Anda di halaman 1dari 7

Nama : Bayu Agniya

NIM

: 1601663

Jurusan: Pendidikan Bahasa Prancis.

Landasan Psikologi Pendidikan


1. Pengertian Landasan Psikologi Pendidikan
Landasan psikologis pendidikan merupakan suatu landasan dalam proses pendidikan
yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta
gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia
perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan
usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.
2. Situasi Pergaulan Pendidikan
Pergaulan pendidikan adalah hubungan antara dua pihak yang mempunyai maksud yang
disengaja untuk mempengaruhi anak didik, sehingga anak didik tersebut berkembang
menuju ke kedewasaan. Namun, proses pendidikan tidak bisa langsung menghasilkan
kondisi kedewasaan, karena proses kedewasaan itu adalah suatu proses yang berlangsung
terus menerus tanpa terputus-putus.
Anak didik dapat dipengaruhi karena setiap manusia adalah makhluk sosial, yang berarti
bahwa manusia memiliki kecenderungan mencari kontak sosial dan segala aktivitas yang
melibatkannya dengan lingkungan dan orang lain. Suasana lingkungan banyak
dipengaruhi oleh sikap-sikap orang yang ada dalam lingkungan tersebut. Setiap anak
memiliki potensi untuk berkembang, dan oleh karena itu, pendidik mempunyai tugas
untuk memahami potensi yang dimiliki oleh setiap individu anak untuk mengarahkan
perkembangannya sesuai dengan cita-cita dan tujuan hidupnya.
Pemahaman terhadap potensi anak didik, merupakan konsekuensi logis bahwa pendidik
harus memahami secara teoritis dan filosofis terhadap tugas-tugas perkembangan anak
dan aspek-aspek psikologis lainnya dalam rangka tugas mendidik.
3. Dimensi Proses Pendidikan
a. Dimensi-dimensi proses pendidikan dari segi prilaku:

1) Dimensi fisik, lebih menekankan pada peningkatan kemampuan motorik peserta


didik dan pemahaman pada tugas-tugas perkembangan fisik seseorang.
2) Dimensi psikologis, aspek kognitif.
3) Dimensi spiritual, upaya pendidikan ketuhanan.
b. Dimensi-dimensi proses pendidikan berdasarkan tujuan pendidikan:
1) Dimensi individualitas, menghasilkan kedewasaan seseorang dari aspek
kemampuan memilih nilai sebagai acuan normatif kehidupannya sehinga ada
kemandirian.
2) Dimensi sosialitas, menghasilkan kedewasaan seseorang dalam aspek
kemampuannya dalam mengimplementasikan nilai-nilai sosial yang dijadikan rujukan
kehidupan bersama dan kemampuan membangun suasana dan kondisi
kemasyarakatan yang harmonis.
3) Dimensi moralitas, tercapainya kedewasaan seseorang dalam meyakini dan
mengejawantahkan norma-norma perilaku menjadi tatanan kehidupannya.
4) Dimensi religuisitas, tercapainya kedewasaan seseorang dalam meyakini dan
mengamalkan nilai-nilai keyakinan agamanya.
4. Tugas-Tugas Pokok Perkembangan
Tugas perkembangan ialah tugas yang terdapat pada suatu tahap kehidupan seseorang,
yang akan membawa individu kepada kebahagiaan dan keberhasilan dalam tugas-tugas
pengembangan berikutnya, yaitu apabila tahap kehidupan tersebut dijalani dengan berhasil.
Sedangkan kegagalan dalam melaksanakan tugas pengembangan, akan mengakibatkan
kehidupan tidak bahagia pada individu, dan kesukaran-kesukaran lain dalam hidupnya kelak.
Tugas-tugas pokok perkembangan dapat dibagi berdasarkan aspek perkembangannya.
Berikut tugas-tugas perkembangan berdasarkan aspek perkembangan dilihat dari tingkat
perkembangannya:
a. Tingkat perkembangan bayi
1) Motorik : belajar berjalan; berbicara.
2) Mental : pembentukan konsep-konsep sederhana tentang realitas lingkungan
sosial maupun fisik.

3) Sosial : belajar untuk berhubungan dengan orang lain.


b.Tingkat perkembangan anak-anak
1) Motorik : Mengembangkan dan mempersiapkan keterampilan fisik.
2) Mental : Perkembangan keterampilan mendasar dalam membaca, menulis dan
berhitung.
3) Sosial : Mulai adanya kerjasama dengan kelompok sebaya.
c. Tingkat perkembangan adolesensi
1) Motorik : Pertumbuhan menjadi cepat dan perubahan fisik pada masa pubertas.
2) Mental : Perkembangan keterampilan dalam persiapan karier.
3) Sosial : Secara emosional anak lebih bebas dari orang tuanya karena adanya
hubungan baru dengan kelompo sebayanya.
d. Tingkat pertumbuhan dewasa awal
1) Mental : memulai mengenali jabatan dan peranan dalam masyarakat.
2) Sosial : mulai membentuk gaya hidup orang dewasa, dapat menentukan lawan
jenis dalam kelompok sosialnya.
5. Pemahaman terhadap Perkembangan Pribadi Anak
Secara umum perkembangan kehidupan anak dapat dibagi ke dalam periodisasi sebagai
berikut:
a. Anak bayi (0-1 tahun)
Pada periode ini anak menggunakan kemampuan lahiriah (insting) seperti sosial,
sebagai alat untuk memungkinkan anak berkomunikasi dengan lingkungannya; meniru,
yaitu anak suka meniru perbuatan orang-orang terdekatnya sebagai proses belajar;
refleks, yaitu suatu reaksi otomatis dari bagian-bagian badan tertentu bila terkena
rangsangan; kemampuan belajar, meningkatkan keterampilan yang menyangkut gerak-

gerik badan serta anggota badan lainya seperti tangan dan kaki; dan potensi perluasan
dunia, yaitu penjelajahan ruang; serta perkembangan bahasa.
b. Kanak-kanak (1-5 tahun)
Usia pra sekolah sebagai periode peralihan dari bayi ke usia anak sekolah. Periode ini
mempunyai tiga ciri khas yang tidak terdapat pada periode lain, yaitu perkembangan
emosi kegembiraan hidup, kebebasan dan fantasi. Selain itu, pada periode ini
berkembang pula daya penginderaan dan perkembangan bahasa.
c. Anak Sekolah (6-12 tahun)
Periode ini oleh Kohnstamm disebut periode intelektual karena sebagian besar waktu
dipergunakan untuk pengembangan kemampuan intelektualnya. Anak pada umur ini
mudah melaksanakan tugas yang diberikan dan apabila mereka berada pada lingkungan
yang baik, akan mudah belajar berbagai kebiasaan. Namun, apabila pada usia ini terjadi
kesalahan pendidikan akan timbul berbagai masalah perilaku.
d. Remaja atau adolensensi (12-18 tahun)
Kohnstamm menyebut periode ini sebagai periode sosial karena dalam masa ini anak
mempunyai minat pada hal-hal kemasyarakatan. Pada masa ini, remaja sangat menonjol
perkembangan hormon sexnya sehingga mulai tertarik pada lawan jenis. Bersamaan
dengan itu, anak juga mengalami pertumbuhan jasmani yang cepat. Dalam
perkembangan moralnya, anak mulai mengenali nilai-nilai rohani.
6. Teori Belajar dalam Pendidikan
a. Berdasarkan pendekatan filosofis dibedakan menjadi tiga aliran:
1) Teori psikologi kognitif yang dipengaruhi oleh Kurt Lewin. John Dewey, dan Kohler,
mempunyai pandangan bahwa proses belajar pada manusia melibatkan proses
pengenalan yang bersifat kognitif.
Jean Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognisi dari usia anak hingga
remaja menjadi empat tahap:
a) Tahap sensori-motorik (0,0-2,0)
b) Tahap operasi awal (2,0-6,0)
c) Tahap operasi konkrit(7,0-11,0)
d) Tahap operasi formal (12,0-ke atas)
Peranan guru dalam proses belajar mengajar yang didasarkan pada teori Piaget,
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Merancang program, menata lingkungan yang kondusif dll.

b) Mendiagnosa tahap perkembangan murid, menyajikan permasalahan kepada


murid yang sejajar dengan tingkat perkembangannya.
c) Mendorong perkembangan murid ke arah perkembangan berikutnya dengan cara
memberikan latihan, bertanya dan mendorong murid untuk melakukan
eksplorasi.
Redja Mudyaharjo mengemukakan, bahwa implikasi teori belajar kognitif terhadap
pendidikan adalah sebagai berikut:
a) Individualisasi
b) Motivasi
c) Metodologi
d) Tujuan kurikuler
e) Bentuk pengelolaan kelas
f) Efektivitas pengajaran
g) Partisipasi siswa
h) Kegiatan belajar siswa
i) Tujuan umum pendidikan
2) Teori psikologi humanistik, menurut aliran humanisme bahwa perilaku manusia itu
ditentukan oleh dirinya sendiri, oleh faktor internal, dan bukan oleh kondisi
lingkungan ataupun pengetahuaannya.
Carl R. Rogers mengemukakan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
a) Manusia mempunyai dorongan untuk belajar.
b) Belajar akan bermakna jika yang dipelajari relevan dengan kebutuhan anak.
c) Belajar diperkuat dengan mengurangi ancaman eksternal.
d) Belajar dengan inidiatif sendiri akan melibatkan keseluruhan pribadi, baik
intelektual maupun perasaan.
e) Sikap berdiri sendiri, kreativitas dan percaya diri diperkuat dengan penilaian diri
sendiri.
Pandangan kaum humanis tentang proses belajar mengimplikasikan perlunya
penataan prioritas kegiatan pendidikan dan peranan guru. Tujuan pendidikan
menurut kaum humanis adalah realisasi diri, yakni suatu kondisi dimana individu
mencapai kesadaran akan dirinya sendiri, lingkungan san sistem nilai.

3) Teori psikologi behavioristik memandang bahwa perilaku manusia adalah hasil


pembentukan melalui kondisi lingkungan. Perilaku adalah hal-hal yang berubah dan
dapat diamati. Perilaku individu dipahami dalam hubungannya dengan peristiwa yang
mendahuluinya.
Menurut teori behavioristik, ada tiga hal yang mempengaruhi proses belajar
seseorang, yaitu: stimulus, respon, dan akibat.
Tujuan pendidikan menurut aliran behavioristik adalah berorientasi pada
pengembangan kompetensi, penguasaan secara tuntas terhadap apa-apa yang
dipelajari.
b. Berdasarkan pendekatan psikologis dapat diklasifikasikan menjadi:
1) Teori belajar disiplin mental, memandang belajar sebagai proses mendisiplinkan tau
melatih fungsi-fungsi jiwa.
2) Teori ikatan stimulus dan respon, menyatakan bahwa belajar sebagai ikatan antara
rangasanga yang datang dari luar dan secara otomatis rekasi.
3) Teori kognitif, proses memahami.
4) Teori prestasi belajar, memandang bahwa proses belajar mempunyai hubungan
dengan proses mengajar, yang menitikberatkan pada faktor-faktor yang berperan
dalam usaha belajar supaya berhasil optimal.
5) Teori belajar inovatif, memandang bahwa proses belajar pada anak dan orang
dewasa tertuju pada kemampuan untuk mengantisipasi peristiwa masa depan dalam
menyelesaikan diri pada tuntutan kehidupan masa depan yang mungkin belum
pernah ada polanya sampai sekarang.
7. Upaya Pendidikan
Upaya pendidikan adalah suatu cara usaha pendidikan untuk membimbing anak mencapai
kedewasaannya. Cara usaha ini dapat berupa pendidikan atau situasi yang sengaja
diadakan untuk mendidik anak. Upaya pendidikan berbeda artinya dengan faktor pendidikan,
pada faktor pendidikan adalah suatu pengaruh yang tidak dengan sengaja diadakan oleh
pendidik tetapi walaupun demikian dapat mempunyai pengaruh terhadap anak yang sama
dengan upaya yang dengan sengaja diadakan oleh pendidik. Setiap upaya pendidikan yang
dilaksanakan berhubungan dengan empat hal, yaitu:
1) Untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
2) Dihubungkan dengan siapa yang mempergunakan upaya itu.

3) Dihubungkan dengan cara atau bentuk upaya yang dipergunakan. Bagaimana

efeknya terhadap anak.


Komentar : Dalam materi ini kita mempelajari Landasan Psikologi Pendidikan dimana ketika
kita menjadi seorang guru, di beberapa referensi semua menyangkut kedalam psikologi
pendidikan. Menurut saya materi ini sangat penting untuk kita sebagai calon guru, sebab
dalam dunia pendidikan kita mesti mengenal psikologi masing masing peserta didik.
Referensi :
-

Rasyidin, Waini. (2010). Landasan Pendidikan, Sub koordinat MKDP Landasan

Pendidikan FIP UPI. Bandung.


Tim penyusun. (2016). Landasan Pendidikan, Sub koordinator MKDP Landasan

Pendidikan UPI. Bandung.


Robert E. Slavin. (2011). Psikologi Pendidikan, PT Indeks, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai