Anda di halaman 1dari 2

???

Pendahuluan
Neovaskularisasi pada retina merupakan salah satu penyebab dari hilangnya penglihatan.
Kasus ini biasa terjadi pada diabetic retinopathy (DR), retinopathy of prematurity (ROP),
central retinal vein occlussion. VEGF (vascular endhothelial growth factor) merupakan kunci
dalam patogenesis penyakit vaskuler intraokuler. VEGF ini muncul pada saat keadaan
hipoksia, dan vaskular hiperpermeability. Pada penelitian sebelumnya menyatakan bahwa
strategi untuk menghambat neovaskularisasi pada retina dengan cara menghambat VEGF.
Bevacizumab merupakan obat anti VEGF, yang telah dikenal luas dan digunakan
intraocular injeksi untuk menangani vaskularisasi retina., seperti neovaskularisasi macula
terkait usia (AMD [age related makular degeneration]), ROP, diabetic makular oedema, juga
pada proliferative diabetic retinopathy (PDR) untuk mengurangi resiko intraokular bleeding.
Intra vitreal Bevacizumab (IVB) diketahui dapat mengurangi neovaskularisasi retina
dengan meningkatkan perubahan TGFB2, CTGF dan faktor lainnya.
Metode
Pasien dengan medical record PDR stage 5 dan telah mendapatkan terapi IVB
dijadikan sampel dalam penelitian ini. Dari kelima pasien tersebut di pilih 4 pasien yang
memenuhi kriteria dan yang memiliki kemiripan, seperti penderita DM tipe 2, kadar gula,
adanya progresif fibrosis pada membran dan kriteria lainnya.
Pengecatan Immunofluorescence (IF) dan PCR assay dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi dari cytokine pada sampel. Membran sampel diambil dan dilakukan kultur.
Sampel dikelompokkan menjadi dua grup, yang mendapat terapi dan

yang tidak

mendapatkan terapi. Hasil dari pengecatan IF dan PCR di analisis mengguanakn GraphPad
software dan SPSS v17.

Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian didapatkan data dengan P < 0,05 yang menunjukkan adanya
perbedaan hasil yang signifikan antara kelompok yang diberi terapi dan yang tidak diberi
terapi. Pada membran sel yang diberi terapi didapatkan peningkatan TGFB2, CTGF, mRNA,
dan Growth Factor. Hal ini menunjukan IVB memberikan efek meningkatkan regulasi

TGFB2, CTGF, dan faktor lainnya. Namun didapatkan proliferasi retinopati pada pasien yang
diberikan IVB selama 3 minggu.
Pada pasien laki-laki usia 55 tahun dilaporkan terjadi kehilangan visus pada kedua
mata setelah 1 tahun mendapatkan terapi IVB. Pada pemeriksaan membran epiretinal portion
superior retina, macular, dan optic disc didapatkan adanya peningkatan jaringan fibrosis pada
pasien tersebut.
Discussion
Beradasarkan hasil penelitian, adanya peningkatan TGFB2, CTGF, mRNA, dan
Growth Factor pada kelompok pemberian IVB. Pada kelompok pemberian IVB juga terjadi
penurunan neovaskularisasi retina, akan tetapi didapatkan adanya peningkatan jaringan
fibrosis yang berproliferasi pada retina. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran dari
menurunya neovaskularisasi menjadi meningkatnya kejadian fibrosis berkaitan dengan terapi
IVB.
Dalam beberapa literatur didapatkan bahwa TGFB2 merupakan faktor penting yang
memicu terjadinya fibrosis, sehingga bila menghambat neovaskularisasi retina menggunakan
anti-VEGF yang mekanisme kerjanya meningkatkan regulasi faktor TGFB2 maka akan
memicu terjadinya jaringan fibrosis.
Selain dari pembahsan tersebut, pada penelitian ini juga masih terdapat keterbatasanketerbatasan. Keterbatasan tersebut diantaranya, adanya variasi pasien, sedikitnya jumlah
sampel, tidak ditelitinya level inflamasi cytokine setelah terapi IVB hingga proses fibrosis
berlangsung, dan faktor lainnya.
Banyaknya target cytokine yang perpengaruh pada paseien PDR merupakan
pertimbangan dalam menterapi pasien, meneliti lebih lanjut berkaitan dengan waktu
munculnya fibrosis setelah terapi anti-VEGF merupakan hal yang penting untuk mencegah
komplikasi fibrosis yang akan terjadi.

Anda mungkin juga menyukai