Anda di halaman 1dari 11

Sejarah Perkembangan Gereja Dan Misi Dunia

A. Perkembangan Gereja
Gereja, pertumbuhan dan perkembangannya sungguh menakjubkan. Pasca kenaikan Tuhan Yesus ke sorga
dan pasca pencurahan Roh Kudus, gereja bertumbuh dan berkembang secara luar biasa. Para murid
memberitakan Injil dengan penuh kuasa. Roh Kudus Sang Sumber Kuasa secara ajaib menyatakan tandatanda heran sepanjang pelayanan para rasul. Dari sinilah cikal-bakal pertumbuhan dan perkembangan gereja.
Berikut sejarah perkembangan gereja dan misi dunia.
1. Gereja Di Palestina
Tidak dapat dipungkiri bahwa Yerusalem adalah kota mulia. Pernyataan tersebut tentu memiliki alasan kuat.
Yerusalem berfungsi sebagai penarik dan penyalur berkat Allah kepada bangsa-bangsa. Yerusalem adalah
kota berkat yang dari dalamnya Tuhan memberkati bangsa-bangsa, dari dalamnya mengalir damai Allah.
Yerusalem adalah pusat berkat bagi bangsa-bangsa, dari dalamnya Allah menarik bangsa-bangsa kepadaNya. Dalam hal ini Perjanjian Baru dengan jelas menekankan bahwa Injil beranjak dari Yerusalem kepada
bangsa-bangsa. Gereja pertama lahir di Yerusalem Kisah Para Rasul 1:8. Lalu tersebar ke Yude melalui para
rasul yang gencar memberitan Injil Kisah Para Rasul 1-7. Selanjutnya meluas ke Samari dan sekitarnya, di
mana Filipus dan murid-murid memberitakan kabar baik di daerah tersebut dan banyak jiwa diselamatkan
Kisah Para Rasul 8.
2. Gereja di luar Palestina
Perkembangan gereja sungguh menakjubkan. Roh Kudus mengurapi dan menyertai pelayanan pemberitaan
Injil para rasul. Semangat misi penginjilan begitu berkobar-kobar. Para murid tersebar ke berbagai wilayah,
termasuk ke luar Palestina. Penyebarannya dapat dilihat sebagai berikut: 1) Petrus membawa Injil ke Roma. 2)
Paulus ke Asia Kecil dan Eropa Kisah Para Rasul 10-28. 3) Apolos ke Mesir Kisah Para Rasul 18. 4) Filipus
ke Etiopia Kisah Para Rasul 8. 5) Sebelum tahun 100 M, Injil sudah tersebar ke Siria, Persia, Afrika Kisah
Para Rasul 9. 6) Lalu ke ujung-ujung bumi (Siria, Persia, Gaul, Afrika Utara, Asia & Eropa).
B. Berkembang Melalui Tantangan Gereja
Gereja/jemaat yang baru berdiri mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Kuasa Roh Kudus sangat nyata
hadir di tengah jemaat. Namun demikian tantangan dan kesulitan juga mewarnai pertumbuhan jemaat mulamula itu. Tapi luar biasa, justru karena keadaan yang sulit itu gereja semakin berkembang.
1. Agama Negara
Kaisar Agustus mempunyai kekuasaan yang sangat besar. Salah satu peraturan yang muncul pada masa
pemerintahannya adalah menyembah kepada Kaisar sebagai dewa mereka, walaupun mereka masih diijinkan
melakukan penyembahan kepada dewa-dewa/kepercayaan asal mereka sendiri. Namun demikian, ada
kekecualian untuk orang-orang Yahudi yang mempunyai agama Yudaisme yang menjunjung tinggi
monotheisme, mereka tidak diharuskan untuk menyembah kepada Kaisar. Hal initerjadi karena mereka takut
kalau orang Yahudi memberontak.
Kehadiran agama Kristen saat itu, pada mulanya dianggap sebagai salah satu sekte agama Yudaisme, itu
sebabnya orang-orang Kristen pertama tidak diharuskan untuk menyembah kepada Kaisar. Tetapi setelah
orang-orang Yahudi secara terbuka memusuhi orang Kristen (puncak peristiwa penyalipan Kristus) barulah
pemerintah Romawi melihat kekristenan tidak lagi sebagai sekte Yudaisme tetapi agama baru. Sejak saat itu
keharusan menyembah kepada Kaisar pun akhirnya diberlakukan untuk orang-orang Kristen. Kepada mereka
yang tidak patuh pada peraturan ini mendapat hukuman dan penganiayaan yang sangat berat.
2. Penganiayaan terhadap orang Kristen.
Salah satu bukti kesetiaan orang Kristen kepada Kristus ditunjukkan dengan secara setia menjalankan
pengajaran Alkitab dan menolak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Alkitab. Karena sebab
itulah orang-orang Kristen sering harus membayar harga yang mahal demi kepercayaan mereka kepada
Kristus, antara lain adalah dengan penganiayaan. Beberapa penyebab penganiayaan: pertama, karena orang
Kristen menolak untuk menyembah Kaisar; kedua, karena orang Kristen dituduh melakukan hal-hal yang
menentang kemanusiaan, misalnya menolak menjadi tentara, mengajarkan tentang kehancuran dunia,
membiarkan perpecahan keluarga, dll; ketiga, karena orang Kristen dituduh mempraktekkan immoralitas dan
kanibalisme, misalnya melakukan cium kudus, bermabuk-mabukan, dosa inses, makan darah dan daging
manusia.
3. Hasil dari penganiayaan.

Memang ada banyak orang Kristen yang mati dalam penganiayaan dan pembunuhan, namun demikian jumlah
orang Kristen tidak semakin berkurang malah semakin bertambah banyak. Pertama, orang Kristen semakin
berani. Sekalipun dianiaya mereka tetap mempertahankan iman mereka. Kedua, kekristenan semakin
menyebar keluar dari Yerusalem, yaitu ke daerah-daerah sekitarnya, dan keseluruh dunia. Ketiga, orang-orang
Kristen semakin memberi pengaruh dalam kehidupan masyarakat, sehingga mereka betul-betul menjadi saksi
yang hidup.
C. Peristiwa dan Perkembangan Gereja Dari Masa ke Masa
1. Zaman Purba
Masa Pembentukan: Tiga Abad yang pertama: dari Yesus Kristus s/d Konstantinus Agung. Gereja mulai
muncul di atas dunia ini sejak Yesus Kristus diturunkan Allah dari sorga, sebagai Firman Allah yang menjelma
menjadi manusia (Yohanes 1:14, Galtia 4:4). Selama lebih kurang tiga setengah tahun Tuhan mengajar dan
berkarya, dan berpuncak pada peristiwa sengsara, penyaliban, kematian, penguburan, kebangkitan-Nya
secara jasmani dari antara orang mati, serta kenaikanNya kesorga.
Peristiwa sengsara sampai dengan kebangkitan ini akhirnya menjadi isi pokok berita (kerygma) dari para murid
setia-Nya yang disebut Para Rasul, yang menyebarkannya sesudah peristiwa turunnya Roh Kudus yang
dijanjikan Tuhan atas mereka, pada hari Pentakosta (Kisah 2). Dari kesengsaraan sampai dengan kebangkitan
Sang Kristus itulah inti Injil, yang semula diberitakan secara lisan. Karena Kristus tak pernah menulis Kitab
ataupun menerima Kitab dari sorga, maka Dia tak meninggalkan Kitab apapun pada para rasul-Nya ini, karena
Dia sendiri adalah Firman Allah yang menjadi manusia. Kerygma Rasuliah secara lisan itu mula-mula
disebarkan hanya di sekitar daerah Palestina saja, dan akhirnya menjadi ajaran lisan komunitas yang baru,
yang disebut sebagai Ekklesia, yang dari sinilah timbul kata Gereja (berasal daribahasa Portugis Igreja,
sepadan dengankata Spanyol: Iglesia, yang jelas berasal dari kata Ekklesia itu).
Para Rasul itu akhirnya menyebar kemana-mana, mulai dari Yerusalem dan seluruh Palestina, kemudian ke
seluruh Siria, dan Asia Kecil (kini negara Turki) serta Yunani dan Afrika Utara terutama di Alexandria (Mesir)
dan Karthago (Libia). Sedangkan ke Timur lagi Injil tersebar ke Edesa, Mesopotamia (Irak, Babilon), dan
Persia, yaitu daerah Siria Timur, karena yang menerima Injil di daerah timur ini adalah suku-suku yang
berbahasa Siria, sampai ke India Selatan. Sedangkan ke Barat lagi Injil diterima di benua Eropa Barat dari
Roma di Itali, Spanyol, dan yang nantinya akan berkembang ke seluruh Eropa. Perkembangan yang paling
penting pada abad kedua ini adalah munculnya para pembela iman (apologist ), yang membela Iman Kristen
dari serangan agama Yahudi, agama kafir berhala, serta bidat-bidat yang muncul di sekitar Gereja.
Juga berkembangnya doktrin gereja serta permulaan Theologia sesudah zaman Rasuliah, ditegakkannya
pemerintahan Gereja bagi masing-masing jemaat lokal yang dipimpin oleh Episkop (Penilik Jemaat ),
Presbyter (Penatua) dan Diakon. Zaman ini pula fondasi pertama dari ibadah dan liturgi Kristen serta
kehidupan Sakramental Gereja yang berlandaskan dari Ibadah Israel namun yang sudah terpisah dari
Synagoga (Rumah Ibadah Yahudi) dan mulainya pembentukan Kitab Suci dari Gereja Perjanjian Baru itu
terjadi.
Pada akhir abad pertama dan permulaan abad kedua banyak tulisan palsu mengenai Kristus bermunculan.
Tulisan-tulisan ini disebut tulisan-tulisan apokrifa. Dalam melawan ajaran bidat gnostik inilah gereja yang
rasuliah itu menyebut ajaran asli yang rasuliah itu sebagai ajaran (doxa) yang lurus (orthos), Ortho+doxa =
Orthodox. Sedangkan ajaran "gnostik" itu sebagai ajaran (doxa) yang berbeda atau menyimpang (heteros),
hetero+doxa = Heterodox. Akibat dari melawan ajaran gnostik ini muncullah theologia dari para apologis
(pembela iman). Jauh di sebelah timur di daerah Syria, Bardaisan adalah penulis yang terkenal mengenai
masalah theologi. Namun dia mencampur-adukkan Injil dengan astrologi dan mythologi, dan ajarannya tentang
Allah kedengaran sangat aneh. Allah adalah satu yaitu Bapa, Roh Kudus adalah wanita sebagai "Bunda
Kehidupan", dan Anak Allah adalah keturunan dari Bapa dan Roh Kudus, Sang Bunda Kehidupan. Sehingga
akhirnya Bardaisan dari Syria ini pun dikucilkan dari Gereja. Akibat dari ajaran Gnostik ini, gereja mulai kokoh
dalam keputusannya.Tulisan-tulisan mana yang menjadi bagian kanon Kitab Suci didasarkan pada: 1).Tulisantulisan itu harus berasal dari zaman rasul. 2). Harus ditulis oleh rasul sendiri atau teman/murid dekat mereka.
3). Harus sesuai dengan ajaran rasuliah tanpa putus yang disampaikan sebagai paradosis dalam Gereja. 4).
Harus digunakan secara merata di seluruh gereja sejak awal. 5). Harus mengajarkan kesucian dan bukan
dongeng-dongeng gnostik. Dari kriteria inilah akhirnya tersaring dari tulisan-tulisan rasul itu 27 kitab yang
akhirnya kita kenal sebagai Kitab Suci Perjanjian Baru.

Dan Kitab Suci Perjanjian Baru inilah yang berisi berita gembira (Injil) tentang Yesus Kristus, Firman Allah yang
menjadi manusia itu. Karena memang Injil itu padamulanya bukanlah suatu Kitab macam apapun namun
peristiwa dan karya Tuhan yang diberitakan secara lisan oleh para murid-Nya yang diberi gelar sebagai
apostolos (orang yang diutus atau rasul) itu.
Menginjak pertengahan abad ketiga, yaitu tahun 249 Kaisar Desius naik tahta, dia mengadakan penganiayaan
secara universal, dan penganiayaan itu dilanjutkan sampai zaman Kaisar Valerianus (253-260). Orang Kristen
dipaksa mempersembahkan korban kepada patung kaisar sebagai tuhan dan ilah, para rohaniwan Kristen
harus dikejar dan dibunuh, harta milik Gereja harus disita.
Baru di zaman Gallenius, anak dari Valerianus, penganiayaan dihentikan. Pada saat itu perkembangan yang
luar biasa terjadi dalam Gereja. Namun penganiayaan yang berat itu mengakibatkan suatu krisis besar dalam
Gereja. Timbul pertanyaan dalam Gereja mengenai bagaimana memperlakukan orang-orang yang selama
masa aniaya itu karena diancam rela mempersembahkan korban pada patung kaisar, mereka ini disebut kaum
lapsi.
Ada yang melarang mereka masuk Gereja lagi, ada yang bersikap agak lunak. Akibatnya terdapat beberapa
kelompok garis-keras yang menganggap Gereja terlalu lunak akan masalah para lapsi itu yang memisahkan
diri dari Gereja Rasuliah Perjanjian Baru yang Orthodox dan Katholik itu. Abad ketiga ini menyaksikan juga
perkembangan theologi secara formal dengan didirikannya sekolah theologia di Alexandria, Mesir oleh
Pantaenus dan Klemen dari Alexandria (meninggal kira-kira tahun 215). Yang akhirnya dikepalai oleh seorang
penulis, sarjana, dan theoloog termasyhur, Origenes (meninggal tahun 253).
Theologi Alexandria ini menekankan bahwa filsafat Yunani yang non-Kristen itu dapat digunakan sebagai alat
untuk menjelaskan Injil. Dan ciri khas dari pendekatan Alexandria ini adalah tafsiran secara alegoris terhadap
Kitab Suci, sedangkan dalam tradisi Syria-Antiokhia yang tak lama kemudian akan berkembang adalah tafsiran
harafiah berdasarkan tata-bahasa dan sejarah penulisan Kitab Suci. Namun demikian secara ajaran banyak
pendapat Origenes yang ditolak oleh Gereja, karena tak Alkitabiah dan tak rasuliah, sehingga pada Konsili
Ekumenis V (tahun 553), beberapa ajaran Origenes dinyatakan sesat oleh Gereja. Abad keempat dimulai
dengan penganiayaan yang paling besar yang diarahkan kepada Gereja olehKaisar Diokletianus.
2. Zaman Konsili
Konsili Agung Ekumenis Gereja Rasuliah Yang Satu dan Orthodox: abad ke IV (tahun 325) s/d abad ke VIII
(tahun 787). Pada saat pemerintahan Konstantinus, Gereja mendapatkan kembali harta miliknya, serta
terbebas atas aniaya dari luar. Namun ketenteraman Gereja ini segera diganggu oleh munculnya bidat-bidat
yang berasal dari dalam. Pertama adalah munculnya aliran perpecahan donatisme di Afrika Utara, yang
dipimpin oleh donatis, yang menolak Episkop terpilih di Karthago yang dianggap termasuk golongan lapsi
pada saat penganiayaan zaman Diokletianus. Bukannya Konstantinus membiarkan Gereja untuk
menyelesaikan masalahnya sendiri, dia menggunakan kekuatan militer untuk memihak, pada pertama kalinya
pihak donatis dalam memaksakan keputusannya. Perpecahan Donatisme ini menyebabkan lenyap-punahnya
Gereja Afrika Utara (Libia, Moroko,Aljazair) yang dulu pernah jaya.
Konsili Agung Ekumenis Pertama (325 Masehi) di Nikea dan Kedua (381) di Konstantinopel. Kemudian muncul
masalah dari Alexandria, Mesir. Arius seorang presbiter mengajarkan bahwa Allah yang Esa itu hanya Bapa
saja, Anak Allah yang akhirnya menjelma menjadi manusia Yesus Kristus, adalah makhluk pertama dan yang
terluhur yang diciptakan Allah dalam wujud roh. Dibantu oleh ciptaan pertama ini, Allah menciptakan ciptaan
yang lain. Dia bukan Firman Allah yang kekal yang berada satu di dalam Allah sejak kekal. Ajaran ini jelas
bertentangan dengan ke-Esa-an Allah, sebab Allah Yang Esa, tak pernah dan tak mungkin dibantu oleh
makhluk siapapun dalam mencipta, karena Dia mencipta langsung melalui Firman-Nya sendiri yang berada
satu di dalam Diri-Nya. Ajaran ini jelas mempersekutukan Allah dengan makhluk, inilah ajaran musyrik. Ajaran
Arius yang disebut Arianisme ini (yang di zaman modernini dimunculkan kembali oleh Saksi-Saksi Yehovah)
menimbulkan keresahan dalam Gereja.
Akhirnya sebagaimana di zaman Para Rasul, Gereja Rasuliah Purba yang Orthodox pada abad keempat
inipun menyelesaikan masalah ini dalam Konsili, yang diadakan di kota Nikea pada tahun 325, dipanggil oleh
Raja Konstantinus. Namun, pihak Arianisme mendapat dukungan kuat dari kekuasaan pemerintah, sedangkan
para pembela Iman Orthodox sebagaimana yang telah dinyatakan dalam Konsili Nikea itu sangat dianiaya dan
dibunuh oleh pemerintah dan pendukung-pendukung bidat Arianisme ini. Masalah ini berlanjut sampai tahun
381, ketika diadakan Konsili Ekumenis yang kedua di Konstantinopel, untuk menyelesaikan masalah bidat baru

yang dimunculkan oleh Makedonius, yang disebut bidat Makedonianisme. Makedonius mengajarkan bahwa
Roh Kudus yang adalah Roh Allah sendiri itu bukan ilahi dan tidak kekal. Dia hanya daya-aktif Allah saja
(seperti yang juga diajarkan saksi-saksi Yehovah).
Konsili Agung Ekumenis Ketiga (431) di Efesus dan Keempat (451) di Kalsedonia. Sejak keputusan Konsili
kedua tentang kedudukan Konstantinopel, Alexandria selalu berusahauntuk menyaingi Konstantinopel. Secara
kebetulan pada abad kelima ini yang menjadi Patriarkh di Konstantinopel adalah seorang Syria dari Antiokhia
bernama Nestorius. Sebagai seorang Syria maka tradisi theologia Antiokhialah yang digunakan untuk
memahami Kristologis, yaitu tradisi yang menekankan kemanusiaan Kristus. Maka Nestorius lebih
menekankan kemanusiaan Kristus, sehing gamenolak gelar Theotokos (Sang Pemberi Lahir Secara Daging
kepada Allah yaitu Firman yang menjelma) yang telah beratus tahun digunakan di Gereja untuk menyebut
Maria.
Menurut Nestorius yang dilahirkan Maria hanyalah seorang "manusia" yang di dalamnya Firman Allah itu
bersemayam, jadi bukan Firman Allah itu sendiri yang menjadi manusia, bertentangan dengan apa yang telah
diakui dalam kedua konsili sebelumnya. Kesempatan ini digunakan oleh Gereja Alexandria sekaligus untuk
menghantam tradisi theologia Antiokhia dan kedudukan Konstantinopel yang dianggap menggeser kedudukan
Alexandria itu, melalui Aghios Kyrillos dari Alexandria. Dia ingin menjatuhkan Nestorius sebagai Patriarkh
Konstantinopel, dengan demikian mempermalukan Konstantinopel, serta melawan pemahaman theologianya
dengan demikian menentang pemahaman Syria, Antiokhia, yang kebetulan kali ini Kristologi Nestorius itu
memang tidak Alkitabiah, dan tidak rasuliah. Jadi sebenarnya konflik ini adalah konflik antara Mesir dan Syria
(bukan dengan unsur Yunani dalam Gereja Timur itu). Aghios Kyrillos menegaskan, bahwa memang layak
menyebut Maria sebagai Theotokos, karena Dia yang dilahirkan olehnya adalah Firman yang adalah Allah,
yang telahmenjadi manusia (Yohanes 1:1,14).
Jadi Firman Allah itu sendirilah yang dilahirkan dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia, maka Maria memang
melahirkan Firman Allah dalam penjelmaanNyasebagai manusia. Jadi Maria memang Theotokos. Para
pengikut Nestorius menolak tunduk dan bertobat pada peringatan Aghios Kyrillos ini. Sehingga dipimpin oleh
Aghios Kyrillos sendiri pada tahun 431, di Efesus, sejumlah kecil Episkop mengadakan Konsili untuk
meneguhkan ajaran Gereja Alexandriaserta menolak ajaran theologia Syria, dari Nestorius ini, dimana
ditegaskan bahwa Maria adalah Theotokos, karena yang dilahirkan Maria tak lain adalah Firman Allah yang
sama dan yang satu yang menjelma menjadi manusia.
Baru pada tahun 433 sajalah keputusan Konsili ini diterima oleh segenap Episkop Timur, dan akhirnya diakui
sebagai Konsili Ekumenis Ketiga. Keputusan dari Konsili Ketiga ini memang tidak langsung diterima oleh
semua pihak, karena masih timbul kontroversi mengenai ajaran Aghios Kyrilos ini. Kebanyakan Episkop di
Timur mengkhawatirkan ajaran Aghios Kyrillos ini tidak secara memadai menyatakan kemanusiaan Kristus
yang sejati. Namun setelah saling berdialog tercapailah pengertian dan persetujuan bersama mengenai apa
yang dimaksud oleh Aghios Kyrillos. Namun sesudah wafatnya, seorang rahib bernama Eutyches,
mengajarkan bahwa yang dimaksud oleh Kyrillos adalah bahwa Kristus hanya memiliki satu-kodrat (monophysis) saja, yaitu kodrat Ilahi, sebab kodrat manusia-Nya ditelan oleh kodrat ilahiNya. Ajaran ini menimbulkan
kegelisahan kembali di dalam Gereja. Para pembela ajaran ini mengadakan Konsilinya sendiri bersama
Patriarkh Dioskoros dari Alexandria dan Eutykhes pada tahun 449 di Efesus, dan mereka menganggap bahwa
mereka pengikut ajaran Kyrillos yang setia. Konsili ini diikuti oleh sejumlah besar Episkop, namun tidak
diterima sebagai Konsili yang sah, malah disebut sebagai Latrocinium atau Konsili Para Perampok. Ajaran
tentang Kristus hanya memiliki satu-kodrat ini akhirnya terkenal sebagai ajaran Monofisitisme, yang ditolak
oleh Gereja dan dinyatakan bidat.
Untuk memecahkan masalah ini maka suatu Konsili yang lain diadakan pada tahun 451, di kota Kalsedonia,
dekat Konstantinopel. Konsili ini dikenal dalam Gereja sebagai Konsili Ekumenis Keempat, dan berhasil
membela ajaran Aghios Kyrillos dari Alexandria serta ajaran Konsili Ekumenis Ketiga diEfesus tahun 431. Ini
juga memuaskan tuntutan para Episkop Timur mengenai kemanusiaan Kristus yang sejati yang secara jelas
harus diakui. Definisi dogmatis dari Konsili Kalsedonia ini mengikuti secara dekat ajaran yang dirumuskan oleh
Paus Santo Leo dari Roma, yang tidak turut hadir dalam Konsili itu, namun hanya mengirim wakil-wakilnya.
Para pengikut Kyrillos yang ekstrim menolak definisi Kalsedonia ini karena dianggap berbau Nestorianisme,
demikianlah mereka ini akhirnya memisahkan diri dari Gereja Orthodox alur utama.
Konsili Agung Ekumenis Kelima (553) di Konstantinopel dan Konsili Agung Ekumenis Keenam (680-681) di
Konstantinopel. Pada abad keenam ini Kaisar Yustinianus menginginkan kesatuan Gereja dan kesatuan

Negara sekaligus. Oleh karena itu dia berusaha agar pihak monofisit dapat disatukan kembali kepada Gereja
Orthodox. Usahanya ini dengan mengadakan suatu Konsili di Konstantinopel (553), yang akhirnya diakui
sebagai Konsili Kelima, di mana di dalam Konsili ini suatu tulisan yang disebut sebagai Tiga Pasal yang
disenangi pendukung Kalsedonia, namun yang direndahkan oleh mereka yang menolak Kalsedonia, dikutuk
Yustinianus secara resmi. Tulisan ini adalah tulisan dari Theodoret dari Cyrus, Ibas dari Edessa, serta
Theodorus Mopsuestia yang semuanya adalah orang-orang Syria. Tetapi kutukan itu tak bisa diterima para
pendukung Konsili Kalsedonia, sebab meskipun mereka tidak setuju dengan ajaran-ajaran yang salah dan
kabur dari tiga penulis ini, namun tidak ada alasan untuk mengutuk mereka. UsahaYustinianus untuk
menyatukan pihak Monofisit ini akhirnya tak berbuah, dan pihak Monofisit sendiritidak yakin untuk bisa
menyatu kembali dengan Gereja Orthodox. Menginjak abad ketujuh, muncullah tulisan yang mengatasnamakan diri sebagai ditulis olehDionysius dari Areopagus, murid Rasul Paulus. Tulisan ini diterima dengan
tangan terbuka baik oleh mereka yang menolak Konsili Kalsedonia (Monofisit), maupun pembela Konsili
Kalsedonia (Orthodox).
Namun dalam tulisan Dionysian ini ada mengandung ajaran yang bermasalah yaitu bahwa Yesus Kristus,
Firman Allah/Anak Allah yang menjelma itu, hanya memiliki satu kehendak dan tindakan insani-ilahiah atau
ilahi-insaniah saja, yang sama sekali membaurkan dua kegiatan dan tindakan yang berbeda dari kodrat ilahiNya dan kodrat manusiawi-Nya. Ajaran ini disebut sebagai monothelitisme (artinya: Kristus hanya memiliki satu
kehendak insani-ilahiah/ilahi-insaniah) atau mononergisme (artinya: Kristus hanyamemiliki satu tindakan,
kegiatan atau energi insani-ilahiah/ilahi-insaniah saja).
Banyak yang berharap bahwa rumusan ini akan mempersatukan kembali perpecahan kaum Monofisit kepada
Gereja Orthodox. Namun harapan itu tak pernah terjadi, karena ajaran ini ditentang mati-matian oleh Aghios
Maximos Sang Pengaku Iman (wafat:662) dari Konstantinopel, serta Paus Santo Martin dari Roma (wafat:
665).Aghios Maximos dan Santo Martin sangat menderita sekali dalam penganiayaan pemerintah karena
menentang bidat monothelitisme ini. Mereka dipenjara, disiksa, dan lidah Maximos dipotong agar tidak bisa
berkhotbah oleh kekuasaan pemerintah yang sangat ingin menggunakan monothelitisme sebagai jalan
menyatukan kembali kaum Monofisit. Namun akhirnya ajaran kedua orang suci inilah yang menang. Konsili
Ekumenis Keenam yang diadakan di Konstantinopel tahun 680-681 meneguhkan secara resmi ajaran mereka
dan secara resmi pula menghukum Patriarkh Sergius dari Konstantinopel, serta Paus Honorius dari Roma
yang mengajarkan monothelitisme, bersama semua pendukung mereka. Di kalangan umat Syria ada yang
memegang teguh ajaran ini, terutama yang dipimpin oleh Rahib Maron, dan memisahkan diri dari Gereja,
sehingga mereka disebut umat Maronit yang sampai sekarang masih banyak kita jumpai di Libanon, namun
yang sudah menggabung dengan Gereja Roma Katolik sejak zamanPerang Salib.
Konsili Ekumenis Ketujuh dan Terakhir (787) di Konstantinopel. Pada saat abad kedelapan ini kekalifahan
Islam sudah tersebar diseluruh Timur Tengah, dan Byzantium telah sering mengalami serangan tentara kaum
Muslimin Arab dari arah selatan. Syria yang berbatasan dengan Byzantium pun sudah berada dibawah
kedaulatan Islam. Kaum Muslimin tak henti-hentinya menyerang ajaran Tritunggal Kudus, Keilahian Kristus,
Penyaliban, Kebangkitan, dan penggunaan Ikon (gambar-gambar agamawi) dalam Gereja. Gambar-gambar itu
dianggap sebagai berhala, karena Islam memang anti-gambar. Perlawanan terhadap Ikon ini dikenal sebagai
Gerakan Bidat Ikonoklasme. Pada tahun 780 Maharatu Theodora naik tahta (780-802). Penganiayaan
dihentikan dan Konsili diadakan di kota Nikea pada tahun 787 untuk membahas mengenai masalah Ikon ini.
Inilah Konsili Ekumenis yang Ketujuh dan Terakhir dari Gereja Rasuliah Perjanjian Baru yang satu, yang
secara tanpa putus berjalan dalam sejarah sampai abad kedelapan itu.
3. Zaman Penyebaran ke Utara
Masa Pasca-Konsili Ekumenis: Dari Penginjilan Bangsa Slavia (863) sampai jatuhnya Konstantinopel (1453) ke
Tangan Turki. Penginjilan Negara-Negara Eropa Timur (863) Meskipun usaha Karel Agung untuk memasukkan
Kerajaan Byzantium dan Gereja Timur dalam Kerajaan Romawi Suci yang didirikannya itu tak berhasil, Paus di
Roma makin memaksakan kuasanya kepada seluruh Gereja di Barat. Sementara itu yang menjadi Patriarkh di
Gereja Timur adalah Photius. Dia mengutus dua orang kakak-beradik (Konstantinus dan Methodius) berbangsa
Yunani untuk menyebarkan Injil ke Moravia diantara bangsa Slavia.
Mereka tiba disana pada tahun 863, dan mereka telah menciptakan alfabet Slavia yang berdasarkan alfabet
Yunani (sekarang disebut alfabet Slavonik Lama atau Bulgaria Lama) untuk menterjemahkan kitab-kitab
Gerejawi ke dalam bahasa Slavia ini. Karena Gereja Orthodox selalu percaya pasa inkarnasi Injil pada budaya
setempat.

Misi dari kedua kakak-beradik itu konflik dengan misi Gereja Barat yang juga ada di Moravia ini. Gereja Barat
memaksakan bahwa hanya bahasa Ibrani, Yunani dan Latin saja yang boleh digunakan sebagai bahasa
keagamaan Gereja. Karena para misionaris ini dari Gereja Barat, kedua kakak-beradik ini melaporkan situasi
tadi ke Paus Hadrianus II (tahun 869), serta mereka mendapatkan restu atas usaha mereka dari Paus Roma
juga. Konstantinus meninggal pada tahun 869, serta menjadi rahib sebelum meninggal dengan nama Kyrilos,
serta diakui sebagai orang suci Gereja. Karena itulah alfabet yang mereka ciptakan itu terkenal dengan nama
huruf Kyrilik (Cyrillic) yang digunakan di banyak negara-negara Eropa Timur dan Rusia sampai sekarang.
Methodius diangkat menjadi Episkop, dan ketika diakembali kepada karya misinya, dia ditangkap dan
dipenjarakan oleh para misionaris Gereja Barat tadi dengan pertolongan Raja Louis Orang Jerman. Ketika
Paus Yohanes mengetahui hal itu pada tahun 873, dia menuntut agar Methodius dibebaskan. Namun ketika
Methodius meninggal, semua karyanya musnah, karena para muridnya banyak yang ditangkap, dibuang atau
dijual sebagai budak oleh kekuasaan negara Romawi Suci Jermanik, yang benci Byzantium, melalui para
rohaniwan Gereja Barat itu. Sebagian lagi ada yang melarikan diri ke Bulgaria dan terjadi banyak pertobatan
disana. Dan umat Bulgaria ini akhirnya terkait dengan Gereja Konstantinopel. Dari Serbia ini usaha misi Gereja
Orthodox di Timur berkembang ke daerah-derah Serbia, serta pada akhirnya ke Kiev serta Rusia Utara. Inilah
sungguh-sungguh masa gerakan misi yang sangat luar biasa bagi Gereja Timur.
Konflik Terbuka Gereja Timur dan Gereja Barat (861-886). Ketegangan-ketegangan yang sudah kita lihat
antara Gereja Timur dan Gereja Barat ini menjadi konflik terbuka untuk pertama kalinya antara tahun 861-886.
Pada saat itu ada dua partai yang saling berebut pengaruh di Konstantinopel baik secara politis maupun
gerejawi, yang satu Partai Konservatif dan lainnya Partai Moderat. Untuk mencapai perdamaian dalam Gereja
maka Patriarkh Phtoius yang tadinya orang awam itulah yang dijadikan pemimpin Gereja. Partai Konservatif
yang ekstrim tidak puasakan hal ini, lalu meminta bantuan Paus di Roma, menggunakan nama baik Ignatius,
Patriarkh yang sekarang sudah pensiun untuk melawan Photius dan pemerintah yang memilih dia.
Kesempatan ini takdisia-siakan oleh Paus Nikholas untuk ikut campur-tangan pada masalah Gereja Timur ini,
karena perkembangan sentralisasi kepausan di Barat itu. Paus Nikholas lalu mengadakan Konsili di kota
Konstantinopel pada tahun 861 untuk menyelesaikan pertikaian kedua partai itu. Namun ketika parautusan
Paus tiba di Konstantinopel Photius memang Patriarkh yang sah, dan semuanya diselesaikan dengan damai.
Namun ketika para utusan itu kembali ke Roma, Paus Nikholas tidak mau menerima hasil keputusan tadi, lalu
mengadakan Konsilinya sendiri di kota Roma pada tahun 863, dia memecat Photiusserta menyatakan bahwa
Ignatius yang sudah pensiun itu harus jadi Patriarkh yang sah. Namun pernyataannya ini tak diperdulikan oleh
siapapun di Gereja Timur. Abad kesembilan ini secara umum dapat dikatakan sebagai abad yang sangat
penting bagi Gereja Timur. Ini adalah abad kebangkitan diGereja Timur, sedang di Gereja Barat ini adalah abad
sentralisasi yang makin bertambah di sekitar diri Paus. Satu-satunya theolog yang dapat disebut dari Gereja
Barat pada saat ini adalah John Scotus Erigena (wafat 877).
Penginjilan Rusia (988)Pada tahun 988 para bawahan dari penguasa wilayah Kiev dibaptis disungai Dnieper
dibawah pimpinan Pangeran Vladimir yang Agung, dengan demikian memulai sejarah Gereja Orthodox di
Ukrainadan Rusia. Valdimir menerima Iman Kristen Orthodox dari Konstantinopel, setelah mengadakan
penyelidikan dari semua agama yang ada, dia menemukan tidak ada agama yang keindahannya melebihi
Kekristenan Orthodox.
Dia dibaptis di Konstantinopel dengan Kaisar Basilius sebagai Bapak Baptisnya. Akhirnya dia menikah dengan
Puteri Anna dari Konstantinopel, untuk mengokohkan pertalian keluarga Kerajaan. Sesudah baptisannya itu
Vladimir mengalami suatu pengalaman pertobatan yang sungguh-sungguh, sehingga banyak menanamkan
prinsip-prisip Kristen dalam kerajaan yang dipimpinnya, serta dia mengabarkan Iman Kristen Orthodox kepada
seluruh bawahannya. Karena apa yang dilakukan dan kekudusan hidupnya ini ia telah diakui sebagai orang
kudus Gereja bersama dengan neneknya Putri Olga yang telah menjadi Kristen sebelumnya, dan banyak
mempengaruhi dia dalam keputusannya untuk menjadi Kristen. Pada akhir abad kesembilan sampai masuk
abad kesepuluh Gereja Barat mengalami salah satu periode yang paling gelap dalam sejarah. Gelombanggelombang baru penyerbuan menghancurkan keamanan kekaisaran yang diciptakan Karel Agung. Gereja
Barat menderita dominasi para penguasa-penguasa dari antara kaum awam. Komunikasi dengan Gereja Timur
sama sekali terputus. Namun demikian terjadilah permulaan gerakan pembaruan di Gereja Barat yang dimulai
dari Biara Cluny di Perancis.
4. Zaman Perpecahan
Perpecahan Besar (1054): Gereja Barat (Roma Katolik) Pecah dengan Gereja Timur (Orthodox). Masuk ke
dalam abad kesebelas kita temui peristiwa menyedihkan, yaitu perpecahan besar-besaran antara Gereja Barat
(Roma) dan Gereja Timur (Konstantinopel). Peristiwa ini dimulai dengan larangan penggunaan Liturgi Gereja

Timur Yunani di Italia Selatan oleh Paus Roma, serta sebagai balasannya dilaranglah penggunaan Liturgi
Gereja Barat Latin di Konstantinopel oleh Patriarkh.
Masa Perang Salib. Dengan hampir kebanyakan daerah Kristen Orthodox di sebelah timur dikuasai Islam
terutama Palestina, maka sulit bagi orang-orang Kristen di Barat untuk mengadakan ziarah ke Tanah Suci.
Maka di Gereja Barat timbul suatu gerakan untuk merebut Tanah Suci dari tangan musuh. Maka oleh khotbahkhotbah beberapa pemimpin Gereja di Barat Perang Salib merebut Tanah Suci itu dimulai pada tahun 1096.
Mereka bergerak maju menuju ke Timur dari Eropa Barat dengan dipimpin Uskup dan para pastor serta
tentara-tentara Katolik Barat. Gerakan ini tak terpisah dari apa yang terjadi di Gereja Barat.
Pada pertengahan abad kesebelas ini terjadi pembaharuan di Gereja Barat yang berpusat pada diri Paus.
Gerakan ini sering disebut sebagai Pembaharuan Gregorian menggunakan nama dari penggerak utamanya
yaitu Paus Gregorius VII atau Hildebrand. Pada saat Perang Salib yang pertama tahun 1096, kedudukan Paus
di Roma sebagai penguasa sudah mapan sekali. Pada akhirnya para tentara perang salib inilah yang
memeteraikan skisma (perpecahan) di antara dua Gereja ini. Para pasukan Salib itu merebut Yerusalem pada
tahun 1099, serta mengusir umat Islam dari situ, namun juga mendirikan suatu Hierarkhi Kegerajaan Latin, dan
mengusir Patriarkh Timur yang sah baik di Yerusalem maupun di Antiokhia. Sejak saat itu baik di Palestina
maupun di Syria terbentuk suatu Kepatriarkhan Latin Ritus Timur, sebagai tandingan dari Kepatriarkhan Timur
Orthodox yang sah. Di daerah-daerah yang diduduki Islam terutama di Syria dan Irak, orang-orang Kristen
setempat (Monofisit, Nestorian, Orthodox) yang menjadi kelompok minoritas yang dilindungi diminta untuk
menterjemahkan karya sastra, dan ilmu-ilmu pengetahuan Kristen Timur, maupun Yunani klasik dari bahasa
Yunani atau terjemahan Syriake dalam bahasa Arab, oleh para kalifah Islam. Hal ini terjadi pada saat
pemerintahan Kalifah Al-Ma'mun yang mendirikan Balai Terjemahan yang disebut sebagai Baitul Hikmat.
Terjemahan keilmuan dari GerejaTimur ke dalam bahasa Arab itu sangat membantu perkembangan keilmuan
dalam Islam. Terjemahan bahasa Arab ini akhirnya juga tersebar sampai kekalifahan Islam di Eropa, Cordova,
Spanyol. Di sana karya terjemahan bahasa Arab itu diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Latin. Dari situlah
orang-orang Kristen Barat yang selama ini terkurung dalam zaman kegelapan menemukan kembali keilmuan
Kristen dari Gereja Timur melalui Islam, dan dengan demikian membantu bangkitnya filsafat Skolastikisme di
Barat yang berpuncak pada tulisan-tulisan ThomasAquinas.
5. Zaman Penjajahan
Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Turki (1453) dan Masa Turkokratia (abad 15 s/d abad 19). Orthodoxia di
bawah Islam Dibawah pimpinan Sultan Muhammad II, pada tanggal 29 Mei 1453, pasukan Turki Muslim
berhasil menyerbu Konstantinopel dan menjebolnya. Konstantinopel pun jatuh ke tanganTurki, dan ini
menandai runtuhnya Kekaisaran Byzantium. Dan Muhammad II merebut kota itu serta
menamakannya"Istanbul" sampai saat ini. Gereja Aghia Sophia dijadikan Mesjid. Berturut-turut Serbia pada
tahun 1459, Yunani pada tahun 1459-1460, Bosnia pada tahun 1463 (dimana banyak kaum Bogomil yang
keluar dari Gereja itu akhirnya menjadi Muslim), dan akhirnya Mesir pada tahun 1517, jatuh ke tangan Turki.
Selama 400 tahun sesudah itu bangsa Turki Muslim menjajah umat Kristen Orthodox di seluruh bekas wilayah
Kerajaan Byzantium. Inilah masa yang terkenal dalam sejarah Gereja Orthodox sebagai masa Turkokratia
atau masa Kekuasan Penjajahan Turki. Sesudah kejatuhan Konstantinopel itu hal yang pertama dilakukan
oleh Patriarkh Gennadios Skholarios adalah menolak akta penyatuan Florence.
Dia dibawah tekanan yang kuat dari Agios Markos dari Efesus dalam tindakannya ini. Aghios Markos adalah
pembela yang amat kokoh dari Iman Orthodox., dan menyebut usaha persatuan di Florence itu sebagai
penyatuan fasik. Demikianlah kejatuhan Byzantium tidak berarti kejatuhan Orthodoxia. Biarpun secara
manifestasi kesejarahan Gereja Orthodox mengalami kegoncangan-kegoncangan, namun iman dan kehidupan
Gerejawinya sama sekali tak tersentuh oleh perubahan-perubahan luar ini. Imannya tetap utuh terlindungi asli
dan murni tanpa ada pengurangan ataupun penambahan, sejak zaman rasul sampai masa abad keruntuhan
Byzantium ini, dan bahkan sampai abad modern inipun.
Kerajaan Rusia Orthodox. Di Rusia pada abad kelima belas ini terjadi permasalahan mengenai peranan Gereja
dalam kehidupan politik dan sosial dari bangsa itu. Kelompok bukan pemilik yang dipimpin oleh Aghios
Nilusdari Sora (Nil Sorsky) mengajarkan bahwa Gereja terutama biara tak boleh memiliki dan menguasai tanah
yang luas, serta harus bebas dari pengaruh dan kendali langsung dari pemerintah, demi semangat kemiskinan
dan kerendahan hati. Sedangkan kelompok pemilik yang dipimpin oleh Aghios Yosef dariVolotsk, sehingga
kelompok ini sering disebut Yosefit, mengajarkan bahwa Gereja dan negara harusmemiliki hubungan yang
erat, dan bahwa Gereja harus melayani kebutuhan sosial dan politik dari bangsa Rusia yang sedang muncul

ini. Kedua pemimpin ini adalah sama-sama murid dari Aghios Sergius dari Radonesh. Akhirnya meskipun
semangat kaum bukan pemilik itu yang selalu tinggal dalam Orthodoxiadi Rusia, namun cara kaum pemilik
itulah yang mendominasi kehidupan kegerejaan serta perkembangan kebangsaan pada abad-abad berikutnya
di Rusia. Sementara itu di Gereja Barat pada abad kelima belas, penolakan pada kekuasaan Paus makin
keras, dalam wujud: 1). Gerakan Konsiliar dimana ada 3 Paus sekaligus pada saat yang sama. 2). Munculnya
kesadaran nasional bangsa-bangsa Eropa Barat. 3). Munculnya gerakan-gerakan agamawi yang menjadi awal
Gerakan Reformasi Protestan. 4). Munculnya Gerakan Renaissance. Gerakan Renaissance yaitu bangkitnya
ketertarikan pada budaya klasik Romawi-Yunani. Tokoh-tokoh gerakan ini adalah: Erasmus, Lenardo da Vinci,
Raphael. Juga harus disebut Yohanes Huss yang dibakar hidup-hidup karena perlawanannya terhadap Paus
dan praktek-praktek Gereja Roma pada tahun 1415. Demikian juga Savonarola-pun dibakar hidup-hidup oleh
perintah paus pada tahun 1498 karena mengecam dan mengutuk kejahatan dan dosa-dosa dalam Gereja.
Gerakan Reformasi Protestan dan Kontra Reformasi Roma Katolik di Gereja Barat Martin Luther, Yohanes
Calvin dan Ulrich Zwingli menyerang penyimpangan-penyimpangan praktek Gerreja Roma serta pengajaranpengajaran resminya. Pengaruh reformasi di daratan Eropa ini dibawa ke Inggris sehingga Raja Henry VIII
mendirikan Gereja Anglikan pada tahun 1534, dan John Knox membawa ajaran Calvinisme ke Skotlandia.
Gerakan Kontra-Reformasi Roma Katolik terutama dipimpin oleh Ignatius dari Loyola yang mendirikan Ordo
Yesuit, untuk membela Sri Paus dan doktrin-doktrin yang telah dirumuskan dalam Konsili Trente, dengan
membantah ajaran Protestantisme sekaligus menarik Umat Orthodox untuk menyatu dengan Roma. Demikian
juga Fransiscus Xaverius menyebarkan ajaran Katolik Roma itu sampaike Asia (Timur Jauh). Pada saat ini
juga terjadi reformasi spiritual di dalam Gereja Roma Katolik yang dipimpim oleh Teresa dari Avilla. Sementara
itu Luther ingin mengadakan hubungan dengan Patriarkh Konstantinopel: Yeremia II. Karena permusuhan yang
ada antara pemerintah Turki dan pemerintahJerman, surat Luther dan terjemahan Pengakuan Augsburg ke
dalam bahasa Yunani, baru sampai kepada Patriarkh Yeremia di Konstantinopel dua tahun kemudian, ketika
Luther sudah meninggal. Namun korespondensi dilanjutkan antara Patriarkh Yeremia II dengan pakar theologia
Lutheran: Melanchton, Osiander dan beberapa orang yang lain Korespondensi itu cukup lama dan panjang,
namun akhirnya Patriarkh Yeremia meminta agar para pakar theologia Lutheran itu menghentikan saja
korespondensi itu, karena ketika diingatkan oleh Patriarkh Yeremia bahwa beberapa ide dari Lutheranisme itu
bersifat bidaah dan tak sesuai dengan Iman Rasuliah Orthodox Katolik yang tetap dipertahankan oleh Gereja
Orthodox itu, mereka tetap mempertahankan diri. Maka korespondensipun berhenti sampai di situ.
Masa Pemerintahan Ivan Yang Mengerikan di Rusia Ivan Yang Mengerikan memerintah Rusia dengan tangan
besi. Dia dengan kejam menyiksa siapa saja yang berani mengecam atau mengkritik tindakannya, termasuk di
antaranya banyak rohaniwan Gereja yang menjadi korban kekejamannya. Dia ingin membuktikan bahwa Rusia
adalah sungguh Roma Ketiga dan berada diatas negera-negara Orthodox yang lain. Di samping kesulitan yang
dihadapi oleh Gereja Orthodox dari pihak Roma Katolik, umat Orthodox juga menghadapi kesulitan dari Islam,
di mana banyak umat Orthodox yang menjadi martyr bagi mereka yang hidup di wilayah Islam.
Masa-Masa Sulit di Rusia Memasuki abad ketujuh belas Tsar Polandia yang baru saja dinobatkan menyerbu
Rusia ketika Rusia baru saja kehilangan pemimpinnya karena meninggal. Banyak pemimpin Rusia ditawan dan
dibunuh oleh pemerintah Polandia, termasuk Patriarkh Germogen. Kesulitan ini diikuti dengan Skisma Kaum
Percaya Lama di Rusia sebelah Utara. Patriarkh Nikon dari Moskow ingin mengadakan keseragaman dalam
praktek-praktek Liturgis Gereja Rusia agar seirama dengan seluruh Gereja Orthodoxyang lain, Dia ingin
mengkoreksi ulang terjemahan-terjemahan buku-buku liturgis yang ada. Dia juga ingin mengkoreksi cara orang
Orthodox Rusia selama ini membuat tanda salib dengan dua jari: ibu jari dan telunjuk saja, harus dengan tiga
jari: ibu jari, telunjuk, dan jari tengah, serta hal-hal serupa itu yanglain.
Masa pemerintahan Petrus Yang Agung di Rusiaa. Di wilayah Turki muncullah Aghios Kosmas Aitolos seorang
misionari yang sangat berani ditengah situasi yang hampir mustahil itu. Dia meninggalkan biaranya di Gunung
Athos untuk mengajar Injil kepada umat yang sedang teraniaya itu.
Dia adalah pengkhotbah dan guru serta pelaku mukjizat. Akhirnya apa yang dilakukan itu harus ditebus dengan
nyawanya sendiri dengan dibunuh sebagai martyr di tangan orang-orang Turki. Aghios Makarios dari Korintus
adalah pengkotbah dan missionari sekaligus, yang diangkat menjadi Episkop di Korintus. Dia mentobatkan
banyak orang yang sedang dalam tekanan pemerintah yang memusuhi agama mereka itu. Aghios Nikodemas
dari Gunung Athos, adalah orang yang bertanggung-jawab bagi kebangunan rohani diantara umat Orthodox
ditengah-tengah jajahanTurki itu.

Gereja BaratAbad kedelapan belas adalah abad kebangunan rohani dan perluasan misi bagi Gereja
Barat.Yohanes Wesley memulai Gerakan Methodisme di Inggris, dan dibawanya ke Amerika
sampaimempengaruhi Kebangunan Besar di Amerika, yang merobohkan tembok-tembok pemisah di antara
kaum Protestan, dan menjadi sumber theologia Evangelikal (Injili) nantinya. Jonathan Edwards (wafat: 1758)
dan George Whitefield (wafat: 1770) pemimpin dari Gerakan Kebangunan Rohani Protestan ini. Namun pada
saat ini juga semangat pencerahan dan romantisisme juga telah masuk ke dalam masyarakat Barat yang akan
menjadi sumber bagi theologia liberal dalam kalangan umat Protestan dan juga Katolik Roma. David Hume,
Immanuel Kant, dan Frederich Schleimacher munculpada saat ini pula Gereja Roma Katolik pada abad
kedelapan belas mengalami gerakan misioner yang amat besar namun juga konflik dengan semangat
pencerahan.
Kebangunan Rohani dan Gerakan Misi Gereja Orthodox Rusiaa. Kebangunan Rohani masuk ke dalam abad
kesembilan belas, kita masih menjumpai Gereja Rusia tetap dibawah tekanan pemerintah dengan Synode Suci
yang dipaksakan ke dalam Gereja Orthodox itu. Inilah penyebab kelumpuhan Gereja sehingga tak mampu
menghadapi Komunisme ketika itu muncul di Rusia, serta salah satu penyebab kejatuhan Rusia ke tangan
Komunis nantinya.
Gereja sangat dikendalikan dan disensor dengan ketat oleh pemerintah, di mana Patriarkh tak dimilikinya,
konsili-konsili Gereja tak pernah dilakukannya. Namun benih kebangunan rohani yang sudah mulai ditanamkan
pada abad ke delapan belas itu mulai menghasilkan buah pada abad kesembilan belas ini. Pada saat ini
muncullah seorang tokoh luar biasa Aghios Serafim dari Sarov (wafat: 1833). Dia adalah seorang rahib yang
selama 20 tahun tinggal tersembunyi dalam hutan tenggelam dalam doa yang mendalam (terutama Doa
Yesus), puasa, dan disiplin-disiplin rohani. Pada tahun 1825 dia keluar dari pertapaannya, dan disitulah
kebangunan rohani di mulai. Ribuan orang datang untuk dijamah olehnya, dan ribuan orang disembuhkan. Dia
mengetahui masalah orang sebelum diberi tahu. Sejak saat itu sampai kini Gereja Orthodox telah menemukan
kembali jati dirinya dan berpijak kembali kepada Ajaran Rasuliah yang Orthodox dan Katolik dari Gereja Purba,
dan lepas dari Tawanan Pemikiran Barat dan dari penampakan palsu Pseudomorphosis itu.
Gerakan Misi Banyak orang Kristen Non-Orthodox menuduh Gereja Orthodox tidak pernah mengadakan misi
keluar, dan hanya terkungkung dalam faham mistik dalam lingkup dirinya sendiri saja. Sebagaimana di
Gereja Barat, abad kesembilan belas di Rusia adalah juga abad kegiatan misioner. Presbyter Makarii
Glukharev (wafat: 1847) mendedikasikan dirinya bagi penginjilan suku-suku di Siberia. Dosen awam, Nikolai
Ilminskii (wafat: 1891) menterjemahkan Alkitab dan buku-buku Gereja ke dalam bahasa suku-suku ini.
Akademi Theologia yang didirikan di Kazan menjadi pusat kegiatan misioner dari Gereja Rusia. Pada saat ini,
Episkop Nikolas Kasatkin dari Tokyo (wafat 1912) mentobatkan beribu-ribu orang Jepang kepada Iman
Orthodox, dan pada saat meninggalnya, dia telah meninggalkan suatu gereja lokal yang mandiri (sekarang
Katedralnya Nikolai-Do ada di Tokyo), dengan Kitab Suci dan buku-buku Gereja dalam bahasa setempat
dengan presbyter-presbyter orang-orang setempat. Aghios Herman yang telah kita sebutkan bersama Romo
Yohanes Veniaminoff juga mengabarkan Injil kepada suku Eskimo, Aleut, dan meinggalkan orang-orang
Eskimo yang mayoritasnya adalah pemeluk Iman Orthodox sampai kini.
Masa Turkokratia Berakhir. Secara theologia selama dua ratus tahun Gereja Orthodox dalam Tawanan Pikiran
Barat dan akhirnya dapat melepaskan diri pada abad kesembilan belas. Demikian pula masa Turkokratia
selama empat ratus tahun itu berakhir pula pada abad kesembilan belas ini. Pada abad ini sejumlah besar
umat Orthodox dapat merebut kemerdekaan mereka dari jajahan Turki Muslim. Perjuangan kemerdekaan
Yunani pada tahun 1821 menyebabkan Patriarkh Gregorius dari Konstantinopel mati digantung pemerintah
Turki. Sesudah Yunani merdeka menjadi negara mandiri, maka status mandiri dari Gereja Yunani
diproklamasikan pada tahun 1833, dan diteguhkan oleh Konstantinopel pada tahun 1850. Sekolah theologia
Halki di Konstantinopel didirikan, yang darinya, Theologia Otentik Orthodox disebarkan dan diajarkan kembali,
serta banyak para pemimpin Orthodox dihasilkan oleh sekolah ini. Namun pada tahun 1970an ditutup lagi oleh
pemerintah Turki sampai sekarang belum boleh dibuka.
Gereja Barat pada abad kesembilan belas kita menemukan Protestantisme sedang mengalami konflik antara
aliran theologia liberal dan Neo-Orthodoxy dengan kaum Konservatif, Evangelikal dan Fundamentalis.
Sedangkan dalam Gereja Roma Katolik, pada awal abad ini dicanangkan Dogma Roma Katolik Maria
Terkandung Tanpa Dosa Asal oleh Paus Pius IX, tahun 1854. Sedangkan pada tahun 1870, Konsili Vatikan I,
menegaskan doktrin Paus Tak dapat Salah, suatu doktrin yang makin menjauhkan Gereja Roma Katolik dari
Gereja Orthodox. Pada tahun 1848 menanggapi sindiran-sindiran Paus Pius IX yang ditujukan kepada Gereja

Orthodox termasuk kedua doktrin baru yang dicanangkan oleh Gereja Roma Katolik, namun yang tak dapat
diterima oleh Gereja Orthodox itu, maka para Patriarkh dari Timur mengeluarkan Surat Edaran yang
menegaskan Sifat Konsiliar dari Gereja Orthodox.
6. Zaman Modern ( Abad 20-21)
Gereja Orthodox Masakinia. Situasi Gereja Orthodox dalam Diaspora. Ada banyak hal terjadi selama abad
kedua puluh dalam Gereja Orthodox. Terutama perpindahan umat Orthodox dari negera asli masing-masing ke
daerah-daerah yang telah kita sebutkan di atas. Sehingga terbentuk kelompok-kelompok umat Orthodox yang
berkumpul atas dasar kebangsaan. Dan mereka ini loyal kepada patriarkhat asal mereka masing-masing,
sehingga terbentuklah yurisdiksi-yurisdiksi yang bermacam-macam sesuai dengan asal negara mereka. Situasi
ini sangat tidak sesuai dengan hukum Kanon. Namun di Amerika untuk mengatasi kekacauan yuridiksi ini
diadakan persekutuan para Episkop Orthodox yang disebut SCOBA untuk pada akhirnya nanti membentuk
satu Gereja Orthodox Amerika. Keepiskopan Orthodox Yunani, membentuk suatu Pusat Misi Orthodox yang
sekarang telah menjadi milik bersama dari semua Gereja Orthodox yang ada di Amerika. Gereja di Yunani juga
telah memiliki beberapa badan misi, dan yang terutama adalah Apotosliki Diakonia (Pelayanan Apostolik)
yang juga merupakan badan misi Gereja Orthodox.
Padatahun 1917 Rusia jatuh ke tangan Komunis, dan beribu-ribu pemimpin Orthodox yang dibunuh,
dipenjarakan atau dibuang. Berjuta-juta umat Orthodox mati dianiaya oleh propaganda atheisme di Rusia dan
Eropa Timur. Namun pada tahun 1988 ketika Presiden Mikhael Gorbachev mencanangkan glasnots dan
peretroiska, komunisme runtuh dan Gereja mengalami kebangkitan dan vitalitas kembali di Rusia. Pada tahun
1920 Patriarkh Ekumenis mengeluarkan Surat Edaran untuk segenap umat Kristen mengadakan kerjasama.
Dari situlah Gereja Orthodox akhirnya bersama Gereja-Gereja Protestan membentuk Dewan Gereja-Gereja
sedunia.
Misi Gereja Orthodox. Di Benua Afrika pada tahun 1960 ada sekelompok orang Kristen kulit hitam Afrika yang
membentuk suatu denominasi baru yang disebut Gereja Orthodox Afrika. Dengan berlalunya waktu mereka
mengetahui bahwa Gereja Orthodox yang sebenarnya itu masih ada di Alexandria. Lalu mereka menemui
Patriarkh Alexandria Kalsedon dan menginginkan untuk menggabung dengan Gereja Orthodox. Dari
permulaan awal inilah, sampai sekarang misi Gereja Orthodox mengalami kemajuan pesat di Uganda, Kenya,
Tanzania, Kameroon, dan banyak daerah Afrika lainnya termasuk Afrika Selatan. Dua orang Episkop Orthodox
Kulit Hitam telah ditahbiskan sejak saat itu, dan presbyter-presbyter adalah orang lokal dengan liturgi dalam
bahasa lokal. Amerika, Eropa, dan Inggris. Perkembangan Gereja Orthodox di wilayah barat ini, tak lepas dari
kehadiran umat Orthodox Diaspora yang ada di negara-negara itu. Namun baru mulai mengalami kemajuan
pesat ketika 2000 orang mantan pendeta Injili beserta umatnya menemukan kembali Iman Orthodox itu,
sehingga banyak orang-orang Barat non-etnik Orthodox dari segala macam latar belakang yang sekarang
mencari Gereja Orthodox dan dengan giat menyebarkan Iman Orthodox di situ. Tokoh-tokoh terkenal Gerakan
ini adalah: Peter Gilquist, Gordon Walker dan lain-lain di Amerika, sedangkan di Eropa dan Inggris tokoh
terkenal terutama adalah: Michael Harper, seorang mantan Imam Gereja Anglikan dan tokoh Kharismatik
Internasional.
Asia Gereja Orthodox Korea, pada mulanya adalah misi Gereja Rusia juga, namun ketika Rusia berperang
dengan Jepang dan Jepang dikuasai Korea, semua milik Gereja Orthodox disita pemerintah Jepang. Ketika
Korea merdeka, milik Jepang jadi milik pemerintah Korea. Banyak umat Orthodox yang meninggalkan Gereja,
namun masih ada sedikit yang bertahan. Ketika Perang Korea Utara dan Selatan tahun 1950an, tentara
perdamaian PBB dikirim ke Korea. Di antara mereka adalah tentara Yunani. Umat Orthodox Korea yang masih
sisa itu mendekati pasukan Yunani ini menceritakan keadaan mereka. Hal itu dilaporkan ke Yunani, dan sejak
saat itu Gereja Orthodox Korea berada dalam wilayah Patriarkh Konstantinopel sampai sekarang. India
disamping memiliki Gereja Syria Monofisit (Oriental Orthodox) di sebelah Barat pantai India,juga memiliki Misi
yang dilakukan oleh Gereja Orthodox Kalsedonia di daerah Kalkuta. Ini juga berada di bawah Konstantinopel,
demikian juga Gereja Orthodox Filipina. Untuk tujuan perkembangan misi di Asia, Patriarkh Konstantinopel
membagi Keepiskopan Agung Australia menjadi dua: Keepiskopan Agung New Zealand untuk Asia Pasifik dan
Keepiskopan Agung Australia sendiri untuk benua Australia. Indonesia sudah kita sebutkan bahwa Gereja
Timur dari Persia (Nestorian-Assyrian) telah hadir di Indonesia pada abad ketujuh di Pancur dan Barus. Sejak
zaman Belanda dan terutama pada tahun 1950an terdapat pula Gereja Timur, meskipun itu adalah Gereja
Orthodox Oriental Armenia di Jakarta, namun dari anggota-anggotanya di dalamnya terdapat juga orang-orang
Yunani. Mereka memiliki Gereja di Jalan Thamrin sekarang dan telah dibongkar menjadi Bank Indonesia pada
tahun 1960an ketika zaman pemerintahan Orde Lama, dan di Surabaya di Jalan Pacar 6, yang telah dibeli oleh
komunitas Kristen Protestan, etnis Tionghoa. Namun ketika terjadi pemberontakan G-30-S (RRC-CINA)

banyak mereka yang meninggalkan Indonesia pindah ke negara lain, dan sejak saat itu komunitas Armenia ini
tak ada lagidi Indonesia.
D. Sumbangsih Gereja
Pada abad keempat terjadi perkembangan liturgis, yaitu dari Liturgi Yakobus yang awal yang berasal dari
Yerusalem dan Siria maka doa-doa telah ditambahkan ke dalamnya jadilah doa-doa Liturgi Aghios Basilius
Agung dan Liturgi Yohanes Krisostomos (wafat: 407), yang sampai sekarang menjadi liturgi-liturgi utama
Gereja Orthodox. Dalam khotbah katekisasi oleh Aghios Yohanes Krisostomos dan Aghios Kyrillosdari
Yerusalem (wafat: 386) terlihat bahwa Sakramen Baptisan dan Krisma (Pengurapan) yang dirayakan pada
abad keempat itu hampir tak berubah sedikitpun, melainkan tetap dilaksanakan oleh Gereja Orthodox masa
kini.
Pada saat abad kedelapan ini Gereja Barat mengalami banyak pertobatan dari suku-suku Barbarian.
Pemberita Injil terbesar Gereja Barat pada abad ini adalah Santo Bonafasius (wafat tahun 754). Ada dua
alasan kunci kenapa gereja-gereja harus mendorong gereja-gereja lain untuk terlibat dalam misi. Yang pertama
adalah bahwa hal itu adalah sumbangsih paling baik yang bisa gereja lakukan untuk membantu mewujudkan
Amanat Agung. Dalam 2 Timotius 2:2, Paulus memberi kita prinsip pokok dalam pemuridan. Dengan kata lain,
orang Kristen yang efektif tidak boleh hanya bisa menjala manusia, tapi juga harus bisa membuat orang-orang
menjadi penjala manusia. Hasilnya adalah pelipatan jiwa-jiwa, tidak hanya penambahan jiwa. Sumbangsih
gereja dalam bentuk penyedian tenaga pengajar. Dalam hal ini gereja adalah salah satu organisasi yang ada
dalam masyarakat yang harus ikut campur tangan dalam dunia pendidikan. Alasannya adalah pertama,
merealisasikan amanat Agung Tuhan Yesusdalam Matius 28:29 yaitu menjadikan semua bangsa murid Yesus.
Kedua, pendidikan secara khusus pendidikan agama Kristen harus diberikan kepada anak-anak Kristen secara
terus menerus, hal ini adalah salah satu tanggungjawab gereja. Ketiga, kurangnya guru pendidikan agama
Kristen, oleh sebab itu maka partisipasi gereja dalam pendidikan adalah gereja harus mampu menyediakan
tenaga pendidik yang berkualitas yang siap pakai dalam melaksaaan pendidikan agama Kristen di sekolahsekolah.
Penggunaan musik dalam beribadah. Kita melihat bahwa musik digunakan secara ekstensif sejak zaman awal
para rasul dan masa gereja pasca para rasul (Efesus 6:19, Kolose 3:16, Kisah Para Rasul 16:25, den Yakobus
5:13).

Anda mungkin juga menyukai