Di susun oleh :
TIM TB DOTS
RSUD WALED KABUPATEN CIREBON
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Sumber penularan TB adalah pasien TB
Paru BTA positif melalui percikan dahak (droplet nuclei) yang dikeluarkan pada
waktu batuk atau bersin. Menurut World Health Organization (WHO) saat ini
jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 5,8% jumlah pasien TB di dunia dan setiap
tahun terdapat 539.000 kasus baru dengan insidens kasus TB BTA positif sekitar
107 per 100.000 penduduk. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
menyatakan penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit
stroke, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Berdasarkan data statistik rumah
sakit tahun 2007, TB menempati urutan pertama dalam proporsi penyakit menular
(27,8%) dan urutan ke-14 sebagai penyakit terbanyak di rawat inap, sedangkan
tahun 2008 menempati urutan ke-7 sebagai penyakit terbanyak di rawat jalan.
Pada tahun 1992, WHO telah mencanangkan TB sebagai Global Emergency
(kedaruratan dunia) dan pada tahun 1995 merekomendasikan strategi DOTS
sebagai salah satu langkah yang paling efektif dan efisien dalam penanggulangan
TB. Intervensi dengan strategi DOTS ke dalam pelayanan kesehatan dasar
(puskesmas) telah dilakukan sejak tahun 1995, sedangkan untuk institusi
pelayanan Rumah Sakit (RS) dan Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) atau
Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) intervensi baru dilakukan
secara aktif sejak tahun 2000. Dan hasil survey prevalensi TB pada tahun 2004
menunjukkan pola pencarian pengobatan pasien TB ke Rumah Sakit ternyata
cukup tinggi, yaitu sekitar 60% pasien TB ketika pertama kali sakit mencari
pengobatan ke Rumah Sakit, sedangkan sisanya ke Puskesmas dan Praktik
Swasta.
Pelaksanaan DOTS di Rumah Sakit mempunyai daya ungkit dalam
penemuan kasus (case detection rate, CDR), angka keberhasilan pengobatan
(cure rate, CR), dan angka keberhasilan rujukan (succes referal rate, SRR).
Adapun strategi DOTS terdiri dari komitmen politis, pemeriksaan dahak
mikroskopis yang terjamin mutunya, pengobatan jangka pendek yang terstandar
2
Penanggulangan
Tuberkulosis
mengamanatkan
bahwa
Menurunkan
angka
kesakitan
dan
kematian
akibat
TB
dalam
rangka
Tujuan :
1. Memberikan pelayanan TB yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.
2. Melaksanakan tata kelola program pengendalian TB dengan strategi DOTS dengan
baik.
3. Meningkatkan
pemberdayaan
sarana
dan
prasarana
Rumah
Sakit
untuk
pengendalian TB.
4. Meningkatkan fungsi dan kualitas sumber daya Rumah Sakit baik medis, paramedis
dan non medis dalam pengendalian TB.
5. Meningkatkan fungsi sistem jejaring internal dan eksternal dalam pengendalian TB.
6. Meningkatkan kerja sama lintas program dengan melaksanakan kolaborasi TB-HIV.
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN
ditemukan.
Menetapkan jenis paduan obat sesuai dengan prosedur tetap atau SPO.
Memberikan obat tahap intensif dan tahap lanjutan.
Memantau keteraturan berobat pasien TB.
Mengenal efek samping obat dan komplikasi lainnya serta cara penanganannya.
Menentukan hasil pengobatan dan mencatatnya di kartu pasien.
Mengisi Formulir Rujukan/Pindah Pasien TB (TB-09) yang akan dirujuk atau pindah
ke UPK lain.
14. Mengisi Formulir Akhir Pengobatan Pasien TB Pindahan (TB-10) untuk pasien TB
yang pindah dari UPK lain.
BAB III
HASIL YANG DICAPAI
Tabel Jumlah Pasien TB Yang Diobati Berdasarkan Jenis Kelamin Di RSUD Waled
Kabupaten Cirebon Tahun 2014
Tabel Jumlah Pasien TB Yang Diobati Berdasarkan Jenis Kelamin Di RSUD Waled
Kabupaten Cirebon Tahun 2015
Tabel Jumlah Pasien TB Yang Diobati Berdasarkan Wilayah Tempat Tinggal Di RSUD
Waled Kabupaten Cirebon Tahun 2014
Tabel Jumlah Pasien TB Yang Diobati Berdasarkan Wilayah Tempat Tinggal Di RSUD
Waled Kabupaten Cirebon Tahun 2015
10
11
12
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Jejaring internal sudah mulai ada peningkatan, kontribusi suspek dari ruang
Saran
Pelatihan SDM perlu ditingkatkan sesuai kebutuhan.
Sapras perlu penambahan sesuaikan untuk peningkatan pelayanan.
Monitor dan evaluasi dari manajemen perlu ditingkatkan.
Pencatatan dan pelaporan perlu di tingkatkan.
Jejaring internal RS perlu ditingkatkan lagi.
Jejaring eksternal RS dengan Fasyankes lain ( Hospital DOTS linkage ) perlu
ditingkatkan lagi.
13
BAB V
PENUTUP
Tim DOTS RSUD Waled Kabupaten Cirebon secara berkala membuat laporan kegiatan
Pengendalian Penyakit Menular Tuberkulosis dengan Strategi DOTS kepada Wakil
Direktur RSUD Waled Kabupaten Cirebon dengan tembusan kepada Direktur RSUD
Waled Kabupaten Cirebon dan Komite Medik setiap triwulan. Tim DOTS RSUD Waled
Kabupaten Cirebon juga membuat laporan kepada Dinas Kesehatan Kota Cirebon
setiap bulan dan triwulan.
Laporan kepada Dinas Kesehatan Kota Cirebon berupa data jumlah Pasien
Suspek TB yang diperiksa dahak, jumlah Pasien TB dengan hasil pemeriksaan dahak
BTA positif dan jumlah Pasien TB baru yang diobati setiap bulan. Sedangkan laporan
setiap triwulan berupa pelaporan form TB-03. Laporan kepada Wakil Direktur RSUD
Waled Kabupaten Cirebon berupa laporan data/statistik serta hasil analisa pelayanan
medis TB Rumah Sakit, laporan dan hasil evaluasi pelaksanaan jejaring internal,
laporan dan hasil evaluasi pelaksanaan jejaring eksternal dan rencana tindak lanjut dari
hasil evaluasi.
Tim DOTS RSUD Waled Kabupaten Cirebon juga membuat laporan hasil
pertemuan dan hasil monitoring evaluasi, dan disampaikan secara tertulis kepada
Direktur dan Wakil Direktur RSUD Waled Kabupaten Cirebon setiap 6 bulan untuk
diketahui dan ditindaklanjuti.
14