Penyebab no.4:
Paper Trading = Real Money Trading
Banyak orang mengatakan Practices Make Perfect. Saya setuju sekali
dengan pernyataan tersebut. Tetapi banyak orang yang salah
mengaplikasikannya dalam dunia trading. Mereka melakukan banyak
latihan dengan simulasi transaksi jual beli saham ataupun forex, yang kita
sebut dengan Paper Trading.
Saat melakukan Paper Trading tersebut, mereka bisa mendapatkan
keuntungan yang cukup besar. Tetapi apa yang terjadi saat melakukan
trading sesungguhnya? Mereka mengalami kerugian besar. Sehingga tidak
jarang saya jumpai orang berkata, Kalau demo trading bisa untung
banyak, tetapi begitu real trading susah sekali mendapat untung, bahkan
rugi banyak.
Hal ini bisa saya gambarkan seperti contoh berikut: Agar pemain basket
menjadi handal dalam memasukkan bola ke keranjang, dia harus berlatih
berjam-jam setiap harinya. Tetapi pada hari pertandingan, di mana
penonton penuh sesak bersorak-sorak, suporter team lawan yang
jumlahnya jauh lebih banyak selalu mencemoohnya, konsentrasi dia
untuk memasukkan bola ke keranjang akan sangat berbeda dibandingkan
pada waktu latihan.
Pada waktu latihan, tidak ada gangguan dari lingkungan sekitar. Tetapi
pada momen pertandingan seperti contoh di atas, faktor lingkungan
menjadi sangat berpengaruh terhadap konsentrasi. Apalagi bila lemparan
itu adalah kesempatan terakhir, yang akan menentukan apakah teamnya
akan menang atau kalah, tentu saja emosi akan memegang peranan yang
sangat besar. Sesuatu yang seharusnya dengan mudah dilakukan, tetapi
karena pengaruh emosi yang sangat kuat, akan membuatnya menjadi
berantakan.
Pada saat kita melakukan Paper Trading, tidak ada emosi yang terlibat,
karena kita tidak merasakan rasa sakit pada waktu analisis kita salah dan
mengalami kerugian, dan sebaliknya bila analisis kita benar dan
mendapat keuntungan kita juga akan merasa biasa-biasa saja.
Pada saat kita tidak terlibat emosi, kita bisa dengan tegas mengatakan
pada diri kita, bahwa posisi yang salah tersebut harus segera dibuang
(cut loss). Atau dengan tegas kita bisa mengatakan pada diri kita bahwa
transaksi tersebut harus dieksekusi. Tetapi pada saat ada real money ikut
dalam transaksi, emosi ikut terlibat. Bila kita mau melakukan cut loss,
kita memikirkan berapa banyak uang yang terbuang, kita bisa merasakan
rasa sakit yang akan ditimbulkan oleh kerugian tersebut.Kita akan
membayangkan apa yang bisa kita lakukan dengan uang yang akan kita
cut loss tsb, mungkin kita membayangkan uang yang akan hilang tsb bisa
digunakan untuk membeli mobil baru, atau untuk berlibur ke luar negeri
www.investors-academy.co.id
Contoh nyata bila kita review kembali kejadian di Bursa Efek Indonesia,
pada saat index saham mencapai nilai terendah kurang lebih 250, semua
investor merasa sangat pesimis terhadap bursa saham Indonesia, pada
saat itu sebenarnya telah lahir Bull Market. Kemudian pada saat index
saham mulai naik mencapai angka 700 kemudian ke 1.000, para investor
masih bersifat skeptis akan kenaikan tersebut, mereka masih tidak yakin,
pada saat ini sebenarnya Bull Market sudah mulai tumbuh.
Pada saat index saham naik lagi ke 1.500 hingga 2.000, market mulai
optimis bahwa bursa saham Indonesia memang sangat bagus. Hingga
harga naik lagi ke 2.400 bahkan 2.800 di awal tahun 2008, market
mengalami eforia dimana semua orang memperbincangkan saham, dan
pada saat itu Bull Market sebenarnya mati. Apa yang terjadi berikutnya?
Bisa kita ingat bersama, index saham Indonesia mengalami penurunan
tajam di tahun 2008 hingga turun ke level 1.100. Pada saat index
mencapai level 1.100an tsb, semua orang kembali pesimis lagi terhadap
saham, dan itu menunjukkan bahwa Bull market baru saja lahir kembali.
Dan siklus itu berulang kembali.
Apabila kita sudah mempelajari ilmu tersebut di atas, tentu kita akan
terhindar dari kerugian besar di tahun 2008.
Penyebab no. 8:
Ego yang Terlalu Tinggi
Kebanyakan orang yang bisa berinvestasi di pasar saham ataupun forex
adalah orang yang memiliki kelebihan modal, dan biasanya mereka
adalah pribadi yang sukses dalam bisnisnya. Kesuksesan mereka dalam
bisnis tersebut akan menimbulkan rasa ego yang bisa terbawa dalam pola
trading. Rasa ego yang paling berbahaya adalah tidak bisa menerima
kenyataan, meskipun mereka telah terbukti salah.
Seringkali dalam sebuah tren menurun, investor memiliki posisi beli di
harga atas. Pada kondisi tersebut, mereka tidak bisa menerima bahwa
sekarang adalah Down Trend atau trend menurun, mereka selalu berkata
bahwa market ini lagi salah, dan posisi mereka adalah yang seharusnya
benar. Maka investor tersebut akan selalu menahan posisi belinya
meskipun harga turun semakin dalam, dan kerugian yang dia alami juga
semakin besar. Apabila sikap tidak bisa menerima kesalahan ini
diterapkan dalam transaksi yang menggunakan margin, hasilnya akan
jauh lebih berbahaya. Dia bisa saja kehilangan harta-harta yang lain,
karena dengan margin trading, bisa saja dia akan melakukan transaksi
melebihi kapasitasnya dengan cara selalu melakukan averaging yaitu
membeli saham yang sama di harga yang lebih rendah, dengan harapan
nilai rata-rata keseluruhan saham yang dimilikinya akan menjadi lebih
rendah agar bisa lebih cepat mencapi titik Break Even pada saat harga
mengalami koreksi naik. Tetapi yang terjadi adalah tidak seperti yang
diharapkan, harga turun terus, dan dia mengalami margin call hingga dia
www.investors-academy.co.id
kita menjaga kesabaran agar hasil investasi kita bisa lebih baik.
Penyebab no. 10:
Mencari Perfect System
Banyak sekali orang berlomba-lomba mencari trading system yang
sempurna, yang tidak akan menimbulkan kerugian sama sekali, selalu
profit. Saya hanya mengingatkan bahwa tidak ada yang sempurna di
dunia ini, termasuk juga tidak ada trading system yang sempurna. Bagi
saya, sebuah trading system yang bisa menghasilkan keuntungan dalam
jangka panjang, meskipun dalam jangka pendek bisa menimbulkan
kerugian, sudah menjadi trading system yang baik.
Seringkali orang tidak senang apabila system yang dimiliki masih ada
catatan merahnya. Mereka ingin semuanya hijau. Sebenarnya yang paling
penting adalah hasil akhirnya. Apabila system tsb menimbulkan beberapa
kerugian dengan frekuensi terjadinya kerugian lebih banyak daripada
frekuensi terjadinya profit, tetapi secara total masih membukukan
keuntungan, maka system tsb sebenarnya sudah baik.
Apalagi bila system tsb sudah memiliki track record yang cukup lama.
Jangan sampai, hanya karena keinginan kita mencari perfect system,
akhirnya kita mengabaikan system yang sudah terbukti baik.
Dengan demikian Anda sudah mempelajari 10 penyebab utama orang
mengalami kerugian dalam trading dan Anda sudah tahu bagaimana cara
mengatasinya. Saya berharap artikel ini sangat membantu Anda semua
dalam melakukan investasi.
Apabila Anda ingin mendapatkan informasi tentang acara kami ataupun
informasi lain terkait investasi, silakan kunjungi website kami di
www.investors-academy.co.id atau apabila ada pertanyaan silakan email
ke info@investors-academy.co.id
Terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa di lain kesempatan.
10
www.investors-academy.co.id