Anda di halaman 1dari 10

Why Do Most Traders Lose Money in Trading?

Oleh: Tommy Zhu, CFA, CFP, CWM, AEPP


www.investors-academy.co.id
Semua orang ingin memiliki investasi yang semakin berkembang seiring
dengan berjalannya waktu, mulai dari tipe orang yang siap untuk
menerima hasil pengembalian (return) yang rendah hingga mereka yang
ingin mendapatkan return yang tinggi.
Saat ini di Indonesia pun sudah banyak instrumen investasi yang
memberikan return dari rendah hingga ke tinggi, yang tentu saja memiliki
tingkat risiko yang berbeda pula. Beberapa contoh instrumen investasi
dengan tingkat risiko rendah adalah tabungan dan deposito. Sedangkan
contoh instrumen investasi yang memiliki risiko tinggi adalah saham dan
derivatif.
Dengan kenaikan index saham yang luar biasa belakangan ini, tentu saja
banyak orang mulai melirik instrumen yang satu ini. Dan bagi mereka
yang lebih canggih, mereka juga melirik instrumen derivatif, antara lain
Transaksi Emas, Forex dan Stock Index melalui Sistem Perdagangan
Alternatif di Bursa Berjangka Jakarta.
Keinginan investor untuk mengejar return yang tinggi ini seringkali
hanyalah menjadi impian, bahkan banyak dari mereka yang mengalami
kerugian. Dalam CD ini, saya akan menguraikan 10 (sepuluh) penyebab
utama investor mengalami kerugian tsb, dan apabila Anda memahami
penyebab utama tsb, maka Anda bisa menghindarinya.
Penyebab No. 1: TIDAK BERANI CUT LOSS
Bagi Anda yang sudah sering berinvestasi, tentu istilah Let the Profits
Run, Cut the Losses Short sudah tidak asing lagi. Arti dari istilah tersebut
adalah kita harus berani secepat mungkin membuang posisi kita yang
tidak menguntungkan, dan posisi yang menguntungkan haruslah kita
pertahankan hingga memberikan keuntungan maksimal.
Saya sering memberi contoh dalam kehidupan nyata: Apabila Anda
memiliki usaha restoran, dan Anda memiliki 5 cabang, masing-masing di
Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat dan Jakarta
Timur. Setelah Anda pelajari ternyata cabang di Jakarta Timur selalu
memberikan kerugian, sedangkan 4 cabang yang lain bisa membukukan
keuntungan dan cabang Jakarta Pusat memberikan keuntungan yang
paling besar. Apa yang Anda lakukan terhadap bisnis restoran tsb?
Saya yakin kebanyakan dari Anda akan menjawab Menutup cabang
Jakarta Timur, dan menambah cabang di Jakarta Pusat.
Saya setuju sekali dengan pemikiran seperti itu, tetapi investor
berperilaku berbeda pada saat mereka melakukan trading dalam
www.investors-academy.co.id

instrumen saham ataupun derivatif. Tidak jarang kita jumpai orang


membiarkan posisi yang merugi ditahan selama bertahun-tahun,
sedangkan posisi yang menguntungkan secepatnya dilepas. Mereka takut
posisi yang sudah untung tsb, bila tidak segera direalisasikan, bisa balik
menjadi posisi yang merugi. Dan sebaliknya, posisi yang merugi akan
mereka biarkan dengan harapan bisa berbalik menjadi untung.
Hal itulah yang menjadi penyebab no. 1 mengapa banyak orang
mengalami kerugian dalam trading. Mereka bergegas mengambil
keuntungan-keuntungan kecil, dan membiarkan satu kerugian besar terus
berlangsung, dan menguras semua keuntungan kecil yang mereka
kumpulkan. Sebagai contoh: orang mengambil keuntungan sebesar Rp.
100,- sebanyak 5 kali, kemudian membiarkan 1x kerugian sampai
sebesar Rp. 1.000,- sehingga secara total ia mengalami kerugian.
Sekarang kita tahu dan mengerti bahwa kita harus berani melakukan cut
loss, tetapi mengapa seorang investor sulit sekali melakukan cut loss?
Gaya hidup kita sehari-hari ini akan mempengaruhi gaya kita dalam
berinvestasi pula, sehingga untuk mengetahui apakah Anda termasuk
orang yang akan berani melakukan cut loss ataukah tidak, Anda harus
introspeksi diri Anda sendiri.
Perhatikan ilustrasi berikut: Apa yang Anda lakukan bila Anda baru saja
membeli baju baru dan ketika Anda sampai di rumah Anda rasakan
bahwa baju itu ternyata kurang pas dengan Anda. Apakah Anda akan
langsung membuangnya? Ataukah Anda akan langsung memberikan ke
orang lain? Ataukah Anda akan simpan dulu baju tsb, mungkin lain waktu
Anda akan pas lagi dengan baju tsb? Silakan Anda pikirkan dahulu.
Berdasarkan pengamatan saya, mayoritas orang akan menyimpan baju
tsb bahkan hingga baju tsb mungkin sudah lama di lemari dan sudah
rusak sendiri, baru mereka akan membuang baju tsb. Demikian pula
halnya dengan trading, pada waktu mengetahui bahwa posisi yang
dimilikinya ternyata merugi, seringkali mereka amat susah membuang
posisi yang salah tersebut, mereka akan menyimpannya dalam waktu
yang lama, hingga mereka bosan atau sudah tidak tahan lagi barulah
mereka membuang posisi tsb.
Jadi perilaku sehari-hari kita dalam kehidupan, pasti akan terbawa dalam
pola trading kita. Apabila kita bisa sukses dalam trading, maka
seharusnya dalam kehidupan sehari-hari pun kita juga akan bisa sukses.
Bagaimana dengan Anda?
Penyebab No. 2:
Money Management dan Portfolio Management yang Tidak Bagus
Banyak orang tidak sadar atau bahkan tidak peduli dengan pentingnya
Money Management dan Portfolio Management. Sering kali kita
www.investors-academy.co.id

menjumpai orang melakukan investasi tanpa batasan yang jelas. Sebagai


contoh: Si A selama ini menempatkan uangnya dalam instrumen
deposito, kemudian dia melihat temannya mendapatkan banyak
keuntungan dari investasi saham. Si A berpikir apabila seluruh uangnya
dipindah investasi ke saham, maka dia SEHARUSNYA bisa mendapatkan
keuntungan yang jauh lebih besar.
Dengan berbekal pemikiran yang sederhana tersebut, si A langsung terjun
ke dunia saham dengan seluruh hartanya. Hal ini tentu saja sangat
berbahaya, karena si A belum tahu persis seluk beluk dari instrumen
saham.
Sebelum seseorang mulai investasi pada instrumen dengan risiko yang
tinggi, dia harus paham Risk Profile dirinya. Risk Profile adalah tingkat
kemampuan seseorang dalam menghadapi risiko. Berdasarkan risk
profile, kita kelompokkan menjadi 3 kategori: Conservative, Balanced
atau Aggressive.
Tipe Conservative berarti orang tersebut pada dasarnya tidak mampu
menerima risiko yang cukup tinggi. Bagi orang tipe conservative, tentu
saja instrumen saham sebenarnya tidak cocok bagi orang tersebut,
apabila seseorang tipe conservative tetap ngotot untuk investasi di
saham, maka sebaiknya dilakukan dengan porsi yang kecil saja.
Tipe Aggressive berarti orang tersebut mampu menerima risiko yang
cukup tinggi. Bagi tipe ini, instrumen saham ataupun derivatif masih
cocok untuk ambil bagian dalam portfolio keuangannya.
Sementara tipe Balanced berada di antara kedua tipe di atas.
Untuk mengetahui Risk Profile seseorang, biasanya dilakukan melalui
serangkaian kuesioner. Salah satu contoh pertanyaan yang saya lontarkan
untuk mengetahui risk profile seseorang: Apa yang akan Anda lakukan
pada saat market saham mengalami sell off yaitu turun dalam jumlah
yang besar?
a. Segera menjual saham yang dimiliki karena berpikir bahwa saham
masih akan memburuk terus
b. Melihat turunnya pasar saham sebagai kesempatan untuk membeli
lebih banyak saham
c. Tidak melakukan tindakan apapun
Apabila Anda menjawab pilihan b, Anda termasuk tipe aggressive; bila
Anda menjawab a, Anda termasuk tipe conservative.
Jadi kita harus memahami risk profile dari diri kita terlebih dahulu
sebelum kita mulai berinvestasi. Setelah mengetahui proporsi yang pas
untuk diri kita, maka langkah selanjutnya kita harus menentukan
bagaimana cara penempatan investasinya: apakah diinvestasikan semua
dalam 1x kesempatan atau dibagi menjadi beberapa tahap? Apakah
www.investors-academy.co.id

diinvestasikan semua ke dalam 1 macam saham ataukah ke beberapa


macam saham? Hal ini penting untuk diperhatikan, karena kita ingin
mengurangi risiko melalui diversifikasi.
Analogi yang sering digunakan dalam menggambarkan Diversifikasi
adalah Jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang. Karena bila
keranjang tersebut jatuh, maka semua telur akan pecah. Satu hal yang
harus diingat terlebih dahulu: diversifikasi bertujuan untuk mengurangi
risiko, bukan memaksimalkan keuntungan.
Berdasarkan konsep diversifikasi tersebut, orang membeli tidak hanya
satu macam saham. Tetapi bila beberapa saham yang dia beli, semuanya
masih dalam satu sektor (sebagai contoh membeli beberapa saham yang
semuanya bergerak di sektor perkebunan sawit), sebenarnya dia juga
belum melakukan diversifikasi.
Penyebab no. 3:
Trading Plan yang Tidak Lengkap
Seringkali orang melakukan investasi hanya memikirkan start awal saja,
dalam artian mereka hanya memikirkan waktu mereka mau melakukan
pembelian. Mereka tidak memikirkan apa yang harus dilakukan setelah
mereka membeli investasi tersebut. Kebanyakan orang hanya memikirkan
apa yang akan mereka lakukan bila investasi tersebut berjalan sesuai
harapan, mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan bila ternyata hasil
tidak sesuai harapan.
Kondisi seperti itu, bisa saya gambarkan sbb: Anda memiliki usaha
restoran, pada waktu mau memulai usaha tersebut, Anda memiliki
gambaran lengkap tentang lokasi di mana restoran itu akan buka,
demikian pula rencana pengembangan cabang-cabangnya. Tetapi
kebanyakan orang tidak memikirkan risiko kegagalannya, mereka tidak
mau berpikir bagaimana bila ternyata restoran itu sepi, dan mengalami
kerugian.
Seringkali orang berkata mereka tidak mau memikirkan negatifnya dulu,
karena takut hal negatif itu akan menjadi kenyataan bila diomongkan di
awal usaha. Padahal sebagai seorang yang ingin sukses dalam suatu
bidang, kita harus siapkan tindakan alternatif yang harus diambil apabila
sesuatu tidak berjalan sesuai dengan rencana awal. Tindakan alternatif
yang dimaksud di atas adalah Exit Point.
Jadi pastikan Anda tahu kapan dan di harga berapa Anda melakukan
pembelian, kemudian sebelum Anda membeli instrumen tersebut,
tentukan juga di harga berapa Anda akan lepas posisi tersebut. Melepas
posisi tersebut bisa dalam kondisi untung (profit) ataupun dalam kondisi
rugi (loss). Buat trading plan yang lengkap sebelum Anda mulai
melakukan transaksi.
www.investors-academy.co.id

Penyebab no.4:
Paper Trading = Real Money Trading
Banyak orang mengatakan Practices Make Perfect. Saya setuju sekali
dengan pernyataan tersebut. Tetapi banyak orang yang salah
mengaplikasikannya dalam dunia trading. Mereka melakukan banyak
latihan dengan simulasi transaksi jual beli saham ataupun forex, yang kita
sebut dengan Paper Trading.
Saat melakukan Paper Trading tersebut, mereka bisa mendapatkan
keuntungan yang cukup besar. Tetapi apa yang terjadi saat melakukan
trading sesungguhnya? Mereka mengalami kerugian besar. Sehingga tidak
jarang saya jumpai orang berkata, Kalau demo trading bisa untung
banyak, tetapi begitu real trading susah sekali mendapat untung, bahkan
rugi banyak.
Hal ini bisa saya gambarkan seperti contoh berikut: Agar pemain basket
menjadi handal dalam memasukkan bola ke keranjang, dia harus berlatih
berjam-jam setiap harinya. Tetapi pada hari pertandingan, di mana
penonton penuh sesak bersorak-sorak, suporter team lawan yang
jumlahnya jauh lebih banyak selalu mencemoohnya, konsentrasi dia
untuk memasukkan bola ke keranjang akan sangat berbeda dibandingkan
pada waktu latihan.
Pada waktu latihan, tidak ada gangguan dari lingkungan sekitar. Tetapi
pada momen pertandingan seperti contoh di atas, faktor lingkungan
menjadi sangat berpengaruh terhadap konsentrasi. Apalagi bila lemparan
itu adalah kesempatan terakhir, yang akan menentukan apakah teamnya
akan menang atau kalah, tentu saja emosi akan memegang peranan yang
sangat besar. Sesuatu yang seharusnya dengan mudah dilakukan, tetapi
karena pengaruh emosi yang sangat kuat, akan membuatnya menjadi
berantakan.
Pada saat kita melakukan Paper Trading, tidak ada emosi yang terlibat,
karena kita tidak merasakan rasa sakit pada waktu analisis kita salah dan
mengalami kerugian, dan sebaliknya bila analisis kita benar dan
mendapat keuntungan kita juga akan merasa biasa-biasa saja.
Pada saat kita tidak terlibat emosi, kita bisa dengan tegas mengatakan
pada diri kita, bahwa posisi yang salah tersebut harus segera dibuang
(cut loss). Atau dengan tegas kita bisa mengatakan pada diri kita bahwa
transaksi tersebut harus dieksekusi. Tetapi pada saat ada real money ikut
dalam transaksi, emosi ikut terlibat. Bila kita mau melakukan cut loss,
kita memikirkan berapa banyak uang yang terbuang, kita bisa merasakan
rasa sakit yang akan ditimbulkan oleh kerugian tersebut.Kita akan
membayangkan apa yang bisa kita lakukan dengan uang yang akan kita
cut loss tsb, mungkin kita membayangkan uang yang akan hilang tsb bisa
digunakan untuk membeli mobil baru, atau untuk berlibur ke luar negeri
www.investors-academy.co.id

bersama keluarga dan lain sebagainya.


Jadi kita harus sadar bahwa meskipun kita sudah mahir dalam melakukan
paper trading, pada saat melakukan real money trading ada faktor emosi
yang ikut terlibat, yang harus bisa kita atasi untuk kesuksesan dalam
trading.
Penyebab no. 5:
Tidak Menggunakan Fundamental dan Technical Analysis
Apabila Anda berkunjung ke galeri sebuah perusahaan sekuritas, Anda
akan melihat banyak orang melakukan transaksi saham dengan cara
bertanya kepada pialangnya (broker) Hari ini ada rumour apa? Hari ini
saham apa yang akan naik? Hari ini apa yang bagus dibeli? Mereka selalu
mengandalkan rumour, gosip atau insider information yaitu informasi
yang diperoleh dari orang dalam sebuah perusahaan. Mereka tidak pernah
tahu di urutan ke berapakah mereka mendapatkan informasi tersebut,
dan seberapa akuratkah informasi tersebut.
Ada seorang investor setelah berbincang dengan direktur sebuah
perusahaan, dia mendapatkan info bahwa saham perusahaan tersebut
akan naik. Investor itu langsung membeli saham perusahaan tersebut,
karena merasa mendapatkan informasi yang akurat. Ia tidak pernah tahu,
sudah berapa banyak pihak yang diberitahu hal yang sama oleh direktur
tersebut. Mungkin saja direktur tersebut sudah memberitahu hal yang
sama ke banyak pihak, sehingga investor hanya mendapatkan bagian
terakhir dari pergerakan harga saham, sebelum harga saham turun, dan
dia mengalami kerugian.
Seorang professional trader akan menggunakan Fundamental Analysis
dan Technical Analysis dalam mengambil keputusan jual beli saham
ataupun forex. Dengan analisis fundamental mereka mempelajari laporan
keuangan sebuah perusahaan, kondisi ekonomi suatu Negara, dan beritaberita lainnya agar mereka yakin bahwa mereka berinvestasi di Negara
yang memang memiliki prospek yang bagus dan sector industry yang
dipilih juga sector yang prospektif hingga akhirnya mereka memilih
saham perusahaan yang diyakini memiliki kinerja yang bagus pula. Jadi
dengan analisis fundamental ini diharapkan mereka bisa memilih saham
yang benar. Sekarang langkah berikutnya adalah membeli saham yang
benar tsb dengan harga yang benar. Hal ini dilakukan dengan analisis
teknikal karena Technical Analysis memberikan informasi di harga berapa
saham tersebut harus dibeli dan di harga berapa harus dijual. Dalam
analisis teknikal mereka banyak menggunakan grafik pergerakan harga di
masa lampau dan indicator-indikator yang lain untuk memperkirakan arah
pergerakan harga saham di masa mendatang.
Tetapi ironis sekali karena masih cukup banyak orang yang tidak tahu,
tidak mengerti dan tidak percaya kepada Analysis Fundamental dan
teknikal ini, mereka tidak percaya bahwa kedua Analysis bisa membantu
www.investors-academy.co.id

mereka menghasilkan keuntungan dalam bertransaksi saham ataupun


forex.
Penyebab no. 6:
Kurang Edukasi
Apabila Anda berencana untuk buka restoran, dan Anda ingin menjadi
koki restoran tersebut. Apa yang akan Anda lakukan? Tentu saja Anda
harus belajar memasak. Demikian pula halnya dengan trading. Apabila
Anda ingin ikut aktif mengelola portfolio, berarti Anda akan menjadi koki
dari restoran Anda. Anda harus belajar cara trading, agar portfolio Anda
bisa berkembang dengan baik. Tetapi seringkali orang merasa malas
untuk belajar karena biaya untuk ikut workshop atau pelatihan yang
cukup mahal, atau mereka sudah sibuk dengan aktivitas harian mereka.
Mereka berpikir bahwa Trial and Error tidak akan menimbulkan kerugian
yang terlalu besar, sehingga lebih baik langsung terjun ke dunia trading
dengan cara trial and error. Setelah mengalami kerugian yang amat besar,
barulah mereka mau mencari workshop untuk belajar cara trading.
Padahal bila mengikuti workshop terlebih dahulu, mereka sebenarnya bisa
menghindari kerugian yang tidak perlu terjadi.
Penyebab no.7:
Tidak Belajar dari Para Ahli
Penyebab no.6 orang banyak mengalami kerugian adalah kurangnya
edukasi. Tetapi cukup banyak juga orang yang belajar dan masih
mengalami kerugian, karena mereka belajar bukan dari sumber yang
tepat. Mereka seharusnya belajar dari para ahli, teknik apa yang mereka
gunakan sehingga bisa menghasilkan return yang luar biasa. Yang harus
kita waspadai adalah banyaknya orang yang mengaku sebagai ahli tanpa
latar belakang yang jelas.
Dalam kesempatan ini, saya mau uraikan salah satu contoh ilmu yang
saya peroleh dari Alm. Sir John Templeton. Beliau mengatakan, Bull
Markets are Born on Pessimism, Grow on Skepticism, Mature on Optimism
and Die on Euphoria. Arti dari pernyataan tersebut adalah pada saat
semua orang menjadi sangat pesimis terhadap suatu investasi (misalnya
pasar saham), pada saat itu Bull Market saham baru lahir.
Bull Market adalah kondisi pasar di mana harga terus mengalami
kenaikan, sedangkan Bear Market adalah kondisi pasar di mana harga
terus mengalami penurunan.
Bull Market tersebut akan bertumbuh besar pada saat market bersifat
skeptis, Bull Market menjadi Dewasa (Mature) pada saat market mulai
optimis kembali, dan Bull Market tersebut mati pada saat market sudah
eforia.
www.investors-academy.co.id

Contoh nyata bila kita review kembali kejadian di Bursa Efek Indonesia,
pada saat index saham mencapai nilai terendah kurang lebih 250, semua
investor merasa sangat pesimis terhadap bursa saham Indonesia, pada
saat itu sebenarnya telah lahir Bull Market. Kemudian pada saat index
saham mulai naik mencapai angka 700 kemudian ke 1.000, para investor
masih bersifat skeptis akan kenaikan tersebut, mereka masih tidak yakin,
pada saat ini sebenarnya Bull Market sudah mulai tumbuh.
Pada saat index saham naik lagi ke 1.500 hingga 2.000, market mulai
optimis bahwa bursa saham Indonesia memang sangat bagus. Hingga
harga naik lagi ke 2.400 bahkan 2.800 di awal tahun 2008, market
mengalami eforia dimana semua orang memperbincangkan saham, dan
pada saat itu Bull Market sebenarnya mati. Apa yang terjadi berikutnya?
Bisa kita ingat bersama, index saham Indonesia mengalami penurunan
tajam di tahun 2008 hingga turun ke level 1.100. Pada saat index
mencapai level 1.100an tsb, semua orang kembali pesimis lagi terhadap
saham, dan itu menunjukkan bahwa Bull market baru saja lahir kembali.
Dan siklus itu berulang kembali.
Apabila kita sudah mempelajari ilmu tersebut di atas, tentu kita akan
terhindar dari kerugian besar di tahun 2008.
Penyebab no. 8:
Ego yang Terlalu Tinggi
Kebanyakan orang yang bisa berinvestasi di pasar saham ataupun forex
adalah orang yang memiliki kelebihan modal, dan biasanya mereka
adalah pribadi yang sukses dalam bisnisnya. Kesuksesan mereka dalam
bisnis tersebut akan menimbulkan rasa ego yang bisa terbawa dalam pola
trading. Rasa ego yang paling berbahaya adalah tidak bisa menerima
kenyataan, meskipun mereka telah terbukti salah.
Seringkali dalam sebuah tren menurun, investor memiliki posisi beli di
harga atas. Pada kondisi tersebut, mereka tidak bisa menerima bahwa
sekarang adalah Down Trend atau trend menurun, mereka selalu berkata
bahwa market ini lagi salah, dan posisi mereka adalah yang seharusnya
benar. Maka investor tersebut akan selalu menahan posisi belinya
meskipun harga turun semakin dalam, dan kerugian yang dia alami juga
semakin besar. Apabila sikap tidak bisa menerima kesalahan ini
diterapkan dalam transaksi yang menggunakan margin, hasilnya akan
jauh lebih berbahaya. Dia bisa saja kehilangan harta-harta yang lain,
karena dengan margin trading, bisa saja dia akan melakukan transaksi
melebihi kapasitasnya dengan cara selalu melakukan averaging yaitu
membeli saham yang sama di harga yang lebih rendah, dengan harapan
nilai rata-rata keseluruhan saham yang dimilikinya akan menjadi lebih
rendah agar bisa lebih cepat mencapi titik Break Even pada saat harga
mengalami koreksi naik. Tetapi yang terjadi adalah tidak seperti yang
diharapkan, harga turun terus, dan dia mengalami margin call hingga dia
www.investors-academy.co.id

tidak mampu memenuhi penambahan dana tsb hingga akhirnya semua


posisi yang dimiliki terpaksa dijual semua karena saldo jaminan
marginnya sudah sangat minim.
Jadi ego yang terlalu tinggi bisa sangat berbahaya dalam trading.
Penyebab no. 9:
Too Confident and Impatient
Memiliki rasa percaya diri itu bagus, tetapi terlalu percaya diri bisa
berbahaya, terutama dalam dunia trading. Pada saat merasa terlalu
percaya diri, mereka akan trading dengan berlebihan, misalnya membeli
dengan jumlah besar yang melebihi kapasitasnya sehingga emosinya
akan menjadi sangat labil pada saat harga bergerak berlawanan dengan
posisi yang dimilikinya. Hal ini tentu saja akan dengan mudah
mengakibatkan kerugian bagi investor tersebut. Salah satu cara untuk
mengetahui apakah posisi yang dimiliki sudah melebihi kapasitas atau
belum yaitu bila harga bergerak berlawanan dengan posisi yang kita
miliki, bagaimana perasaaan kita? Apakah kita masih tetap tenang? Atau
kita mulai khawatir, grogi dan stress? Apabila kita masih tetap tenang,
berarti masih berada dalam kapasitas kita. Tetapi bila kita menjadi grogi
dan stress maka sebenarnya posisi yang kita miliki sudah melebihi
kapasitas kita.
Kesabaran sangat diperlukan dalam trading. Apakah Anda pernah merasa
jengkel dan marah pada saat pesawat Anda mengalami keterlambatan
dari jadwal terbang yang seharusnya? Ataukah Anda bisa menunggu
keterlambatan tersebut dengan hati yang tenang? Ketidaksabaran Anda
dalam aktivitas sehari-hari juga bisa mempengaruhi tingkat kesabaran
Anda dalam trading. Seringkali investor tidak sabar menunggu, misalnya
dia berencana membeli di harga 1.000, dan berencana untuk take profit
di harga 1.300 atau cut loss di 850, sehingga perbandingan profit
terhadap loss nya adalah 300:150. Tetapi harga stabil terus selama
beberapa waktu di harga 1.100, akhirnya investor tersebut membeli
dengan harga 1.100. Dengan tindakan yang dilakukan tersebut, maka
potensi profitnya sekarang menjadi 200, dan potensi lossnya menjadi
250. Dia sudah memperbesar risiko yang dihadapinya dan memperkecil
potensi profitnya. Ketidaksabaran diiringi percaya diri yang berlebihan
akan sangat menghancurkan rencana investasi.
Dalam trading ada 3 posisi yang bisa dimiliki oleh seorang investor. Posisi
pertama adalah posisi BELI, posisi kedua adalah posisi JUAL. Lalu, apa
posisi ketiga? Banyak investor hanya terpikirkan dua posisi tersebut.
Posisi ketiga adalah NO POSITION, di mana pada saat market tidak
memiliki risk to reward ratio yang memadai, kita sebaiknya tidak
melakukan transaksi. Ingat!!! Trading itu selalu tersedia kapanpun, kita
jangan berpikir bahwa peluang yang kita lihat tsb adalah satu-satunya
peluang yang tidak akan tersedia lagi. Bagi Anda yang trading forex,
bahkan market selalu tersedia selama 24 jam, jadi tidak ada salahnya bila
www.investors-academy.co.id

kita menjaga kesabaran agar hasil investasi kita bisa lebih baik.
Penyebab no. 10:
Mencari Perfect System
Banyak sekali orang berlomba-lomba mencari trading system yang
sempurna, yang tidak akan menimbulkan kerugian sama sekali, selalu
profit. Saya hanya mengingatkan bahwa tidak ada yang sempurna di
dunia ini, termasuk juga tidak ada trading system yang sempurna. Bagi
saya, sebuah trading system yang bisa menghasilkan keuntungan dalam
jangka panjang, meskipun dalam jangka pendek bisa menimbulkan
kerugian, sudah menjadi trading system yang baik.
Seringkali orang tidak senang apabila system yang dimiliki masih ada
catatan merahnya. Mereka ingin semuanya hijau. Sebenarnya yang paling
penting adalah hasil akhirnya. Apabila system tsb menimbulkan beberapa
kerugian dengan frekuensi terjadinya kerugian lebih banyak daripada
frekuensi terjadinya profit, tetapi secara total masih membukukan
keuntungan, maka system tsb sebenarnya sudah baik.
Apalagi bila system tsb sudah memiliki track record yang cukup lama.
Jangan sampai, hanya karena keinginan kita mencari perfect system,
akhirnya kita mengabaikan system yang sudah terbukti baik.
Dengan demikian Anda sudah mempelajari 10 penyebab utama orang
mengalami kerugian dalam trading dan Anda sudah tahu bagaimana cara
mengatasinya. Saya berharap artikel ini sangat membantu Anda semua
dalam melakukan investasi.
Apabila Anda ingin mendapatkan informasi tentang acara kami ataupun
informasi lain terkait investasi, silakan kunjungi website kami di
www.investors-academy.co.id atau apabila ada pertanyaan silakan email
ke info@investors-academy.co.id
Terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa di lain kesempatan.

10

www.investors-academy.co.id

Anda mungkin juga menyukai