Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN ( SAP )

MANAJEMEN NYERI

Pokok Bahasan

: Manajemen Nyeri

Sasaran

: Mahasiswa/i Reguler S1 Keperawatan STIKes Pertamedika


Tingkat II

Tempat

: Kampus STIKes Pertamedika

Hari / Tanggal

: Jumat, 21 Oktober 2016

Waktu

: 30 menit

Penyuluh

: Rita Puspitasari

I.

Anlisa Situasi
1. Jumlah peserta 20 orang, umur rata-rata 20-23 tahun, peserta mahasiswa
tingkat 2.
2. Kelas/Ruangan

II.

Ukuran ruang/kelas

: xMeter

Keadaan penerangan dan ventilasi

: Baik

Prasarana yang tersedia

: Kursi, Meja, Proyektor, Laptop

Tujuan Intruksional
a

Tujuan Intruksional Umum (TIU)


Setelah mengikuti kegiatan selama 30 menit, diharapkan mahasiswa/i mampu
memahami tentang manajemen nyeri

Tujuan Intruksional Khusus


Setelah mengikuti kegiatan selama 30 menit, diharapkan mahasiswa/i mampu:
1. Menjelaskan pengertian nyeri.
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.
3. Menjelaskan cara pengukuran intensitas nyeri.
4. Memahami alur penanganan nyeri sesuai skala nyeri.

III.

Materi Penyuluhan
Terlampir

IV.

Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

V.

Media
1. Laptop
2. Proyektor
3. Pointer
4. Leaflet
5. Video

VI.

Kegiatan Penyuluhan

Tahap

Waktu

Kegiatan Penyuluh

Pembukaan

5 menit

Mengucapkan

Kegiatan Audien
salam

danMenjawab salam

memperkenalkan diri

Menjelaskan Tujuan

Mendengarkan

Melakukan Evaluasi Validasi

Menjawab
Pertanyaan

Pelaksanaan 20 menit

Menjelaskan tentang : Pengertian,

Mendengarkan dan dan


Memperhatikan

faktor-faktor yang mempengaruhi


nyeri,
cara pengukuran intensitas nyeri,
alur penanganan nyeri, dan memutar
video penkes nyeri pre operasi.

Memberi kesempatan pada

Mengajukan

mahasiswa/i untuk menanyakan


Pertanyaan

hal-hal yang kurang jelas.

Evaluasi

5 menit

Memberikan pertanyaan akhir

sebagai evaluasi.

Penutup

5 menit

Mengucapkan Salam penutup

Menjawab
pertanyaan

Menjawab salam
penutup

VII.

Evaluasi
Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta hadir di tempat pembelajaran
b. Penyelenggaraan pembelajaran di ruang kelas tingkat 2 STIKes
Pertamedika

2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi pembelajaran
b. Peserta mengikuti jalanya pembelajaran sampai selesai
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar
3. Evaluasi Hasil

VIII.

a.

Peserta mengetahui tentang pengertian nyeri.

b.

Peserta mengatahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.

c.

Peserta mengatahui cara pengukuran intensitas nyeri.

d.

Peserta memahami alur penanganan nyeri.

Bahan Evaluasi
a. Sebutkan pengertian nyeri
b. Sebutkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nyeri
c. Sebutkan salah satu cara pengukuran intensitas nyeri
d. Sesuai alur penanganan nyeri apakah tujuan dilakukannya re asessmen

LAMPIRAN MATERI
MANAJEMEN NYERI

A. Pengertian Nyeri

1. Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak


menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif.
Keluhan sensorik yang dinyatakan seperti pegal, linu, ngilu, keju, kemeng,
cengkeul, dan seterusnya dapat dianggap sebagai modalitas nyeri (Mutaqin,
2008).
2. Nyeri adalah suatu rasa tidak nyaman,baik ringan maupun berat. (Tamsuri,
2007).
3. Sedangkan menurut International Association for Study of Pain (IASP)
dalam Tamsuri (2007), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang
tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual
maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan .
B. Faktor yang mempengaruhi nyeri
1. Usia
Usia merupakan variabel yang penting yang mempengaruhi nyeri khususnya
anak-anak dan lansia. Pada kognitif tidak mampu mengingat penjelasan
tentang nyeri atau mengasosiasikan nyeri sebagai pengalaman yang dapat
terjadi di berbagai situasi. Nyeri bukan merupakan bagian dari proses
penuaan yang tidak dapat dihindari, karena lansia telah hidup lebih lama
mereka kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami kondisi patologis yang
menyertai nyeri. Kemampuan klien lansia untuk menginterpretasikan nyeri
dapat mengalami komplikasi dengan keadaan berbagai penyakit disertai
gejala samar-samar yang mungkin mengenai bagian tubuh yang sama.

2. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon
terhadap nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah menjaadi subjek penelitian
yang melibatkan pria dan wanita. Akan tetapi toleransi terhadap nyeri
dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada
setiap individu, tanpa memperhatikan jenis kelamin.
3. Makna nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman
nyeri dan

cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Individu akan

mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut


memberikan kesan ancaman, suatu kehilangan dan tantangan. Misalnya
seorang wanita yang bersalin akan mempersepsikan nyeri berbeda dengan
seorang wanita yang mengalami nyeri akibat cedera karena pukulan
pasangannya.
4. Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat
sedangkan upaya pengalihan atau distraksi dihubungkan dengan respon nyeri
yang menurun. Konsep ini merupakan salah satu konsep yang perawat
terapkan di berbagai terapi untuk menghilangkan nyeri seperti relaksasi,
teknik imajinasi terbimbing dan massage. Dengan memfokuskan perhatian
dan konsentrasi klien pada stimulus yang lain, maka perawaat menempatkan
nyeri pada kesadaran yang perifer.
5. Ansietas
Ansietas sering kali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan perasaaan ansietas. Individu yang sehat secara emosional
biasanya lebih mampu mentoleransi nyeri sedang hingga berat daripada
individu yang memiliki status emosional yang kurang stabil. Klien yang
mengalami cedera atau menderita penyakit kritis, sering kali mengalami
kesulitan mengontrol lingkungan dan perawatan diri dapat menimbulkan

tingkat ansietas yang tinggi. Nyeri yang tidak kunjung hilang sering kali
menyebabkan psikosis dan gangguan kepribadian.
6. Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri rasa kelelahan menyebabkan sensasi
nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Apabila
keletihan disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri bahkan dapat terasa
lebh berat. Nyeri seringkali lebih berkurang setelah individu mengalami suatu
periode tiddur yang lelap dibanding pada akhir hari yang melelahkan
7. Pengalaman Sebelumnya
Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut
akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang.
Apabila seorang klien tidak pernah mengalami nyeri maka persepsi pertama
nyeri dapat mengganggu koping terhadap nyeri.
8. Dukungan keluarga dan sosial
Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran
orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien.
Individuu dari kelompok sosial budaya yang berbeda memiliki harapan yang
berbeda tentang orang tempat mereka menumpahkan keluhan tentang nyeri.

C. Pengukuran Intensitas Nyeri


Ada beberapa Intensitas pengukuran nyeri, diantaranya :
1. NRS Numeric Rating Scale
NRS digunakan untuk ukuran intensitas nyeri (segera atau sekarang). Skala
terdiri dari 11 poin yang mana 0 menunjukkan tidak ada nyeri dan 10
menunjukkan nyeri sangat berat, penilaian dari 1-3 artinya nyeri ringan, 47 artinya nyeri sedang, dan 8-9 artinya nyeri berat, dan 10 artinya
kegawatdaruratan nyeri (Tim Manajemen Nyeri RS Premier Bintaro, 2016)

2. VAS (Visual Analog Scale)

VAS (Visual Analog Scale) sangat berguna dalam mengkaji intensitas nyeri.
Skala tersebut adalah berbentuk garis horizontal sepanjang 10 cm, dan
ujungnya mengindikasikan nyeri yang berat. Pasien diminta untuk menunjuk
titik pada garis yang menunjukkan letak nyeri terjadi di sepanjang rentang
tersebut.ujung kiri biasanya menunjukkan tidak ada atau tidak nyeri,
sedangkan ujung kanan biasanya menandakan berat atau nyeri yang paling
buruk. Untuk menilai hasil, sebuah penggaris diletakkan sepanjang garis dan
jarak yang dibuat pasien pada garis dari tidak ada nyeri diukur dan ditulis
dalam sentimeter (Nursalam, 2008).

3. FACES-Wong Bakers / Face Rating Scale

Face Rating Scale, skala ini diatur secara visual dengan ekspresi guratan
wajah untuk menunjukkan intensitas nyeri yang dirasakan. Skala penilaian
wajah pada dasarnya digunakan pada anak-anak tetapi juga bias bermanfaat
ketika orang dewasa yang mempunyai kesulitan dalam menggunakan angkaangka dari skala visual analog (VAS) yang merupakan alat penilaian
pengkajian nyeri secara umum. Skala wajah untuk mengkaji nyeri pada anakanak. Skala tersebut terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang
menggambarkan wajah dari wajah yang sedang tersenyum tidak merasa
nyeri kemudian secara bertahap meningkat menjadi wajah kurang bahagia,
wajah yang sangat sedih sampai wajah yang sangat ketakutan nyeri yang
sangat (Muttaqin, 2008).

DAFTAR PUSTAKA
http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/11/manajemen-nyeri/
Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan,
Edisi 2. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.
Potter, Patricia A. 2005. Buku ajar Fundamental : Konsep, proses dan
praktek.Edisi 4 . Jakarta. EGC.
Prasetyo Nian Sigit. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri.
Jakarta : Graha Ilmu
Tamsuri Anas. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri.
Jakarta : EGC
Tim Manajemen Nyeri RS Premier Bintaro, 2016.

Anda mungkin juga menyukai