Anda di halaman 1dari 7

KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA

Klasifikasi gangguan jiwa adalah suatu kelompok gejala atau perilaku yang secara
klinis bermakna dan disertai penderitaan (distress) pada kebanyakan kasus dan berkaitan
dengan terganggunya fungsi (disfungsi/hendaya) seseorang. Jika hanya terjadi penyimpangan
atau konflik sosial tanpa disfungsi, tidak dimasukan dalam kriteria gangguan jiwa. Perlu
diperhatikan bahwa sesuatu yang berbeda tidaklah berarti selalu lebih buruk atau lebih baik.
Normal tidaknya suatu keadaan juga ditentukan oleh budaya atau tradisi tertentu.
Menurut WHO, definisi kesehatan jiwa adalah:

Merasa sehat dan bahagia,

Mampu menghadapi tantangan hidup

Dapat menerima orang lain sebagaimana adanya

Mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain

Manifestasi gangguan jiwa dapat berupa perilaku, pikiran dan perasaan yang berkaitan
erat dengan kondisi tubuh/jasmani dan lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, dapat
penanganan kasus gangguan jiwa, faktor-faktor tersebut harus ditangani secara komprehensif.
Selain itu, terdapat pula pendekatan secara deskriptif yang merupakan dasar pendekatan
untuk memastikan diagnosis secara nasional dan internasional. Pendekatan ini bersifat netral,
hanya mencari dan memastikan gejala secara deskriptif-klinis tanpa secara apriori melihat
makna atau mengapa gejala itu terjadi dari suatu sudut pandang atau paradigma atau teori
tertentu.
Gangguan jiwa sebagai suatu kategori keseluruhan dikelompokan oleh WHO dalam sebuah
Bab, yaitu Bab F, dalam buku International Classification of Diseases edisi 10 (ICD-10),
yang oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia diterjemahkan dalam buku: Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III).
Evaluasi multiaksial
Evaluasi multiaksial berguna untuk memahami pasien secara menyeluruh dari berbagai segi:

Ada tidaknya gangguan jiwa

Kepribadian

Kondisi medik/fisik

Problem psiko-sosial dan lingkungan

Fungsinya sebagai makhluk psikososial secara menyeluruh

Dengan begitu, penanganan terhadap pasien dapat dilakukan secara lebih komprehensif.
Aksis I: disediakan untuk:
1. Semua gangguan jiwa yang terdapat dalam Blok F0-F9, kecuali F60 (gangguan
kepribadian khas) dan F61 (gangguan kepribadian campuran).
2. Kode Z dan Kode V, yaitu problem kehidupan yang tidak memenuhi kriteria gangguan
jiwa tetapi membuat orang tersebut datang untuk minta pertolongan atau kondisi medis yang
memerlukan perhatian atau terapi.
Aksis II disediakan untuk:
1. Gangguan kepribadian (F60 dan F61) atau ciri kepribadian (tidak menggunakan kode
diagnostik).
2. Retardasi mental (F7)
Aksis III disediakan untuk kondisi medis umum
Aksis IV: Problem psikososial dan lingkungan
Aksis V: Penilaian fungsi secara global (menyeluruh) dalam fungsi psikologis, sosial dan
okupasional. Aksis ini merupakan Skala Pengkajian Fungsi Global (Global Assesment of
Fungsional Scale) yang merupakan pengukuran fungsi umum saat ini, tetapi pada saat fungsi
tertinggi selama satu tahun sebelumnya (kisaran skala antara 1 sampai 100) dan digunakan
dalam merencakan penatalaksanaan serta meramalkan hasil. 3
Syarat-syarat yang diperlukan untuk pemastian diagnosis secara deskriptif fenomenologis
adalah sebagai berikut.
1. Gejala-gejala dikumpulkan menjadi sindrom yang bermakna
2. Urutan hierarkis harus dipikirkan dari F0-F5
3. Jangka waktu/berapa lama gejala itu termasuk ada tidaknya sifat dari awitan gejala
Urutan hierarkis
Bervariasinya manifestasi gangguan jiwa serta adanya gejala yang sama atau mirip pada
beberapa diagnosis menyebabkan upaya memastikan sebuah diagnosis sering sukar dilakukan
apabila hanya didasari dengan kumpulan gejala. Dengan itu, diperlukan cara sistematis untuk
memastikan diagnosis gangguan jiwa.
WHO mengelompokan gangguan jiwa dalam blok-blok tertentu berdasarkan adanya
persamaan deskriptif, baik etiologi atau gejala dasar. Gangguan-gangguan jiwa yang terletak
dalam urutan di atas mempunyai lebih banyak unsur (gejala) dari gangguan jiwa yang terletak
dalam blok di bawahnya. Contoh: Meskipun pada blok F0 dapat ditemukan gejala psikotik,
mood, atau cemas, namun blok tersebut memiliki kelebihan berupa etiologi organik/medis.

Sedangkan blok F1 etiologinya hanya zat psikoaktif, walau gejalanya mirip dengan gejala
pada blok F0.
Kemudian, pada blok F2, gangguan /gejala dasarnya hanya gejala psikotik tanpa etiologi
organik/medis. Dalam blok F3 gangguan dasarnya adalah gangguan perasaan/mood tanpa
etilogi organik/medis.
Etiologi medik merupakan kondisi patologis yang ditemukan dengan pemeriksaan fisik dan
laboratorium yang konvensional. Dengan begitu, makin ke atas hierarki, biasanya makin
berat tingkat keparahan atau kedaruratannya, khususnya yang bersangkutan dalam F0, F1, F2,
F3. Untuk memastikan diagnosis, harus dipastikan dulu gejala-gejala itu tidak merupakan
gejala dari gangguan jiwa yang terletak dalam hierarki di atasnya.
Penggolongan gangguan jiwa dalam PPDGJ III berdasarkan blok serta ciri khas pada
masing-masing blok gangguan jiwa adalah sebagai berikut.
Blok F0: Gangguan mental organik atau simpatomatik
Gangguan kejiwaannya disebabkan oleh penyakit atau gangguan fisik/kondisi medik yang
secara primer atau secara sekunder (sistemik) mempengaruhi otak secara fisiologis sehingga
terjadi disfungsi otak. Demensia merupakan salah satu kelainan yang paling mendapatkan
perhatian. Diperlukan bukti riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan laboratorium untuk
menyokong hal tersebut.
Blok F1: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif
Gejala gangguan jiwa dalam blok ini tidak disebabkan oleh F0. Terdapat riwayat penggunaan
zat psikoaktif yang secara fisiologis mempengaruhi otak dan menimbulkan gangguan mental
dan perilaku. Namun, tidak semua orang yang menggunakan zat psikoaktif menunjukan
gejala gangguan jiwa.
Demensia (F00-F03) merupakan sindrom yang disebabkan oleh penyakit pada otak yang
bersifat kronis dan progresif. Kelainan yang dapat muncul dapat berupa gangguan pada
fungsi korteks, termasuk memori, berpikir, orientasi, pemahaman, kalkulasi, kapasitas belajar,
bahasa dan pengambilan keputusan. Kelainan tersebut biasanya disertai detoriasi dalam
kontrol emosi, kemampuan sosial atau motivasi.
Blok F2: Skizofrenia, Gangguan skizotipal, Gangguan waham (dan gangguan psikotik
lainnya) [gangguan psikotik nonorganik]
Ciri khasnya adalah disingkirkannya kemungkinan blok F0 dan F1, terutama berdasarkan
etiologinya. Gejala yang muncul berupa gejala psikotik: halusinasi, waham, perilaku kataton,
perilaku kacau, pembicaraan kacau (tidak selalu), disertai tilikan yang buruk. Namun, ada
pula gangguan mental dalam blok ini yang tidak disertai gejala psikotik yaitu gangguan
skizotipal. Meskipun begitu, secara genetik, gangguan tersebut tergabung dalam keluarga
skizofrenia.
Blok F3: Gangguan suasana perasaan (mood/afektif)

Untuk memasukan ke dalam blok ini, blok F0, F1, dan F2 harus disingkirkan. Gejala
dasarnya berupa gangguan suasana perasaan/mood (depresi atau manik) yang umumnya
bersifat episodik. Kadang-kadang ditemukan juga gejala psikotik, tetapi jangka waktunya
lebih pendek daripada episode gangguan mood yang mendasarinya.
Blok F4: Gangguan neurotik, Gangguan Somatoform, dan Gangguan yang berkaitan
dengan stres
Blok F0, F1, F2, dan F3 harus terlebih dahulu disingkirkan. Gejala dasarnya bergantung
kepada kelompok dalam blok F4 tersebut.
Pada kelompok gangguan cemas dan fobik, gejala utamanya berupa kecemasan yang bersifat
kronis (misal gangguan cemas menyeluruh) atau episodik (mis. Gangguan panik), atau
kecemasan timbul bila dihadapkan dengan situasi/objek fobik atau bila melawan pikiran
obsesif.
Terdapat dua macam stresor pada kelompok gangguan yang berkaitan dengan stres, yaitu
stresor yang sering timbul dalam kehidupan sehari-hari serta stresor yang bertaraf malapetaka
dan tidak lazim dialami orang dalam kehidupan sehari-hari. Penderita gangguan ini tidak bisa
atau sukar mengadakan adaptasi yang disebut sebagai gangguan penyesuaian (pada stres
lazim) dan gangguan stres pasca trauma (pada stres yang tidak lazim).
Kelompok gangguan disosiatif (konversi) memiliki gejala utama berupa hilangnya sebagian
atau menyeluruh integrasi normal antara ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan sensasi
langsung dan kendali terhadap gerakan tubuh.
Kelompok gangguan somatoform memiliki gejala utama berupa keluhan preokupasi dengan
rasa sakit atau menderita penyakit tertentu walaupun tidak ada dasar gangguan medis/fisik
yang mendasarinya. Keluhan muncul berulang walaupun terbukti tidak ada dasar medik.
Blok F5: Sindrom Tingkah Laku yang Berhubungan dengan Faktor Fisiologis dan
Faktor Fisik.
Blok F0-F4 harus disingkirkan terlebih dahulu. Jenis-jenis yang termasuk dalam blok ini di
antaranya adalah:

gangguan makan,

gangguan tidur non organik,

disfungsi seksual bukan disebabkan gangguan atau penyakit organik.

Gangguan perilaku yang berhubungan dengan masa nifas yang tidak diklasifikasikan
di tempat lain (YTK)

Faktor psikologis yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit YDK (yang
dilklasifikasikan di tempat lain)

Blok F6: Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa Dewasa

Gangguan blok F60: gangguan kepribadian dan F61: gangguan kepribadian campuran dan
lainnya dicatat dalam aksis II. Sementara itu, gangguan jiwa lain dalam blok F6 dimasukan
dalam aksis I.
Ciri khas dari blok ini adalah keadaan dan pola perilaku yang secara klinis bermakna yang
cenderung menetap dan merupakan ekspresi dari gaya hidup yang khas dari seseorang serta
cara berhubungan dengan diri sendiri serta orang lain.
Pola ini bisa muncul sejak dini saat masa pertumbuhan maupun perkembangan sebagai hasil
dari faktor genetik, konstitutional, maupun pengalaman sosial. Bisa juga didapat pada masa
kehidupan selanjutnya.
Jenis-jenis yang masuk dalam kriteria ini adalah:

Gangguan kepribadian khas

Gangguan kepribadian campuran lainnya

Gangguan kepribadian yang berlangsung lama yang tidak disebabkan kerusakan atau
penyakit otak

Gangguan kebiasaan dan impuls

Gangguan identitas jenis kelamin

Gangguan preferensi seksual

Gangguan psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan perkembangan dan


orientasi seksual

Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa lainnya

Orientasi seksual tidak termasuk dalam kategori gangguan jiwa dan dicantumkan sebagai
bagian dari identitas diri seseorang. Namun, apabila penderita merasa terus menerus dan
nyata merasa terganggu dengan hal tersebut, hal tersebut dapat diklasifikasikan sebagai
gangguan seksual yang tidak dapat diklasifikasikan.
Blok F7, F8 dan F9 tidak disusun berdasarkan uruta hierarkis, melainkan merupakan
kelompok gangguan jiwa yang sering terdapat dan berawitan dalam masa kanak dan remaja.
Namun, pada beberapa kondisi, sebenarnya gangguan F0-F6 bisa saja terjadi dalam masa
kanak-kanak dan remaja.
Blok F7: Retardasi Mental
Ciri khas dari blok ini adalah IQ di bawah 70, semua aspek perkembangannya terlambat atau
terhenti sehingga menimbulkan disfungsi dan berawitan di bawah usia 18 tahun. Apabila
seseorang dengan IQ di bawah 70 awitannya baru timbul setelah 18 tahun disebut demensia.
Jenis retardasi mental:

ringan: IQ 50-69

sedang: IQ 35-49

berat: IQ 20-34

sangat berat: IQ di bawah 20

Blok F8: Gangguan Perkembangan Psikologis


Jenis dari blok ini ada dua, yaitu:
Gangguan perkembangan khas (F80-F83), ciri khasnya adalah pada kasus murni, IQ normal
dan biasanya hanya satu aspek dari fungsi individu yang terganggu. Gejala dimulai dari masa
bayi atau kanak-kanak.
Gangguan perkembangan pervasif, ciri khasnya adalah gangguan dasar berupa abnormalitas
kualitatif dalam interaksi timbal balik dengan orang lain, sehingga pada kasus berat dapat
terjadi retardasi mental. Masa awitannya dalam masa bayi atau di bawah usia 5 tahun.
Blok F9: Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Awitan Biasanya pada Masa
Kanan dan Remaja.
Jenis dari blok ini adalah
F90: gangguan hiperkinetik
F91: gangguan tingkah laku
F92: gangguan campuran tingkah laku dan emosi
F93: Gangguan emosional dengan awitan khas pada masa kanak-kanak
Gangguan ini dapat berupa gangguan perpisahan masa kanak; gangguan ansietas fobik masa
kanak; gangguan ansietas sosial masa kanak; gangguan persaingan antar saudara (sibling
rivalry disorder)
F94: gangguan fungsi sosial dengan awitan khas pada masa kanak dan remaja
Jenisnya dapat berupa mutisme selektif maupun gangguan kelekatan reaktif pada masa kanak
F95: gangguan tik
Jenisnya: gangguan tik sementara; gangguan tik motorik atau vokal kronik; gangguan
campuran tik vokal dan multipel (sindrom de la tourette)
F98: gangguan perilaku dan emosional dengan awitan biasanya pada masa kanak dan remaja

Jenisnya enuresis nonorganik; enopresis nonorganik; gangguan makan masa bayi dan kanak;
pika masa bayi dan kanak; gangguan gerakan stereotipi; gagap.
Daftar Pustaka
1

Mangindaaan L. Buku Ajar Psikiatri: Diagnosis Psikiatrik. Jakarta: Penerbit FKUI;


2010. P. 71-83.
2

WHO. ICD-10 Classification of Mental and Behavioural. Geneva: WHO; 2005. P. 8-

21.
3

Tomb DA. Buku Saku Psikiatri: Klasifikasi Psikiatrik. Gangguan Psikososial. 6thed.
Jakarta: EGC; 2000. P. 3, 218
4

WHO. Multiaxial Presentation of The ICD-10 for use in Adult Psychiatry: Glossary
of Clinical Diagnoses.United States of America: Cambridge University Press; 2007. P. 37.

Anda mungkin juga menyukai