalisme di dalam pasar media
massa yang mengklaim The greater the play of the market force, the greater the
freedom of the press ; The greater the freedom of the press, the greater the
freedom of audience choice. Dengan dalih kebebasan pers akan memberikan
kesempatan lebih banyak bagi kebebasan memilih yang dimiliki khalayak
konsumen media, maka banyak media yang kemudian menghalalkan pornografi
sebagai menu utama jualannya.
Peran media massa dalam kehidupan sosial, terutama dalam masyarakat
modern tidak ada yang menyangkal, menurut McQuail dalam bukunya Mass
Communication Theories (2000 : 66), ada enam perspektif dalam hal melihat
peran media. Pertama, melihat media massa sebagai window on event and
experience. Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak
melihat apa yang sedang terjadi di luar sana. Atau media merupakan sarana
belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa. Kedua, media juga sering dianggap
sebagai a mirror of event in society and the world, implying a faithful reflection.
Cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia, yang merefleksikan
apa adanya. Karenanya, para pengelola media sering merasa tidak bersalah jika isi
media penuh dengan kekerasan, konflik, pornografi dan berbagai keburukan lain,
karena memang menurut mereka faktanya demikian, media hanya sebagai refleksi
fakta, terlepas dari suka atau tidak suka. Padahal sesungguhnya, arah dari isi yang
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
dianggap sebagai cermin realitas tersebut diputuskan oleh para profesional media,
dan khalayak tidak sepenuhnya bebas untuk mengetahui apa yang mereka
inginkan.
Ketiga, memandang media massa sebagai filter yang menyeleksi berbagai
hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih isu, informasi
atau bentuk content yang lain berdasar standar para pengelolanya. Di sini
khalayak dipilihkan oleh media tentang apa-apa saja yang layak diketahui dan
mendapat perhatian. Keempat, media massa acapkali pula dipandang sebagai
guide, penunjuk jalan atau interpreter, yang menerjemahkan dan menunjukkan
arah atas berbagai ketidakpastian, atau alternatif yang beragam.
Kelima, melihat media massa sebagai forum untuk mempresentasikan
berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak, sehingga memungkin terjadinya
tanggapan dan umpan balik. Keenam, media massa sebagai interlocutor, yang
tidak hanya sekadar tempat berlalu lalangnya informasi, tetapi juga partner
komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif. Pendeknya,
semua itu ingin menunjukkkan peran media dalam kehidupan sosial bukan
sekedar sarana diversion, pelepas ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan informasi
yang disajikan, mempunyai peran yang signifikan dalam proses sosial.
Isi media massa merupakan konsumsi otak bagi khalayaknya, sehingga
apa yang ada di media massa akan mempengaruhi realitas subjektif pelaku
interaksi sosial. Gambaran tentang realitas yang dibentuk oleh isi media massa
inilah yang nantinya mendasari respon dan sikap khalayak terhadap berbagai
objek sosial. Informasi yang salah dari media massa akan memunculkan
gambaran yang salah pula terhadap objek sosial itu. Karenanya media massa
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
kelompok teman sebaya adalah besar. Pada diri remaja, pengaruh lingkungan
dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat.
Masalah pornografi sebenarnya bukan merupakan fenomena baru. Akan
tetapi belakangan ini menjadi persoalan yang sangat serius karena masyarakat
mulai merasakan dampak negatifnya. Lebih-lebih ketika pro-kontra terhadap
RUU Pornografi marak dilakukan berbagai komponen masyarakat di Indonesia,
serta penolakan masyarakat atas diterbitkannya edisi perdana majalah Playboy
edisi Indonesia (April 2006). Kebebasan pers yang diberikan pemerintah pada
awal reformasi (pada tahun 1999) ternyata mengundang perilaku tidak
bertanggung jawab dari sebagian masyarakat yang kemudian menerbitkan produk
pornografi (terutama media massa cetak). Mereka melakukannya hanya untuk
mengejar keuntungan pribadi (bisnis), tanpa memikirkan aspek sosial dan moral.
Produk pornografi itu antara lain dapat berupa tabloid, majalah, buku
bacaan, televisi, radio, dan terutama adalah produk pornografi dalam bentuk
peredaran VCD (video compact disk). Kasus pelecehan seksual, perkosaan, dan
kekerasan seksual lainnya yang meningkat frekuensi dan intensitasnya dalam
kehidupan masyarakat ditengarai disebabkan oleh maraknya pornografi. Di lain
hal, penanganan kasus pornografi sering kali kandas karena belum adanya batasan
yang jelas tentang pornografi. Akibatnya ialah seolah-olah pornografi tidak dapat
diberantas. Hornby memberikan definisi bagi pornografi sebagai berikut,
pornografi merupakan substansi dalam media atau alat komunikasi yang dibuat
untuk menyampaikan gagasan yang mengekploitasi seksual, kecabulan, atau
erotika di muka umum atau bisa dikatakan sesuatu yang cabul yang berbentuk
tulisan atau gambar (Hornby, 1974 : 649). Pornografi esensinya bermasalah
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
masalah ialah bahwa perdebatan itu acap kali berlangsung dengan cara yang
terlalu menyederhanakan persoalan. Orang, misalnya, dengan mudah saja
berargumen bahwa pelarangan pornografi bertentangan dengan kebebasan
berekspresi dan hak asasi manusia. Atau pengekangan pornografi adalah
pengekangan terhadap hak perempuan. Argumen itu kerap kali dikemukakan
dengan sangat dangkal sehingga dapat menyesatkan bila tidak dipahami dalam
konteks yang lebih luas dan mendalam. Celakanya, karena rangkaian argumen itu
terus diulang oleh beragam media massa (baik elektronik maupun cetak), ia
menjadi semacam mitos kosong yang dipercaya masyarakat. Maka persepsi publik
tersebut telah menjustifikasi dan turut mengukuhkan industri pornografi di negeri
ini. Lalu ketika pornografi tumbuh kembang tanpa kendali, beragam masalah
sosial kemasyarakatan yang telah menimpa negara yang sudah lebih dahulu
membiarkan pornografi berkembang akan berulang di Tanah Air.
Berdasarkan uraian-uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh
film pornografi terhadap gaya hidup remaja. Untuk mengetahuinya, maka peneliti
mengambil objek penelitian pada remaja-remaja yang berdomisili di Lingkungan
XX, Kelurahan Kwala Bekala, Medan.
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
1.3.
Pembatasan Masalah
Penelitian merupakan karya imiah, oleh karena itu hasil yang diperoleh
haruslah akurat dan tepat serta sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Agar
penelitian menghasilkan suatu temuan yang konkrit dan sistematis maka harus ada
pembatasan dari permasalahan yang akan dibahas. Untuk itu peneliti membuat
batasan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :
a. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang ditujukan untuk
mengetahui pengaruh film pornografi dengan gaya hidup remaja di
Kelurahan Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor.
b. Penelitian ini hanya ditujukan bagi remaja yang usianya berkisar 14-24
tahun dan belum pernah menikah.
c. Objek dalam penelitian ini terbatas hanya pada remaja yang pernah
menonton film pornografi.
d. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2009 Agustus 2009.
1.4.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Kerangka Teori
Suatu penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir
dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka
teori yang memuat pokok-pokok yang menggambarkan dari sudut mana masalah
penelitian akan disorot (Nawawi 1995 : 39).
Pada dasarnya teori menurut Turner (dalam Nurudin 2003 : 152) adalah
cerita tentang bagaimana dan mengapa sesuatu itu terjadi. Ada pun teori yang
dianggap relevan dalam penelitian ini adalah teori S-O-R sebagai teori utama,
dimana penelitian difokuskan kepada pengaruh film pornografi terhadap gaya
hidup remaja. Sedangkan teori pendukung dalam penelitian ini adalah komunikasi
dan komunikasi massa, film pornografi, psikologi perkembangan, remaja,
karakteristik remaja dan gaya hidup.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
rangsangan atau atau dorongan berupa pesan, Organism yakni manusia atau
seorang penerima, Responsive yakni reaksi, efek, pengaruh, atau tanggapan.
Dalam prinsip S-O-R secara gamblang dijelaskan tentang sebuah proses
belajar dimana efek adalah suatu reaksi khusus yang timbul akibat stimulus atau
rangsangan tertentu. Artinya bahwa orang-orang dapat memprediksi keterkaitan
yang erat antara pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa terhadap
reaksi yang akan muncul dalam diri penerima akibat pesan tersebut.
1.5.2. Komunikasi dan Komunikasi Massa
Setiap manusia yang hidup dalam mayarakat, sejak bangun tidur sampai
tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Terjadinya
komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial (social relations).
Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu
sama lain yang karena berhubungan menimbulkan interaksi sosial (social
interaction).
Terjadinya
interaksi
sosial
disebabkan
interkomunikasi
Harold
Lasswel
(dalam
Mulyana,
2002
62)
untuk
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
3. to persuate (mengajak)
4. to entertaint (menghibur)
Sebagaimana
diketahui,
komunikasi
massa
adalah
pesan
yang
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem
proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya.
Kata pornografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas dua suku kata :
Porneia dan Grafe. Porneia: a prostitude; Grafe : to write. Pornographos :
writing about prostitutes (tulisan atau penggambaran mengenai pelacur atau
pelacuran) (Tjipta Lesmana, 1995:69).
Pornografi itu sendiri belum dapat dijadikan satu referensi menyeluruh
bagi semua pihak dalam memberikan defenisi baku tentang pornografi. Bahkan
mengenai defenisi pornografi dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
44 Tahun 2008 tentang Pornografi banyak mengundang kontroversi dari berbagai
kalangan. Defenisi pornografi dalam Undang-Undang Pornografi tersebut tertuang
dalam pasal 1 huruf a; Pornografi adalah materi seksualitas yang dibuat oleh
manusia dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar
bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan
komunikasi lain melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan
di muka umum, yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan/atau melanggar
nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat. Catharine MacKinnon seorang feminis
dan professor hukum dari University of Michigan memberikan definisi yang
singkat, namun sangat lugas sekali Pornography has a central role in
institutionalizing a subhuman, victimized, second-class status for women. Begitu
juga
dengan
Susan
Brownmiller
yang
memberi
defenisi
pornografi,
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
the humanity of women, so that acts of aggression are viewed less seriously, and
to encourage aggression (www.internet explorer.com, 27 Mei 2009).
Dengan demikian, pengertian film pornografi adalah suatu karya cipta
dengan menggunakan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan asas
sinematografi yang melibatkan pekerja-pekerja film dan berisi serangkaian
gambar-gambar bergerak yang penuh dengan adegan-adegan ketelanjangan dan
kecabulan yang dapat membangkitkan hasrat seksual serta melanggar nilai-nilai
kesusilaan dalam masyarakat.
1.5.4. Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan yaitu psikologi yang mempelajari tentang
perkembangan psikis manusia dimulai dari masa bayi higga ke masa tua yang
mencakup, psikologi anak, psikologi remaja, psikologi orang dewasa, dan
psikologi orang tua (Walgito, 2002 : 116). Dalam hal ini, yang menjadi fokus
penelitian penulis adalah bidang psikologi remaja. Khususnya pada diri remaja,
proses perubahan itu merupakan suatu hal yang harus terjadi oleh karena dalam
proses pematangan kepribadiannya, remaja sedikit demi sedikit muncul ke
permukaan sifat-sifatnya
yang
sesungguhnya
harus
berbenturan dengan
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Biasanya, masalahnya adalah jika seorang remaja tidak berhasil mengatasi situasisituasi yang kritis dalam rangka konflik peran itu karena ia terlalu mengikuti
gejolak emosinya, maka besar kemungkinan ia akan terperangkap ke jalan yang
salah. Seperti mengkonsumsi obat terlarang, pelaku seks bebas, dan yang lainnya.
Hal ini sering kali disebabkan karena kurang adanya kemampuan remaja untuk
mengarahkan emosinya.
1.5.5. Remaja
Secara etimologi, kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere
yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko,1984 dalam Rice, 1990).
Papalia dan Olds (2001) mendefinisikan masa remaja sebagai masa transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya
dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan atau awal
dua puluhan tahun. Sedangkan menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan
dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun.
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang
batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang
dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan, ternyata tidak lagi cocol sebagai
patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja, sebab usia pubertas yang
dahulu terjadi pada usia belasan (15-18 tahun) kini terjadi pada awal belasan
bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah
(atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan
sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di
saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang
perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir hampir tidak
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Tabel 1
Karakteristik Remaja
Remaja Awal
Remaja Akhir
(11-15 Tahun)
(16-24 Tahun)
Fisik
berlangsung pesat.
badan
lebih
seimbang
mendekati
Siap
bulu
pada
public
region,
otot
berfungsinya
organ-organ
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
disertai
mulai
aktifnya
kelenjar
jenis
kelamin
kurang terkoordinasikan.
Aktif dalam berbagai jenis cabang
permainan.
lebih
selektif
dan
terbatas
pada
Bahasa
Berkembangnya penggunaan bahasa
bahasa asing.
Menggemari
Menggemari
literatur
literatur
yang
yang
bernafaskan dan mengandung nilai-
Perilaku Kognitif
Proses
berfikir
sudah
mampu
Sudah
mampu
mengoperasikan
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
formal
kemampuan
(asosiasi,
diferensiasi,
membuat
generalisasi
komprehensif.
Tercapainya titik puncak kedewasaan
Kecenderungan
menujukkan
mencapai
kecenderungan-
bakat
titik
tertentu
puncak
dan
kemantapannya.
Perilaku Sosial
Diawali
dengan
kecenderungan
kepada
kelompok
sebaya
disertai
Sudah
dapat
memisahkan
antara
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
nuraninya.
Mengidentifikasi
moralitas
yang
dengan
tokoh
dipandang
tepat
yang
harus
dirundingkan
dengan
orang tuanya.
Perilaku Keagamaan
Mengenai
eksistensi
sifat
dipertanyakan
dan
secara
dan
kritis
dan
skeptis.
dihayati
kepercayaan
menurut
atau
sistem
agama
yang
dianutnya.
Penghayatan kehidupan keagamaan
sehari-hari
dilakukan
pertimbangan
adanya
atas
semacam
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
dirinya.
Masih
mencari
dan
mencoba
Sudah
menunjukkan
arah
arah kecenderungannya.
Reaksi-reaksi
dan
ekspresi
Reaksi-reaksi
dan
emosionalnya
tampak
terkendali
dapat
dirinya.
dan
ekspresi
mulai
menguasai
arah
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
kurang puas dengan hubungan seksual yang normal dan masuk ke dalam
pornografi yang semakin dan semakin brutal, biasanya guna memperoleh tingkat
sensasi dan gairah yang sama; (3) hilangnya kepekaan moral, di mana ia tidak lagi
memiliki kepekaan moral terhadap tayangan-tayangan yang tidak wajar, yang
tidak sah, yang menjijikkan, yang menyesatkan,
menikmatinya sebagai tayangan yang dapat diterima dan mulai memandang orang
lain sebagai obyek; (4) pelampiasan, di mana khayalan diwujudkan dalam
tindakan nyata yang jahat. Film pornografi juga dapat mendorong para remaja
untuk menjadi lebih konsumtif karena film pornografi memiliki kekuatan untuk
menawarkan kepada para remaja untuk dapat memiliki sex appeal (daya tarik
seks).
1.6.
Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
terikat (Nawawi, 1995 : 57). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah film
pornografi.
atau muncul yang ditentukan oleh adanya variabel bebas dan bukan karena adanya
variabel lain (Nawawi, 1995 : 57). Variabel terikat merupakan gabungan dari
model dan perilaku. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah gaya hidup
remaja yang tinggal di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala, Kecamatan
Medan Johor.
1.7. Model Teoritis
Adapun model teoritis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Bebas (X)
Film Pornografi
Variabel Operasional
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
1. Gaya Bergaul
2. Gaya Berbicara
3. Gaya Berpacaran
4. Gaya Berpakaian
5. Gaya Rambut
1. Jenis Kelamin
2. Usia
Karakteristik Responden
3. Pekerjaan
4. Penghasilan Orangtua
5. Tingkat Pendidikan
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
2. Gaya berbicara, yaitu gaya dalam mengeluarkan suara dengan kata-kata dari
dalam mulut.
3. Gaya berpacaran, yaitu gaya dalam menjalin hubungan kasih dengan lawan
jenis.
4. Gaya rambut, gaya yang dibuat untuk membuat variasi di kepala dengan
rambut.
5. Gaya berpakaian, yaitu gaya dalam mengenakan busana dalam kehidupan
sehari-hari.
Karakteristik Responden
1. Jenis kelamin, yaitu jenis kelamin para responden.
2. Usia, yaitu tingkatan umur para responden.
3. Pekerjaan, yaitu mata pencaharian para responden.
4. Penghasilan, yaitu pendapatan yang diperoleh para responden.
5. Tingkat Pendidikan, yaitu jenjang pendidikan para responden.
1.10. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan
antara dua variabel atau lebih. Menurut Champion dalam Rakhmat (2005 : 14),
hipotesis adalah penghubung antar teori dengan dunia empiris.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H0 : Tidak terdapat hubungan antara menonton film pornografi terhadap gaya
hidup remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala, Medan.
Ha : Terdapat hubungan antara menonton film pornografi terhadap gaya hidup
remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala, Medan.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
BAB II
URAIAN TEORITIS
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Pesan (stimulus, S)
Komunikan (organism, O)
Efek (Response, R)
Hovland, Janis dan Kelly (1953) mengatakan bahwa proses perubahan
perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku
tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Stimulus
Organisme :
- perhatian
- pengertian
- penerimaan
Respon
(Perubahan sikap)
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin
diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian
dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan
inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan
menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
(Message)
- Media
(Channel)
-Komunikan
- Efek
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
komunikasi
massa
itu
melibatkan
lembaga,
dan
identitasnya.
Sedangkan
dalam
komunikasi
massa,
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
komunikator
tidak
mengenal
komunikan,
karena
komunikasinya
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
media (lisan, tulisan, visual, audio visual) perlu dikaji melalui metode tertentu
yang bersifat analisis psikologi adalah kekuatan sosial yang merupakan hasil kerja
dan berkaitan dengan watak serta kodrat manusia. Sedangkan analisis sosial
adalah peristiwa sosial yang terjadi akibat komunikasi massa dengan peggunaan
media massa yang sangat unik serta kompleks.
Donald K. Robert (Komala, dalam Karlina, dkk. 1999) mengungkapkan,
ada yang beranggapan bahwa efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah
diterpa pesan media massa. Oleh karena fokusnya pesan, maka efek harus
berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa.
Dalam proses komunikasi, pesan dalam media massa tersebut dapat
menerpa seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,
Stamm (1990) menyatakan bahwa efek komunikasi massa terdiri atas primary
effect dan secondary effect.
Menurut Steven M. Chaffe (pada Betty-Soemarit, dalam Karlina, dkk.
1999) efek media massa dapat dilihat dari tiga pendekatan. Pendekatan pertama
adalah efek media massa yang berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri.
Pendekatan kedua adalah dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri
khalayak komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan dan perilaku
atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif dan behavioral.
Pendekatan ketiga yaitu observasi terhadap khalayak (individu, kelompok,
organisasi, masyarakat, atau bangsa) yang dikenai efek komunikasi massa.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
layar
dengan
memutarnya
dalam
kecepatan
tertentu
sehingga
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Asal kata pornografi sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang terdiri
atas dua suku kata : Porneia dan Grafe. Porneia: a prostitude; Grafe : to write.
Pornographos : writing about prostitutes (tulisan atau penggambaran mengenai
pelacur atau pelacuran) (Lesmana, 1995:69). Hornby memberikan definisi bagi
pornografi sebagai berikut, pornografi merupakan substansi dalam media atau alat
komunikasi yang dibuat untuk menyampaikan gagasan yang mengekploitasi
seksual, kecabulan, atau erotika di muka umum atau bisa dikatakan sesuatu yang
cabul yang berbentuk tulisan atau gambar (Hornby, 1974 : 649).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2008 mengenai
Pornografi memberikan pengertian pornografi dalam pasal 1, ayat 1, huruf a, yang
bunyinya sebagai berikut : Pornografi adalah materi seksualitas yang dibuat oleh
manusia dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar
bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan
komunikasi lain melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan
di muka umum, yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan/atau melanggar
nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat. Sedangkan Websters Dictionary
memberikan defenisi tentang pornografi sebagai berikut :
a. Tulisan, gambar/rekaman tentang seksualitas tentang seksualitas yang tidak
bermoral.
b. Bahan/materi yang menonjolkan seksualitas secara eksplisit terang-terangan
untuk membangkitkan gairah seksual.
c. Tulisan atau gambar yang dimaksudkan untuk membangkitkan nafsu berahi
orang yang melihat atau membaca
d. Tulisan atau penggambaran mengenai pelacuran
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Remaja
Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolesence, berasal dari
bahasa latin, adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai
kematangan. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang masa puber
dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan.
Anak dianggap dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi.
Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki
arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik
(Hurlock, 1991). Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang
mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu
menjadikan dirinya terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana
anak tidak merasa dirinya, berada di bawah tingkat orang yang lebih tua
melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar dalam masalah hak. Memasuki
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek, lebih atau kurang dari usia
pubertas.
Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek
intelektual. Transformasi intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinkan
mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat
dewasa, tapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua
periode perkembangan (Shaw dan Contanzo, 1985).
Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah
tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi juga belum dapat diterima secara
penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja berada di antara anakanak dan dewasa. Oleh karena itu, remaja dikenal dengan fase mencari jati diri
atau fase topan dan badai. Remaja masih belum mampu menguasai dan
memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya (Monks, dkk,
1989). Namun yang perlu ditekankan di sini adalah fase remaja merupakan fase
perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari
aspek kognitif, emosi, maupun fisik.
Perkembangan intelektual yang terus-menerus menyebabkan remaja
mencapai tahap
mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanya daripada sekedar melihat
apa adanya. Kemampuan intelektual seperti membedakan fase remaja dari fasefase sebelumnya (Shaw dan Contanzo, 1985).
WHO juga memberikan definisi dalam tiga kriteria yaitu biologis,
psikologis, dan sosial-ekonomi. Sehingga secara lengkap definisi tersebut
berbunyi sebagai berikut :
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
perkembangan
adalah
psikologi
yang
membicarakan
perkembangan psikis manusia dari masa bayi sampai tua yang mencakup,
psikologi anak (mencakup masa bayi), psikologi remaja, psikologi orang dewasa,
dan psikologi orang tua (Walgito, 2002 : 116). Dalam hal ini yang menjadi dalam
penelitian penulis adalah psikologi remaja. Khususnya pada diri remaja, proses
pematangan kepribadiannya, remaja sedikit demi sedikit memunculkan ke
permukaan sifat-sifatnya
yang
sesungguhnya
harus
berbenturan dengan
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
lain, dimana harus menjalani masa transisi dalam masa yang cukup panjang.
Biasanya, masalahnya adalah jika seorang tidak berhasil mengatasi situasi-situasi
yang kritis dalam rangka konflik peran itu, karena ia terlalu mengikuti gejolak
emosinya, maka besar kemungkinan ia akan terperangkap ke jalan yang salah.
Seperti mengkonsumsi obat terlarang, seks bebas, dan yang lainnya. Hal ini sering
kali disebabkan oleh kurang adanya kemampuan remaja untuk mengarahkan
emosinya.
G.S. Hall (dalam Sarwono, 1997 : 23), membagi perkembangan manusia
dalam empat tahap yang mencerminkan tahapan-tahapan perkembangan manusia
sebagai berikut :
1. Masa kanak-kanak (infancy) : 0-4 tahun, mencerminkan tahap hewan
dari evolusi umat manusia.
2. Masa anak-anak (childhood) : 4-8 tahun, mencerminkan masa manusia
liar, manusia yang masih menggantungkan hidupnya pada berburu dan
mencari ikan.
3. Masa muda (youth atau preadolescence) : 8-12 tahun, mencerminkan
era manusia sudah agak mengenal kebudayaan, tetapi masih tetap
setengah liar (semi-barbarian).
4. Masa remaja (adolescence) : 12-25 tahun, yaitu masa topan dan badai
(storm and drang), yang mencerminkan kebudayaan modern yang
penuh gejolak akibat pertentangan nilai-nilai.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
pria
mencoba
merokok
karena
sering
melihat
orang
dewasa
melakukannya.
Oleh karena itu, yang amat penting bagi remaja adalah memberikan
bimbingan kepada mereka agar rasa ingin tahunya yang tinggi dapat terarah
kepada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif, dan produktif. Misalnya ingin
menjelajahi alam sekitar untuk kepentingan penyelidikan atau ekspedisi. Jika
keinginan semacam itu mendapat bimbingan dan penyaluran yang baik, akan
menghasilkan kreatifitas remaja yang sangat bermanfaat, seperti kemampuan
membuat alat-alat elektronika untuk kepentingan komunikasi, menghasilkan karya
ilmiah yang berbobot, menghasilkan kolaborasi musik dengan teman-temannya,
dan sebagainya. Jika tidak, dikhawatirkan dapat menjurus kepada kegiatan atau
perilaku negatif, misalnya mencoba memakai narkoba, minum-minuman alkohol,
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
penyalahgunaan obat terlarang atau perilaku seks bebas yang berakibat kehamilan
di luar pernikahan (Soekanto, 1989).
Remaja pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang begitu tinggi
sehingga seringkali mereka ingin mencoba, mengkhayal dan merasa gelisah serta
berani melakukan pertentangan jika mereka merasa disepelekan atau tidak
dianggap. Untuk itu, mereka sangat memerlukan keteladanan, konsistensi, serta
komunikasi yang tulus dan empatik dari orang dewasa.
2.4.3. Gaya Hidup Remaja
Semua jenis media, baik itu internet, televisi, film, ponsel maupun
majalah, berpengaruh besar terhadap gaya hidup remaja masa kini. Kebanyakan
media menginformasikan tentang gaya hidup remaja perkotaan, yang sebenarnya
sudah terimbas pada gaya hidup modern. Masa remaja adalah masa pencarian
identitas. Remaja mulai mencari gaya hidup yang pas dan sesuai dengan selera.
Remaja juga mulai mencari seorang idola atau tokoh identifikasi yang bisa
dijadikan panutan, baik dalam pencarian gaya bicara, gaya berpakaian, gaya
rambut, gaya berpacaran sampai gaya bergaul. Kotler (1997:159) mendefinisikan
gaya hidup itu sebagai pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam
aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri
seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya.
Arus globalisasi dan modernisasi yang tidak dapat dibendung menjadikan
para remaja kehilangan arah serta kontrol. Jalaluddin Rakhmat (dalam Subandy,
1997 : 39) kemudian memperlihatkan kemungkinan pengaruh teknologi informasi
pada perubahan perilaku sosial di kalangan remaja. Bukan tidak mungkin
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
mewarnai gaya hidup, karena tanpa disadari isi media dapat mempengaruhi
struktur kognitif dan afektif para remaja.
Fim pornografi merupakan salah satu akibat dari arus globalisasi yang
dengan sangat mudah dapat diakses oleh remja saat ini, kini hal itu sudah mulai
memperlihatkan ancaman terhadap gaya hidup remaja masa kini. Cline (1996)
mengemukakan empat dampak progresif dari film pornografi: (1) kecanduan, di
mana hasrat untuk menikmati tayangan-tayangan pornografi membuat orang
kehilangan penguasaan diri; (2) meningkatnya nafsu liar, di mana orang menjadi
kurang puas dengan hubungan seksual yang normal dan masuk ke dalam
pornografi yang semakin dan semakin brutal, biasanya guna memperoleh tingkat
sensasi dan gairah yang sama; (3) hilangnya kepekaan moral, di mana ia tidak lagi
memiliki kepekaan moral terhadap tayangan-tayangan yang tidak wajar, yang
tidak sah, yang menjijikkan, yang menyesatkan,
menikmatinya sebagai tayangan yang dapat diterima dan mulai memandang orang
lain sebagai obyek; (4) pelampiasan, di mana khayalan diwujudkan dalam
tindakan nyata yang jahat. Film pornografi juga dapat mendorong para remaja
untuk menjadi lebih konsumtif karena film pornografi memiliki kekuatan untuk
menawarkan kepada para remaja untuk dapat memiliki sex appeal (daya tarik
seks).
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
parodi
terhadap
judul
film
biasa
(www.wikipedia.com/film
pornografi
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
mereka, namun disalahgunakan oleh sebagian orang. Seperti film porno berdurasi
singkat yang dibuat oleh Sukma Ayu (Alm) dan B'jah The Fly yang beredar.
Sarah Azhari, Rachel Maryam, Shanty dan beberapa selebriti lainnya pun, sempat
menggegerkan atas aktivitas mereka di kamar mandi yang diambil secara
sembunyi-sembunyi (candid camera). Dan yang paling fenomenal adalah
hubungan intim Maria Eva dan Yahya Zaini, yang pada awalnya untuk dokumen
pribadi, namun harus menjadi konsumsi umum oleh pihak yang tidak bertanggung
jawab (www.wikipedia.com/film pornografi/20 Maret 2009).
3.2.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Pendidikan
Jenis
Kelamin
Pekerjaan
Jenis
Kelamin
Jumlah
Usia
04-10
tahun
T.Sekolah
SD
SMP
11-13
T.Sekolah
SD
SMP
tahun
14-17
tahun
18-24
tahun
25-40
tahun
T.Sekolah
SD
SMP
SMA
T.Sekolah
SD
SMP
SMA/SMK
Akademi
Universitas
T.Sekolah
SD
SMP
SMA
Lk
Pr
8
41
14
43
9
21
9
10
Tidak Bekerja
Pelajar/Mahasiswa
Wiraswasta
PNS/BUMN
TNI/POLRI
Karyawan Swasta
Tidak Bekerja
Pelajar/Mahasiswa
Wiraswasta
PNS/BUMN
TNI/POLRI
Karyawan Swasta
Tidak Bekerja
Pelajar/Mahasiswa
Wiraswasta
PNS/BUMN
TNI/POLRI
Karyawan Swasta
Lk
Pr
8
41
14
43
22
84
30
19
49
34
30
64
9
25
13
10
53
27
17
17
9
21
2
3
43
1
8
1
3
52
5
10
Tidak Bekerja
Pelajar/Mahasiswa
Wiraswasta
PNS/BUMN
TNI/POLRI
Karyawan Swasta
1
28
14
2
10
26
2
36
15
22
45
Tidak Bekerja
Pelajar/Mahasiswa
Wiraswasta
PNS/BUMN
1
4
75
1
68
2
16
4
69
6
91
5
12
25
50
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
> 40 tahun
Akademi
Universitas
10
21
14
13
TNI/POLRI
Karyawan Swasta
4
32
20
4
52
T.Sekolah
SD
SMP
SMA
Akademi
Universitas
43
44
20
13
17
9
18
Tidak Bekerja
Pelajar/Mahasiswa
Wiraswasta
PNS/BUMN
TNI/POLRI
Karyawan Swasta
12
17
29
4
20
47
24
3
6
10
20
57
44
3
11
Jumlah
733
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Populasi
Lingkungan XX
Jalan Lingga Raya
40
Gang Bancin
24
Gang Methodist
Gang Bangun
16
Gang Rezeki
21
Gang Gurusinga
10
Gang Garu
Jalan Unika
21
Jumlah
145
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Sampel
dalam pengertian yang sederhana dapat diartikan sebagai bagian dari populasi
yang menjadi data sebenarnya dalam suatu penelitian (Rakhmat, 2005 : 79).
Berdasarkan data populasi yang ada yaitu sebanyak 145 orang remaja, maka
untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Arikunto, apabila subjek
kurang dari seratus orang lebih baik diambil diambil hingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Namun, jika subjeknya lebih dari 100 orang dapat
diambil sampel antara 10-15% atau 20-25 %, atau dapat lebih. Sedangkan untuk
penelitian korelasional tidak dibutuhkan banyak sampel, cukup berkisar antara 50100 orang saja (Arikunto, 1998 : 20). Berdasarkan pendapat Arikunto di atas,
maka peneliti mengambil sampel sebanyak 25% dari jumlah populasi, dan
hasilnya adalah 145
25
= 36,25 orang. Selanjutnya, jumlah sampel yang
100
diambil dalam penelitian ini adalah 36 orang. Untuk penentuan responden dalam
penelitian ini digunakan teknik proposional random sampling, dengan rumus :
n=
n1 n 2
N
Dimana :
N : jumlah populasi remaja
n 1 : jumlah sampel
n 2 : jumlah populasi remaja di setiap gang/jalan
n : jumlah sampel di setiap gang/jalan
Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dihitung sampel yang terpilih di
setiap gang/jalan sebagai berikut :
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Nama
Tabel 6
Jumlah Sampel
Populasi Remaja
Penarikan
Gang/Jalan
Sampel
Sampel
Lingga Raya
40
40 36
145
10
Bancin
21
21 36
145
Methodist
9 36
145
Bangun
4 36
145
Rejeki
21
21 36
145
Gurusinga
10
10 36
145
Garu
16
16 36
145
UNIKA
24
24 36
145
Total
145 orang
36 orang
Purposive Sampling
Merupakan sampling yang dihitung dengan kriteria-kriteria tertentu yang
ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian (Nawawi, 1985 : 185). Kriteria
sampelnya adalah para remaja yang tinggal di Lingkungan XX,
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
b. Analisa tabel silang merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk
menganalisa dan mengetahui apakah variabel yang satu mempunyai
hubungan dengan variabel lainnya.
3.2.8. Uji Hipotesis
Uji hipotesis merupakan suatu cara untuk mengetahui apakah hipotesa
yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Untuk mengujinya
digunakan metode korelasi yang berguna untuk menentukan suatu beserta variabel
tertentu tergantung variabel lain. Simbol korelasi untuk sampel adalah r yang
disebut koefisien korelasi, sedangkan simbol parameter adalah p (dibaca rho).
Untuk menguji hipotesis ini, peneliti mengunakan rumus korelasi
koefisien Rank Spearman.
rxy = 1
6 b 2
n n 1
2
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi Rank Spearman
b 2 = hasil korelasi
n = Jumlah sampel
Spearmans rho dilambangkan dengan menggunakan rs . Koefisien
korelasi nonparametik untuk mengukur hasil antara hubungan dua variabel,
dimana data dibuat dalam ranking.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
0,21 0,40
0,41 0,70
0,71 0,90
> 0,91
Untuk
menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi a = 5 %, uji dilakukan 2 sisi
karena untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang signifikan, jika 1 sisi
digunakan untuk mengetahui hubungan lebih kecil atau lebih besar (Priyatno,
2009 : 57).
Tingkat signifikansi dalam hal ini mengambil resiko salah dalam
mengambil keputusan untuk menolak hipotesa yang benar sebanyak-banyaknya 5
% atau 0,05.
Untuk menentukan t hitung, digunakan dengan rumus :
t hitung =
r n2
1 r2
Keterangan :
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah data
Apabila t tabel < t hitung, maka hubungan signifikan, sedangkan apabila t
tabel > t hitung, maka hubungan tidak signifikan.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Proses Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan pengumpulan data, ada beberapa langkah yang
dilakukan oleh peneliti, yaitu :
1. Pra Penelitian
Kegiatan awal penelitian dilakukan dengan melakukan pra penelitian sebagai
upaya penjajakan ke lokasi penelitian. Pra penelitian ini dimulai dengan
melakukan observasi mengenai pengaruh film pornografi terhadap gaya hidup
remaja, kemudian meninjau ke lokasi penelitian guna mengetahui informasi
yang berkaitan dengan topik penelitian.
2. Penyusunan Proposal Penelitian
Langkah selanjutnya, yaitu penelitian proposal yang dilakukan selama dua
bulan. Data-data yang diperoleh pada saat pra penelitian digunakan untuk
melengkapi proposal penelitian.
3. Permohonan Rekomendasi Penelitian
Proses kegiatan penelitian selanjutnya adalah permohonan rekomendasi dari
Dekan FISIP USU, setelah surat rekomendasi diperoleh, selanjutnya
diteruskan kepada Kelurahan Kwala Bekala, Medan.
4. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pelaksanaan pengumpulan data
adalah sebagai berikut :
a. Diskusi dan konsultasi dengan dosen pembimbing mengenai penyesuaian
kuesioner dengan permasalahan yang dapat menjawab masalah dan tujuan
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Objektifitas
dalam
penelitian
ini
dikumpulkan
dengan
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
3. Coding
Yaitu proses pemindahan jawaban responden ke dalam kotak kode (digit)
yang tersedia dalam kuesioner.
4. Inventarisasi Variabel
Yaitu pemindahan variabel dan kode ke dalam lembaran Fortront Cobol
(FC). Hal ini penting dilakukan untuk dokumentasi pengecekkan kembali
sehingga data penelitian di lapangan tidak satu pun yang tidak tercatat.
Tujuan dari Fortront Cobol (FC) dilampirkan dalam skripsi sebagai bahan
kontrol jika kemungkinan terdapat sajian atau deskripsi data dan
pembahasan yang meragukan.
5. Menyediakan Kerangka Tabel
Banyaknya kerangka tabel minimal sejumlah pertanyaan dalam kuesioner,
maksimal dengan kebutuhan analisis. Kerangka tabel ini dilengkapi dengan
nomor tabel, judul tabel, kolom vertikal dan horizontal, kategori dan
indikator, frekwensi, persen, dan jumlah. Fungsi kerangka tabel ini untuk
mewadahi sebaran data penelitian.
6. Tabulasi Data
Yaitu proses pemindahan variabel responden dari lembaran Fortront Cobol
(FC) ke dalam kerangka tabel tunggal.
7. Pengolahan Data Terakhir
Proses pengolah data dilakukan sesuai, apabila data penelitian yang akan
dianalisis seluruhnya telah dideskripsikan ke dalam tabel-tabel.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
No
1
2
%
83,3
16,7
100
Sumber P4/FC1
Berdasarkan temuan data pada tabel 8 di atas mengenai jenis kelamin,
terlihat jumlah responden pria lebih besar yaitu sebanyak 30 responden (83,3%)
dibandingkan dengan jumlah responden wanita, yaitu sebanyak 6 responden
(16,7%). Hal ini menunjukkan bahwa niat dan ketertarikan pria terhadap film
pornografi lebih tinggi dibandingkan wanita.
2. Pendidikan Responden
Tabel 9
Tingkat Pendidikan Responden
No
Tingkat Pendidikan
F
1
Tamatan SD
0
2
Tamatan SMP
18
3
Tamatan SMA
15
4
Tamatan Akademi
0
5
Tamatan Universitas
3
Jumlah
36
Sumber P5/FC2
%
0
50
41,7
0
8,3
100
%
13,9
27,8
13,9
44,4
100
%
5,6
75
13,9
0
0
5,6
100
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
%
75
11,1
8,3
5,6
100
%
77,8
13,8
5,6
2,8
100
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
No
1
2
3
4
Teman Menonton
Sendirian
Teman
Pacar
Dengan yang lain
Jumlah
Sumber P11/FC8
Tabel 14
Teman Menonton
Tidak
Jarang
Pernah
F % F
%
0
0 10 27,8
0
0 15 41,7
0
0
5 13,9
0
0
0
0
0
0 30 83,3
Sering
F
4
2
0
0
6
%
11,1
5,6
0
0
16,7
Sangat
Sering
F %
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Total
F
14
17
5
0
36
%
38,9
47,2
13,9
0
100
No
1
2
3
4
Tempat Menonton
Rumah
Warnet
Rumah Teman
Tempat lain
Jumlah
Sumber P12/FC9
Tabel 15
Tempat Menonton
Tidak
Jarang
Pernah
F % F
%
0
0
3
8,3
0
0 23 63,9
0
0
2
5,6
0
0
0
0
0
0 28 77,8
Sering
F
2
6
0
0
8
%
5,6
16,6
0
0
22,2
Sangat
Sering
F %
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Total
F
5
29
2
0
36
%
13,9
80,5
5,6
0
100
No
1
2
3
4
Media
VCD/DVD
Internet
Ponsel
Media lain
Jumlah
Sumber P13/FC10
Tabel 16
Media Yang Dipakai
Tidak
Jarang
Pernah
F % F
%
0
0
2
5,6
0
0 17 47,2
0
0
7 19,4
0
0
0
0
0
0 26 72,2
Sering
F
1
4
2
0
7
%
2,8
11,1
5,6
0
19,5
Sangat
Sering
F %
2 5,6
1 2,8
0
0
0
0
3 8,3
Total
F
5
22
9
0
36
%
13,9
61,1
25
0
100
mengakses dan relatif lebih murah biaya yang harus dikeluarkan. Lain lagi alasan
yang diberikan oleh para responden yang memilih media ponsel, namun alasan
mereka sepertinya hampir seragam, lebih mudah dihapus jika sudah bosan dan
dapat dikirimi lagi sama teman mereka via bluetooth. Ada lagi yang beralasan
menonton film pornografi melalui ponsel, orang akan mengira saya sedang
menulis pesan. Sedangkan, responden yang menggunakan media VCD/DVD
beralasan layarnya lebih lebar, jadi nontonnya lebih puas. Beberapa responden
juga beralasan bahwa dengan menggunakan media VCD/DVD mereka tidak perlu
keluar uang, karena cakramnya bisa mereka pinjam dari teman-teman mereka.
6. Alasan Responden Menonton
No
1
2
3
4
Alasan Menonton
Tabel 17
Alasan Menonton
Tidak
Kurang
Setuju
Setuju
F % F
%
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Setuju
F
27
0
3
0
30
%
75
0
8,3
0
83,3
Sangat
Setuju
F
%
2 5,6
1 2,8
3 8,3
0
0
6 16,7
Total
F
29
1
6
0
36
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
%
80,5
2,8
16,7
0
100
%
80,5
13,9
2,8
2,8
100
%
2,8
8,3
11,1
77,8
100
responden yang menonton film pornografi dengan situasi yang sangat riuh
sebanyak 1 orang (2,8%). Hal ini menunjukkan bahwa situasi yang paling
dominan adalah tenang.
9. Posisi Responden menonton
No
Posisi
Menonton
1
2
3
4
Duduk
Tengkurap
Tidur
Berdiri
Jumlah
Sumber P17/FC13
Tabel 22
Posisi Saat Menonton
Tidak
Jarang
Sering
Pernah
F
%
F
%
F
%
8
22,2 12 33,3
6
16,7
4
11,1
4
11,1
2
5,5
20 55,6 16 44,4
Sangat
Sering
F
%
-
Total
F
20
6
8
2
36
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
%
55,6
16,7
22,2
5,5
100
%
16,7
47,2
19,4
16,7
100
%
11,1
11,1
27,8
44,4
100
Berdasarkan temuan data pada tabel 17 di atas menunjukkan bahwa ratarata responden mengetahui aktor/aktris yang berperan dalam film pornografi tapi
tidak semua mengidolakan. Responden yang menyatakan tidak ada aktor/aktris
yang diidolakan sebanyak 20 orang (55,5 %), responden yang menyatakan sedikit
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
%
11,1
27,8
33,3
27,8
100
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
12 orang responden (33,3 %), sedangkan responden yang memilih jawaban ada
sebanyak 10 orang responden (27,8%).
13. Cara Responden Untuk Memperoleh Film Pornografi
Tabel 25
Cara Memperoleh Film Pornografi
Tidak
Jarang
Sering
Pernah
No Cara Memperoleh
F
% F %
F %
1
Meminjam dari teman 0
0
3 8,3
6
16,7
2
Download dari internet 0
0
14 38,9 5 13,9
Kirim mengirim via
3
0
0
4 11,1 3
8,3
bluetooth
4
Membeli
0
0
0
0
1
2,8
0
0
Jumlah
21 58,3 15 41,7
Sumber P21/FC17
Sangat
Sering
F %
0 0
0 0
Total
F
9
19
%
25
52,8
19,4
0
0
0
0
1
36
2,8
100
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
sekedar tahu saja, dan ada juga beberapa responden yang beralasan bahwa mereka
takut kebablasan dan hamil di luar nikah. Untuk jawaban tidak tahu, para
responden beralasan bahwa mereka tidak pernah tahu pengaruhnya, karena bagi
mereka menonton film pornografi hanya sekedar mencari kesenangan saja.
4. Pengaruh Film Pornografi Terhadap Gaya Rambut Responden
Tabel 29
Pengaruh Film Pornografi Terhadap Gaya Rambut Responden
Pengaruh Film Pornografi
No
F
%
Terhadap Gaya Rambut
1
Tidak Tahu
1
2,8
2
Tidak
1
2,8
3
Kadang -Kadang
3
8,3
4
Ada
31
86,1
Jumlah
36
100
Sumber P26/FC22
Table 29 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan
terpengaruh yaitu sebanyak 31 responden (86,1%), dan responden yang
menyatakan kadang-kadang terpengaruh sebanyak 3 orang responden (8,3%),
sementara responden yang menyatakan tidak terpengaruh sebanyak 1 orang
responden (2,8%), dan yang menyatakan tidak tahu sebanyak 1 orang responden
(2,8%). Alasan yang diberikan para responden bermacam-macam, namun
mayoritas responden yang
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
perlu diketahui
dengan gaya bergaul responden sehari-hari. Temuan data dapat dilihat pada tabel
31 berikut ini :
Tabel 31
Hubungan Antara Frekwensi Menonton Film Pornografi Terhadap Gaya
Bergaul Responden
Frekwensi
Menonton
Jarang
Sering
Sangat
sering
Setiap
hari
Total
FC7 / FC19
Tidak tahu
F
1
0
%
2,8
0
2,8
2,8
Total
Ada
F
23
5
%
63,8
13,8
F
28
5
%
77,8
13,8
5,6
5,6
2,8
2,8
8,3
31
100
36
100
8,3
8,3
16,6
17
47,2
17
47,2
2,8
16,6
19,4
2,8
13,8
16,6
2,8
2,8
8,3
31
86,1
36
100
Tidak tahu
Ya
Total
Alasan
Menonton
Sekedar
ingin tahu
Ingin
mencoba
Mencari
kesenangan
Ikut-ikutan
teman
Total
FC11/ FC21
Gaya Berpacaran
KadangTidak
kadang
F
%
F
%
2,8
2,8
5,6
21
58,3
25
69,4
2,8
2,8
25
25
2,8
2,8
2,8
2,8
5,6
32
88,9
36
100
Tidak tahu
Total
Ya
F
Gaya Rambut
KadangTidak
kadang
F
%
F
%
Tidak Ada
5,6
5,6
11,1
Sedikit
2,8
8,3
11,1
Banyak
2,8
25
10
27,8
Sangat
Banyak
2,8
17
47,2
18
50
Total
2,8
2,8
8,3
31
86,1
36
100
Pengidolaan
Aktor/Aktris
Tidak tahu
Ya
Total
FC16 / FC22
Tabel 34 di atas menunjukkan hubungan antara pengidolaan aktor/aktris
film pornografi dengan tingkat perubahan gaya rambut yang diikuti remaja dalam
film pornografi. Responden yang menyatakan terpengaruh untuk meniru gaya
rambut aktor/aktris film pornografi yang diidolakan ada sebanyak 31 orang
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
5,6
5,6
11,1
Sedikit
2,8
2,8
5,6
11,1
Banyak
2,8
2,8
22,2
10
27,8
Sangat
banyak
2,8
2,8
16
44,4
18
50
Total
5,6
8,3
8,3
28
77,8
36
100
FC16 / FC23
Tabel 35 di atas menunjukkan hubungan antara pengidolaan aktor/aktris
film pornografi dengan tingkat perubahan gaya berpakaian yang diikuti remaja
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Dik
: Koefisien korelasi ?
rxy = 1
6 b 2
n n 1
2
= 1
6(2423)
36 36 2 1
= 1
14538
46620
= 1 0,312
= 0, 688
Dari hasil uji hipotesa diperoleh rs = 0,688, dan itu berarti rs = 0. dengan
demikian, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Ha dalam penelitian ini adalah
Terdapat hubungan yang cukup berarti antara pengaruh film pornografi terhadap
gaya hidup remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan. Ini
berarti bahwa film pornografi mampu mempengaruhi gaya hidup remaja di
Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan.
Berdasarkan tinggi-rendahnya korelasi menurut Guilford, yaitu :
< 0,20
0,21 0,40
0,41 0,70
0,71 0,90
> 0,91
0,880. Hal ini menunjukkan hubungan kedua variabel tinggi ; kuat,. Dengan
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
n2
rs
0,688
0,688
0,688
0,688 10,43
7,18
1 rs
36 2
1 (0,688) 2
34
1 0,688
5,831
0,559
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
terhadap gaya hidup para remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala,
Medan.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Sebagai penutup, berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bagianbagian penting yang merupakan kesimpulan dari penelitian sebagai berikut :
1. Mayoritas remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala, Medan
menyatakan bahwa intensitas dan frekwensi menonton film pornografi
ternyata rendah. Ini menandakan bahwa minat para remaja di Lingkungan
XX, Kelurahan Kwala Bekala, Medan untuk menonton film pornografi
juga rendah.
2. Mayoritas remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala, Medan
menyatakan bahwa mereka merasakan perubahan gaya hidup setelah
menonton film pornografi, karena mereka merasa gaya hidup yang
diperankan para aktris/aktor yang diceritakan dalam film tersebut sangat
sesuai dengan selera dan yang diinginkan remaja saat ini.
3. Terdapat hubungan yang cukup berarti antara film pornografi terhadap
perubahan gaya hidup remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala
Bekala, Medan.
5.2. Saran
Berdasarkan jawaban dari remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala
Medan, dalam pengisian kusioner dan pengamatan penulis, maka penulis
mengajukan sejumlah saran sebagai berikut :
1. Penulis menyarankan kepada para remaja yang menetap di Lingkungan
XX, Kelurahan Kwala Bekala, Medan, agar rasa ingin tahu mereka
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Webster, Meriam, Merriam-Websters Collegiate Dictionary (11th ed), MerriamWebster, Springfield, 2003.
Sumber Internet :
www.google.com
http://id.wikipedia. org/wiki/pornografi
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
FOLTRON COBOL
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
2
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Karakteristik
Responden
2
3
2
2
3
3
3
4
3
4
3
3
2
3
2
4
2
4
2
3
3
1
5
4
2
2
2
2
5
1
2
1
3
4
2
2
2
2
2
2
2
4
3
4
2
1
2
2
2
1
2
4
2
2
3
4
3
2
3
4
3
4
5
3
3
4
Film Pornografi
4
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
6
3
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
6
2
2
1
2
1
1
2
4
1
1
1
2
3
1
1
1
1
3
1
1
3
4
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
2
1
2
3
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
3
2
1
1
3
3
2
1
3
2
2
1
2
2
1
2
3
1
2
2
2
1
2
2
2
1
2
1
1
1
2
1
1
4
2
1
1
2
2
2
2
3
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
5
2
3
3
1
3
2
2
1
3
2
2
1
1
2
2
2
2
2
3
2
3
2
3
2
1
2
3
2
2
2
2
2
6
1
1
2
3
3
1
1
4
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
3
1
1
1
3
3
1
7
1
1
1
3
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
8
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
1
4
4
4
2
4
4
3
4
4
4
3
4
2
3
4
4
2
4
4
4
9
1
1
1
3
1
1
1
2
1
3
1
1
2
1
1
2
1
1
4
3
1
1
1
2
2
1
3
1
2
1
1
3
10
4
3
2
1
2
2
2
2
1
1
3
4
2
1
2
3
2
2
2
2
2
1
3
4
2
3
4
3
3
2
2
4
12
4
3
3
3
4
2
4
4
4
4
4
4
3
2
3
3
2
2
2
2
4
3
3
2
4
3
3
2
2
3
1
1
13
1
3
3
3
2
2
2
3
1
1
2
3
3
2
2
2
3
2
1
2
2
2
1
2
1
2
3
2
2
1
2
2
1
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
1
2
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
1
2
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
1
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
1
4
3
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
2
4
4
4
4
1
4
3
3
4
4
4
3
2
4
4
4
4
4
4
1
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala
Bekala Medan), 2010.
33
34
35
36
2
1
1
1
3
3
3
2
4
2
4
4
2
3
2
2
1
1
1
1
1
2
4
3
1
1
2
4
2
2
1
2
2
2
3
2
1
3
1
3
2
1
1
4
4
4
4
4
1
3
1
1
4
2
1
2
4
4
1
4
1
1
2
3
2
2
3
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala
Bekala Medan), 2010.
Tabel 37
Tabel t (Pada taraf signifikansi, 0,05)
1 sisi (0,05) dan 2 sisi (0,025)
Df
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
Signifikansi
0,025
0.05
12,706
6,314
4,303
2,920
3,182
2,353
2,776
2,132
2,571
2,015
2,447
1,943
2,365
1,895
2,306
1,860
2,262
1,833
2,228
1,812
2,201
1,796
2,179
1,782
2,160
1,771
2,145
1,761
2,131
1,753
2,120
1,746
2,110
1,740
2,101
1,734
2,093
1,729
2,086
1,725
2,080
1,721
2,074
1,717
2,069
1,714
2,064
1,711
2,060
1,708
2,056
1,706
2,052
1,703
2,048
1,701
2,045
1,699
2,042
1,697
2,040
1,696
2,037
1,694
2,035
1,692
2,032
1,691
2,030
1,690
2,028
1,688
2,026
1,687
2,024
1,686
2,023
1,685
2,021
1,684
2,020
1,683
2,018
1,682
2,017
1,681
2,015
1,680
2,014
1,679
Df
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
Signifikansi
0,025
2,013
2,012
2,011
2,010
2,009
2,008
2,007
2,006
2,005
2,004
2,003
2,002
2,002
2,001
2,000
2,000
1,999
1,998
1,998
1,997
1,997
1,996
1,995
1,995
1,994
1,994
1,993
1,993
1,993
1,992
1,992
1,991
1,991
1,990
1,990
1,990
1,989
1,989
1,989
1,988
1,988
1,988
1,987
1,987
1,987
0,05
1,679
1,678
1,677
1,676
1,675
1,675
1,675
1,674
1,674
1,673
1,673
1,672
1,672
1,671
1,671
1,670
1,670
1,669
1,669
1,669
1,668
1,668
1,668
1,667
1,667
1,667
1,666
1,666
1,666
1,665
1,665
1,665
1,665
1,664
1.664
1,664
1,664
1,664
1,663
1,663
1,663
1,663
1,662
1,662
1,662
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
I. Karakteristik Responden
Nomor Responden :
Nama :
Umur :
1. Jenis Kelamin :
2
3
1. Pria
2. Wanita
2. Pendidikan :
1. Tamatan SD
2. Tamatan SMP
3. Tamatan SMA
4. Tamatan Akademi
5. Tamatan Universitas
3. Tingkat Penghasilan orangtua :
10
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
1. Tidak Bekerja
2. Pelajar/Mahasiswa
3. Wiraswasta
4. PNS/BUMN
5. TNI/POLRI
6. Karyawan Swasta
11
12
Sendirian
Teman
Pacar
Tidak
Jarang Sering Sangat
Pernah
Sering
14
15
16
17
Tempat Menonton
Tidak
Pernah
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Rumah
Warnet
Rumah Teman
Tempat Lain
19
20
21
(Tolong disebutkan)
5. Media apa yang anda pakai untuk menonton film pornografi tersebut ?
No Media
Tidak
Pernah
Sering
22
VCD/DVD
Internet
23
Ponsel
24
Media lain
25
(Tolong disebutkan)
Mengapa anda memilih media tersebut ? Berikan alasan anda!
6. Apakah alasan yang mendorong anda menonton film pornografi tersebut ?
No Alasan
a
26
Ingin mencoba
Mencari kesenangan
Ikut-ikutan teman
28
29
30
31
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
a.
b.
c.
d.
Sangat riuh
Cukup riuh
Riuh
Tenang
Sering
32
Duduk
Tengkurap
33
Tidur
34
Posisi lain
(Tolong disebutkan)
35
10. Bagaimana tingkat kejelasan alur cerita dari film porno yang anda tonton ?
36
a. Tidak Jelas
b. Cukup Jelas
c. Jelas
d. Sangat Jelas
11. Apakah ada aktor/aktris film pornografi yang anda idolakan ?
37
a. Tidak ada
b. Sedikit
c. Banyak
d. Sangat banyak
Mengapa anda mengidolakan aktor/aktris tersebut? Tolong berikan alasan anda
!
12. Menurut anda, adakah kesinambungan cerita dari film pornografi yang anda
tonton ?
38
a.
b.
c.
d.
Tidak mengerti
Tidak ada
Kadang-kadang
Ada
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Mengunduh/download
Dari internet
Kirim-mengirim via
Bluetooth
Cara lain
(Tolong disebutkan)
Sangat
Sering
39
40
c
d
41
42
d. Ya
Mengapa ? Tolong berikan alasan anda !
4. Apakah film pornografi turut mempengaruhi gaya rambut anda?
46
a. Tidak Tahu
b. Tidak
c. Kadang-kadang
d. Ya
Mengapa ? Tolong berikan alasan anda !
5. Apakah film pornografi turut mempengaruhi gaya berpakaian anda ?
47
a. Tidak Tahu
b. Tidak
c. Kadang-kadang
d. Ya
Mengapa ? Tolong berikan alasan anda !
6. Bagaimana tanggapan anda terhadap maraknya film pornografi di internet
akhir-akhir ini ? Dan apa saran anda kepada pihak-pihak yang berwenang
dalam menangkal situs-situs yang berisikan film-film pornografi tersebut ?
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
: Aprianto Simamora
: 060922045
: Dra. Dayana Manurung, M.Si
NO
TGL. PERTEMUAN
PEMBAHASAN
1
2
3
4
15 MEI 2009
25 MEI 2009
02 JUNI 2009
13 JULI 2009
04 AGUSTUS 2009
05 AGUSTUS 2009
06 AGUSTUS 2009
8
9
10
11
12
13
14
15
11 AGUSTUS 2009
08 SEPTEMBER 2009
11 SEPTEMBER 2009
13 OKTOBER 2009
27 OKTOBER 2009
04 NOVEMBER 2009
11 NOVEMBER 2009
18 NOVEMBER 2009
16
25 NOVEMBER 2009
BAB I
BAB I
BAB I
ACC. BAB I, BAB II,
BAB III
PEMBUATAN
KUESIONER
PERBAIKAN
KUESIONER
PERBAIKAN
KUESIONER
ACC. KUESIONER
BAB IV
BAB IV
BAB IV
ACC. BAB IV
BAB V
ACC. BAB V
ACC. BAB I, BAB II,
BAB III, BAB IV, BAB
V
ACC. MEJA HIJAU
PARAF
PEMBIMBING
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Kepada Yth :
Dekan FISIP
Universitas Sumatera
diMedan
: APRIANTO SIMAMORA
: 060922045
: Film Pornografi dan Gaya Hidup Remaja
(Studi Korelasional Mengenai Pengaruh Film
Pornografi
Terhadap Perubahan Gaya Hidup
Remaja di Lingkungan XX Kelurahan Kwala
Bekala Kecamatan Medan Johor).
DATA PRIBADI :
Nama
: Aprianto Simamora
Tempat/Tgl.Lahir
Nama Ayah
: Effendi Simamora
Nama Ibu
Anak Ke
: 1 dari 3 Bersaudara
RIWAYAT PENDIDIKAN :
1989-1995
1995-1998
1998-2001
2001-2006
2006-2009
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Alasan Menonton Film
Pornografi * Gaya
Berpacaran Responden
Missing
Percent
36
100.0%
Total
Percent
0
.0%
Percent
36
100.0%
Alasan Menonton
Film Pornografi
Total
Tidak Tahu
1
0
0
0
1
Ya
Total
21
1
9
1
32
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
1.980(a)
3.132
1.442
9
9
Asymp. Sig.
(2-sided)
.992
.959
.230
df
36
a 14 cells (87.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .03.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film Pornografi
Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
25
1
9
1
36
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Frekwensi Menonton *
Gaya Bergaul Responden
Missing
Percent
36
100.0%
Total
Percent
0
.0%
Percent
36
100.0%
Frekwensi
Menonton
Jarang
Sering
Sangat Sering
Setiap Hari
Total
Tidak Tahu
1
0
0
0
1
Ada
3
0
0
0
3
Total
23
5
2
1
31
28
5
2
1
36
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
1.659(a)
2.735
.972
9
9
Asymp. Sig.
(2-sided)
.996
.974
.324
df
36
a 15 cells (93.8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .03.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film Pornografi
Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Kejelasan Alur Cerita *
Gaya Bicara Responde
Missing
Percent
36
100.0%
Total
Percent
0
.0%
Percent
36
100.0%
Kejelasan
Alur Cerita
Tidak Jelas
Cukup Jelas
Jelas
Tidak Tahu
0
0
0
1
1
Sangat Jelas
Total
1
0
1
Ya
Total
3
0
3
17
6
17
0
0
3
6
5
31
7
6
36
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
25.438(a)
19.048
.340
9
9
Asymp. Sig.
(2-sided)
.003
.025
.560
df
36
a 12 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .17.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film Pornografi
Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
pengidolaan aktris
pornografi * gaya
berpakaian
Missing
Percent
36
Total
Percent
100.0%
.0%
Percent
36
100.0%
pengidolaan
aktris pornografi
tidak ada
sedikit
banyak
sangat banyak
Total
tidak tahu
0
1
0
1
2
gaya berpakaian
kadangtidak
kadang
0
2
1
0
1
1
1
0
3
3
ya
Total
2
2
8
16
28
4
4
10
18
36
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Asymp. Sig.
(2-sided)
df
16.652(a)
13.480
9
9
.054
.142
1.494
.222
36
a 14 cells (87.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .22.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film Pornografi
Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Pengidolaan Aktor/Aktris
Film Pornografi * Gaya
Rambut Responden
Missing
Percent
36
Total
Percent
100.0%
.0%
Percent
36
100.0%
Tidak Tahu
Pengidolaan
Aktor/Aktris Film
Pornografi
Total
Ya
Total
Tidak Ada
Sedikit
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
0
3
3
9
17
31
4
10
18
36
Banyak
Sangat Banyak
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film Pornografi
Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.