Anda di halaman 1dari 125

FILM PORNOGRAFI DAN GAYA HIDUP REMAJA

(Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film Pornografi Terhadap Gaya Hidup


Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan)

SKRIPSI

Oleh :

APRIANTO SIMAMORA
NIM. 060922045

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :
Nama

: Aprianto Simamora

NIM

: 060922045

Departemen

: Ilmu Komunikasi

Judul

: Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja


(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Film Pornografi
Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kel.
Kwala Bekala, Medan)

Medan, 10 Desember 2009


Dosen Pembimbing,

Ketua Departemen,

(Dra. Dayana, M.Si)


NIP : 19600728 1987 032 002

(Drs. Amir Purba, M.A)


NIP : 195102191987011001

Dekan FISIP USU,

(Prof.Dr. M. Arif Nasution, M.A)


NIP : 19620703 1987 111 001
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudul Film Pornografi dan Gaya Hidup Remaja (Studi
Korelasional Tentang Pengaruh Film Pornografi Terhadap Gaya Hidup di
Kalangan Remaja di lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana film
pornografi berpengaruh terhadap gaya hidup para remaja di Lingkungan XX,
Kelurahan Kwala Bekala Medan serta untuk untuk mengetahui seberapa tinggi
minat dan frekwensi untuk menonton film pornografi di kalangan remaja yang ada
di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Sampel
dari penelitian ini adalah para remaja yang ada di Lingkungan XX, Kelurahan
Kwala Bekala Medan. Sampel sendiri berjumlah 36 orang yang diperoleh melalui
teknik penarikan sampel purposive sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan
karakteristik tertentu. Data penelitian diperoleh dari berbagai literatur serta
kuesioner yang berisikan 18 pertanyaan yang berkaitan dengan film pornografi
dan gaya hidup di kalangan remaja di lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala.
Kemudian data yang diperoleh, dianalisa dengan menggunakan analisa tabel
tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesis.
Untuk pengujian hipotesis peneliti menggunakan rumus korelasi koefisien
rank spearman, dan didapati hubungan yang cukup berarti. Dan ini menunjukkan
bahwa hipotesis alternatif diterima dengan H a = Terdapat hubungan antara Film
Pornografi terhadap gaya hidup para remaja di lingkungan XX, Kelurahan Kwala
Bekala Medan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film pornografi
mempengaruhi gaya hidup para remaja di lingkungan XX, Kelurahan Kwala
Bekala Medan.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas
berkat dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan
Kwala Bekala, Medan yang merupakan salah satu prasyarat untuk dapat meraih
gelar Sarjana Sosial dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M.Arif Nasution, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik.
2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A, selaku Kepala Departemen Ilmu
Komunikasi FISIP USU.
3. Ibu Dra.Dayana Manurung, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah
telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan
petunjuk, saran, dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
4. Bapak
5. Ibu
6. Ibu Yovita Sabarina, S.Sos, selaku Dosen Penasehat Akademik.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

7. Bapak Drs.Enoh P. Tavip, selaku Kepala Kelurahan Kwala Bekala beserta


seluruh staff kelurahan yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan penelitian.
8. Ayahanda Effendi Simamora dan Ibunda Ratna Uli Tumanggor yang telah
membesarkan, menyekolahkan, dan mendidik penulis serta memberikan
motivasi dan pandangan-pandangan tentang kehidupan yang lurus dan
benar sehingga skripsi ini dapat selesai, dan juga kepada kedua saudariku
tercinta ; Icha dan Rina atas kasih sayang dan perhatian yang diberikan.
9. Teman Spesialku Titien Situmorang, terima kasih penulis ucapkan atas
segala kasih sayang, motivasi, kesabaran, dan doanya selama ini.
10. Teman-teman angkatan 2006 : Barmin, Yamen, Maulana, Marko, dan
yang lainnya yang penulis tidak dapat sebutkan satu-persatu, terima kasih
atas motivasi dan kebersamaannya selama ini.
11. Seluruh anggota Pemuda-Pemudi GKPI Padang Bulan Medan, terima
kasih atas dukungan dan doa-doa syafaat yang telah kalian panjatkan buat
penulis.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.
Medan, Oktober 2009
Penulis

Aprianto Simamora

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN. .................................................................

ABSTRAK................................................................................................

ii

KATA PENGANTAR ..............................................................................

iii

DAFTAR ISI ............................................................................................

DAFTAR TABEL........................................................................................

viii

BAB I

PENDAHULUAN.....................................................................

1.1. Latar Belakang Masalah....................................................................

1.2. Perumusan Masalah..........................................................................

1.3. Pembatasan Masalah.......................................................................

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................................

1.4.1.

Tujuan Penelitian

1.4.2.

Manfaat Penelitian..

1.5. Kerangka Teori

1.5.1.

Teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R).

10

1.5.2.

Komunikasi dan Komunikasi Masa

11

1.5.3.

Film Pornografi

13

1.5.4.

Psikologi Perkembangan

15

1.5.5.

Remaja

16

1.5.6.

Karakteristik Remaja.

17

1.5.7.

Gaya Hidup Remaja..

19

1.6. Kerangka Konsep.

21

1.7. Model Teoritis..

22

1.8. Operasional Variabel

22

1.9. Defenisi Operasional

23

1.9.1.

Variabel Bebas..

23

1.9.2.

Variabel Terikat

24

1.10. Hipotesis...

25

1.11. Sistematika Penulisan......... 26


Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

BAB II URAIAN TEORITIS..... ...........................................................

27

2.1 Teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R).

27

2.1.1. Latar Belakang Kelahiran Teori..

27

2.1.2. Mekanisme Teori S-O-R.

28

2.2 Komunikasi dan Komunikasi Massa...

30

2.2.1 Pengertian Komunikasi dan Komunikasi Massa

30

2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa...

32

2.2.3 Efek Media Komunikasi Massa.

33

2.3 Film Pornografi..

35

2.3.1

Definisi Film dan Pornografi

35

2.4 Remaja...

37

2.4.1

Psikologi Perkembangan.

39

2.4.2

Karakteristik Remaja...

41

2.4.3

Gaya Hidup Remaja

44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................

47

3.1 Deskripsi Film Pornografi

47

3.1.1. Sejarah Perkembangan Film Pornografi di Dunia..

47

3.1.2. Sejarah Perkembangan Film Pornografi di Indonesia

48

3.2 Deskripsi Lokasi Penelitian.

51

3.2.1

Gambaran Umum Lingkungan XX..

51

3.2.2

Metode Penelitian

53

3.2.3

Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian.

53

3.2.4

Populasi dan Sampel

54

3.2.5

Teknik Penarikan Sampel

56

3.2.6

Teknik Pengumpulan Data.

57

3.2.7

Teknik Analisa Data

58

3.2.8

Uji Hipotesis...

58

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..

60

4.1. Proses Pengumpulan Data

60

4.2. Langkah-Langkah Mengolah Data..

61

4.3. Analisa Tabel Tunggal

63

4.3.1. Karakteristik Responden

63

4.3.2. Film Pornografi.

65

4.3.3. Gaya Hidup Remaja..

76

4.4. Analisa Tabel Silang..

81

4.4.1. Hubungan antara frekwensi menonton film pornografi


terhadap gaya bergaul responden sehari-hari

81

4.4.2. Hubungan antara penjelasan alur cerita film


pornografi terhadap gaya bicara responden sehari-hari.

82

4.4.3. Hubungan antara alasan menonton film pornografi


terhadap gaya berpacaran responden sehari-hari...

83

4.4.4. Hubungan antara pengidolaan aktor / aktris film


pornografi terhadap gaya rambut responden sehari-hari.

84

4.4.5. Hubungan antara pengidolaan aktor/ aktris film


pornografi terhadap gaya berpakaian responden sehari-hari

85

4.5. Uji Hipotesis..

86

4.6. Pembahasan

91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .

93

5.1. Kesimpulan..

93

5.2. Saran

93

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 : Karakteristik Remaja


2. Tabel 2 : Operasional Variabel
3. Tabel 3 : Variabel Perubahan Sikap
4. Tabel 4 : Usia, Pendidikan, Jenis Kelamin, dan Jumlah Penduduk
5. Tabel 5 : Jumlah Populasi
6. Tabel 6 : Jumlah Sampel
7. Tabel 7 : Tingkatan Usia Responden
8. Tabel 8 : Jenis Kelamin Responden
9. Tabel 9 : Tingkat Pendidikan Responden
10. Tabel 10 : Tingkat Penghasilan Orangtua Responden
11. Tabel 11 : Pekerjaan Responden
12. Tabel 12 : Intensitas Menonton
13. Tabel 13 : Frekwensi Menonton
14. Tabel 14 : Teman Menonton
15. Tabel 15 : Tempat Menonton
16. Tabel 16 : Media Yang Dipakai
17. Tabel 17 : Alasan Menonton
18. Tabel 18 : Lamanya Menonton
19. Tabel 19 : Situasi Saat Menonton
20. Tabel 20 : Posisi Saat Menonton
21. Tabel 21 : Tingkat Kejelasan Alur Cerita Film Pornografi
22. Tabel 22 : Aktor/Aktris Film Pornografi Yang di Idolakan

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

23. Tabel 23 : Kesinambungan Cerita Film Pornografi


24. Tabel 24 : Cara Memperoleh Film Pornografi
25. Tabel 25 : Pengaruh Film Pornografi Terhadap Gaya Bergaul Responden
26. Tabel 26 : Pengaruh Film Pornografi Terhadap Gaya Berbicara Responden
27. Tabel 27 : Pengaruh Film Pornografi Terhadap Gaya Berpacaran
Responden
28. Tabel 28 : Pengaruh Film Pornografi Terhadap Gaya Rambut Responden
29. Tabel 29 : Pengaruh Film Pornografi Terhadap Gaya Berpakaian
Responden
30. Tabel 30 : Hubungan Antara Frekensi Menonton Film Pornografi
Terhadap Gaya Bergaul Responden.
31. Tabel 31 : Hubungan Antara Kejelasan Alur Cerita Film Pornografi
Terhadap Gaya Bicara Responden.
32. Tabel 32 : Hubungan Antara Alasan Menonton Film Pornografi Terhadap
Gaya Berpacaran Responden.
33. Tabel 33 : Hubungan Antara Pengidolaan Aktor/Aktris Film Pornografi
Terhadap Gaya Rambut Responden.
34. Tabel 34 : Hubungan Antara Pengidolaan Aktor/Aktris Film Pornografi
Terhadap Gaya Berpakaian Responden.
35. Tabel 35 : Foltron Cobol
36. Tabel 36 : Tabel Mencari Korelasi
37. Tabel 37 : Tabel t

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

DAFTAR LAMPIRAN

1. Foltron Cobol
2. Tabel t
3. Kuesioner
4. Lembar Catatan Skripsi
5. Surat Ijin Penelitian
6. Daftar Riwayat Penulis
7. Crosstabs

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang Masalah


Kekuatan media massa saat ini adalah kemampuannya untuk memproduksi

dan mereproduksi pengetahuan dalam masyarakat. Saat ini, tingkat melek media
masyarakat Indonesia secara umum masih rendah sehingga terpaan dari media
massa masih sangat berkuasa penuh. Media semakin mengintervensi dan
menghegemoni kesadaran khalayak untuk ikut dalam arus utama dari realitas yang
ditampilkan media. Media massa yang selalu menjadi arena pertarungan
merupakan sebuah konstruksi sosial yang eksistensinya terbentuk melalui
interaksi berbagai tindakan agen dan struktur.
Media massa memang mengusung realitas simbolik, yakni ekspresi
simbolik dari apa yang dihayati sebagai realitas objektif. Kenyataan yang tidak
bisa dipungkiri, bahwa saat ini media massa telah menjadi suatu institusi
pelembaga yang paling efektif. Melalui realitas simboliknya, media massa
mengkonstruksi realitas subjektif. Berger dan Luckmann (dalam Hidayat, 2003 :
7-8) berpendapat bahwa realitas subjektif adalah konstruksi definisi realitas
seputar pasar yang dimiliki individu dan dikonstruksi melalui proses internalisasi.
Dalam rangkaian logika inilah, realitas simbolik untuk menampilkan
rubrik, gambar, atau program di dalam media massa yang membangkitkan
syahwat, libido, dan kecabulan harus dihentikan. Mengutip pendapat Berger dan
Luckmann (1990 : 75-76) bahwa ada dua konsekuesi dari realitas simbolik
pornografi di dalam media massa. Pertama, akan terjadinya pelembagaan jika
semua yang ditampilkan oleh media massa tentang pornografi akan membentuk
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

proses pembiasaan. Artinya, ucapan, gambar, atau pun perilaku yang berbau
pornografi di media massa kemudian diulangi dan akhirnya menjadi suatu pola
dan kemudian dipahami oleh khalayak konsumen media massa sebagai sesuatu
yang sudah seharusnya demikian. Kedua, realitas simbolik pornografi di media
massa akan melegitimasi berlakunya dogma neoliberalisme di dalam pasar media
massa yang mengklaim The greater the play of the market force, the greater the
freedom of the press ; The greater the freedom of the press, the greater the
freedom of audience choice. Dengan dalih kebebasan pers akan memberikan
kesempatan lebih banyak bagi kebebasan memilih yang dimiliki khalayak
konsumen media, maka banyak media yang kemudian menghalalkan pornografi
sebagai menu utama jualannya.
Peran media massa dalam kehidupan sosial, terutama dalam masyarakat
modern tidak ada yang menyangkal, menurut McQuail dalam bukunya Mass
Communication Theories (2000 : 66), ada enam perspektif dalam hal melihat
peran media. Pertama, melihat media massa sebagai window on event and
experience. Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak
melihat apa yang sedang terjadi di luar sana. Atau media merupakan sarana
belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa. Kedua, media juga sering dianggap
sebagai a mirror of event in society and the world, implying a faithful reflection.
Cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia, yang merefleksikan
apa adanya. Karenanya, para pengelola media sering merasa tidak bersalah jika isi
media penuh dengan kekerasan, konflik, pornografi dan berbagai keburukan lain,
karena memang menurut mereka faktanya demikian, media hanya sebagai refleksi
fakta, terlepas dari suka atau tidak suka. Padahal sesungguhnya, arah dari isi yang

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

dianggap sebagai cermin realitas tersebut diputuskan oleh para profesional media,
dan khalayak tidak sepenuhnya bebas untuk mengetahui apa yang mereka
inginkan.
Ketiga, memandang media massa sebagai filter yang menyeleksi berbagai
hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih isu, informasi
atau bentuk content yang lain berdasar standar para pengelolanya. Di sini
khalayak dipilihkan oleh media tentang apa-apa saja yang layak diketahui dan
mendapat perhatian. Keempat, media massa acapkali pula dipandang sebagai
guide, penunjuk jalan atau interpreter, yang menerjemahkan dan menunjukkan
arah atas berbagai ketidakpastian, atau alternatif yang beragam.
Kelima, melihat media massa sebagai forum untuk mempresentasikan
berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak, sehingga memungkin terjadinya
tanggapan dan umpan balik. Keenam, media massa sebagai interlocutor, yang
tidak hanya sekadar tempat berlalu lalangnya informasi, tetapi juga partner
komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif. Pendeknya,
semua itu ingin menunjukkkan peran media dalam kehidupan sosial bukan
sekedar sarana diversion, pelepas ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan informasi
yang disajikan, mempunyai peran yang signifikan dalam proses sosial.
Isi media massa merupakan konsumsi otak bagi khalayaknya, sehingga
apa yang ada di media massa akan mempengaruhi realitas subjektif pelaku
interaksi sosial. Gambaran tentang realitas yang dibentuk oleh isi media massa
inilah yang nantinya mendasari respon dan sikap khalayak terhadap berbagai
objek sosial. Informasi yang salah dari media massa akan memunculkan
gambaran yang salah pula terhadap objek sosial itu. Karenanya media massa

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

dituntut menyampaikan informasi secara akurat dan berkualitas. Kualitas


informasi inilah yang merupakan tuntutan etis dan moral penyajian media massa.
Asal kata remaja berasal dari bahasa latin; adolescere yang berarti to grow
atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Remaja didefinisikan
sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia
remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Menurut WHO
(badan PBB yang menangani bidang kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah
12 sampai 24 tahun. Banyak ahli yang memberikan definisi tentang remaja,
seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode
pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.
Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent)
secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja
(adolescence). Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal
(13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18
tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa
remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati
masa dewasa. Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah
pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah
proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup
(Erikson dalam Papalia & Olds, 2001). Perkembangan sosial pada masa remaja
lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Papalia & Olds,
2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan
kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain
dengan teman (Conger, 1991). Dengan demikian, pada masa remaja peran

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

kelompok teman sebaya adalah besar. Pada diri remaja, pengaruh lingkungan
dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat.
Masalah pornografi sebenarnya bukan merupakan fenomena baru. Akan
tetapi belakangan ini menjadi persoalan yang sangat serius karena masyarakat
mulai merasakan dampak negatifnya. Lebih-lebih ketika pro-kontra terhadap
RUU Pornografi marak dilakukan berbagai komponen masyarakat di Indonesia,
serta penolakan masyarakat atas diterbitkannya edisi perdana majalah Playboy
edisi Indonesia (April 2006). Kebebasan pers yang diberikan pemerintah pada
awal reformasi (pada tahun 1999) ternyata mengundang perilaku tidak
bertanggung jawab dari sebagian masyarakat yang kemudian menerbitkan produk
pornografi (terutama media massa cetak). Mereka melakukannya hanya untuk
mengejar keuntungan pribadi (bisnis), tanpa memikirkan aspek sosial dan moral.
Produk pornografi itu antara lain dapat berupa tabloid, majalah, buku
bacaan, televisi, radio, dan terutama adalah produk pornografi dalam bentuk
peredaran VCD (video compact disk). Kasus pelecehan seksual, perkosaan, dan
kekerasan seksual lainnya yang meningkat frekuensi dan intensitasnya dalam
kehidupan masyarakat ditengarai disebabkan oleh maraknya pornografi. Di lain
hal, penanganan kasus pornografi sering kali kandas karena belum adanya batasan
yang jelas tentang pornografi. Akibatnya ialah seolah-olah pornografi tidak dapat
diberantas. Hornby memberikan definisi bagi pornografi sebagai berikut,
pornografi merupakan substansi dalam media atau alat komunikasi yang dibuat
untuk menyampaikan gagasan yang mengekploitasi seksual, kecabulan, atau
erotika di muka umum atau bisa dikatakan sesuatu yang cabul yang berbentuk
tulisan atau gambar (Hornby, 1974 : 649). Pornografi esensinya bermasalah

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

karena merupakan bentuk kejahatan terhadap nilai kemanusiaan dan berpotensi


menimbulkan dampak sosial bagi masyarakat.
Pornografi secara sengaja telah merendahkan dan melecehkan harkat dan
martabat kaum perempuan. Pengumbaran ketelanjangan baik sebagian atau full
body serta pengumbaran gerakan erotis dan peredarannya secara terbuka, telah
menempatkan kaum perempuan hanya sebagai objek seksual yang sangat
merendahkan dan menistakan. Dengan kesadaran tinggi sebagai upaya preventif
meluasnya dampak buruk fenomena pornografi ini.
Efek buruk penyiaran pornografi itu tidak hanya dirasakan sekarang namun
juga di masa yang akan datang, jika membiarkan fenomena gunung es ini terus
berlangsung dan tumbuh kembang di negeri ini. Sulit dipungkiri, pornografi di
Indonesia tumbuh pesat terutama setelah dimulainya era reformasi. Kendati media
pornografi telah sejak lama hadir di Tanah Air, namun tidak pernah dalam skala
seluas saat ini. Pornografi kini tersedia secara beragam dan dapat diperoleh secara
mudah dengan harga murah oleh siapapun, termasuk murid sekolah dasar (SD).
Bisnis pornografi dunia memang berkembang dengan luar biasa. Bisnis ini
menemukan pasar potensial yang profit maksimum dan menjadi andalan jaringan
mafia di Indonesia.
Kantor berita Amerika Serikat, Associated Press (AP), setelah melakukan
pengamatan pada tahun 2001 yang lalu, menggambarkan Indonesia sebagai surga
pornografi. Karena itu, di tengah perkembangan tanpa preseden ini dibutuhkan
sebuah rujukan yang dapat membantu masyarakat memahami begitu banyak isu
yang terkait dengan pornografi. Ketika pornografi tumbuh, wajar bila perdebatan
pro-kontra terhadapnya berlangsung di mana-mana. Akan tetapi yang menjadi

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

masalah ialah bahwa perdebatan itu acap kali berlangsung dengan cara yang
terlalu menyederhanakan persoalan. Orang, misalnya, dengan mudah saja
berargumen bahwa pelarangan pornografi bertentangan dengan kebebasan
berekspresi dan hak asasi manusia. Atau pengekangan pornografi adalah
pengekangan terhadap hak perempuan. Argumen itu kerap kali dikemukakan
dengan sangat dangkal sehingga dapat menyesatkan bila tidak dipahami dalam
konteks yang lebih luas dan mendalam. Celakanya, karena rangkaian argumen itu
terus diulang oleh beragam media massa (baik elektronik maupun cetak), ia
menjadi semacam mitos kosong yang dipercaya masyarakat. Maka persepsi publik
tersebut telah menjustifikasi dan turut mengukuhkan industri pornografi di negeri
ini. Lalu ketika pornografi tumbuh kembang tanpa kendali, beragam masalah
sosial kemasyarakatan yang telah menimpa negara yang sudah lebih dahulu
membiarkan pornografi berkembang akan berulang di Tanah Air.
Berdasarkan uraian-uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh
film pornografi terhadap gaya hidup remaja. Untuk mengetahuinya, maka peneliti
mengambil objek penelitian pada remaja-remaja yang berdomisili di Lingkungan
XX, Kelurahan Kwala Bekala, Medan.
1.2.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan

permasalahan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimanakah pengaruh


film pornografi terhadap gaya hidup remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala
Bekala, Medan.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

1.3.

Pembatasan Masalah
Penelitian merupakan karya imiah, oleh karena itu hasil yang diperoleh

haruslah akurat dan tepat serta sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Agar
penelitian menghasilkan suatu temuan yang konkrit dan sistematis maka harus ada
pembatasan dari permasalahan yang akan dibahas. Untuk itu peneliti membuat
batasan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :
a. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang ditujukan untuk
mengetahui pengaruh film pornografi dengan gaya hidup remaja di
Kelurahan Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor.
b. Penelitian ini hanya ditujukan bagi remaja yang usianya berkisar 14-24
tahun dan belum pernah menikah.
c. Objek dalam penelitian ini terbatas hanya pada remaja yang pernah
menonton film pornografi.
d. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2009 Agustus 2009.
1.4.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui seberapa tinggi minat dan frekwensi menonton film
pornografi pada remaja yang tinggal di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala
Bekala, Medan.
b. Untuk mengetahui gaya hidup remaja yang tinggal di Lingkungan XX,
Kelurahan Kwala Bekala, Medan.
c. Untuk mengetahui hubungan menonton film pornografi dengan gaya hidup
remaja yang tinggal di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala, Medan.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

1.4.2. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan
memperluas wawasan bagi penelitian ilmu komunikasi khususnya
komunikasi massa dan sebagai sumber bacaan di lingkungan FISIP USU.
b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
mengenai pengaruh media dari komunikasi massa terhadap gaya hidup
remaja.
c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para
orang tua yang memiliki anak remaja, agar para orang tua dapat semakin
ketat dalam memberikan fasilitas kepada anak remaja mereka.
1.5.

Kerangka Teori
Suatu penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir

dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka
teori yang memuat pokok-pokok yang menggambarkan dari sudut mana masalah
penelitian akan disorot (Nawawi 1995 : 39).
Pada dasarnya teori menurut Turner (dalam Nurudin 2003 : 152) adalah
cerita tentang bagaimana dan mengapa sesuatu itu terjadi. Ada pun teori yang
dianggap relevan dalam penelitian ini adalah teori S-O-R sebagai teori utama,
dimana penelitian difokuskan kepada pengaruh film pornografi terhadap gaya
hidup remaja. Sedangkan teori pendukung dalam penelitian ini adalah komunikasi
dan komunikasi massa, film pornografi, psikologi perkembangan, remaja,
karakteristik remaja dan gaya hidup.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

1.5.1. Teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R)


Dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang
banyak mendapat pengaruh teori psikologi, Teori S-O-R singkatan dari StimulusOrganism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah
sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini,
perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.
Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan efek yang
terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau
S-R theory. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksireaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non
verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon
dengan cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif;
misal jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi positif,
namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi
negatif. Model inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi
yaitu Hypodermic Needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori ini pun tidak
jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat
memiliki efek yang kuat terhadap komunikan. Artinya media diibaratkan sebagai
jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan
menghasilkan tanggapan ( R) yang kuat pula.
Pada awalnya teori ini dikenal sebagai teori Stimulus-Respon akan tetapi
kemudian DeFleur menambahkan kata organisme dalam bagiannya sehingga
menjadi S-O-R. Unsur-unsur dasar dalam teori ini terdiri dari Stimulus yakni

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

rangsangan atau atau dorongan berupa pesan, Organism yakni manusia atau
seorang penerima, Responsive yakni reaksi, efek, pengaruh, atau tanggapan.
Dalam prinsip S-O-R secara gamblang dijelaskan tentang sebuah proses
belajar dimana efek adalah suatu reaksi khusus yang timbul akibat stimulus atau
rangsangan tertentu. Artinya bahwa orang-orang dapat memprediksi keterkaitan
yang erat antara pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa terhadap
reaksi yang akan muncul dalam diri penerima akibat pesan tersebut.
1.5.2. Komunikasi dan Komunikasi Massa
Setiap manusia yang hidup dalam mayarakat, sejak bangun tidur sampai
tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Terjadinya
komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial (social relations).
Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu
sama lain yang karena berhubungan menimbulkan interaksi sosial (social
interaction).

Terjadinya

interaksi

sosial

disebabkan

interkomunikasi

(intercommunication). Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh


seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku, baik secara langsung secara lisan, maupun tidak langsung
melalui media (Effendy, 2005 : 5).
Menurut

Harold

Lasswel

(dalam

Mulyana,

2002

62)

untuk

mendefinisikan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan


berikut : Who (Siapa), Says What (Mengatakan apa), in Which Channel (dengan
saluran apa), To Whom (kepada siapa), With What Effect (dengan pengaruh
bagaimana ?)

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

Yang terpenting dalam komunikasi adalah bagaimana caranya agar suatu


pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu
pada komunikan (Effendy, 2002 :6). Dampak yang ditimbulkan dapat
diklasifikasikan menurut kadarnya, yakni :
a. Dampak kognitif, dampak yang timbul pada komunikan sehingga
komunikan menjadi tahu dan meningkat intelektualitasnya.
b. Dampak afektif, tujuan komunikator bukan hanya sekedar membuat
komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya; menimbulkan perasaan tertentu,
misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya.
c. Dampak behavioral, dampak yang timbul pada komunikan dalm bentuk
perilaku, tindakan, atau kegiatan.
Komunikasi massa merupakan salah satu bidang dalam ilmu komunikasi.
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan
media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi),
yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan
kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan
heterogen dan pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak,
dan selintas, khususnya media elektronik (Mulyana, 2002 : 75). Ciri komunikasi
massa ditentukan oleh sifat unsur-unsur yang dicakupnya, yakni sifat komunikan,
sifat media, sifat pesan, sifat komunikator, dan sifat efek. Fungsi komunikasi
massa bagi masyarakat menurut Alexie S. Tan (dalam Nurudin, 2003 : 63) adalah
sebagai berikut :
1. to inform (memberi informasi)
2. to educate (mendidik)

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

3. to persuate (mengajak)
4. to entertaint (menghibur)
Sebagaimana

diketahui,

komunikasi

massa

adalah

pesan

yang

dikomunikasikan dengan memakai media massa sebagai salurannya, sehingga


tidak bisa lepas dari media massa sebagai media utama dalam proses komunikasi
massa itu sendiri.
1.5.3. Film Pornografi
Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan
hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu kepada masyarakat umum. Film
dapat dikatakan sebagai suatu penemuan teknologi modern paling spektakuler
yang melahirkan berbagai kemungkinan. Film memiliki pengertian paling umum,
yaitu untuk menampilkan serangkaian gambar yang diambil dari objek yang
bergerak. Gambar objek itu memperlihatkan suatu seri gerakan atau momen yang
berlangsung secara terus-menerus, kemudian diproyeksikan ke sebuah layar
dengan memutarnya dalam kecepatan tertentu sehingga menghasilkan sebuah
gambar hidup. Film dalam batasan sinematografis, sepanjang sejarahnya
memberikan keleluasaan tema bila dilihat dari isi dan sasaran atau tujuannya.
Film, seperti yang tertuang dalam UU Republik Indonesia No. 08 tahun
1992 didefinisikan sebagai suatu karya cipta seni dan budaya yang merupakan
media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas
sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video,
dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan
ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem
proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya.
Kata pornografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas dua suku kata :
Porneia dan Grafe. Porneia: a prostitude; Grafe : to write. Pornographos :
writing about prostitutes (tulisan atau penggambaran mengenai pelacur atau
pelacuran) (Tjipta Lesmana, 1995:69).
Pornografi itu sendiri belum dapat dijadikan satu referensi menyeluruh
bagi semua pihak dalam memberikan defenisi baku tentang pornografi. Bahkan
mengenai defenisi pornografi dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
44 Tahun 2008 tentang Pornografi banyak mengundang kontroversi dari berbagai
kalangan. Defenisi pornografi dalam Undang-Undang Pornografi tersebut tertuang
dalam pasal 1 huruf a; Pornografi adalah materi seksualitas yang dibuat oleh
manusia dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar
bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan
komunikasi lain melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan
di muka umum, yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan/atau melanggar
nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat. Catharine MacKinnon seorang feminis
dan professor hukum dari University of Michigan memberikan definisi yang
singkat, namun sangat lugas sekali Pornography has a central role in
institutionalizing a subhuman, victimized, second-class status for women. Begitu
juga

dengan

Susan

Brownmiller

yang

memberi

defenisi

pornografi,

Pornography promotes a climate of opinion in which sexual hostility against


women is not only tolerated, but ideologically encouraged. The intent is to deny

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

the humanity of women, so that acts of aggression are viewed less seriously, and
to encourage aggression (www.internet explorer.com, 27 Mei 2009).
Dengan demikian, pengertian film pornografi adalah suatu karya cipta
dengan menggunakan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan asas
sinematografi yang melibatkan pekerja-pekerja film dan berisi serangkaian
gambar-gambar bergerak yang penuh dengan adegan-adegan ketelanjangan dan
kecabulan yang dapat membangkitkan hasrat seksual serta melanggar nilai-nilai
kesusilaan dalam masyarakat.
1.5.4. Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan yaitu psikologi yang mempelajari tentang
perkembangan psikis manusia dimulai dari masa bayi higga ke masa tua yang
mencakup, psikologi anak, psikologi remaja, psikologi orang dewasa, dan
psikologi orang tua (Walgito, 2002 : 116). Dalam hal ini, yang menjadi fokus
penelitian penulis adalah bidang psikologi remaja. Khususnya pada diri remaja,
proses perubahan itu merupakan suatu hal yang harus terjadi oleh karena dalam
proses pematangan kepribadiannya, remaja sedikit demi sedikit muncul ke
permukaan sifat-sifatnya

yang

sesungguhnya

harus

berbenturan dengan

rangsangan-rangsangan dari luar (Sarwono, 1994 : 74).


Selanjutnya, menurut Richmond dan Sklansay (dalam Sarwono, 1994 : 17)
inti dari tugas perkembangan seseorang dalam periode remaja awal dan menengah
adalah memperjuangkan kebebasan. Pengalaman yang menunjukkan bahwa
remaja yang telah mendapat status sosial yang jelas dalam usia dini, tidak
menampakkan gejolak emosi yang terlalu menonjol seperti teman-temannya yang
lain, dimana harus menjalani masa transisi dalam masa yang cukup panjang.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

Biasanya, masalahnya adalah jika seorang remaja tidak berhasil mengatasi situasisituasi yang kritis dalam rangka konflik peran itu karena ia terlalu mengikuti
gejolak emosinya, maka besar kemungkinan ia akan terperangkap ke jalan yang
salah. Seperti mengkonsumsi obat terlarang, pelaku seks bebas, dan yang lainnya.
Hal ini sering kali disebabkan karena kurang adanya kemampuan remaja untuk
mengarahkan emosinya.
1.5.5. Remaja
Secara etimologi, kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere
yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko,1984 dalam Rice, 1990).
Papalia dan Olds (2001) mendefinisikan masa remaja sebagai masa transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya
dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan atau awal
dua puluhan tahun. Sedangkan menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan
dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun.
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang
batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang
dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan, ternyata tidak lagi cocol sebagai
patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja, sebab usia pubertas yang
dahulu terjadi pada usia belasan (15-18 tahun) kini terjadi pada awal belasan
bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah
(atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan
sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di
saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang
perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir hampir tidak

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali


mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak
tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.
1.5.6. Karakteristik Remaja

Abin Syamsuddin Makmun, memerinci karakteristik perilaku dan pribadi


pada masa remaja, yang terbagi ke dalam bagian dua kelompok yaitu remaja awal
(11-15 tahun) dan remaja akhir (16-24 tahun) meliputi aspek : fisik, psikomotor,
bahasa, kognitif, sosial, moralitas, keagamaan, konatif, emosi, afektif dan
kepribadian, sebagai berikut (Syamsuddin, 2003):

Tabel 1
Karakteristik Remaja
Remaja Awal

Remaja Akhir

(11-15 Tahun)

(16-24 Tahun)
Fisik

Laju perkembangan secara umum

Laju perkembangan secara umum

berlangsung pesat.

kembali menurun, sangat lambat.

Proporsi ukuran tinggi dan berat badan

Proporsi ukuran tinggi dan berat

sering- kali kurang seimbang.

badan

lebih

seimbang

mendekati

kekuatan orang dewasa.


Munculnya ciri-ciri sekunder (tumbuh

Siap

bulu

reproduksi seperti pada orang dewasa.

pada

public

region,

otot

berfungsinya

organ-organ

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

mengembang pada bagian bagian


tertentu),
sekresi

disertai

mulai

aktifnya

kelenjar

jenis

kelamin

(menstruasi pada wanita dan day


dreaming pada laki-laki).
Psikomotor
Gerak gerik tampak canggung dan

Gerak gerik mulai mantap.

kurang terkoordinasikan.
Aktif dalam berbagai jenis cabang

Jenis dan jumlah cabang permainan

permainan.

lebih

selektif

dan

terbatas

pada

keterampilan yang menunjang kepada


persiapan kerja.

Bahasa
Berkembangnya penggunaan bahasa

Lebih memantapkan diri pada bahasa

sandi dan mulai tertarik mempelajari

asing tertentu yang dipilihnya.

bahasa asing.
Menggemari
Menggemari

literatur

literatur

yang

yang
bernafaskan dan mengandung nilai-

bernafaskan dan mengandung segi


nilai filosofis, ethis, religius.
erotik, fantastik dan estetik.

Perilaku Kognitif
Proses

berfikir

sudah

mampu

Sudah

mampu

mengoperasikan

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

mengoperasikan kaidah-kaidah logika

kaidah-kaidah logika formal disertai

formal

kemampuan

(asosiasi,

diferensiasi,

membuat

generalisasi

komparasi, kausalitas) yang bersifat

yang lebih bersifat konklusif dan

abstrak, meskipun relatif terbatas.

komprehensif.
Tercapainya titik puncak kedewasaan

Kecakapan dasar intelektual menjalani

bahkan mungkin mapan (plateau)

laju perkembangan yang terpesat.

yang suatu saat (usia 50-60 tahun)


menjadi deklinasi.

Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai

Kecenderungan

menujukkan

mencapai

kecenderungan-

kecenderungan yang lebih jelas.

bakat

titik

tertentu

puncak

dan

kemantapannya.
Perilaku Sosial

Diawali

dengan

kecenderungan

Bergaul dengan jumlah teman yang

ambivalensi keinginan menyendiri dan

lebih terbatas dan selektif dan lebih

keinginan bergaul dengan banyak

lama (teman dekat).

teman tetapi bersifat temporer.


Adanya kebergantungan yang kuat

Kebergantungan kepada kelompok

kepada

sebaya berangsur fleksibel, kecuali

kelompok

sebaya

disertai

semangat konformitas yang tinggi.

dengan teman dekat pilihannya yang


banyak memiliki kesamaan minat.
Moralitas

Adanya ambivalensi antara keinginan

Sudah

dapat

memisahkan

antara

bebas dari dominasi pengaruh orang

sistem nilainilai atau normatif yang

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

tua dengan kebutuhan dan bantuan

universal dari para pendukungnya

dari orang tua.

yang mungkin dapat berbuat keliru


atau kesalahan.

Dengan sikapnya dan cara berfikirnya

Sudah berangsur dapat menentukan

yang kritis mulai menguji kaidah-

dan menilai tindakannya sendiri atas

kaidah atau sistem nilai etis dengan

norma atau sistem nilai yang dipilih

kenyataannya dalam perilaku sehari-

dan dianutnya sesuai dengan hati

hari oleh para pendukungnya.

nuraninya.

Mengidentifikasi
moralitas

yang

dengan

tokoh

Mulai dapat memelihara jarak dan

dipandang

tepat

batas-batas kebebasan- nya mana

dengan tipe idolanya.

yang

harus

dirundingkan

dengan

orang tuanya.

Perilaku Keagamaan
Mengenai

eksistensi

sifat

Eksistensi dan sifat kemurah-an dan

kemurahan dan keadilan Tuhan mulai

keadilan Tuhan mulai dipahamkan

dipertanyakan

dan

secara

dan

kritis

dan

skeptis.

dihayati

kepercayaan

menurut
atau

sistem

agama

yang

dianutnya.
Penghayatan kehidupan keagamaan

Penghayatan kehidupan keagamaan

sehari-hari

dilakukan

sehari-hari mulai dilakukan atas dasar

pertimbangan

adanya

atas
semacam

tuntutan yang memaksa dari luar

kesadaran dan pertimbangan hati


nuraninya sendiri secara tulus ikhlas.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

dirinya.
Masih

mencari

dan

mencoba

Mulai menemukan pegangan hidup.

menemukan pegangan hidup.


Konatif, Emosi, Afektif dan Kepribadian
Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa

Sudah

menunjukkan

arah

aman, kasih sayang, harga diri dan

kecenderungan tertentu yang akan

aktualisasi diri) mulai menunjukkan

mewarnai pola dasar kepribadiannya.

arah kecenderungannya.
Reaksi-reaksi

dan

ekspresi

Reaksi-reaksi

dan

emosionalnya masih labil dan belum

emosionalnya

tampak

terkendali seperti pernyataan marah,

terkendali

dapat

gembira atau kesedihannya masih

dirinya.

dan

ekspresi
mulai
menguasai

dapat berubah-ubah dan silih berganti


dalam yang cepat.
Kecenderungan-kecenderungan

arah

Kecenderungan titik berat ke arah

sikap nilai mulai tampak (teoritis,

sikap nilai tertentu sudah mulai jelas

ekonomis, estetis, sosial, politis, dan

seperti yang akan ditunjukkan oleh

religius), meski masih dalam taraf

kecenderungan minat dan pilihan

eksplorasi dan mencoba-coba.

karier atau pendidikan lanjutannya;


yang

juga akan memberi warna

kepada tipe kepribadiannya.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

1.5.7. Gaya Hidup Remaja


Semua jenis media, baik itu internet, televisi, film, ponsel maupun
majalah, berpengaruh besar terhadap gaya hidup remaja masa kini. Kebanyakan
media menginformasikan tentang gaya hidup remaja perkotaan, yang sebenarnya
sudah terimbas pada gaya hidup modern. Masa remaja adalah masa pencarian
identitas. Remaja mulai mencari gaya hidup yang pas dan sesuai dengan selera.
Remaja juga mulai mencari seorang idola atau tokoh identifikasi yang bisa
dijadikan panutan, baik dalam pencarian gaya bicara, gaya berpakaian, gaya
rambut, gaya berpacaran sampai gaya bergaul. Kotler (1997:159) mendefinisikan
gaya hidup itu sebagai pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam
aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri
seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya.
Arus globalisasi dan modernisasi yang tidak dapat dibendung menjadikan
para remaja kehilangan arah serta kontrol. Jalaluddin Rakhmat (dalam Subandy,
1997 : 39) kemudian memperlihatkan kemungkinan pengaruh teknologi informasi
pada perubahan perilaku sosial di kalangan remaja. Bukan tidak mungkin
mewarnai gaya hidup, karena tanpa disadari isi media dapat mempengaruhi
struktur kognitif dan afektif para remaja.
Fim pornografi merupakan salah satu akibat dari arus globalisasi yang
dengan sangat mudah dapat diakses oleh remaja saat ini, kini hal itu sudah mulai
memperlihatkan ancaman terhadap gaya hidup remaja masa kini. Cline (1996)
mengemukakan empat dampak progresif dari film pornografi: (1) kecanduan, di
mana hasrat untuk menikmati tayangan-tayangan pornografi membuat orang
kehilangan penguasaan diri; (2) meningkatnya nafsu liar, di mana orang menjadi
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

kurang puas dengan hubungan seksual yang normal dan masuk ke dalam
pornografi yang semakin dan semakin brutal, biasanya guna memperoleh tingkat
sensasi dan gairah yang sama; (3) hilangnya kepekaan moral, di mana ia tidak lagi
memiliki kepekaan moral terhadap tayangan-tayangan yang tidak wajar, yang
tidak sah, yang menjijikkan, yang menyesatkan,

tidak bermoral, melainkan

menikmatinya sebagai tayangan yang dapat diterima dan mulai memandang orang
lain sebagai obyek; (4) pelampiasan, di mana khayalan diwujudkan dalam
tindakan nyata yang jahat. Film pornografi juga dapat mendorong para remaja
untuk menjadi lebih konsumtif karena film pornografi memiliki kekuatan untuk
menawarkan kepada para remaja untuk dapat memiliki sex appeal (daya tarik
seks).
1.6.

Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis

dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai, dan


sebagai bahan yang akan menuntun dalam merumuskan penelitian (Nawawi, 1995
: 40).
Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan sebelumnya, maka ada
beberapa konsep yang harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi
variabel agar dapat diteliti secara empiris. Adapun variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :

Variabel Bebas (X)


Variabel bebas adalah segala gejala, faktor, atau unsur yang menentukan

atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut dengan variabel

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

terikat (Nawawi, 1995 : 57). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah film
pornografi.

Variabel Terikat (Y)


Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada

atau muncul yang ditentukan oleh adanya variabel bebas dan bukan karena adanya
variabel lain (Nawawi, 1995 : 57). Variabel terikat merupakan gabungan dari
model dan perilaku. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah gaya hidup
remaja yang tinggal di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala, Kecamatan
Medan Johor.
1.7. Model Teoritis
Adapun model teoritis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Bebas (X)

Variabel Terikat (Y)

Film Pornografi

Gaya Hidup Remaja

1.8. Operasional Variabel


Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di
atas, maka untuk lebih memudahkan penelitian, perlu dibuat operasional variabelvariabel terkait sebagai berikut :
Tabel 2
Operasional Variabel
Variabel Teoritis

Variabel Operasional

1. Variabel Bebas (X)


1. Alur Cerita
2. Kesinambungan/Keutuhan Cerita

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

3. Kejelasan Setiap Pesan


Film Pornografi

4. Daya Tarik Aktor/Aktris


5. Frekwensi Menonton
6. Tempat Menonton
7. Cara Menonton
8. Teman Menonton
9. Situasi Ketika Menonton
10. Waktu Menonton

2. Variabel Terikat (Y)

1. Gaya Bergaul
2. Gaya Berbicara
3. Gaya Berpacaran

Perubahan Gaya Hidup Remaja

4. Gaya Berpakaian
5. Gaya Rambut
1. Jenis Kelamin
2. Usia

Karakteristik Responden

3. Pekerjaan
4. Penghasilan Orangtua
5. Tingkat Pendidikan

1.9. Defenisi Operasional


Untuk menyampaikan persepsi terhadap indikator penelitian, maka dibuat
defenisi operasional sebagai berikut:

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

1.9.1. Variabel Bebas (Film Pornografi)


1. Kesinambungan/keutuhan cerita, yaitu menilai apakah isi cerita dari satu
bagian ke bagian yang lain sudah jelas
2. Kejelasan isi setiap pesan, yaitu isi cerita yang disampaikan benar-benar
akurat
3. Daya tarik aktor/aktris, yaitu mengagumi pemain dalam film sehingga tertarik
untuk menonton film yang diperankan oleh aktor/aktris tersebut.
4. Lokasi syuting, yaitu tempat atau daerah dimana kegiatan pembuatan film
dilaksanakan.
5. Alur cerita, yaitu rangkaian sesuatu hal, atau kejadian yang terjadi.
6. Frekwensi menonton, yaitu tingkatan menonton atau lamanya khalayak
menonton.
7. Tempat menonton, yaitu lokasi dimana khalayak melakukan kegiatan
menonton.
8. Cara menonton, yaitu gaya khalayak atau kebiasaan khalayak menonton.
9. Teman menonton, yaitu rekan atau pasangan yang bersama di saat melakukan
kegiatan menonton film.
10. Situasi ketika menonton, yaitu keadaan atau kondisi di saat melakukan
kegiatan menonton film.
11. Waktu menonton, yaitu ukuran lama rentetan khalayak menonton.
1.9.2. Variabel Terikat (Perubahan Gaya Hidup Remaja)
1. Gaya bergaul, yaitu gaya dalam menjalin hubungan pertemanan, baik di
lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah, kampus, dan pekerjaan.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

2. Gaya berbicara, yaitu gaya dalam mengeluarkan suara dengan kata-kata dari
dalam mulut.
3. Gaya berpacaran, yaitu gaya dalam menjalin hubungan kasih dengan lawan
jenis.
4. Gaya rambut, gaya yang dibuat untuk membuat variasi di kepala dengan
rambut.
5. Gaya berpakaian, yaitu gaya dalam mengenakan busana dalam kehidupan
sehari-hari.
Karakteristik Responden
1. Jenis kelamin, yaitu jenis kelamin para responden.
2. Usia, yaitu tingkatan umur para responden.
3. Pekerjaan, yaitu mata pencaharian para responden.
4. Penghasilan, yaitu pendapatan yang diperoleh para responden.
5. Tingkat Pendidikan, yaitu jenjang pendidikan para responden.
1.10. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan
antara dua variabel atau lebih. Menurut Champion dalam Rakhmat (2005 : 14),
hipotesis adalah penghubung antar teori dengan dunia empiris.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H0 : Tidak terdapat hubungan antara menonton film pornografi terhadap gaya
hidup remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala, Medan.
Ha : Terdapat hubungan antara menonton film pornografi terhadap gaya hidup
remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala, Medan.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

BAB II
URAIAN TEORITIS

2.1. Teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R)


2.1.1. Latar Belakang Kelahiran Teori
Dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang
banyak mendapat pengaruh dari teori psikologi, Teori S-O-R merupakan
singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Objek material dari psikologi dan
ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponenkomponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi.
Asumsi dasar dari model ini adalah media massa menimbulkan efek yang
terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau
S-R theory menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi.
Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal,
simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan
cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif; misal
jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum dan ini merupakan reaksi positif,
namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi
negatif. Model inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi
yaitu Hypodermic Needle atau Teori Jarum Suntik. Asumsi dari teori inipun tidak
jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat
memiliki efek yang kuat tehadap komunikan. Artinya, media diibaratkan sebagai
jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan
menghasilkan tanggapan ( R) yang kuat pula.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

2.1.2. Mekanisme Teori S-O-R


Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi
khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi, unsur-unsur
dalam model ini adalah :

Pesan (stimulus, S)

Komunikan (organism, O)

Efek (Response, R)
Hovland, Janis dan Kelly (1953) mengatakan bahwa proses perubahan

perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku
tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :

Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau


ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti
stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti
disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian
dari individu dan stimulus tersebut efektif.

Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima),


maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi


kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya
(bersikap).

Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka


stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut
(perubahan perilaku).

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya


apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus
semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang
diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini,
faktor reinforcement memegang peranan penting.
Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya
jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip pendapat
Hovland, Janis dan Kelly (dalam Effendy, 2003 : 255) yang menyatakan bahwa
dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu :
(a) Perhatian
(b) Pengertian
(c) Penerimaan
Tabel 3
Variabel Perubahan Sikap

Stimulus

Organisme :
- perhatian
- pengertian
- penerimaan

Respon
(Perubahan sikap)
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin
diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian
dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan
inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan
menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan


perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi
dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya
kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan
perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
2.2. Komunikasi dan Komunikasi Massa
2.2.1. Pengertian Komunikasi dan Komunikasi Massa
Komunikasi pada umumnya diartikan sebagai hubungan atau kegiatan
yang ada kaitannya dengan masalah hubungan, adapula mengartikan saling tukarmenukar pikiran atau pendapat. Menurut Effendy (1986 : 62), komunikasi adalah
proses penyampaian suatu pesan sebagai paduan pikiran dan perasaan oleh
seseorang untuk mengubah sikap, opini, atau perilaku orang lain dengan upaya
memperoleh tanggapan. Harold Lasswell (dalam Effendy, 1986 : 13) mengatakan
bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab
pertanyaan sebagai berikut : Who Says What In Which Channel To Whom With
What Effect?
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima
unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yakni :

- Komunikator (Communicator, source, sender)


- Pesan

(Message)

- Media

(Channel)

-Komunikan

(Communicant, communicatee, receiver, recipient)

- Efek

(Effect, impact, influence)

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses


penyampaian oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu.
Kegiatan komunikasi yang menggunakan media massa sebagai saluran
disebut dengan komunikasi massa. Pengertian komunikasi massa menurut
Rakhmat (1992 : 189), adalah sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan
kepada khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim, melalui media cetak atau
elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serempak dan sesaat.
Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli
komunikasi yang lain yaitu, George Gerbner. Menurut Gerbner Mass
communication is the technologically and institutionally based production and
distribution of the most broadly shared continuous flow of message in industrial
societies. (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan
teknologi dan lembaga dan arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki
orang dalam masyarakat industri (Rakhmat, seperti yang dikutip dalam Kalinah,
dkk, 1999).
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner
(Rakhmat, seperti yang disitir Komala, dalam Karlinah, dkk, 1999), yakni :
komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada
sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi
massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu
disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas
yang dihadiri oleh ribuan orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

bukan komunikasi massa. Pada dasarnya komunikasi massa bertujuan untuk


mempengaruhi orang lain dengan menggunakan berbagai media yang ada.
2.2.2. Karakteristik Komunikasi Massa
Orang-orang yang akan menggunakan media massa sebagai alat untuk
melakukan kegiatan komunikasi haruslah memahami karakteristik komunikasi
massa. Adapun karakteristik komunikasi massa menurut Elvinaro dan Komala
(2004 :7-12) adalah sebagai berikut :
1. Komunikator Terlembagakan
Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Komunikasi
massa itu menggunakan media massa, baik media cetak maupun
elektronik,

komunikasi

massa

itu

melibatkan

lembaga,

dan

komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks.


2. Pesan Bersifat Umum
Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa
ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk kelompok orang
tertentu. Oleh karenanya, pesan bersifat umum. Pesan komunikasi dapat
berupa fakta, peristiwa, atau opini. Namun, tidak semua fakta dan peristiwa
yang ada di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan
komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apa pun harus memenuhi
kriteria penting atau menarik bagi sebagian besar komunikan.
3. Komunikannya Anonim dan Heterogen
Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Pada
komunikasi antarpribadi, komunikator akan mengenal komunikannya,
mengetahui

identitasnya.

Sedangkan

dalam

komunikasi

massa,

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

komunikator

tidak

mengenal

komunikan,

karena

komunikasinya

menggunakan media bukan tatap muka. Disamping anonim, komunikan


dalam komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai
lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan
faktor, antara lain; usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar
belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi.
4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan
Media massa mampu untuk menimbulkan keserempakan pada khalayak
dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan. Keserempakan media
massa itu adalah keserempakan dengan sejumlah besar penduduk dalam
jarak yang jauh dengan komunikator, dan penduduk tersebut satu sama
lainnya dalam keadaan terpisah.
5. Komunikasi Massa Berlangsung Satu Arah
Berbeda dengan komunikasi antarpribadi yang berlangsung dua arah,
komunikasi massa berlangsung satu arah. Ini berarti bahwa tidak terdapat
arus balik dari komunikan kepada komunikator.

2.2.3. Efek Media Komunikasi Massa


Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat
menggerakkan proses sosial ke arah suatu tujuan yang telah diterapkan terlebih
dahulu. Akan tetapi untuk mengetahui secara tepat dan rinci mengenai kekuatan
sosial yang dimiliki oleh komunikasi massa dan hasil yang dapat dicapainya
dalam menggerakkan proses sosial tidaklah mudah. Oleh karena itu, efek atau
hasil yang dapat dicapai oleh komunikasi yang dilaksanakan melalui berbagai

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

media (lisan, tulisan, visual, audio visual) perlu dikaji melalui metode tertentu
yang bersifat analisis psikologi adalah kekuatan sosial yang merupakan hasil kerja
dan berkaitan dengan watak serta kodrat manusia. Sedangkan analisis sosial
adalah peristiwa sosial yang terjadi akibat komunikasi massa dengan peggunaan
media massa yang sangat unik serta kompleks.
Donald K. Robert (Komala, dalam Karlina, dkk. 1999) mengungkapkan,
ada yang beranggapan bahwa efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah
diterpa pesan media massa. Oleh karena fokusnya pesan, maka efek harus
berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa.
Dalam proses komunikasi, pesan dalam media massa tersebut dapat
menerpa seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,
Stamm (1990) menyatakan bahwa efek komunikasi massa terdiri atas primary
effect dan secondary effect.
Menurut Steven M. Chaffe (pada Betty-Soemarit, dalam Karlina, dkk.
1999) efek media massa dapat dilihat dari tiga pendekatan. Pendekatan pertama
adalah efek media massa yang berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri.
Pendekatan kedua adalah dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri
khalayak komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan dan perilaku
atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif dan behavioral.
Pendekatan ketiga yaitu observasi terhadap khalayak (individu, kelompok,
organisasi, masyarakat, atau bangsa) yang dikenai efek komunikasi massa.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

2.3. Film Pornografi


2.3.1. Defenisi Film dan Pornografi
Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan
hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu kepada masyarakat umum. Film
bisa dikatakan sebagai suatu penemuan teknologi modern paling spektakuler yang
melahirkan berbagai kemungkinan. Film memiliki berbagai arti yang berkaitan.
Pertama, dalam pengertian fisik dan teknik, film berarti selaput halus. Pengertian
ini dapat dicontohkan, misalnya pada selaput tipis cat atau pada lapisan tipis yang
biasanya dipakai untuk melindungi benda-benda seperti dokumen (laminasi).
Dalam dunia fotografi dan sinematografi, film berarti bahan yang dipakai untuk
segala sesuatu yang berkaitan dengan foto. Film juga mempunyai pengertian
paling umum, yaitu untuk menampilkan serangkaian gambar yang diambil dari
objek yang bergerak. Gambar objek itu memperlihatkan suatu seri gerakan atau
momen yang berlangsung secara terus-menerus, kemudian diproyeksikan ke
sebuah

layar

dengan

memutarnya

dalam

kecepatan

tertentu

sehingga

menghasilkan sebuah gambar hidup. Dalam UU Republik Indonesia No. 08 tahun


1992, film diartikan sebagai suatu karya cipta seni dan budaya yang merupakan
media komunikasi massa audio-visual (pandang-dengar) yang dibuat berdasarkan
asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video,
dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan
ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan
atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem
proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

Asal kata pornografi sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang terdiri
atas dua suku kata : Porneia dan Grafe. Porneia: a prostitude; Grafe : to write.
Pornographos : writing about prostitutes (tulisan atau penggambaran mengenai
pelacur atau pelacuran) (Lesmana, 1995:69). Hornby memberikan definisi bagi
pornografi sebagai berikut, pornografi merupakan substansi dalam media atau alat
komunikasi yang dibuat untuk menyampaikan gagasan yang mengekploitasi
seksual, kecabulan, atau erotika di muka umum atau bisa dikatakan sesuatu yang
cabul yang berbentuk tulisan atau gambar (Hornby, 1974 : 649).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2008 mengenai
Pornografi memberikan pengertian pornografi dalam pasal 1, ayat 1, huruf a, yang
bunyinya sebagai berikut : Pornografi adalah materi seksualitas yang dibuat oleh
manusia dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar
bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan
komunikasi lain melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan
di muka umum, yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan/atau melanggar
nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat. Sedangkan Websters Dictionary
memberikan defenisi tentang pornografi sebagai berikut :
a. Tulisan, gambar/rekaman tentang seksualitas tentang seksualitas yang tidak
bermoral.
b. Bahan/materi yang menonjolkan seksualitas secara eksplisit terang-terangan
untuk membangkitkan gairah seksual.
c. Tulisan atau gambar yang dimaksudkan untuk membangkitkan nafsu berahi
orang yang melihat atau membaca
d. Tulisan atau penggambaran mengenai pelacuran

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

e. Penggambaran hal-hal cabul melalui tulisan, gambar, atau tontonan yang


bertujuan mengeksploitasi seksualitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, dikatakan pornografi
adalah penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk
membangkitkan nafsu berahi; bahan bacaan yang dengan sengaja dan sematamata dirancang untuk membangkitkan nafsu berahi dalam seks.
Dengan demikian, pengertian film pornografi adalah suatu karya cipta
dengan menggunakan media komunikasi massa pandang-dengar dan dibuat
berdasarkan asas sinematografi dengan direkam dalam pita seluloid, pita video,
atau hasil tekonologi lainnya, yang mempertunjukkan ketelanjangan dan
kecabulan yang dapat membangkitkan hasrat seksual para khalayak.
2.4.

Remaja
Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolesence, berasal dari

bahasa latin, adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai
kematangan. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang masa puber
dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan.
Anak dianggap dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi.
Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki
arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik
(Hurlock, 1991). Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang
mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu
menjadikan dirinya terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana
anak tidak merasa dirinya, berada di bawah tingkat orang yang lebih tua
melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar dalam masalah hak. Memasuki

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek, lebih atau kurang dari usia
pubertas.
Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek
intelektual. Transformasi intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinkan
mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat
dewasa, tapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua
periode perkembangan (Shaw dan Contanzo, 1985).
Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah
tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi juga belum dapat diterima secara
penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja berada di antara anakanak dan dewasa. Oleh karena itu, remaja dikenal dengan fase mencari jati diri
atau fase topan dan badai. Remaja masih belum mampu menguasai dan
memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya (Monks, dkk,
1989). Namun yang perlu ditekankan di sini adalah fase remaja merupakan fase
perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari
aspek kognitif, emosi, maupun fisik.
Perkembangan intelektual yang terus-menerus menyebabkan remaja
mencapai tahap

berpikir secara lebih abstrak, menguji hipotesis, dan

mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanya daripada sekedar melihat
apa adanya. Kemampuan intelektual seperti membedakan fase remaja dari fasefase sebelumnya (Shaw dan Contanzo, 1985).
WHO juga memberikan definisi dalam tiga kriteria yaitu biologis,
psikologis, dan sosial-ekonomi. Sehingga secara lengkap definisi tersebut
berbunyi sebagai berikut :

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda


seksual sekundernya sampai saat ini mencapai kematangan seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanakkanak menjadi dewasa.
3. Terjadi pilihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang relatif lebih mandiri
(Sarwono, 1994 : 9).
WHO juga menetapkan batas usia 10-26 tahun sebagai batasan usia
remaja. Remaja dapat diartikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan
memasuki masa dewasa (Sudarsono, 1993 : 23).
2.4.1. Psikologi Perkembangan
Psikologi

perkembangan

adalah

psikologi

yang

membicarakan

perkembangan psikis manusia dari masa bayi sampai tua yang mencakup,
psikologi anak (mencakup masa bayi), psikologi remaja, psikologi orang dewasa,
dan psikologi orang tua (Walgito, 2002 : 116). Dalam hal ini yang menjadi dalam
penelitian penulis adalah psikologi remaja. Khususnya pada diri remaja, proses
pematangan kepribadiannya, remaja sedikit demi sedikit memunculkan ke
permukaan sifat-sifatnya

yang

sesungguhnya

harus

berbenturan dengan

rangsangan-rangsangan dari luar (Sarwono, 1994 : 74).


Selanjutnya menurut Richmond dan Sklansay (dalam Sarwono, 1994 : 17),
inti dari tugas perkembangan seseorang dalam periode remaja awal dan menengah
adalah memperjuangkan kebebasan. Pengalaman yang menunjukkan bahwa
remaja yang telah mendapat status sosial yang jelas dalam usia dini, tidak
menampakkan gejolak emosi yang terlalu menonjol seperti teman-temannya yang

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

lain, dimana harus menjalani masa transisi dalam masa yang cukup panjang.
Biasanya, masalahnya adalah jika seorang tidak berhasil mengatasi situasi-situasi
yang kritis dalam rangka konflik peran itu, karena ia terlalu mengikuti gejolak
emosinya, maka besar kemungkinan ia akan terperangkap ke jalan yang salah.
Seperti mengkonsumsi obat terlarang, seks bebas, dan yang lainnya. Hal ini sering
kali disebabkan oleh kurang adanya kemampuan remaja untuk mengarahkan
emosinya.
G.S. Hall (dalam Sarwono, 1997 : 23), membagi perkembangan manusia
dalam empat tahap yang mencerminkan tahapan-tahapan perkembangan manusia
sebagai berikut :
1. Masa kanak-kanak (infancy) : 0-4 tahun, mencerminkan tahap hewan
dari evolusi umat manusia.
2. Masa anak-anak (childhood) : 4-8 tahun, mencerminkan masa manusia
liar, manusia yang masih menggantungkan hidupnya pada berburu dan
mencari ikan.
3. Masa muda (youth atau preadolescence) : 8-12 tahun, mencerminkan
era manusia sudah agak mengenal kebudayaan, tetapi masih tetap
setengah liar (semi-barbarian).
4. Masa remaja (adolescence) : 12-25 tahun, yaitu masa topan dan badai
(storm and drang), yang mencerminkan kebudayaan modern yang
penuh gejolak akibat pertentangan nilai-nilai.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

2.4.2. Karakteristik Remaja


Masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri. Ini terjadi
karena masa remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan
masa kehidupan dewasa. Ditinjau dari segi fisiknya, mereka bukan anak-anak lagi
melainkan sudah seperti orang dewasa, ternyata belum dapat menunjukkan sikap
dewasa.
Oleh karena itu, ada sejumlah perilaku yang sering diwujudkan oleh
remaja, yaitu sebagai berikut :
1. Kegelisahan
Sesuai dengan fase perkembangannya, remaja mempunyai banyak
idealisme, angan-angan, atau keinginan yang hendak diwujudkan di masa depan.
Namun, sesungguhnya remaja belum memadai untuk mewujudkan semua itu.
Seringkali angan-angan dan keinginannya jauh lebih besar dibandingkan dengan
kemampuannya.
Selain itu, di satu pihak mereka ingin mendapat pengalaman sebanyakbanyaknya untuk menambah pengetahuan, tetapi di pihak lain mereka merasa
belum mampu melakukan berbagai hal dengan baik sehingga tidak berani
mengambil tindakan mencari pengalaman langsung dari sumbernya. Tarikmenarik antara angan-angan yang tinggi dengan kemampuannya yang masih
belum memadai mengakibatkan mereka diliputi oleh perasaan gelisah.
2. Pertentangan
Sebagai individu yang mencari jati diri, remaja berada pada situasi
psikologis antara ingin melepaskan diri dari orangtua dan perasaan masih belum
mampu mandiri. Oleh karena itu, pada umumnya remaja sering mengalami

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

kebingungan karena seing terjadi pertentangan pendapat antara remaja dan


orangtua. Pertentangan yang sering terjadi itu menimbulkan keinginan remaja
untuk melepaskan diri dari orangtua kemudian ditentangnya sendiri karena dalam
diri remaja ada keinginan untuk memperoleh rasa aman. Remaja sesungguhnya
belum begitu berani mengambil resiko dari tindakan meninggalkan lingkungan
keluarganya yang jelas aman bagi dirinya. Dan juga, keinginan melepaskan diri
belum disertai dengan kesanggupan untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orangtua
dalam soal keuangan. Akibatnya, pertentangan yang sering terjadi itu akan
menimbulkan kebingungan dalam diri remaja itu sendiri maupun bagi orang lain.
3. Mengkhayal
Keinginan untuk menjelajah dan bertualang tidak semuanya dapat
tersalurkan. Biasanya hambatan dari segi keuangan atau biaya. Akibatnya, mereka
lalu mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan menyalurkan khayalannya melalui
dunia fantasi. Khalayan remaja laki-laki biasanya berkisar soal prestasi dan
jenjang karier, sedangkan remaja perempuan lebih mengkhayalkan romantika
hidup. Khayalan tidak selamanya bersifat negatif. Sebab khayalan ini kadangkadang menghasilkan sesuatu yang bersifat konstruktif, misalnya timbul ide-ide
tertent yang dapat direalisasikan.
4. Aktifitas Berkelompok
Berbagai macam keinginan para remaja seringkali tidak dapat terpenuhi
karena bermacam-macam kendala, dan yang sering terjadi adalah tidak
tersedianya biaya. Adanya bermacam-macam larangan dari orangtua sering
melemahkan atau bahkan mematahkan semangat para remaja. Kebanyakan remaja
menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah berkumpul dengan rekan

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. Mereka melakukan suatu kegiatan


secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat diatasi bersama-sama
(Singgih DS, 1980).
5. Keinginan Mencoba Segala Sesuatu
Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high
curiuosity). Karena didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung
ingin bertualang, menjelajah segala sesuatu dan mencoba segala sesuatu yang
belum pernah dialaminya. Selain itu didorong juga oleh keinginan seperti orang
dewasa, dan menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan segala sesuatu yang
belum pernah dialaminya. Selain itu didorong juga oleh keinginan seperti orang
dewasa, menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering
dilakukan oleh orang dewasa. Akibatnya, tidak jarang secara sembunyi-sembunyi,
remaja

pria

mencoba

merokok

karena

sering

melihat

orang

dewasa

melakukannya.
Oleh karena itu, yang amat penting bagi remaja adalah memberikan
bimbingan kepada mereka agar rasa ingin tahunya yang tinggi dapat terarah
kepada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif, dan produktif. Misalnya ingin
menjelajahi alam sekitar untuk kepentingan penyelidikan atau ekspedisi. Jika
keinginan semacam itu mendapat bimbingan dan penyaluran yang baik, akan
menghasilkan kreatifitas remaja yang sangat bermanfaat, seperti kemampuan
membuat alat-alat elektronika untuk kepentingan komunikasi, menghasilkan karya
ilmiah yang berbobot, menghasilkan kolaborasi musik dengan teman-temannya,
dan sebagainya. Jika tidak, dikhawatirkan dapat menjurus kepada kegiatan atau
perilaku negatif, misalnya mencoba memakai narkoba, minum-minuman alkohol,

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

penyalahgunaan obat terlarang atau perilaku seks bebas yang berakibat kehamilan
di luar pernikahan (Soekanto, 1989).
Remaja pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang begitu tinggi
sehingga seringkali mereka ingin mencoba, mengkhayal dan merasa gelisah serta
berani melakukan pertentangan jika mereka merasa disepelekan atau tidak
dianggap. Untuk itu, mereka sangat memerlukan keteladanan, konsistensi, serta
komunikasi yang tulus dan empatik dari orang dewasa.
2.4.3. Gaya Hidup Remaja
Semua jenis media, baik itu internet, televisi, film, ponsel maupun
majalah, berpengaruh besar terhadap gaya hidup remaja masa kini. Kebanyakan
media menginformasikan tentang gaya hidup remaja perkotaan, yang sebenarnya
sudah terimbas pada gaya hidup modern. Masa remaja adalah masa pencarian
identitas. Remaja mulai mencari gaya hidup yang pas dan sesuai dengan selera.
Remaja juga mulai mencari seorang idola atau tokoh identifikasi yang bisa
dijadikan panutan, baik dalam pencarian gaya bicara, gaya berpakaian, gaya
rambut, gaya berpacaran sampai gaya bergaul. Kotler (1997:159) mendefinisikan
gaya hidup itu sebagai pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam
aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri
seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya.
Arus globalisasi dan modernisasi yang tidak dapat dibendung menjadikan
para remaja kehilangan arah serta kontrol. Jalaluddin Rakhmat (dalam Subandy,
1997 : 39) kemudian memperlihatkan kemungkinan pengaruh teknologi informasi
pada perubahan perilaku sosial di kalangan remaja. Bukan tidak mungkin

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

mewarnai gaya hidup, karena tanpa disadari isi media dapat mempengaruhi
struktur kognitif dan afektif para remaja.
Fim pornografi merupakan salah satu akibat dari arus globalisasi yang
dengan sangat mudah dapat diakses oleh remja saat ini, kini hal itu sudah mulai
memperlihatkan ancaman terhadap gaya hidup remaja masa kini. Cline (1996)
mengemukakan empat dampak progresif dari film pornografi: (1) kecanduan, di
mana hasrat untuk menikmati tayangan-tayangan pornografi membuat orang
kehilangan penguasaan diri; (2) meningkatnya nafsu liar, di mana orang menjadi
kurang puas dengan hubungan seksual yang normal dan masuk ke dalam
pornografi yang semakin dan semakin brutal, biasanya guna memperoleh tingkat
sensasi dan gairah yang sama; (3) hilangnya kepekaan moral, di mana ia tidak lagi
memiliki kepekaan moral terhadap tayangan-tayangan yang tidak wajar, yang
tidak sah, yang menjijikkan, yang menyesatkan,

tidak bermoral, melainkan

menikmatinya sebagai tayangan yang dapat diterima dan mulai memandang orang
lain sebagai obyek; (4) pelampiasan, di mana khayalan diwujudkan dalam
tindakan nyata yang jahat. Film pornografi juga dapat mendorong para remaja
untuk menjadi lebih konsumtif karena film pornografi memiliki kekuatan untuk
menawarkan kepada para remaja untuk dapat memiliki sex appeal (daya tarik
seks).

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.

Deskripsi Film Pornografi

3.1.1. Sejarah Perkembangan Film Pornografi di Dunia


Pornografi mempunyai sejarah yang panjang. Karya seni yang secara
seksual bersifat sugestif dan eksplisit sama tuanya dengan karya seni yang
menampilkan gambar-gambar yang lainnya. Foto-foto yang eksplisit muncul tak
lama setelah ditemukannya fotografi. Karya-karya film yang paling tua pun sudah
menampilkan gambar-gambar telanjang maupun gambaran lainnya yang secara
seksual bersifat eksplisit. Film-film pornografi juga hampir sama usianya dengan
media itu sendiri. Menurut buku Patrick Robertson, Film Facts, film porno yang
paling awal, yang dapat diketahui tahun pembuatannya adalah A L'Ecu d'Or ou la
bonne auberge, yang dibuat di Prancis pada tahun 1908. Jalan ceritanya
menggambarkan seorang tentara yang kelelahan yang menjalin hubungan dengan
seorang perempuan pelayan di sebuah penginapan. El Satario dari Argentina
mungkin malah lebih tua lagi. Film ini kemungkinan dibuat antara 1907 dan 1912.
Robertson mencatat bahwa film-film porno tertua yang masih ada tersimpan
dalam Kinsey Collection di Amerika. Sebuah film menunjukkan bagaimana
konvensi-konvensi pornografi pertama kali ditetapkan. Film Jerman, Am Abend,
(1910) adalah sebuah film pendek berdurasi sepuluh menit yang dimulai dengan
seorang perempuan yang sedang melakukan masturbasi di kamarnya dan
kemudian beralih dengan menampilkan dirinya sedang berhubungan seks dengan
seorang laki-laki, melakukan fellatio dan penetrasi anal.
Banyak film porno seperti itu yang dibuat dalam dasawarsa-dasawarsa
berikutnya, namun karena sifat pembuatannya dan distribusinya yang biasanya
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

sembunyi-sembunyi, keterangan dari film-film seperti itu seringkali sulit


diperoleh. Sebuah film berdurasi 59 menit, yang berjudul Mona, yang diproduksi
pada tahun 1970, diakui sebagai film porno pertama yang eksplisit dan
mempunyai plot, yang diedarkan di bioskop-bioskop di Amerika Serikat. Film ini
dibintangi oleh Bill Osco dan Howard Ziehm, yang kemudian membuat film
porno berat, dengan anggaran yang relatif tinggi, yaitu film Flesh Gordon. Film
yang beredar pada tahun 1971, The Boys in the Sand, dapat disebutkan sebagai
yang pertama dalam sejumlah hal yang menyangkut pornografi. Film ini
umumnya dianggap sebagai film pertama yang menggambarkan adegan porno
homoseksual. Film ini juga merupakan film porno pertama yang mencantumkan
nama-nama pemain dan krunya di layar. Ini juga film porno pertama yang
membuat

parodi

terhadap

judul

film

biasa

(www.wikipedia.com/film

pornografi/20 Maret 2009).


3.1.2. Sejarah Perkembangan Film Pornografi di Indonesia
Materi

pornografi

diperkirakan telah masuk ke nusantara pada abad

ke-17, dibawa oleh pedagang-pedagang dari Belanda karena ketidaktahuan


pedagang masa itu mengenai selera warga setempat. Pornografi di Indonesia
adalah suatu hal yang melanggar hukum, namun penegakan hukumnya lemah dan
interpretasinya pun tidak sama dari zaman ke zaman. Pada tahun 1929, diputar di
Jakarta sebuah film yang berjudul Resia Boroboedoer yang menampilkan untuk
pertama kalinya adegan ciuman dan kostum renang.
Pada tahun 1954, Nurnaningsih menimbulkan kehebohan di masyarakat
umum karena berani tampil berani dalam beberapa filmnya yang antara lain
disutradarai oleh Usmar Ismail (Krisis) dan Djadug Djayakusuma (Harimau
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

Tjampa). Di beberapa majalah dimuat fotonya yang seronok. Bahkan kemudian


foto bugilnya tersebar luas di masyarakat. Belakangan baru diketahui bahwa fotofoto itu adalah hasil teknik montage, sementara Nurnaningsih sendiri tidak pernah
tahu-menahu tentang pembuatannya. Aktris tenar lainnya yang pernah menjadi
korban serupa adalah Titien Sumarni dan Netty Herawati. Pada 1955, adegan
ciuman antara Frieda dan S. Bono dalam film Antara Bumi dengan Langit
disensor karena reaksi berat dari masyarakat.
Pada awal 1970-an, perfilman Indonesia berhasil untuk pertama kalinya
menggunakan teknik film berwarna. Dunia film Indonesia bangkit dari kelesuan
yang panjang. Pada tahun 1974, Rahayu Effendi menjadi simbol seks ketika
tampil bugil dengan Dicky Suprapto dalam Tante Girang. Suzanna tampil sebagai
bintang film berani dalam adegan ranjang seperti misalnya dalam film Bernapas
Dalam Lumpur (1970) yang diarahkan oleh Turino Djunaedy dan Bumi Makin
Panas karya Ali Shahab. Di pihak lain, pada tahun 1980-an ini juga muncul filmfilm yang menampilkan aktris-aktris cantik dan seksi, dengan pakaian minim,
seperti yang terdapat dalam film-film Warkop DKI, namun semuanya lolos
sensor, meskipun muncul berbagai protes dari masyarakat.
Sejumlah film muncul dengan judul-judul yang menjurus ke pornografi,
juga merajalela pada masa itu, seperti Bernafas di Atas Ranjang, Satu Ranjang
Dua Cinta, Wanita Simpanan, Nafsu Birahi, Nafsu Liar, dan masih banyak lagi.
Sejumlah pemain yang muncul dalam film seperti itu, antara lain Inneke
Koesherawati, Ibra Azhari, Lisa Chaniago, Febby Lawrence, Teguh Yulianto,
Reynaldi, Kiki Fatmala, dan lain-lain.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

Pada tahun 1984, masyarakat dihebohkan dengan beredarnya kalender


bugil dengan model Indonesia yang terkenal dengan nama Happy New Year 1984
- Sixino. Enam artis Indonesia yaitu Yanti Prianti Kosasih, Dewi Angraini
Kusuma, Rina Susan, Sylvia Karenza, Retno alias Susan dan Dewi Noverawati
alias Vera dibawa ke pengadilan karena mempertontonkan kemolekan tubuhnya
yang didakwa primair melanggar pasal 282 (1) yo pasal 55 (1) ke-1 yo pasal 56
KUHP dan dakwaan Subsidair melanggar pasal 282 (2) yo asal 55 (1) ke-1 yo
pasal 56 KUHP. Namun tidak sampai dihukum atau divonis oleh majelis hakim.
Pada periode tahun 1990-2000-an, pengaruh kemajuan teknologi informasi
semakin terasa dan sukar dihindari. Kehadiran parabola televisi, VCD, laser disc,
DVD dan internet, semuanya membuat film dan gambar panas semakin mudah
ditemukan, baik di kota besar maupun kecil, bahkan sampai ke pedesaan
sekalipun. Pada tahun 1996, Ayu Azhari muncul dalam adegan panas dalam
sebuah film Amerika, The Outraged Fugitive.
Tersedianya kamera video dan videophone dengan harga relatif murah
telah memungkinkan orang merekam adegan-adegan panas, yang pada mulanya
dimaksudkan hanya untuk koleksi pribadinya. Pada periode inilah muncul
sejumlah kasus seperti sepasang mahasiswa dari kota Bandung, atau peredaran
klip video yang dibuat dengan videophone oleh seorang pejabat di Kalimantan.
Awal April 2006 majalah Playboy edisi Indonesia beredar pertama kali dalam
versi yang jauh berbeda dengan aslinya, meskipun rencana peredarannya jauhjauh hari telah banyak ditentang oleh berbagai unsur masyarakat dan pemerintah.
Selain itu, bukan hanya kalangan masyarakat saja yang berbuat asusila, kalangan
selebriti dan pejabat pun ada pula yang mendokumentasikan kegiatan intim

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

mereka, namun disalahgunakan oleh sebagian orang. Seperti film porno berdurasi
singkat yang dibuat oleh Sukma Ayu (Alm) dan B'jah The Fly yang beredar.
Sarah Azhari, Rachel Maryam, Shanty dan beberapa selebriti lainnya pun, sempat
menggegerkan atas aktivitas mereka di kamar mandi yang diambil secara
sembunyi-sembunyi (candid camera). Dan yang paling fenomenal adalah
hubungan intim Maria Eva dan Yahya Zaini, yang pada awalnya untuk dokumen
pribadi, namun harus menjadi konsumsi umum oleh pihak yang tidak bertanggung
jawab (www.wikipedia.com/film pornografi/20 Maret 2009).
3.2.

Deskripsi Lokasi Penelitian

3.2.1. Gambaran Umum Lingkungan XX


Lingkungan XX merupakan salah satu dari 20 lingkungan yang ada di
Kelurahan Kwala Bekala, Medan. Lingkungan XX terdiri dari enam gang, yaitu
Gang Bancin, Gang Methodist, Gang Bangun, Gang Rejeki, Gang Gurusinga,
Gang Garu, dan 2 jalan, yaitu Jalan Lingga Raya, Jalan Unika. Jalan Lingga Raya
dan Jalan Unika dikatakan jalan karena lebar jalannya sekitar 8 meter, kedua jalan
ini terdiri gang-gang kecil di dalamnya. Lingkungan XX dipimpin oleh seorang
kepala lingkungan. Menurut data yang diperoleh dari kantor kelurahan,
Lingkungan XX memiliki luas wilayah sekitar 45 Ha.
Lingkungan XX berbatasan dengan wilayah sebagai berikut :

Di sebelah Utara berbatasan dengan Lingkungan XVIII

Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Simalingkar B

Di sebelah Barat berbatasan dengan Lingkungan XIX

Di sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Babura

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

Lingkungan XX ini berjarak 2 km dari dari pemerintahan Kelurahan


Kwala Bekala, dan sekitar 5 km dari pemerintahan Kecamatan Medan Johor.
Mengenai jumlah penduduk yang dirinci menurut golongan usia, tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan dan jenis kelamin adalah sebagai berikut :
Tabel 4
Golongan Usia, Pendidikan, Jenis Kelamin, dan Jumlah Penduduk
Golongan

Pendidikan

Jenis
Kelamin

Pekerjaan

Jenis
Kelamin

Jumlah

Usia

04-10
tahun

T.Sekolah
SD
SMP

11-13

T.Sekolah
SD
SMP

tahun

14-17
tahun

18-24
tahun

25-40
tahun

T.Sekolah
SD
SMP
SMA

T.Sekolah
SD
SMP
SMA/SMK
Akademi
Universitas

T.Sekolah
SD
SMP
SMA

Lk

Pr

8
41

14
43

9
21

9
10

Tidak Bekerja
Pelajar/Mahasiswa
Wiraswasta
PNS/BUMN
TNI/POLRI
Karyawan Swasta
Tidak Bekerja
Pelajar/Mahasiswa
Wiraswasta
PNS/BUMN
TNI/POLRI
Karyawan Swasta
Tidak Bekerja
Pelajar/Mahasiswa
Wiraswasta
PNS/BUMN
TNI/POLRI
Karyawan Swasta

Lk

Pr

8
41

14
43

22
84

30

19

49

34

30

64

9
25
13

10
53
27

17
17

9
21

2
3
43
1
8

1
3
52
5
10

Tidak Bekerja
Pelajar/Mahasiswa
Wiraswasta
PNS/BUMN
TNI/POLRI
Karyawan Swasta

1
28
14
2
10

26

2
36

15
22
45

Tidak Bekerja
Pelajar/Mahasiswa
Wiraswasta
PNS/BUMN

1
4
75
1

68
2
16
4

69
6
91
5

12
25
50

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

> 40 tahun

Akademi
Universitas

10
21

14
13

TNI/POLRI
Karyawan Swasta

4
32

20

4
52

T.Sekolah
SD
SMP
SMA
Akademi
Universitas

43

44

20
13
17
9
18

Tidak Bekerja
Pelajar/Mahasiswa
Wiraswasta
PNS/BUMN
TNI/POLRI
Karyawan Swasta

12
17
29
4
20

47
24
3
6

10
20

57
44
3
11

Jumlah

733

Sumber : Kelurahan Kwala Bekala.


3.2.2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
korelasional. Peneliti menggunakan metode korelasional bila peneliti mencoba
untuk meneliti hubungan di antara variabel-variabel (Rakhmat, 2005 : 27).
Kelebihan menggunakan metode korelasional adalah metode ini dapat
mengukur hubungan di antara berbagai variabel terikat, dan memudahkan untuk
membuat rancangan penelitian eksperimental. Sedangkan kelemahannya adalah
korelasi yang tidak saling menunjukkan hubungan kausalitas, walaupun kadangkadang korelasi yang tinggi dapat menunjukkan hubungan sebab-akibat
(Rakhmat, 1985 : 43).
3.2.3. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala,
Medan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni 2009 sampai dengan Agustus
2009.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

3.2.4. Populasi dan Sampel


Populasi
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung
pengukuran kuantitatif maupun kualitatif dari pada karateristik tertentu mengenai
sekumpulan objek yang lengkap dan jelas (Nawawi, 1991 : 141). Di dalam
penelitian ini, yang menjadi populasi adalah remaja pada usia antara 14 24 tahun
dan belum menikah. Setelah peneliti melakukan check and recheck terhadap data
yang diberikan oleh Kepala Lingkungan XX, maka peneliti mendapatkan jumlah
remaja yang berdomisili tetap di Lingkungan XX sebanyak 145 orang remaja
yang belum menikah. Di bawah ini terdapat tabel yang menggambarkan jumlah
penyebaran remaja di setiap gang/jalan :
Tabel 5
Jumlah Populasi
Nama gang/jalan di

Populasi

Lingkungan XX
Jalan Lingga Raya

40

Gang Bancin

24

Gang Methodist

Gang Bangun

16

Gang Rezeki

21

Gang Gurusinga

10

Gang Garu

Jalan Unika

21

Jumlah

145

(Sumber : Kepala Lingkungan XX)


Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Sampel

dalam pengertian yang sederhana dapat diartikan sebagai bagian dari populasi
yang menjadi data sebenarnya dalam suatu penelitian (Rakhmat, 2005 : 79).
Berdasarkan data populasi yang ada yaitu sebanyak 145 orang remaja, maka
untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Arikunto, apabila subjek
kurang dari seratus orang lebih baik diambil diambil hingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Namun, jika subjeknya lebih dari 100 orang dapat
diambil sampel antara 10-15% atau 20-25 %, atau dapat lebih. Sedangkan untuk
penelitian korelasional tidak dibutuhkan banyak sampel, cukup berkisar antara 50100 orang saja (Arikunto, 1998 : 20). Berdasarkan pendapat Arikunto di atas,
maka peneliti mengambil sampel sebanyak 25% dari jumlah populasi, dan
hasilnya adalah 145

25
= 36,25 orang. Selanjutnya, jumlah sampel yang
100

diambil dalam penelitian ini adalah 36 orang. Untuk penentuan responden dalam
penelitian ini digunakan teknik proposional random sampling, dengan rumus :
n=

n1 n 2
N

Dimana :
N : jumlah populasi remaja

n 1 : jumlah sampel
n 2 : jumlah populasi remaja di setiap gang/jalan
n : jumlah sampel di setiap gang/jalan
Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dihitung sampel yang terpilih di
setiap gang/jalan sebagai berikut :
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

Nama

Tabel 6
Jumlah Sampel
Populasi Remaja
Penarikan

Gang/Jalan

Sampel

Sampel

Lingga Raya

40

40 36
145

10

Bancin

21

21 36
145

Methodist

9 36
145

Bangun

4 36
145

Rejeki

21

21 36
145

Gurusinga

10

10 36
145

Garu

16

16 36
145

UNIKA

24

24 36
145

Total

145 orang

36 orang

3.2.5. Teknik Penarikan Sampel

Purposive Sampling
Merupakan sampling yang dihitung dengan kriteria-kriteria tertentu yang
ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian (Nawawi, 1985 : 185). Kriteria
sampelnya adalah para remaja yang tinggal di Lingkungan XX,

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

Kelurahan Kwala Bekala, Medan, yang berusia antara 14-24 tahun,


belum pernah menikah, dan pernah menonton film pornografi.
3.2.6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik-teknik yang dipergunakan untuk menggali dan mengumpulkan
data dalam penelitian ini adalah :
a. Penelitian kepustakaan, yaitu penelitian dilakukan dengan menelaah
buku-buku, artikel, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
masalah penelitian sehingga terkumpul data-data dari literatur yang
relevan dan mendukung dalam penelitian ini.
b. Penelitian lapangan, yaitu peneltian yang mengumpulkan data di
lapangan, yang meliputi kegiatan survey di lokasi penelitian melalui :
1. Observasi, yaitu penelitian secara langsung terhadap objek penelitian
sehubungan dengan judul penelitian.
2. Kuesioner (angket), yaitu daftar yang berisikan suatu rangkaian
mengenai suatu hal atau data suatu bidang kuesioner, dimaksudkan
sebagai suatu daftar pertanyaan untuk memperoleh keterangan dalam
penelitian ini, yang terdiri atas tiga variabel, sesuai dengan variabel
penelitiannya yang akan dikembangkan sendiri oleh peneliti.
3.2.7. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Analisa tabel tunggal merupakan analisa yang dilakukan dengan
membagi variabel-variabel penelitian ke dalam jumlah frekuensi dan
persentase.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

b. Analisa tabel silang merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk
menganalisa dan mengetahui apakah variabel yang satu mempunyai
hubungan dengan variabel lainnya.
3.2.8. Uji Hipotesis
Uji hipotesis merupakan suatu cara untuk mengetahui apakah hipotesa
yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Untuk mengujinya
digunakan metode korelasi yang berguna untuk menentukan suatu beserta variabel
tertentu tergantung variabel lain. Simbol korelasi untuk sampel adalah r yang
disebut koefisien korelasi, sedangkan simbol parameter adalah p (dibaca rho).
Untuk menguji hipotesis ini, peneliti mengunakan rumus korelasi
koefisien Rank Spearman.

rxy = 1

6 b 2

n n 1
2

Keterangan :
rxy = koefisien korelasi Rank Spearman

b 2 = hasil korelasi
n = Jumlah sampel
Spearmans rho dilambangkan dengan menggunakan rs . Koefisien
korelasi nonparametik untuk mengukur hasil antara hubungan dua variabel,
dimana data dibuat dalam ranking.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

Selanjutnya, untuk melihat tinggi rendahnya korelasi digunakan skala


Guilford, sebagai berikut (Rakhmat, 2005 : 29) :
< 0,20

hubungan rendah sekali ; lemas sekali

0,21 0,40

hubungan rendah tetapi pasti

0,41 0,70

hubungan yang cukup berarti

0,71 0,90

hubungan yang tinggi ; kuat

> 0,91

hubungan sangat tinggi ; kuat sekali, dapat diandalkan.

Untuk

menentukan tingkat signifikansi dilakukan pengujian dengan

menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi a = 5 %, uji dilakukan 2 sisi
karena untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang signifikan, jika 1 sisi
digunakan untuk mengetahui hubungan lebih kecil atau lebih besar (Priyatno,
2009 : 57).
Tingkat signifikansi dalam hal ini mengambil resiko salah dalam
mengambil keputusan untuk menolak hipotesa yang benar sebanyak-banyaknya 5
% atau 0,05.
Untuk menentukan t hitung, digunakan dengan rumus :
t hitung =

r n2
1 r2

Keterangan :
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah data
Apabila t tabel < t hitung, maka hubungan signifikan, sedangkan apabila t
tabel > t hitung, maka hubungan tidak signifikan.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Proses Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan pengumpulan data, ada beberapa langkah yang
dilakukan oleh peneliti, yaitu :
1. Pra Penelitian
Kegiatan awal penelitian dilakukan dengan melakukan pra penelitian sebagai
upaya penjajakan ke lokasi penelitian. Pra penelitian ini dimulai dengan
melakukan observasi mengenai pengaruh film pornografi terhadap gaya hidup
remaja, kemudian meninjau ke lokasi penelitian guna mengetahui informasi
yang berkaitan dengan topik penelitian.
2. Penyusunan Proposal Penelitian
Langkah selanjutnya, yaitu penelitian proposal yang dilakukan selama dua
bulan. Data-data yang diperoleh pada saat pra penelitian digunakan untuk
melengkapi proposal penelitian.
3. Permohonan Rekomendasi Penelitian
Proses kegiatan penelitian selanjutnya adalah permohonan rekomendasi dari
Dekan FISIP USU, setelah surat rekomendasi diperoleh, selanjutnya
diteruskan kepada Kelurahan Kwala Bekala, Medan.
4. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pelaksanaan pengumpulan data
adalah sebagai berikut :
a. Diskusi dan konsultasi dengan dosen pembimbing mengenai penyesuaian
kuesioner dengan permasalahan yang dapat menjawab masalah dan tujuan

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

penelitian serta penyesuaian komposisi kuesioner yang berpedoman


terhadap variabel-variabel yang akan diteliti.
b. Suatu penelitian nilainya ditentukan oleh objektifitas data yang diperoleh di
lapangan.

Objektifitas

dalam

penelitian

ini

dikumpulkan

dengan

menggunakan kuesioner. Kuesioner yang digunakan terdiri dari 22


pertanyaan yang dibagi menjadi tiga bagian; bagian pertama berisi 4
pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik reponden; bagian
kedua berisi 13 pertanyaan tentang film pornografi; bagian ketiga berisi 5
pertanyaan tentang pengaruh film pornografi terhadap gaya hidup remaja.
Pengumpulan data dilakukan selama dua minggu.
4.2. Langkah-Langkah Mengolah Data
Seorang peneliti memulai proses pengolahan data apabila seluruh data
peneliti sudah terkumpul dan terangkum dalam kuesioner. Dari 36 kuesioner yang
disebarkan semuanya kembali dengan baik, sehingga semua sampel yang
ditentukan terpenuhi. Langkah-langkah pengolahan data yang diperoleh adalah
sebagai berikut :
1. Kuesioner dan Penomoran Kuesioner
Kuesioner yang telah dikumpulkan, kemudian diberikan nomor urut
kuesioner, karena jumlah sampel adalah 36 responden, maka nomor urut
yang digunakan dua digit yaitu 01-36 responden.
2. Editing
Yaitu memeriksa atau mengoreksi kembali seluruh jawaban responden,
mungkin terdapat tulisan atau jawaban yang kurang jelas.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

3. Coding
Yaitu proses pemindahan jawaban responden ke dalam kotak kode (digit)
yang tersedia dalam kuesioner.
4. Inventarisasi Variabel
Yaitu pemindahan variabel dan kode ke dalam lembaran Fortront Cobol
(FC). Hal ini penting dilakukan untuk dokumentasi pengecekkan kembali
sehingga data penelitian di lapangan tidak satu pun yang tidak tercatat.
Tujuan dari Fortront Cobol (FC) dilampirkan dalam skripsi sebagai bahan
kontrol jika kemungkinan terdapat sajian atau deskripsi data dan
pembahasan yang meragukan.
5. Menyediakan Kerangka Tabel
Banyaknya kerangka tabel minimal sejumlah pertanyaan dalam kuesioner,
maksimal dengan kebutuhan analisis. Kerangka tabel ini dilengkapi dengan
nomor tabel, judul tabel, kolom vertikal dan horizontal, kategori dan
indikator, frekwensi, persen, dan jumlah. Fungsi kerangka tabel ini untuk
mewadahi sebaran data penelitian.
6. Tabulasi Data
Yaitu proses pemindahan variabel responden dari lembaran Fortront Cobol
(FC) ke dalam kerangka tabel tunggal.
7. Pengolahan Data Terakhir
Proses pengolah data dilakukan sesuai, apabila data penelitian yang akan
dianalisis seluruhnya telah dideskripsikan ke dalam tabel-tabel.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

4.3. Analisa Tabel Tunggal


4.3.1. Karakteristik Responden
1. Jenis Kelamin Responden
Tabel 8
Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin
F
Pria
30
Wanita
6
Jumlah
36

No
1
2

%
83,3
16,7
100

Sumber P4/FC1
Berdasarkan temuan data pada tabel 8 di atas mengenai jenis kelamin,
terlihat jumlah responden pria lebih besar yaitu sebanyak 30 responden (83,3%)
dibandingkan dengan jumlah responden wanita, yaitu sebanyak 6 responden
(16,7%). Hal ini menunjukkan bahwa niat dan ketertarikan pria terhadap film
pornografi lebih tinggi dibandingkan wanita.
2. Pendidikan Responden
Tabel 9
Tingkat Pendidikan Responden
No
Tingkat Pendidikan
F
1
Tamatan SD
0
2
Tamatan SMP
18
3
Tamatan SMA
15
4
Tamatan Akademi
0
5
Tamatan Universitas
3
Jumlah
36
Sumber P5/FC2

%
0
50
41,7
0
8,3
100

Berdasarkan temuan data dari tabel 9 di atas menunjukkan bahwa


responden yang hanya tamatan SD tidak ada, responden yang tamatan SMP
sebanyak 18 orang (50%), responden yang tamatan SMA ada sebanyak 15 orang
(41,2%), sementara responden yang tamatan Akademi atau setara dengan Diploma
III tidak ada, dan untuk responden yang tamatan Universitas atau Sarjana hanya
ada 3 orang (8,3%).
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

3. Penghasilan Orangtua Responden


Tabel 10
Tingkat Penghasilan Orangtua Responden
No
Penghasilan Orangtua
F
1 Rp.500.000,
5
2 Rp.600.000, - Rp.1.000.000
10
3 Rp.1.100.000 Rp. 1.500.000
5
4 > Rp.1.500.000
16
Jumlah
36
Sumber P6/FC3

%
13,9
27,8
13,9
44,4
100

Berdasarkan tabel 10 di atas, sebanyak 16 responden (44,4%) mengaku


bahwa penghasilan orangtua mereka di atas Rp.1.500.000, 10 responden (27,8%)
menyatakan pengahasilan orangtua mereka berada diantara Rp.600.000Rp.1.000.000, dan 5 orang responden (13,9%) menyatakan bahwa penghasilan
orangtua mereka berada di antara Rp.1.100.000-Rp.1.500.000, sedangkan 5
responden (13,9%) lainnya menyatakan bahwa penghasilan orangtua mereka
sebesar Rp.500.000.
4. Pekerjaan Responden
Tabel 11
Pekerjaan Responden
No
Jenis Pekerjaan
F
1
Tidak Bekerja
2
2
Pelajar / Mahasiswa
27
3
Wiraswasta
5
4
PNS / BUMN
0
5
TNI / POLRI
0
6
Karyawan Swasta
2
Jumlah
36
Sumber P17/FC4

%
5,6
75
13,9
0
0
5,6
100

Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa rata-rata pekerjaan responden adalah


pelajar/mahasiswa, dapat dilihat bahwa responden yang pekerjaannya adalah
pelajar/mahasiswa sebanyak 27 orang (75%), sementara responden yang tidak
bekerja sebanyak 2 orang (5,6%), responden yang pekerjaannya sebagai karyawan

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

swasta sebanyak 2 orang (5,6%), sedangkan responden yang berwiraswasta


sebanyak 5 orang (13,9%).
4.3.2. Film Pornografi
1. Intensitas Menonton
Tabel 12
Intensitas Menonton
No
Intensitas Menonton
F
1
Rendah (1 5 kali)
27
2
Sedang (6 10 kali)
4
3
Tinggi (11 15 kali)
3
4
Tinggi Sekali (> 15 kali)
2
Jumlah
36
Sumber P9/FC6

%
75
11,1
8,3
5,6
100

Tabel 12 menunjukkan bahwa responden yang tingkat menontonnya


rendah yaitu antara 1-5 kali adalah sebanyak 27 orang (75%), responden yang
tingkat menontonnya sedang yaitu antara 1-5 kali adalah sebanyak 4 orang
(11,1%), sementara responden yang tingkat menontonnya tinggi yaitu antara 1115 kali adalah sebanyak 3 orang (8,3%), sedangkan resonden yang tingkat
menontonnya tinggi sekali yaitu lebih dari 15 kali adalah sebanyak 2 orang (5,6
%). Berdasarkan tabel 12 di atas, terlihat jelas bahwa minat dari mayoritas para
responden untuk menonton film pornografi dapat dikatakan rendah karena
mayoritas responden hanya pernah menonton film pornografi antara 1-5 kali saja.
2. Frekwensi Responden Menonton
Tabel 13
Frekwensi Menonton Film Pornografi
No
Frekwensi Menonton
F
1
Jarang (1 kali seminggu)
28
2
Sering (3 kali seminggu)
5
3 Sangat Sering (4-5 kali seminggu)
2
4
Setiap hari
1
Jumlah
36
Sumber P10/FC7

%
77,8
13,8
5,6
2,8
100

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

Tabel 13 menunjukkan frekwensi responden menonton film pornografi.


Berdasarkan tabel 13 dapat dilihat responden yang menyatakan jarang (1 kali
seminggu) sebanyak 28 orang (77,8 %), hal ini menunjukkan frekwensi menonton
responden yang paling dominan, responden yang memiliki frekwensi menonton
sering (3 kali seminggu) sebanyak 5 orang (13,8%), sedangkan responden yang
memiliki frekwensi menonton sangat sering (4-5 kali seminggu) sebanyak 2 orang
responden (5,6 %), sementara responden yang memiliki frekwensi menonton
setiap hari ada 1 orang responden (2,8%).
3. Teman Responden Menonton.

No
1
2
3
4

Teman Menonton

Sendirian
Teman
Pacar
Dengan yang lain
Jumlah
Sumber P11/FC8

Tabel 14
Teman Menonton
Tidak
Jarang
Pernah
F % F
%
0
0 10 27,8
0
0 15 41,7
0
0
5 13,9
0
0
0
0
0
0 30 83,3

Sering
F
4
2
0
0
6

%
11,1
5,6
0
0
16,7

Sangat
Sering
F %
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Total
F
14
17
5
0
36

Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden memilih untuk


menonton film pornografi bersama teman dengan frekwensi jarang, yaitu
sebanyak 15 orang responden (41,7%), tetapi hanya 2 orang responden (5,6%)
dengan frekwensi sering. Responden yang memilih untuk menonton film
pornografi sendiri dengan frekwensi jarang ada sebanyak 10 responden (27,8%),
sedangkan responden yang menonton dengan frekwensi sering ada sebanyak 4
orang responden (11,1%). Untuk responden yang memilih menonton film
pornografi bersama pacar dengan frekwensi jarang sebanyak 5 orang responden
(13,9%), sementara untuk frekwensi sering dan sangat sering tidak ada.
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

%
38,9
47,2
13,9
0
100

Para responden juga memberikan alasan mengapa mereka menonton film


pornografi bersama teman, hanya sendiri, maupun bersama pacar. Untuk
responden yang memilih untuk menonton sendiri, kebanyakan responden
mengatakan bahwa kalau menonton film pornografi lebih seru sendiri, agar dapat
lebih konsentrasi. Sementara responden lainnya mengatakan bahwa kalau mereka
malu kalau diketahui oleh teman-teman mereka.
Untuk responden yang memilih untuk menonton bersama teman, responden
mengatakan karena diajak teman, biar lebih rame, ada teman ngobrol, ga
bengong sendiri.
Untuk responden yang memilih untuk menonton bersama pacar, kelihatannya
alasan mereka seragam, biar bisa dicumbuin.
4. Tempat Responden Menonton

No
1
2
3
4

Tempat Menonton

Rumah
Warnet
Rumah Teman
Tempat lain
Jumlah
Sumber P12/FC9

Tabel 15
Tempat Menonton
Tidak
Jarang
Pernah
F % F
%
0
0
3
8,3
0
0 23 63,9
0
0
2
5,6
0
0
0
0
0
0 28 77,8

Sering
F
2
6
0
0
8

%
5,6
16,6
0
0
22,2

Sangat
Sering
F %
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Total
F
5
29
2
0
36

Tabel 15 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden menonton di


warnet dengan frekwensi jarang ada sebanyak 23 responden (63,9%), dengan
frekwensi sering ada sebanyak 6 responden (16,7%). Responden yang menonton
di rumah sendiri dengan frekwensi jarang ada sebanyak 3 responden (8,3%),
dengan frekwensi sering ada 2 responden (5,6%). Responden yang menonton di
rumah teman dengan frekwensi jarang ada 2 responden (5,6%).
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

%
13,9
80,5
5,6
0
100

5. Media Responden Menonton

No
1
2
3
4

Media

VCD/DVD
Internet
Ponsel
Media lain
Jumlah
Sumber P13/FC10

Tabel 16
Media Yang Dipakai
Tidak
Jarang
Pernah
F % F
%
0
0
2
5,6
0
0 17 47,2
0
0
7 19,4
0
0
0
0
0
0 26 72,2

Sering
F
1
4
2
0
7

%
2,8
11,1
5,6
0
19,5

Sangat
Sering
F %
2 5,6
1 2,8
0
0
0
0
3 8,3

Total
F
5
22
9
0
36

Tabel 16 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden menggunakan


media internet dengan frekwensi jarang, yaitu ada sebanyak 17 orang responden
(47,2%), dan responden yang menggunakan media internet dengan frekwensi
sering ada sebanyak 4 orang responden (11,1%), sedangkan responden yang
menggunakan media internet dengan frekwensi sangat sering ada sebanyak 1
responden (2,8%). Untuk responden yang menggunakan media ponsel dengan
frekwensi jarang ada sebanyak 7 orang responden (19,4%), dan responden yang
menggunakan media ponsel dengan frekwensi sering ada sebanyak 2 orang
responden (5,6%). Untuk responden yang menggunakan media VCD/DVD
dengan frekwensi jarang ada sebanyak 2 orang responden (5,6%), dan responden
dengan frekwensi sering ada sebanyak 1 orang (2,8%), sedangkan responden
dengan frekwensi sangat sering juga 2 orang responden (5,6%). Berbagai alasan
diberikan oleh para responden ketika ditanyakan mengapa mereka memilih salah
satu dari ketiga media tersebut. Bagi responden yang memilih media internet,
alasan mereka karena sudah tahu nama situsnya, ada lagi yang beralasan agar
tidak diketahui orang tua, dan ada juga yang mengatakan dan bahkan alasan ini
yang cenderung diberikan oleh kebanyakan responden, yaitu lebih mudah
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

%
13,9
61,1
25
0
100

mengakses dan relatif lebih murah biaya yang harus dikeluarkan. Lain lagi alasan
yang diberikan oleh para responden yang memilih media ponsel, namun alasan
mereka sepertinya hampir seragam, lebih mudah dihapus jika sudah bosan dan
dapat dikirimi lagi sama teman mereka via bluetooth. Ada lagi yang beralasan
menonton film pornografi melalui ponsel, orang akan mengira saya sedang
menulis pesan. Sedangkan, responden yang menggunakan media VCD/DVD
beralasan layarnya lebih lebar, jadi nontonnya lebih puas. Beberapa responden
juga beralasan bahwa dengan menggunakan media VCD/DVD mereka tidak perlu
keluar uang, karena cakramnya bisa mereka pinjam dari teman-teman mereka.
6. Alasan Responden Menonton

No
1
2
3
4

Alasan Menonton

Sekedar ingin tahu


Ingin mencoba
Mencari kesenangan
Ikut-ikutan teman
Jumlah
Sumber P14/FC11

Tabel 17
Alasan Menonton
Tidak
Kurang
Setuju
Setuju
F % F
%
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Setuju
F
27
0
3
0
30

%
75
0
8,3
0
83,3

Sangat
Setuju
F
%
2 5,6
1 2,8
3 8,3
0
0
6 16,7

Total
F
29
1
6
0
36

Tabel 17 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan


setuju dengan sekedar ingin tahu yaitu sebanyak 27 orang responden (75%),
sedangkan responden yang menyatakan sangat setuju dengan sekedar ingin tahu
ada sebanyak 2 orang responden (5,6%). Responden yang menyatakan sangat
setuju dengan ingin mencoba hanya 1 orang responden (1,7%), sementara
responden yang menyatakan setuju dengan mencari kesenangan ada sebanyak 3
orang responden (8,3%), dan responden yang menyatakan sangat setuju dengan
mencari kesenangan ada sebanyak 3 orang responden (8,3%).

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

%
80,5
2,8
16,7
0
100

7. Lamanya Responden Menonton


Tabel 18
Lamanya Menonton
No
Lamanya Menonton
F
1
Sebentar (30-60 menit)
29
2
Cukup Lama (1,5-2 Jam)
5
3
Lama (2,5-3 Jam)
1
4
Sangat Lama (> 3Jam)
1
Jumlah
36
Sumber P15/FC11

%
80,5
13,9
2,8
2,8
100

Tabel 18 di atas memperlihatkan lamanya responden menonton.


Berdasarkan dari data di atas dapat dilihat bahwa responden yang menonton film
pornografi hanya sebentar (30-60 menit) sebanyak 29 orang (80,5%), berikutnya
responden yang menonton film pornografi dengan waktu yang cukup lama (1,5-2
jam) sebanyak 5 orang (13,9%), sedangkan responden yang menonton film
pornografi dengan waktu yang lama sebanyak 1 orang (2,8 %), sementara
responden yang menonton film pornografi dengan waktu yang sangat lama (> 3
jam) sebanyak 1 orang juga (2,8 %).
8. Situasi Saat Menonton
Tabel 21
Situasi Saat Menonton
No
Situasi Saat Menonton
F
1
Sangat Riuh
1
2
Cukup Riuh
3
3
Riuh
4
4
Tenang
28
Jumlah
36
Sumber P16/FC12

%
2,8
8,3
11,1
77,8
100

Tabel 21 di atas menunjukkan situasi menonton responden. Responden


yang menonton film pornografi dengan situasi yang tenang sebanyak 28 orang
(77,8 %), responden yang menonton film pornografi dengan situasi yang riuh
sebanyak 4 orang responden (11,1%), sedangkan responden yang menonton film
pornografi dengan situasi yang cukup riuh sebanyak 3 orang (8,3%), sementara
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

responden yang menonton film pornografi dengan situasi yang sangat riuh
sebanyak 1 orang (2,8%). Hal ini menunjukkan bahwa situasi yang paling
dominan adalah tenang.
9. Posisi Responden menonton

No

Posisi
Menonton

1
2
3
4

Duduk
Tengkurap
Tidur
Berdiri
Jumlah
Sumber P17/FC13

Tabel 22
Posisi Saat Menonton
Tidak
Jarang
Sering
Pernah
F
%
F
%
F
%
8
22,2 12 33,3
6
16,7
4
11,1
4
11,1
2
5,5
20 55,6 16 44,4

Sangat
Sering
F
%
-

Total
F
20
6
8
2
36

Tabel 22 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden memilih posisi


duduk saat menonton dengan frekwensi sering sebanyak 12 orang responden
(33,3%), dan responden dengan frekwensi jarang sebanyak 8 orang responden
(22,2%). Untuk responden yang memilih posisi tengkurap dengan frekwensi
jarang sebanyak 6 orang responden (16,7%). Untuk responden yang memilih
posisi tidur dengan frekwensi jarang sebanyak 4 orang responden (11,1%),
responden dengan frekwensi sering sebanyak 4 orang responden juga (11,1%).
Untuk responden yang memilih posisi berdiri dengan frekwensi jarang sebanyak 2
orang responden (5,6%).

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

%
55,6
16,7
22,2
5,5
100

10. Tingkat Kejelasan Alur Cerita Film Pornografi Yang Ditonton


Tabel 23
Tingkat Kejelasan Alur Cerita Film Pornografi
No Tingkat Kejelasan Alur Cerita
F
1
Sangat Jelas
6
2
Cukup Jelas
17
3
Kurang Jelas
7
4
Tidak Jelas
6
Jumlah
36
Sumber P18/FC14

%
16,7
47,2
19,4
16,7
100

Tabel 23 di atas menunjukkan tingkat kejelasan alur cerita dari film


pornografi yang ditonton oleh responden. Responden yang menyatakan alur cerita
film pornografinya cukup jelas lebih dominan, yaitu sebanyak 17 orang responden
(47,2%), responden yang menyatakan alur cerita film pornografinya kurang jelas
sebanyak 7 orang responden (19,4%), sedangkan responden yang menyatakan alur
cerita film pornografinya sangat jelas berimbang dengan responden yang
menyatakan tingkat kejelasan alur ceritanya tidak jelas yaitu sebanyak 6 orang
responden (16,7%).
11. Aktor/Aktris Film Pornografi yang di Idolakan Responden.
Tabel 23
Aktor /Aktris Film Pornografi yang di Idolakan
No
Aktor/Aktris
F
1
Sangat Banyak
4
2
Cukup Banyak
4
3
Sedikit
10
4
Tidak ada
16
Jumlah
36
Sumber P19/FC15

%
11,1
11,1
27,8
44,4
100

Berdasarkan temuan data pada tabel 17 di atas menunjukkan bahwa ratarata responden mengetahui aktor/aktris yang berperan dalam film pornografi tapi
tidak semua mengidolakan. Responden yang menyatakan tidak ada aktor/aktris
yang diidolakan sebanyak 20 orang (55,5 %), responden yang menyatakan sedikit
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

aktor/aktris yang diidolakan sebanyak 10 orang (27,8 %), sedangkan responden


yang menyatakan sangat banyak aktor/aktris yang diidolakan sebanyak 6 orang
(16,7 %). Beragam alasan yang diberikan oleh para responden untuk menguatkan
jawaban yang mereka nyatakan. Alasan yang disampaikan responden yang
menyatakan hanya sedikit, cukup banyak, dan sangat banyak aktor/aktris film
pornografi yang diidolakan pada dasarnya beragam karena aktris-aktris yang
berperan dalam film pornografi tersebut sangat cantik dan sangat seksi serta
bentuk tubuhnya indah. Peneliti sempat menanyakan kepada para responden
tentang nama-nama aktris pornografi yang pernah mereka dengar ataupun tonton,
diantaranya; Brianna Banks, Maria Ozawa (Miyabi), Asia Carera, dan masih
banyak lagi. Namun, ketiga nama inilah yang paling sering mereka dengar atau
tonton.
12. Kesinambungan Cerita Dari Film Pornografi
Tabel 24
Kesinambungan Cerita dari Film Pornografi
No
Kesinambungan Cerita
F
1
Tidak Mengerti
4
2
Tidak Ada
10
3
Kadang-Kadang
12
4
Ada
10
Jumlah
36
Sumber P20/FC16

%
11,1
27,8
33,3
27,8
100

Tabel 18 menunjukkan seberapa jauh pemahaman responden terhadap


kesinambungan cerita yang disajikan dalam film pornografi. Responden yang
menyatakan memilih jawaban tidak mengerti ada 4 orang responden (11,1 %),
responden yang memilih jawaban tidak ada, sebanyak 10 orang responden
(27,8%) dengan responden yang memilih jawaban kadang-kadang, yaitu sebanyak

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

12 orang responden (33,3 %), sedangkan responden yang memilih jawaban ada
sebanyak 10 orang responden (27,8%).
13. Cara Responden Untuk Memperoleh Film Pornografi
Tabel 25
Cara Memperoleh Film Pornografi
Tidak
Jarang
Sering
Pernah
No Cara Memperoleh
F
% F %
F %
1
Meminjam dari teman 0
0
3 8,3
6
16,7
2
Download dari internet 0
0
14 38,9 5 13,9
Kirim mengirim via
3
0
0
4 11,1 3
8,3
bluetooth
4
Membeli
0
0
0
0
1
2,8
0
0
Jumlah
21 58,3 15 41,7
Sumber P21/FC17

Sangat
Sering
F %
0 0
0 0

Total
F
9
19

%
25
52,8

19,4

0
0

0
0

1
36

2,8
100

Tabel 25 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden yang


memperoleh film pornografi dengan cara mengunduh/download dengan frekwensi
jarang, yaitu sebanyak 14 responden (38,9%), responden yang mengunduh dengan
frekwensi sering sebanyak 5 responden (13,9%). Responden yang memperoleh
film pornografi dengan dikirimi via bluetooth dengan frekwensi jarang sebanyak 4
responden (11,1%), responden yang dikirimi via bluetooth dengan frekwensi
sering sebanyak 3 responden (8,3%). Untuk responden yang memperoleh film
pornografi yang meminjam punya teman dengan frekwensi jarang sebanyak 3
orang (8,3%), sedangkan responden yang meminjam punya teman dengan
frekwensi sering sebanyak 6 orang (16,7%). Untuk responden yang memperoleh
film pornografi dengan cara membeli hanya ada 1 responden (2,8%) dan itu pun
dengan frekwensi jarang.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

4.3.3. Gaya Hidup Remaja


1. Pengaruh Film Pornografi Terhadap Gaya Bergaul Responden
Tabel 26
Pengaruh Film Pornografi Terhadap Gaya Bergaul Responden
Pengaruh Film Pornografi
No
F
%
Terhadap Gaya Bergaul
1
Tidak Tahu
1
2,8
2
Tidak
1
2,8
3
Kadang-Kadang
3
8,3
4
Ada
31
86,1
Jumlah
36
100
Sumber P22/FC18
Tabel 20 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden cenderung
mengatakan terpengaruh, yaitu sebanyak 31 orang responden (86,1 %), dan untuk
responden yang merasa kadang-kadang menjadi terpengaruh sebanyak 3 orang
responden (8,3%), untuk responden yang merasa tidak ada pengaruhnya sebanyak
1 orang responden (2,8%), sedangkan responden yang menjawab tidak tahu
pengaruhnya sebanyak 1 orang responden.
2. Pengaruh Film Pornografi Terhadap Gaya Berbicara Responden
Tabel 27
Pengaruh Film Pornografi Terhadap Gaya Berbicara Responden
Pengaruh Film Pornografi
No
F
%
Terhadap Gaya Berbicara
1
Tidak Tahu
1
2,8
2
Tidak
1
2,8
3
Kadang -Kadang
3
8,3
4
Ada
31
86,1
Jumlah
36
100
Sumber P23/FC19
Tabel 21 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden menjawab ada
pengaruh film pornografi terhadap gaya bicara mereka, yaitu sebanyak 31
responden (86,1%), dan untuk responden yang menjawab kadang-kadang
terpengaruh sebanyak 3 responden (8,3%), sementara responden yang menjawab
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

memang tidak terpengaruh sebanyak 1 responden (2,8%), sedangkan responden


yang menjawab tidak tahu pengaruhnya, yaitu sebanyak 1 responden (2,8%).
3. Pengaruh Film Pornografi Terhadap Gaya Berpacaran Responden
Tabel 28
Pengaruh Film Pornografi Terhadap Gaya Berpacaran Responden
Pengaruh Film Pornografi
No
F
%
Terhadap Gaya Berpacaran
1
Tidak Tahu
1
2,8
2
Tidak
1
2,8
3
Kadang -Kadang
2
5,6
4
Ada
32
88,8
Jumlah
36
100
Sumber P24/FC20
Tabel 28 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan
bahwa memang ada pengaruh film pornografi terhadap gaya berpacaran mereka,
yaitu sebanyak 32 orang responden (88,8%), responden yang menyatakan kadangkadang ada pengaruh film pornografi terhadap gaya berpacaran mereka sebanyak
3 orang responden (29,3%), sementara responden yang menyatakan tidak ada
pengaruh film pornografi terhadap gaya berpacaran mereka sebanyak 1 orang
responden (2,8%), sedangkan responden yang menyatakan tidak tahu pengaruh
film pornografi terhadap gaya berpacaran mereka sebanyak 1 responden (2,8%).
Berbagai alasan diberikan oleh para responden yang memilih jawaban ada,
kadang-kadang, tidak ada, maupun tidak tahu. Untuk jawaban ada, mayoritas
responden beralasan bahwa mereka ingin mencoba hal-hal yang dilihat mereka
dari fim pornografi, walaupun hanya sedikit responden yang sudah melakukan
hubungan seks. Untuk jawaban kadang-kadang, mayoritas responden beralasan
bahwa terkadang pernah terlintas di benak mereka untuk melakukan hal-hal yang
mereka lihat dari film pornografi. Untuk jawaban tidak ada, responden
beralasan bahwa menonton film pornografi bukanlah untuk ditiru tetapi untuk
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

sekedar tahu saja, dan ada juga beberapa responden yang beralasan bahwa mereka
takut kebablasan dan hamil di luar nikah. Untuk jawaban tidak tahu, para
responden beralasan bahwa mereka tidak pernah tahu pengaruhnya, karena bagi
mereka menonton film pornografi hanya sekedar mencari kesenangan saja.
4. Pengaruh Film Pornografi Terhadap Gaya Rambut Responden
Tabel 29
Pengaruh Film Pornografi Terhadap Gaya Rambut Responden
Pengaruh Film Pornografi
No
F
%
Terhadap Gaya Rambut
1
Tidak Tahu
1
2,8
2
Tidak
1
2,8
3
Kadang -Kadang
3
8,3
4
Ada
31
86,1
Jumlah
36
100
Sumber P26/FC22
Table 29 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan
terpengaruh yaitu sebanyak 31 responden (86,1%), dan responden yang
menyatakan kadang-kadang terpengaruh sebanyak 3 orang responden (8,3%),
sementara responden yang menyatakan tidak terpengaruh sebanyak 1 orang
responden (2,8%), dan yang menyatakan tidak tahu sebanyak 1 orang responden
(2,8%). Alasan yang diberikan para responden bermacam-macam, namun
mayoritas responden yang

menyatakan terpengaruh dan kadang-kadang

terpengaruh tidak memberikan alasan mereka. Hanya responden yang menyatakan


tidak terpengaruh dan tidak tahu yang menyertakan alasan mereka, antara lain;
tidak tertarik sama sekali karena gaya rambut mereka udah jadul, ga sempat
ngeliat gaya rambut mereka, udah terlalu serius nontonnya.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

5. Pengaruh Film Pornografi Terhadap Gaya Berpakaian Responden


Tabel 30
Pengaruh Film Pornografi Terhadap Gaya Berpakaian Responden
Pengaruh Film Pornografi
No
F
%
Terhadap Gaya Berpakaian
1
Tidak Tahu
2
5,6
2
Tidak
3
8,3
3
Kadang -Kadang
3
8,3
4
Ada
28
77,8
Jumlah
36
100
Sumber P27/FC23
Tabel 30 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan
terpengaruh, yaitu sebanyak 28 orang responden (77,8%), dan responden yang
menyatakan kadang-kadang terpengaruh sebanyak 3 orang responden (8,3%),
sementara yang menyatakan tidak terpengaruh sebanyak 3 orang responden
(8,3%), sedangkan yang menyatakan tidak tahu sebanyak 2 orang responden
(5,6%). Alasan yang diberikan responden yang menyatakan tidak terpengaruh
sepertinya seluruhnya hampir sama, karena selama mereka menonton pornografi
mereka tidak pernah melihat para aktor/aktris film pornografi mengenakan
pakaian, namun ada juga beberapa responden yang mengatakan bahwa mereka
tidak akan pernah mengikuti gaya berpakaian aktor/aktris film pornografi, karena
mereka takut dicap jelek sama orang yang melihatnya. Berbeda dengan alasan
yang diberikan responden yang menyatakan terpengaruh dan kadang terpengaruh,
mereka justru ingin menarik perhatian lawan jenis mereka dengan memakai
pakaian-pakaian seksi dan ketat.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

4.4. Analisa Tabel Silang


Tabel silang ini bertujuan untuk melihat pengaruh menonton film
pornografi terhadap gaya hidup remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala
Bekala, Medan. Namun, tidak seluruh item pertanyaan dari variabel X dan Y
disilangkan dan dianalisa dalam bentuk tabel silang. Peneliti hanya menampilkan
item-item penting dari kedua variabel tersebut. Hasil dari analisa tabel silang
tersebut, dipaparkan pada tabel-tabel di bawah ini:
4.4.1. Hubungan Antara Frekwensi Menonton Film Pornografi Dengan Gaya
Bergaul Responden Sehari-hari.
Hubungan antara frekwensi menonton film pornografi

perlu diketahui

dengan gaya bergaul responden sehari-hari. Temuan data dapat dilihat pada tabel
31 berikut ini :
Tabel 31
Hubungan Antara Frekwensi Menonton Film Pornografi Terhadap Gaya
Bergaul Responden

Frekwensi
Menonton
Jarang
Sering
Sangat
sering
Setiap
hari
Total
FC7 / FC19

Tidak tahu

Gaya Bergaul Responden


KadangTidak Ada
kadang
F
%
F
%
1
2,8
3
8,3
0
0
0
0

F
1
0

%
2,8
0

2,8

2,8

Total

Ada
F
23
5

%
63,8
13,8

F
28
5

%
77,8
13,8

5,6

5,6

2,8

2,8

8,3

31

100

36

100

Tabel 31 di atas menunjukkan tingkat pengaruh dari frekwensi menonton


responden terhadap gaya bergaul responden. Responden yang menyatakan
terpengaruh gaya bergaulnya dengan frekwensi menonton yang jarang ada
sebanyak 23 orang (63,8%), responden yang menyatakan terpengaruh gaya
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

bergaulnya dengan frekwensi menonton sering ada sebanyak 5 orang (13,8%).


Sementara, responden yang menyatakan terpengaruh gaya bergaulnya dengan
frekwensi menonton yang sangat sering ada 2 orang (5,6%), responden yang
menyatakan terpengaruh gaya bergaulnya dengan frekwensi menonton yang setiap
hari ada sebanyak 1orang (2,8%).
4.4.2. Hubungan Antara Kejelasan Alur Cerita Film Pornografi Dengan
Gaya Bicara Responden.
Hubungan antara kejelasan alur cerita perlu diketahui untuk melihat
apakah ada hubungan dengan gaya berbicara remaja setelah menonton film
pornografi, dimana dalam film pornografi tersebut para aktor/aktris yang berperan
sering mengeluarkan kata-kata kotor dan sangat tidak pantas untuk diucapkan.
Temuan data dapat dilihat pada tabel 32 berikut ini.
Tabel 32
Hubungan Antara Kejelasan Alur Cerita Film Pornografi Dengan Gaya
Bicara Responden
Kejelasan
Alur
Cerita
Tidak
Jelas
Cukup
Jelas
Jelas
Sangat
Jelas
Total
FC14 / FC20

Gaya Bicara Responden


KadangTidak
kadang
F
%
F
%

8,3

8,3

16,6

17

47,2

17

47,2

2,8

16,6

19,4

2,8

13,8

16,6

2,8

2,8

8,3

31

86,1

36

100

Tidak tahu

Ya

Total

Tabel 32 di atas menunjukkan hubungan antara kejelasan alur cerita dalam


film pornografi dengan tingkat perubahan gaya bicara responden. Tabel di atas
menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan gaya bicara mereka
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

terpengaruh ada sebanyak 31 orang responden (86,1%) yang menyatakannya.


Responden yang menyatakan kadang-kadang terpengaruh ada sebanyak 3 orang
responden (8,3%), responden yang menyatakan tidak terpengaruh sama sekali ada
sebanyak 1 orang responden (2,8%), dan responden yang menyatakan tidak tahu
ada sebanyak 1 orang responden (2,8%).
4.4.3. Hubungan Antara Alasan Menonton Film Pornografi Dengan Gaya
Berpacaran Responden
Hubungan antara alasan menonton film pornografi dengan gaya berpacaran
remaja perlu diketahui untuk melihat apakah ada hubungan alasan mereka
menonton dengan gaya berpacaran responden sehari-hari. Temuan data dapat
dilihat pada tabel 33 berikut ini.
Tabel 33
Hubungan Antara Alasan Menonton Film Pornografi Dengan Gaya
Berpacaran Responden

Alasan
Menonton
Sekedar
ingin tahu
Ingin
mencoba
Mencari
kesenangan
Ikut-ikutan
teman
Total
FC11/ FC21

Gaya Berpacaran
KadangTidak
kadang
F
%
F
%

2,8

2,8

5,6

21

58,3

25

69,4

2,8

2,8

25

25

2,8

2,8

2,8

2,8

5,6

32

88,9

36

100

Tidak tahu

Total

Ya
F

Tabel 33 di atas menunjukkan hubungan antara alasan menonton film


pornografi dengan tingkat perubahan gaya berpacaran responden. Responden yang
gaya berpacarannya berubah karena terpengaruh film pornofgrafi ada sebanyak
32 orang responden (88,9%), responden yang menyatakan kadang-kadang
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

terpengaruh sebanyak 2 orang (5,6%), sedangkan responden yang menyatakan


gaya berpacarannya tidak berubah ada sebanyak 1 orang (2,8%). Namun, ada juga
responden yang menyatakan tidak tahu atau tidak mengerti, dimana ada sebanyak
1 orang (2,8%) yang menyatakannya.
4.4.4. Hubungan Antara Pengidolaan Aktor/Aktris Film Pornografi Dengan
Gaya Rambut Responden.
Hubungan antara pengidolaan aktor/aktris film pornografi dengan gaya
rambut remaja perlu diketahui untuk melihat apakah ada hubungan pengidolaan
aktor/aktris film pornografi dengan gaya rambut responden sehari-hari. Temuan
data dapat dilihat pada tabel 34 berikut ini.
Tabel 34
Hubungan Antara Pengidolaan Aktor/Aktris Film Pornografi Dengan Gaya
Rambut Responden

Gaya Rambut
KadangTidak
kadang
F
%
F
%

Tidak Ada

5,6

5,6

11,1

Sedikit

2,8

8,3

11,1

Banyak

2,8

25

10

27,8

Sangat
Banyak

2,8

17

47,2

18

50

Total

2,8

2,8

8,3

31

86,1

36

100

Pengidolaan
Aktor/Aktris

Tidak tahu

Ya

Total

FC16 / FC22
Tabel 34 di atas menunjukkan hubungan antara pengidolaan aktor/aktris
film pornografi dengan tingkat perubahan gaya rambut yang diikuti remaja dalam
film pornografi. Responden yang menyatakan terpengaruh untuk meniru gaya
rambut aktor/aktris film pornografi yang diidolakan ada sebanyak 31 orang

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

responden (86,1%), responden yang menyatakan kadang-kadang terpengaruh


untuk meniru gaya rambut para aktor/aktris film pornografi yang diidolakan ada
sebanyak 3 orang responden (8,3%), responden yang menyatakan tidak
terpengaruh untuk meniru gaya rambut para aktor/aktris film pornografi yang
diiodalakan ada sebanyak 1 orang responden (2,8%), namun ada juga responden
yang menyatakan tidak tahu atau tidak mengerti, dimana ada sebanyak 1 orang
responden (2,8%) yang menyatakannya.
4.4.5. Hubungan Antara Pengidolaan Aktor/Aktris Film Pornografi Dengan
Gaya Berpakaian Responden.
Hubungan antara pengidolaan aktor/aktris film pornografi dengan gaya
berpakaian remaja perlu diketahui untuk melihat apakah ada hubungan alasan
mereka menonton dengan gaya berpakaian responden sehari-hari. Temuan data
dapat dilihat pada tabel 35 berikut ini.
Tabel 35
Hubungan Antara Pengidolaan Aktor/Aktris Film Pornografi Dengan Gaya
Berpakaian Responden
Gaya Berpakaian Responden
Pengidolaan
Aktor/Aktris
Tidak
KadangYa
Total
Tidak
Film
Tahu
Kadang
Pornografi
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
Tidak ada

5,6

5,6

11,1

Sedikit

2,8

2,8

5,6

11,1

Banyak

2,8

2,8

22,2

10

27,8

Sangat
banyak

2,8

2,8

16

44,4

18

50

Total

5,6

8,3

8,3

28

77,8

36

100

FC16 / FC23
Tabel 35 di atas menunjukkan hubungan antara pengidolaan aktor/aktris
film pornografi dengan tingkat perubahan gaya berpakaian yang diikuti remaja
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

dalam film pornografi. Responden yang menyatakan terpengaruh untuk meniru


gaya berpakaian para aktris/aktor film pornografi yang diidolakan ada sebanyak
28 orang responden (77,8%), responden yang menyatakan kadang-kadang
terpengaruh untuk meniru gaya berpakaian para aktor/aktris film pornografi yang
diiodalakan ada sebanyak 3 orang responden (8,3%), sedangkan responden yang
menyatakan tidak terpengaruh untuk meniru gaya berpakaian para aktor/aktris
film pornografi yang diiodalakan ada sebanyak 3 orang responden (8,3%), namun
ada juga responden yang menyatakan tidak tahu atau tidak mengerti yaitu
sebanyak 2 orang responden (5,6%) yang menyatakannya.
4.5. Uji Hipotesis
Langkah-langkah hipotesis dikemukakan sebagai berikut :
1. Hipotesis di atas terdiri dari 2 buah variabel yang akan dihitung dengan
menggunakan rumus korelasi koefisien Rank Spearman dan akan ditemukan
hubungannya.
2. Yang menjadi variabel pengaruh (X) adalah film pornografi, sedangkan yang
menjadi variabel terpengaruh (Y) adalah gaya hidup remaja, Berapa besar X
memberikan pengaruh pada Y.
Dalam arti intensitas variabel X mempengaruhi atau menentukan perubahan
variabel Y. perubahan ini akan menunjukkan garis lurus yang meningkat (garis
linear) dengan koefisien (0,000-1,00).
4. Bobot signifikan untuk penerimaan/penolakan hipotesis digunakan tabel n dan
alfa (). Untuk lebih jelasnya lihat lampiran.
5. Untuk menentukan besar dan bobot pengaruh X terhadap Y, digunakan rumus
koefisien korelasi rank spearman.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

Dik

: Koefisien korelasi ?

Jawab : Dengan menggunakan rumus koefisien korelasi rank spearman.

rxy = 1

6 b 2

n n 1
2

= 1

6(2423)
36 36 2 1

= 1

14538
46620

= 1 0,312
= 0, 688

Dari hasil uji hipotesa diperoleh rs = 0,688, dan itu berarti rs = 0. dengan
demikian, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Ha dalam penelitian ini adalah
Terdapat hubungan yang cukup berarti antara pengaruh film pornografi terhadap
gaya hidup remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan. Ini
berarti bahwa film pornografi mampu mempengaruhi gaya hidup remaja di
Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan.
Berdasarkan tinggi-rendahnya korelasi menurut Guilford, yaitu :
< 0,20

hubungan rendah sekali ; lemas sekali

0,21 0,40

hubungan rendah tetapi pasti

0,41 0,70

hubungan yang cukup berarti

0,71 0,90

hubungan yang tinggi ; kuat

> 0,91

hubungan sangat tinggi ; kuat sekali, dapat diandalkan.


Maka, berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh hasil rs =

0,880. Hal ini menunjukkan hubungan kedua variabel tinggi ; kuat,. Dengan
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

pengertian bahwa film pornografi mampu mempengaruhi gaya hidup remaja di


Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan.
Untuk menguji tingkat signifikansi digunakan rumus :
t hitung

n2

rs

0,688

0,688

0,688

0,688 10,43

7,18

1 rs

36 2
1 (0,688) 2
34
1 0,688

5,831
0,559

Jadi, nilai koefisien korelasi sebesar 7,18. Untuk mengukur t tabel ,


digunakan tabel t. Dari perhitungan diperoleh t hitung > t tabel (7,18 > 2,032) pada
tingkat = 0,05, maka korelasi yang diperoleh adalah signifikan, artinya film
pornografi mempengaruhi gaya hidup remaja di lingkungan XX, Kelurahan
Kwala Bekala, Medan.
Dari hasil uji t tersebut, maka dapat diberikan kesimpulan yaitu terdapat
hubungan yang signifikan antara pengaruh film pornografi terhadap gaya hidup
remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala, Medan.
4.6. Pembahasan
Setelah analisa data dilakukan, dilanjutkan dengan cara penyajian
hipotesis. Pengukuran tingkat hubungan variabel yang linear, dapat menggunakan

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

rumus korelasi koefisien Spearman. Koefisien Spearman (rho), yaitu menjelaskan


hubungan antara variabel X dan variabel Y yang tidak diketahui sebarannya atau
sebarannya tidak normal.
Dalam penelitian ini diharapkan terlihat hubungan antara film pornografi
terhadap gaya hidup remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala, Medan,
dan sejauh mana film tersebut berpengaruh terhadap gaya hidup sehari-hari para
remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan.
Pengujian hipotesis dimulai dengan membuat ranking dari 36 orang
responden di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala, Medan yang telah diberi
skornya terlebih dahulu. Kemudian diperoleh hasil rxy = 0,688. Jika rxy > 0, maka
Ha diterima, artinya terdapat hubungan antara film pornografi terhadap gaya
hidup remaja.
Selanjutnya, untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan, digunakan
pengukuran skala Guilford. Hasil rs = 0,688 berada diantara 0,41 0,70, ini
menunjukkan hubungan yang cukup berarti antara pengaruh film pornografi
terhadap gaya hidup para remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala,
Medan.
Untuk mengetahui tingkat signifikansi hasil hipotesis tersebut dapat
dilakukan dengan menghitung nilai t hitung , dan hasil yang diperoleh adalah 7,18.
Kemudian diperoleh harga t tabel 2,032. Dari nilai t tabel tersebut bila dibandingkan
dengan t hiutng , maka terlihat bahwa t hitung > t tabel . Hal ini menunjukkan bahwa
hubungan tersebut signifikan. Berdasarkan dari penelitian di atas dapat dibuat
suatu kesimpulan bahwa film pornografi mempunyai pengaruh yang cukup berarti

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

terhadap gaya hidup para remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala,
Medan.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Sebagai penutup, berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bagianbagian penting yang merupakan kesimpulan dari penelitian sebagai berikut :
1. Mayoritas remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala, Medan
menyatakan bahwa intensitas dan frekwensi menonton film pornografi
ternyata rendah. Ini menandakan bahwa minat para remaja di Lingkungan
XX, Kelurahan Kwala Bekala, Medan untuk menonton film pornografi
juga rendah.
2. Mayoritas remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala, Medan
menyatakan bahwa mereka merasakan perubahan gaya hidup setelah
menonton film pornografi, karena mereka merasa gaya hidup yang
diperankan para aktris/aktor yang diceritakan dalam film tersebut sangat
sesuai dengan selera dan yang diinginkan remaja saat ini.
3. Terdapat hubungan yang cukup berarti antara film pornografi terhadap
perubahan gaya hidup remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala
Bekala, Medan.
5.2. Saran
Berdasarkan jawaban dari remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala
Medan, dalam pengisian kusioner dan pengamatan penulis, maka penulis
mengajukan sejumlah saran sebagai berikut :
1. Penulis menyarankan kepada para remaja yang menetap di Lingkungan
XX, Kelurahan Kwala Bekala, Medan, agar rasa ingin tahu mereka

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

tersebut dapat diarahkan ke hal-hal yang lebih positif. Gunakanlah internet


hanya untuk mencari informasi dan pengetahuan yang berhubungan
dengan pelajaran di sekolah atau pun di perkuliahan dan pastinya itu akan
lebih bermanfaat dibandingkan datang ke warnet hanya untuk mengakses
film-film pornografi.
2. Penulis juga menyarankan kepada pemerintah sebagai regulator dan para
pemilik warnet hendaknya dapat lebih ketat dalam membatasi bahkan
menghapus semua situs-situs yang berisi film-film pornografi. Pemerintah
melalui aparat-aparatnya harus lebih proaktif untuk melakukan razia-razia
ke setiap warung internet yang ada di kota Medan ini secara rutin, dan
apabila ada warung internet yang ketahuan memiliki/menyimpan film-film
pornografi diharapkan untuk memberikan sanksi yang tegas kepada para
pemilik warnet. Sanksi yang diberikan dapat berupa pencabutan ijin usaha
sampai pemidanaan seperti yang diperintahkan oleh UU Pornografi,
sehingga menimbulkan efek jera bagi para pengelola warung internet.
3. Media massa baik itu media elektronik maupun media cetak yang
merupakan media yang paling efektif untuk mendorong perubahan gaya
hidup remaja disarankan untuk tidak menayangkan hal-hal yang
berhubungan dengan pornografi karena akan berpengaruh besar terhadap
gaya hidup remaja saat ini.
4. Penulis juga menyarankan kepada orang tua yang memiliki anak remaja
untuk selalu memberikan pengawasan yang cukup ketat kepada anak
remaja mereka. Orang tua selain memberikan fasilitas seperti komputer
dengan fasilitas internet dan telepon selular kepada anak remaja mereka

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

juga harus senantiasa mengawasi penggunaan dari fasilitas-fasilitas yang


orang tua berikan kepada anak remaja mereka. Usahakan untuk selalu
memeriksa telepon selular dan komputer mereka secara berkala untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa, Suatu Pengantar,


Simbiosa Pratama Media, Bandung, 2004.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
Berger, Peter L dan Thomas Luckmann, Tafsir Sosial Atas Kenyataan, LP3ES,
Jakarta, 1990.
Conger, J.J, Adoloscene And Youth (4th ed), Harper Collins, New York, 1991.
Effendy, Onong U, Ilmu dan Teori Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 1986.
___________________, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2003.
___________________, Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2005
Gunarsa, J. Singgih, Psikologi Perkembangan, BPK. Gunung Mulia, Jakarta,
1980.
Hidayat, Dedy N. Fundamentalisme Pasar dan Konstruksi Sosial Industri
Penyiaran: Kerangka Teori Mengamati Pertarungan di Sektor
Penyiaran. Dalam Konstruksi Sosial Industri Penyiaran. Jakarta:
Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI, 2003.

Hornby, A.S, Oxford Advanced Learners Dictionary Of Current English (3rd


ed), Oxford University Press, London.
Hovland, Carl I, Irving L.Janis, dan Harold H.Kelly, Communication and
Persuasion : Psychological Studies of Opinion Change New Haven,
Yale University Press, 1953
Hurlock, E.B, Developmental Psychology : A Lifespam Approach, McGraw
Hill, Boston, 1991.
Karlinah, dkk, Komunikasi : Massa, Universitas Terbuka, Jakarta 1999.
Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran Jilid 1, Jakarta:UI Press
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

Lesmana,Tjipta, Pornografi Dalam Media Massa, Puspa Swara, Jakarta,1995.


Monks, F.J, Knoers, A.M.P, Haditono, S.R, Psikologi Perkembangan : Pengantar
Dalam Berbagai Bagiannya (Edisi ke-7), Gajah Mada University Press,
Yogyakarta, 1991.
Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2002.
McQuail, Denis, Mass Communication Theory (4th ed), Thousands Oaks : Sage
Publications, London, 2000.
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta, 1995.
Nurudin, Komunikasi Massa, Cespur, Malang, 2003
Papalia, D.E, Olds, S.W, & Ferdinand, Ruth.D, Human Developmental (8th ed),
McGraw-Hill, Boston, 2001
Priyatno, Dwi, SPSS : Untuk Analisis Data & Uji Statistik, MediaKom,
Yogyakarta, 2009.
Rakhmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi : Dilengkapi Contoh Analisis
Statistik, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005.
Rice, F.P, The Adolescent Development : Relationship And Culture (6th ed), Ally
and Bacon, Boston, 1990.
Sarwono, S.W, Teori-Teori Psikologi Sosial, Rajawali, Jakarta, 1995
Shaw, Marvin E, Constanzo, Philip R, (2nd ed), McGraw-Hill, Auckland, 1985.
Soekanto, Soerjono, Sosiologi : Suatu Pengantar, Rajawali, Jakarta, 1989.
Stamm, Keith R, The Mass Communications Process, Kendall : Hunt Publishing
Company, Washington, 1990.
Subandy, Idy I, Krisis Kultural di Abad Televisi Dalam Hegemoni Budaya,
Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta, 1997.
Sudarsono, Drs, M.Si, Kamus Filsafat dan Psikologi, PT. Rineka Cipta, Jakarta,
1993.
Syamsudin, Abin M, Psikologi Pendidikan, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung,
2003.
Walgito, Bima S, Psikologi Umum, Percetakan Andi, Yogyakarta, 2002.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

Webster, Meriam, Merriam-Websters Collegiate Dictionary (11th ed), MerriamWebster, Springfield, 2003.

Sumber Internet :
www.google.com
http://id.wikipedia. org/wiki/pornografi

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

FOLTRON COBOL
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
2
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Karakteristik
Responden
2
3
2
2
3
3
3
4
3
4
3
3
2
3
2
4
2
4
2
3
3
1
5
4
2
2
2
2
5
1
2
1
3
4
2
2
2
2
2
2
2
4
3
4
2
1
2
2
2
1
2
4
2
2
3
4
3
2
3
4
3
4
5
3
3
4

Film Pornografi
4
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
6
3
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
6
2
2
1
2

1
1
2
4
1
1
1
2
3
1
1
1
1
3
1
1
3
4
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1

2
1
2
3
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1

3
2
1
1
3
3
2
1
3
2
2
1
2
2
1
2
3
1
2
2
2
1
2
2
2
1
2
1
1
1
2
1
1

4
2
1
1
2
2
2
2
3
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2

5
2
3
3
1
3
2
2
1
3
2
2
1
1
2
2
2
2
2
3
2
3
2
3
2
1
2
3
2
2
2
2
2

6
1
1
2
3
3
1
1
4
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
3
1
1
1
3
3
1

7
1
1
1
3
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1

8
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
1
4
4
4
2
4
4
3
4
4
4
3
4
2
3
4
4
2
4
4
4

9
1
1
1
3
1
1
1
2
1
3
1
1
2
1
1
2
1
1
4
3
1
1
1
2
2
1
3
1
2
1
1
3

10
4
3
2
1
2
2
2
2
1
1
3
4
2
1
2
3
2
2
2
2
2
1
3
4
2
3
4
3
3
2
2
4

Gaya Hidup Remaja


11
4
3
3
3
1
4
2
4
1
3
3
4
2
1
2
3
2
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4

12
4
3
3
3
4
2
4
4
4
4
4
4
3
2
3
3
2
2
2
2
4
3
3
2
4
3
3
2
2
3
1
1

13
1
3
3
3
2
2
2
3
1
1
2
3
3
2
2
2
3
2
1
2
2
2
1
2
1
2
3
2
2
1
2
2

1
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
1
2
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

2
1
2
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
1
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

4
2
4
4
4
4
4
1
4
3
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

5
4
2
4
4
4
4
1
4
3
3
4
4
4
3
2
4
4
4
4
4
4
1
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala
Bekala Medan), 2010.

33
34
35
36

2
1
1
1

3
3
3
2

4
2
4
4

2
3
2
2

1
1
1
1

1
2
4
3

1
1
2
4

2
2
1
2

2
2
3
2

1
3
1
3

2
1
1
4

4
4
4
4

1
3
1
1

4
2
1
2

4
4
1
4

1
1
2
3

2
2
3
2

4
4
4
4

4
4
4
4

4
4
4
4

4
4
4
4

4
4
4
4

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala
Bekala Medan), 2010.

Tabel 37
Tabel t (Pada taraf signifikansi, 0,05)
1 sisi (0,05) dan 2 sisi (0,025)
Df
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45

Signifikansi
0,025
0.05
12,706
6,314
4,303
2,920
3,182
2,353
2,776
2,132
2,571
2,015
2,447
1,943
2,365
1,895
2,306
1,860
2,262
1,833
2,228
1,812
2,201
1,796
2,179
1,782
2,160
1,771
2,145
1,761
2,131
1,753
2,120
1,746
2,110
1,740
2,101
1,734
2,093
1,729
2,086
1,725
2,080
1,721
2,074
1,717
2,069
1,714
2,064
1,711
2,060
1,708
2,056
1,706
2,052
1,703
2,048
1,701
2,045
1,699
2,042
1,697
2,040
1,696
2,037
1,694
2,035
1,692
2,032
1,691
2,030
1,690
2,028
1,688
2,026
1,687
2,024
1,686
2,023
1,685
2,021
1,684
2,020
1,683
2,018
1,682
2,017
1,681
2,015
1,680
2,014
1,679

Df
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90

Signifikansi
0,025
2,013
2,012
2,011
2,010
2,009
2,008
2,007
2,006
2,005
2,004
2,003
2,002
2,002
2,001
2,000
2,000
1,999
1,998
1,998
1,997
1,997
1,996
1,995
1,995
1,994
1,994
1,993
1,993
1,993
1,992
1,992
1,991
1,991
1,990
1,990
1,990
1,989
1,989
1,989
1,988
1,988
1,988
1,987
1,987
1,987

0,05
1,679
1,678
1,677
1,676
1,675
1,675
1,675
1,674
1,674
1,673
1,673
1,672
1,672
1,671
1,671
1,670
1,670
1,669
1,669
1,669
1,668
1,668
1,668
1,667
1,667
1,667
1,666
1,666
1,666
1,665
1,665
1,665
1,665
1,664
1.664
1,664
1,664
1,664
1,663
1,663
1,663
1,663
1,662
1,662
1,662

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

FILM PORNOGRAFI DAN PERUBAHAN GAYA HIDUP REMAJA

Petunjuk Pengisian Kuesioner.


1. Bacalah semua pertanyaan dengan teliti.
2. Berikanlah jawaban anda dengan jujur, benar dan jelas.
3. Berilah tanda silang (X) pada setiap jawaban yang anda pilih.
4. Khusus untuk pertanyaan pada tabel kolom, berilah tanda contreng/centang.
5. Sebaiknya kolom kotak di sebelah kanan tidak anda isi.
6. Selamat menjawab dan terima kasih.

I. Karakteristik Responden
Nomor Responden :

Nama :
Umur :
1. Jenis Kelamin :

2
3

1. Pria
2. Wanita
2. Pendidikan :

1. Tamatan SD
2. Tamatan SMP
3. Tamatan SMA
4. Tamatan Akademi
5. Tamatan Universitas
3. Tingkat Penghasilan orangtua :

1. Rp. 500.000,2. Rp.600.000 Rp.1.000.000


3. Rp.1.100.000 Rp.1.500.000
4. > Rp.1.500.000
4. Pekerjaan :

10

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

1. Tidak Bekerja
2. Pelajar/Mahasiswa
3. Wiraswasta
4. PNS/BUMN
5. TNI/POLRI
6. Karyawan Swasta

II. Film Pornografi


1. Berapa kali anda pernah menonton film pornografi ?

11

a. Jarang (1-5 kali)


b. Sering (6-10 kali)
c. Cukup Sering (11-15 kali)
d. Sangat Sering (Lebih dari 15 kali)
2. Bagaimana frekwensi anda untuk menonton film pornografi ?

12

a. Jarang (1 kali seminggu)


b. Sering (3 kali seminggu)
c. Sangat sering (4-5 kali seminggu)
d. Setiap hari
3. Bersama siapa biasanya anda menonton film pornografi ? Dan mengapa ?
No Teman Menonton
a

Sendirian

Teman

Pacar

Dengan yang lain


(Tolong disebutkan)

Tidak
Jarang Sering Sangat
Pernah
Sering

14
15
16
17

4. Dimana biasanya anda menonton film pornografi ?


No

Tempat Menonton

Tidak
Pernah

Jarang Sering Sangat


Sering
18

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

Rumah

Warnet

Rumah Teman

Tempat Lain

19
20
21

(Tolong disebutkan)

5. Media apa yang anda pakai untuk menonton film pornografi tersebut ?
No Media

Tidak

Jarang Sering Sangat

Pernah

Sering

22

VCD/DVD

Internet

23

Ponsel

24

Media lain

25

(Tolong disebutkan)
Mengapa anda memilih media tersebut ? Berikan alasan anda!
6. Apakah alasan yang mendorong anda menonton film pornografi tersebut ?
No Alasan
a

Tidak Kurang Setuju Sangat


Setuju Setuju
Setuju

26

Sekedar ingin tahu


27

Ingin mencoba

Mencari kesenangan

Ikut-ikutan teman

28
29

7. Berapa lama biasanya anda untuk menonton ?


a. Sebentar (30 menit - 60 menit)
b. Cukup lama (1,5 jam - 2 jam)
c. Lama (2,5 jam - 3 jam)
d. Sangat lama (> 3 jam)

30

8. Bagaimana situasi pada saat anda menonton ?

31

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

a.
b.
c.
d.

Sangat riuh
Cukup riuh
Riuh
Tenang

9. Dapatkah anda memberikan gambaran tentang posisi anda saat menonton ?


No
Posisi
Tidak Jarang Sering Sangat
Pernah

Sering

32

Duduk

Tengkurap

33

Tidur

34

Posisi lain
(Tolong disebutkan)

35

10. Bagaimana tingkat kejelasan alur cerita dari film porno yang anda tonton ?
36
a. Tidak Jelas
b. Cukup Jelas
c. Jelas
d. Sangat Jelas
11. Apakah ada aktor/aktris film pornografi yang anda idolakan ?

37

a. Tidak ada
b. Sedikit
c. Banyak
d. Sangat banyak
Mengapa anda mengidolakan aktor/aktris tersebut? Tolong berikan alasan anda
!

12. Menurut anda, adakah kesinambungan cerita dari film pornografi yang anda
tonton ?
38
a.
b.
c.
d.

Tidak mengerti
Tidak ada
Kadang-kadang
Ada

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

13. Bagaimana cara anda memperoleh film pornografi ?


No Cara Memperoleh
Tidak
Jarang Sering
Pernah
a

Meminjam dari teman

Mengunduh/download
Dari internet
Kirim-mengirim via
Bluetooth
Cara lain
(Tolong disebutkan)

Sangat
Sering

39
40

c
d

41
42

III. Gaya Hidup Remaja


1. Apakah film pornografi turut mempengaruhi gaya bergaul anda?
43
a. Tidak Tahu
b. Tidak
c. Kadang-kadang
d. Ya
Mengapa ? Tolong berikan alasan anda !
2. Apakah film pornografi turut mempengaruhi gaya berbicara anda ?
44
a. Tidak Tahu
b. Tidak
c. Kadang-kadang
d. Ya
Mengapa ? Tolong berikan alasan anda !

3. Apakah film pornografi turut mempengaruhi gaya berpacaran anda ?


45
a. Tidak Tahu
b. Tidak
c. Kadang-kadang
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

d. Ya
Mengapa ? Tolong berikan alasan anda !
4. Apakah film pornografi turut mempengaruhi gaya rambut anda?
46
a. Tidak Tahu
b. Tidak
c. Kadang-kadang
d. Ya
Mengapa ? Tolong berikan alasan anda !
5. Apakah film pornografi turut mempengaruhi gaya berpakaian anda ?
47
a. Tidak Tahu
b. Tidak
c. Kadang-kadang
d. Ya
Mengapa ? Tolong berikan alasan anda !
6. Bagaimana tanggapan anda terhadap maraknya film pornografi di internet
akhir-akhir ini ? Dan apa saran anda kepada pihak-pihak yang berwenang
dalam menangkal situs-situs yang berisikan film-film pornografi tersebut ?

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jl. Dr.A.Sofyan No. 1 Telp. (061) 8217168
LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI
NAMA
NIM
PEMBIMBING

: Aprianto Simamora
: 060922045
: Dra. Dayana Manurung, M.Si

NO

TGL. PERTEMUAN

PEMBAHASAN

1
2
3
4

15 MEI 2009
25 MEI 2009
02 JUNI 2009
13 JULI 2009

04 AGUSTUS 2009

05 AGUSTUS 2009

06 AGUSTUS 2009

8
9
10
11
12
13
14
15

11 AGUSTUS 2009
08 SEPTEMBER 2009
11 SEPTEMBER 2009
13 OKTOBER 2009
27 OKTOBER 2009
04 NOVEMBER 2009
11 NOVEMBER 2009
18 NOVEMBER 2009

16

25 NOVEMBER 2009

BAB I
BAB I
BAB I
ACC. BAB I, BAB II,
BAB III
PEMBUATAN
KUESIONER
PERBAIKAN
KUESIONER
PERBAIKAN
KUESIONER
ACC. KUESIONER
BAB IV
BAB IV
BAB IV
ACC. BAB IV
BAB V
ACC. BAB V
ACC. BAB I, BAB II,
BAB III, BAB IV, BAB
V
ACC. MEJA HIJAU

PARAF
PEMBIMBING

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

PEMERINTAH KOTA MEDAN


KECAMATAN MEDAN JOHOR
KELURAHAN KWALA BEKALA
Alamat Kantor : Jl. Luku No. 4 Telp. (061) 8364332 Medan - 20142
Medan, 26 Oktober 2009
Nomor : 070/
Lamp : Perihal : Surat Keterangan Telah
Utara
Melaksanakan Penelitian/Riset
An. Aprianto Simamora

Kepada Yth :
Dekan FISIP
Universitas Sumatera
diMedan

1. Sehubungan dengan Surat Dekan FISIP USU, No.1464/H5.2.19/PPM/2009,


Tanggal 15 Juni di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor
yang dikeluarkan Kelurahan Kwala Bekala tanggal 15 Juni 2009, perihal
izin Penelitian / Riset An. Aprianto Simamora.
2. Berdasarkan hal tersebut maka Kepala Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan
Medan Johor dengan ini menerangkan bahwa :
Nama
NIM
Judul Penelitian

: APRIANTO SIMAMORA
: 060922045
: Film Pornografi dan Gaya Hidup Remaja
(Studi Korelasional Mengenai Pengaruh Film
Pornografi
Terhadap Perubahan Gaya Hidup
Remaja di Lingkungan XX Kelurahan Kwala
Bekala Kecamatan Medan Johor).

Telah melaksanakan Penelitian / Riset di wilayah Kelurahan Kwala Bekala


Kecamatan Medan Johor terhitung dari tanggal 16 Juni sampai dengan 09
Agustus 2009.
3. Demikianlah Surat Keterangan ini diperbuat untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
KEPALA KELURAHAN KWALA BEKALA
KECAMATAN MEDAN JOHOR

ENOH P. TAVIP, S.Sos


NIP. 010218321
Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

RIWAYAT HIDUP PENULIS

DATA PRIBADI :
Nama

: Aprianto Simamora

Tempat/Tgl.Lahir

: Medan/04 April 1983

Nama Ayah

: Effendi Simamora

Nama Ibu

: Ratna Uli Tumanggor

Anak Ke

: 1 dari 3 Bersaudara

RIWAYAT PENDIDIKAN :
1989-1995

: SD. HKBP Padang Bulan Medan

1995-1998

: SMP. Putri Cahaya Medan

1998-2001

: SMA. Methodist-1 Medan

2001-2006

: D III B. Inggris, Fakultas Sastra


Universitas Sumatera Utara

2006-2009

: Departemen Ilmu Komunikasi (Ekstension)


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film
Pornografi Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Alasan Menonton Film
Pornografi * Gaya
Berpacaran Responden

Missing
Percent

36

100.0%

Total

Percent
0

.0%

Percent
36

100.0%

Alasan Menonton Film Pornografi * Gaya Berpacaran Responden Crosstabulation


Count

Alasan Menonton
Film Pornografi

Sekedar Ingin Tahu


Ingin Mencoba
Mencari Kesenangan
Ikut-Ikutan Teman

Total

Tidak Tahu
1
0
0
0
1

Gaya Berpacaran Responden


KadangTidak
Kadang
1
2
0
0
0
0
0
0
1
2

Ya

Total
21
1
9
1
32

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
1.980(a)
3.132
1.442

9
9

Asymp. Sig.
(2-sided)
.992
.959

.230

df

36

a 14 cells (87.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .03.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film Pornografi
Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

25
1
9
1
36

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Frekwensi Menonton *
Gaya Bergaul Responden

Missing
Percent

36

100.0%

Total

Percent
0

.0%

Percent
36

100.0%

Frekwensi Menonton * Gaya Bergaul Responden Crosstabulation


Count

Frekwensi
Menonton

Jarang
Sering
Sangat Sering
Setiap Hari

Total

Tidak Tahu
1
0
0
0
1

Gaya Bergaul Responden


KadangTidak Ada
Kadang
1
0
0
0
1

Ada
3
0
0
0
3

Total
23
5
2
1
31

28
5
2
1
36

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
1.659(a)
2.735
.972

9
9

Asymp. Sig.
(2-sided)
.996
.974

.324

df

36

a 15 cells (93.8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .03.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film Pornografi
Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Kejelasan Alur Cerita *
Gaya Bicara Responde

Missing
Percent

36

100.0%

Total

Percent
0

.0%

Percent
36

100.0%

Kejelasan Alur Cerita * Gaya Bicara Responden Crosstabulation


Count

Kejelasan
Alur Cerita

Tidak Jelas
Cukup Jelas
Jelas

Tidak Tahu
0
0

Gaya Bicara Responde


KadangTidak
Kadang
0
0

0
1
1

Sangat Jelas
Total

1
0
1

Ya

Total

3
0

3
17

6
17

0
0
3

6
5
31

7
6
36

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
25.438(a)
19.048
.340

9
9

Asymp. Sig.
(2-sided)
.003
.025

.560

df

36

a 12 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .17.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film Pornografi
Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
pengidolaan aktris
pornografi * gaya
berpakaian

Missing
Percent

36

Total

Percent

100.0%

.0%

Percent
36

100.0%

pengidolaan aktris pornografi * gaya berpakaian


Crosstab
Count

pengidolaan
aktris pornografi

tidak ada
sedikit
banyak
sangat banyak

Total

tidak tahu
0
1
0
1
2

gaya berpakaian
kadangtidak
kadang
0
2
1
0
1
1
1
0
3
3

ya

Total
2
2
8
16
28

4
4
10
18
36

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Asymp. Sig.
(2-sided)

df

16.652(a)
13.480

9
9

.054
.142

1.494

.222

36

a 14 cells (87.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .22.

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film Pornografi
Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Pengidolaan Aktor/Aktris
Film Pornografi * Gaya
Rambut Responden

Missing
Percent

36

Total

Percent

100.0%

.0%

Percent
36

100.0%

Pengidolaan Aktor/Aktris Film Pornografi * Gaya Rambut Responden Crosstabulation


Count

Tidak Tahu
Pengidolaan
Aktor/Aktris Film
Pornografi

Total

Gaya Rambut Responden


KadangTidak
Kadang

Ya

Total

Tidak Ada

Sedikit

1
0
0
1

0
0
1
1

0
1
0
3

3
9
17
31

4
10
18
36

Banyak
Sangat Banyak

Apriyanto Simamora : Film Pornografi Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Korelasi Mengenai Pengaruh Film Pornografi
Terhadap Gaya Hidup Remaja di Lingkungan XX, Kelurahan Kwala Bekala Medan), 2010.

Anda mungkin juga menyukai