MANAJEMEN NYERI
Pokok Bahasan
: Manajemen Nyeri
Sasaran
Tempat
Hari / Tanggal
Waktu
: 30 menit
Penyuluh
: Rita Puspitasari
I.
Anlisa Situasi
1. Jumlah peserta 20 orang, umur rata-rata 20-23 tahun, peserta mahasiswa
tingkat 2.
2. Kelas/Ruangan
II.
Ukuran ruang/kelas
: xMeter
: Baik
Tujuan Intruksional
a
III.
Materi Penyuluhan
Terlampir
IV.
Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
V.
Media
1. Laptop
2. Proyektor
3. Pointer
4. Leaflet
5. Video
VI.
Kegiatan Penyuluhan
Tahap
Waktu
Kegiatan Penyuluh
Pembukaan
5 menit
Mengucapkan
Kegiatan Audien
salam
danMenjawab salam
memperkenalkan diri
Menjelaskan Tujuan
Mendengarkan
Menjawab
Pertanyaan
Pelaksanaan 20 menit
Mengajukan
Evaluasi
5 menit
sebagai evaluasi.
Penutup
5 menit
Menjawab
pertanyaan
Menjawab salam
penutup
VII.
Evaluasi
Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta hadir di tempat pembelajaran
b. Penyelenggaraan pembelajaran di ruang kelas tingkat 2 STIKes
Pertamedika
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi pembelajaran
b. Peserta mengikuti jalanya pembelajaran sampai selesai
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar
3. Evaluasi Hasil
VIII.
a.
b.
c.
d.
Bahan Evaluasi
a. Sebutkan pengertian nyeri
b. Sebutkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nyeri
c. Sebutkan salah satu cara pengukuran intensitas nyeri
d. Sesuai alur penanganan nyeri apakah tujuan dilakukannya re asessmen
LAMPIRAN MATERI
MANAJEMEN NYERI
A. Pengertian Nyeri
2. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon
terhadap nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah menjaadi subjek penelitian
yang melibatkan pria dan wanita. Akan tetapi toleransi terhadap nyeri
dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada
setiap individu, tanpa memperhatikan jenis kelamin.
3. Makna nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman
nyeri dan
tingkat ansietas yang tinggi. Nyeri yang tidak kunjung hilang sering kali
menyebabkan psikosis dan gangguan kepribadian.
6. Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri rasa kelelahan menyebabkan sensasi
nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Apabila
keletihan disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri bahkan dapat terasa
lebh berat. Nyeri seringkali lebih berkurang setelah individu mengalami suatu
periode tiddur yang lelap dibanding pada akhir hari yang melelahkan
7. Pengalaman Sebelumnya
Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut
akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang.
Apabila seorang klien tidak pernah mengalami nyeri maka persepsi pertama
nyeri dapat mengganggu koping terhadap nyeri.
8. Dukungan keluarga dan sosial
Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran
orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien.
Individuu dari kelompok sosial budaya yang berbeda memiliki harapan yang
berbeda tentang orang tempat mereka menumpahkan keluhan tentang nyeri.
VAS (Visual Analog Scale) sangat berguna dalam mengkaji intensitas nyeri.
Skala tersebut adalah berbentuk garis horizontal sepanjang 10 cm, dan
ujungnya mengindikasikan nyeri yang berat. Pasien diminta untuk menunjuk
titik pada garis yang menunjukkan letak nyeri terjadi di sepanjang rentang
tersebut.ujung kiri biasanya menunjukkan tidak ada atau tidak nyeri,
sedangkan ujung kanan biasanya menandakan berat atau nyeri yang paling
buruk. Untuk menilai hasil, sebuah penggaris diletakkan sepanjang garis dan
jarak yang dibuat pasien pada garis dari tidak ada nyeri diukur dan ditulis
dalam sentimeter (Nursalam, 2008).
Face Rating Scale, skala ini diatur secara visual dengan ekspresi guratan
wajah untuk menunjukkan intensitas nyeri yang dirasakan. Skala penilaian
wajah pada dasarnya digunakan pada anak-anak tetapi juga bias bermanfaat
ketika orang dewasa yang mempunyai kesulitan dalam menggunakan angkaangka dari skala visual analog (VAS) yang merupakan alat penilaian
pengkajian nyeri secara umum. Skala wajah untuk mengkaji nyeri pada anakanak. Skala tersebut terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang
menggambarkan wajah dari wajah yang sedang tersenyum tidak merasa
nyeri kemudian secara bertahap meningkat menjadi wajah kurang bahagia,
wajah yang sangat sedih sampai wajah yang sangat ketakutan nyeri yang
sangat (Muttaqin, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/11/manajemen-nyeri/
Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan,
Edisi 2. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.
Potter, Patricia A. 2005. Buku ajar Fundamental : Konsep, proses dan
praktek.Edisi 4 . Jakarta. EGC.
Prasetyo Nian Sigit. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri.
Jakarta : Graha Ilmu
Tamsuri Anas. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri.
Jakarta : EGC
Tim Manajemen Nyeri RS Premier Bintaro, 2016.