Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia tuberculosis merupakan penyebab kematian utama dan angka kematian
dengan urutan infeksi ISPA (infeksi saluran pernapasan atas). Indonesia menduduki urutan ke 3
setelah india dan china dalam jumlah penderita tuberculosis paru di dunia.
Dalam mengatasi berbagai masalah yang timbul pada klien dengan TB Paru, perawat
mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan diantaranya
sebagai Care Giver, Advocat, vasilitator, koordinator, edukator. Oleh karena itu perawat
mempunyai upaya sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan dengan TB paru. Dalam
hal ini kami akan membahas proses keperawatan khususnya tahap evaluasi.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan yang diberikan oleh Ibu
Syarniah
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tahap evaluasi
1.3
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari tahap evaluasi ?
2. Apa tujuan dan komponen dari tahap evaluasi ?
1.4
Manfaat Penulisan
Agar pembaca dapat memahami proses tahap evaluasi keperawatan.

BAB II
1

PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan dengan
cara melakuakan identifikasi sajauh mana tujuan dan rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana interpensi dan implementasinya. Tahap evaluasi
memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian,
diagnosa, perencanaan, dan implementasi interpensi.
Evaluasi sebagai sesiuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada
status kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan maka
perawat dapat menentukan efektifitas asuhan keperawatan. Meskipun tahap evaluasi diletakkan
pada akhir proses keperawatan tetapi tahap ini merupakan bagian integral pada setiap tahap proses
keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk menetukan kecukupan data yang telah
dikumpulkan dan kesesuaian prilaku yang diobservasi.
1.2 Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini
dapat dilakukan dengan melihat respon klien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan
sehingga perawat dapat mengambil keputusan. :
o mengakhiri rencana asuhan keperawatan (jika klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan )
o memodifikasi rencana asuhan keperawatan (jika klien mengalami kesulitan untuk
mencapai tujuan)
o meneruskan rencana asuhan keperawatan (jika klien memerlukan waktu yang lebih lama
untuk mencapai tujuan)
1.3 Tahap Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. Tahap evaluasi pada proses
keperawatan meliputi kegiatan mengukur pencapaian tujuan klien dan menentukan keputusan
dengan cara membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian tujuan.
Penjelesan mengenai kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Mengukur pencapaian tujuan klien
Perawat menggunakan keterampilan pengkajian untuk mendapatkan data yang akan
digunakan dalam evaluasi . Faktor yang di evaluasi mengenai status kesehatan klien terdiri atas
beberapa komponen, yaitu: KAPP (Kognitif, Afektif, Psikomotor, Perubahan Fungsi Tubuh).
Kognitif (pengetahuan)
Tujuannya adalah mengidentifikasi pengetahuan spesifik yang diperlukan setelah
klien diajarkan tentang teknik-teknik tertentu. Lingkup evaluasi pada kognitif meliputi
pengetahuan klien terhadap penyakitnya, mengontrol gejala-gejalanya, pengobatan,
diet,aktifitas, persediaan alat-alat, resiko komplikasi, gejala yang harus dilaporkan,
pencegahan, pengukuran, dan lai-lain. Evaluasi kognitif dapat diperoleh melalui
wawancara atau tes tertulis.
a. Wawancara

Cara yang terbaik untuk mengevaluasi pengetahuan klien adalah melalui


wawancara. Perawat menggunakan beberapa strategi untuk mengetahui tingkat
pengetahuan klien. Strategi tersebut mencakup :
Recall knowledge : menanyakan kepada klien untuk mengingat beberapa
fakta. Misalnya, marilah kita ulangi. Mengapa anda disarankan untuk makan
makanan yang mengandung potasium sewaktu anda minum obat diuretik ?
Komprehensif : menanyakan kepada klien untuk menyatakan informasi yang
spesifik dengan kata-katanya sendiri. Misalnya, bagaimana anda tahu bahwa
glukosa darah anda rendah?
Aplikasi fakta : mengaajak klien pada situasi hipotesis dan tanyakan
intervensi yang tepat terhadap apa ag ditanyakkan. Misalnya, jika anda
sendirian, tiba-tiba bayi anda tidak bernapas. Apa yang akan anda lakukan ?
b. Tes tertulis
Perawat biasanya menggunakan kertas kertas dan pensil untuk
mengevaluasi pengetaahuan klien terhadap hal-hal yang telah diajarkan.

Afektif (Status Emosional)


Penilaian afektif cenderung bersifat subjektif dan sukar dievaluasi. Hasil penilaian
afektif ditulis dalam bentuk perilaku yang akan memberikan suatu indikasi terhadap status
emosi klien. Hasil tersebut meliputi tukar-menukar perasaan tentang sesuatu, emas yang
berkurang, ada kemauan untuk berkomunikasi, dan seterusnya.
a. Observasi seacara langsung. Perawat mengobservasi ekspresi wajah, postur
tubuh, nada suara, dan isi pesan suara secara verbal pada waktu melakukan
wawancara.
b. Umpan balik dari profesi kesehatan yang lain. Perawat dapat
mengkonfirmasaikan profesi kesehatan yang lain untuk memberikan umpan
balik (feedback) mengenai hasil observasi keadaan klien. Umpan balik dapat
dilakukan dengan berkominkasi secara informal, pada saat rapat tntang
keadaan klien, dan didalam laporan pergantian jam dinas. Dengan adanya
umpan balik dan tukar-menukar informasi tersebut maka perawat akan
mendapatkan banyak keuntungan.

Psikomotor
Psikomotor biasanya lebih mudah untuk dievaliasi daripada yang lainnya jika
perilku dapat diobservasi sudah diindentifikasi pada kriteria hasil (tujuan). Hal ini dapat
dilakukan melalui observasi perilaku klien secara langsung.
Melihat apa yang telah dilakukan klien sesuai dengan yang diharapkan
merupakan cara yang terbaik unutuk mengevaluasi psikomotor klien. Contoh : setelah
akhir pelajaran tentang cara injeksi insulin, maka klien dapat melakukan injeksi insulin
dengan cara yang benar. Untuk mengevaluasi hasil tersebut, perawat dapat memberikan
spuit dan insulin dan mengobservasi apakah klien : (1) memegang spuit dengan benar dan
jarumnya tidak terkontaminasi; (2) memilih dan menyiapkan lokasi penyuntikan; (3)
memasukkan jarum pada sudut 90 derajat; dan (4) menginjesikan insulin dengan benar.

Perubahan fungsi tubuh


3

Evaluasi pada komponen perubahan funsi tubuh mencakup beberapa aspek status
kesehatan klien yang dapat diobservasi. Untuk mengevaluasi perubahan fungsi tubuh klien
maka perawat memfokuskan pada bagaimana fungsi kesehatan klien berubah setelah
dilakukan asuhan keperawatan.
Evaluasi pada gejala yang spesifik digunakan untuk menilai penurunan ana
peningkatan gejala yang memengaruhi status kesehatan klien. Evaluasi dapat dilakukan
denga observasi secara langsung, wawancara, dan pemeriksaan fisik. Contoh observasi
secara langsung:tidak adanya tanda dan gejala Wheezzing dalam waktu 48 jam. Untuk
mengevaluasi hasilnya maka perawat mendengarkan suara napas pada bagian anterior dan
posterior dada.
2) Penentuan Keputusan pada Tahap Evaluasi
Setelah data status klien terkumpul, maka perawat membandingkan data dengan kriteria
hasil. Tahap berikutnya adalah membuat keputusan tentan pencapaian klien terhadap kriteria hasil.
Ada tiga kemungkinan keputusan pada tahap ini, yaitu:
a. Klien telah mancapai hasil yang ditentukan dalam tujuan. Pada keadaan ini perawat akan
mengkaji masalah klien lebih lanjut atau mengevaluasi kriteria hasil yang lain.
b. Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan. Perawat mengetahui keadaan klien
pada tahap perubahan ke arah pemecahan masalah. Penambahan waktu, data-data, dan
intervensi mungkuin diperlukan sebelum tujuan tercapai.
c. Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan. Pada situasi ini, perawat harus
mencoba untuk mengindentifikasi alasan mengapa keadaan atau masalah ini dapat terjadi
dengan:
o Mengkaji ulang masalah atau respons yang telah teridentifikasi sebelumnya dengan
akurat,
o Membuat kriteria hasil yang baru karena kemungkinan kriteria hasil yang telah dibuat
sebelumnya tidak realistis dalam hal sarana , tenaga perawat, dan waktu. Kemungkinan
yang lain adalah klien tidak menghendaki tujuan yang telah disusun oleh perawat,
o Intervensi keperawatan harus dievaluasi dalam hal ketepatan untuk mencapai tujuan
sebelumnya.
Kualitas asuhan keperawatan dapat dievaluasi pada saat proses (formatif) dan dengan melihat
hasilnya (sumatif).
Evaluasi proses. Fokus pada evaluasi proses (formatif) adalah aktivitas dari proses keperawatan
dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan segera
setelah perencanaan keperawatan diimplementasi kan untuk membantu menilai efektivitas
intervensi tersebut. Evaluasi proses harus terus-menerus dilaksanakan hingga tujuan yang telah
ditentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam evaluasi proses terdiri atas analisis rencana
asuhan keperawatan, open-chart audi, pertemuan kelompok, wawancara, observasi klien, dan
menggunakan form evaluasi. Sistem penulisan pada tahap evaluasi ini dapat menggunakan sistem
SOAP atau model dokumentasi lainnya.
Pada tahap pengkajian, perawat mengevaluasi kelengkapan dan keakuratan data serta
membandingkan kata tersebut dengan hasil observasi klien sebelumnya. Secara bersama-sama
klien dan perawat memvalidasi diagnosis keperawatan. Lingkup evaluasi pada tahap pengkajian
meliputi penentuan prioritas terhadap diagnosis keperawatan yang telah diidentifikasi dan
4

mengevaluasi tujuan dan intervensi keperawatan terhadap kemungkinan yang tidak bermanfaat.
Sedangkan evaluasi pada implementasi mencakup mengkaji respons dari intervensi yang telah
diberikan.
Evaluasi hasil. Fokus evaluasi hasil (sumatif) adalah perubahan perilaku atau status kesehatan
klien pada akhir asuhan keperawatan. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan
keperawatan secara paripurna. Evaluasi hasil bersifat objektif, fleksibel, dan efisien. Metode
pelaksanaan evaluasi hasil terdiri atas closed-chart audit, wawancara pada pertemuan akhir asuhan
keperawatan, dan pertanyaan kepada klien dan keluarga. Meskipun data pada tahap ini tidak
secara langsung berpengaruh terhadap klien yang dievaluasi, tetapi evaluasi hasil dapat menjaadi
suatu metode untuk memonitor kualitas dan efektivitas yang telah diberikan.
1.4 Komponen Evaluasi

1.
2.
3.
4.
5.

Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi lima komponen (Pineel dan Menese, 1986,hlm.229230):
Menetukan kriteria, standar praktik, dan pertanyaan evaluatif.
Mengumpulkan data mengenai stsus klien yang baru terjadi.
Menganalisi dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.
Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.
Melaksanakan intervensi yang sesuai denag kesimpulan.
1. Menentukan Kriteria, Standar Praktik, dan Pertanyaan Evaluatif

Kriteria
Kriteria digunakan sebagai pedoman observasi untuk pengumpulan data dan sebagai penentuan
kesahihan data yang terkumpul. Kriteria hasil menanadakan hsil akhir dari asuhan keperawatan.
Sedangkan standar keperawatan digunakan sebagai dasar untuk evaluasi praktik keperawatan
secara luas. Kriteria hasil didefinisikan sebagai standar untuk menjelaskan bagaimana keadaan
klien setelah dilakukan intervensi.
Kriteria hasil dinyatakan dalam istilah perilaku (behavior) sebagaimana disebutkan dalam bab
terdahulu, supaya dapat diobservasi atau diukur dan kemudian dijelaskn dalam istilah yang modah
dipahami. Idealnya, setiap hasil dapat dimengerti oleh setiap orang yang terlibat dalam evaluasi.

Standar Praktik
Standar asuhan keperawat dapat digunakan untu mengevaluasi praktik keperawatan secara luas.
Standar tersebut menyatakan hal yang harus dilaksanakan dan dapat digunakan sebagai suatu
model ntuk kualitas pelayanan. Standar harus berdasarkan hasil penilitian. Konsep teori, dan dapat
diteriam oleh praktik klinik keperawatan saat ini. Standar harus cermat disusun dan diuji untuk
menentukan kesesuaian dalam penggunaanya. Contoh pemakain standar dapat dilihat pad Standar
Praktik Keperawatan yng disusun oleh ANA.

Pertanyaan Evaluatif

Untuk menentukan suatu kriteria dan standar, perlu digunakan pertanyaan evaluatif (evaluative
questions) sebagai dasar mengevaluasi kualitas asuhan keperawatan dan respons klien terhadap
intervensi. Pertanyaan-pertanyaan yanf dapt digunkan sebagai evaluasi:
Pengkajian; apakah dapat dilakuakn oengkajian pada klien ?
Diagnosis; apakh diagnosis disusun bersama klien ?
Perencanaan; apakh tujuan telah diidentifikasi dalam perencanaan ?
Implementasi; pakah klien mengetahui tentang intervensi yang akan diberikan ?
Evaluasi; apakah modifikasi asuhan keperawatan diperlukan ?
2. Mengumpulkan data mengenai status kesehatan klien yang baru terjadi
Pada tahap ini kita perlu mempertimbangkan beberapa pertanyaan. Siapa yang bertanggung jawab
dalam pengumpulan data ? kapan data tersebut diperoleh ? dan sarana apa yang akan digunakan
untuk memperoleh data ?
Perawat profesional yang pertama kali mengkaji data klien dan menyusun perencanaan adalah
orang yang bertanggung jawab dalam mengevaluasi respons klien terhadap intervensi yang
diberikan. Perawat lain yang membantu dalam memberikan intervensi kepada klien harus
berpartisipasi dalam proses evaluasi. Validitas informasi meningkat jika lebih dari satu orang yang
ikut melakukan evaluasi.
3. Menganalisis dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar
Perawat memerlukan keterampilan dalam berfikir kritis, kemampuan menyelesaikan masalah, dan
kemampuan mengambil keputusan klinik. Kemampuan ini diperlukan untuk menentukan
kesesuaian dan pentingnya suatu data dengan cara membandingkan data evaluasi dengan kriteria
serta standar dan penyesuaian asuhan keperawatan yang diberikan dengan kriteria dan standar
yang sudah ada. Pada tahap ini perawat dituntut untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang
mungkin dapat mempengaruhi efektivitas asuhan keperawatan.
4. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan
Pertama kali yang perlu dilaksanakan oleh perawat pada tahp ini adalah menyimpulkan efektivitas
semua intervensi yang telah dilaksanakan. Kemudian menentukan kesimpulan pada setiap
diagnosis yang telah dilakukan intervensi. Yang perlu diingat disini adalah tidak mungkin
membuat suatu perencanaan 100% berhasil oleh karena itu memerlukan suatu perbaikan dan
perubahan-perubahan, sebaliknya tidak mungkin perencanaan yang sudah disusun 100% gagal.
Untuk itu diperlukan kejelian dalam menyusun perencanaan , intervensi yang tepat, dan menilai
respons klien setelah diintervensi seobjektif mungkin.
5. Melaksanakan intervensi yang sesuai berdasarkan kesimpulan
Pada tahap ini perawat melakukan suatu intervensi berdasarkan hasil kesimpulan yang sudah
diperbaiki dari perencanaan ulang,tujuan,kriteria hasil,dan rencana asuhan keperawatan. Meskipun
pengkajian dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan, aspek-aspek khusus perlu dikaji
ulang dan penambahan data untuk suatu asuhan keperawatan.
1.5

Jenis Evaluasi
6

1. Evaluasi formatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respons
segera seperti Kaji ROM ekstremitas atas klien, Hasil evaluasi ROM mengalami keteratasan
dengan hasil pengkajian gerakan sendi mengalami keterbatasan seperti:
-fleksi siku 100 derajat (normalnya 150 derajat)
-fleksi pergelangan tangan 50 derajat (normalnya 80-90 derajat)
-abduksi pada bahu 120 derajat (normalnya 120 derajat)
2. Evaluasi Sumatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu
berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan. Di samping itu, evaluasi juga
sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria tertentu yang membuktikan apakan
tujuan tercapai, tidak tercapai atau tercapai sebagian.

BAB III
Simulasi Evaluasi Keperawatan
Setelah perawat melakukan tindakan pengkajian, diagnosa, perencanaan dan Implementasi tahap
selanjutnya adalah evaluasi keperawatan.Dari hasil analisis data sebelumnya,diketahui bahwa biodata
pasien:
Nama

Rianti

Umur

15 tahun
7

Jenis kelamin

Perempuan

Alamat

Banjarbaru,Kalsel

Agama

Islam

Suku/bangsa

Banjar/Indonesia

Pekerjaan

Pelajar

Status

Belum kawin

Pendidikan

SMP

Pasien mengalami batuk berdahak selama 3 minggu. Badan demam,sesak nafas,nafsu makan dan
berat badan menurun,sering berkeringat pada malam hari.
Tekanan darah

: 100/80 mmHg

Nadi

: 84x/menit

Nafas

: 28x/menit

Suhu Tubuh

: 40oC

Berdasarkan dari hasil pengkajian, diagnosa, perencanaan, dan implementasi pasien dengan
nama rianti yang sedang menjalani rawat inap. Kemudian, perawat memasuki ruangan untuk melakukan
evaluasi keperawatan.
Perawat

: asssalamualaikum.

Bu ardi, pak ardi

: walaikumsalam. Silahkan masuk suster

Perawat

: iya terimakasih..

Bu ardi

: ada apaa ya suster ?

Perawat

: begini pak, bu. Saya ingin melakukan evaluasi mengenai implementasi yang
sudah saudari riyanti lakukan kemarin.

Pak ardi

: oh iya silakan suster.

Perawat

: baik pak. Bagaimana de riyanti keadaannya ? apakah sudah lebih baik ?

Rianti

: sudah sus. Tapi badan saya masih terasa panas.

Perawat
Bu ardi
Perawat

: iya itu adalah efek dari pemberian obat yang sudah diberikan dokter kemaren.
Sehingga metabolisme tubuh menjadi meningkat dan diikuti kenaikan suha badan.
: itu bahaya nggak sus ?
: insya allah tidak berbahaya karena itu merupakan salah satu kerja obat terhadap
metabolisme tubuhnya.
8

Pak ardi

: alhamdulilah

Perawat

: setelah latihan nafas apa yang de rianti rasakan ?

Rianti

: sesak nafas saya berkurang sus dan saya juga sudah mampu batuk efektif.

Perawat

: oh bagus bagus, apakah ada keluhan setelah latihan nafas kemarin?

Pak ardi

: setelah latihan nafas kemarin sudah mulai menunjukan perubahan sus

Bu ardi

: sejak semalam ia tidak ada keluhan apa-apa sus dengan saya. Iya kan nak?

Rianti

: iya sus...

Perawat

: baiklah kalau begitu, data-datanya akan saya konsultasi kan ke dokter untuk
penanganan selanjutnya. Sebelumnya terimakasih atas partisipasi ibu dan bapak ..

Pak ardi & bu ardi

: iya sus... terimakasih kembali

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Evaluasi sebagai sesiuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada
status kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan maka
perawat dapat menentukan efektifitas asuhan keperawatan. Meskipun tahap evaluasi diletakkan
pada akhir proses keperawatan tetapi tahap ini merupakan bagian integral pada setiap tahap proses
keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk menetukan kecukupan data yang telah
dikumpulkan dan kesesuaian prilaku yang diobservasi.

Daftar Pustaka
Nursalam. 2011. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Debora Oda. 2011. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:Salemba Medika
Hidayat, A. Alimul Aziz. 2011. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

10

Anda mungkin juga menyukai