ETIOLOGI
Sebab penyakit sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini
dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu reaksi antigen-antibodi.
Umumnya para ahli membagi etiologinya menjadi:
a.
b.
c.
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang muncul pada anak yang mengalami Sindrom nefrotik
adalah:
a. Oedem umum ( anasarka ), terutama jelas pada muka dan jaringan periorbital.
b. Proteinuria dan albuminemia.
c. Hipoproteinemi dan albuminemia.
d. Hiperlipidemi khususnya hipercholedterolemi.
e. Lipid uria.
f. Mual, anoreksia, diare.
g. Anemia, pasien mengalami edema paru.
h. Adanya gangguan kompleks imun yang dimediasi oleh sel T
KLASIFIKASI
Menurut berbagai penelitian, respon terhadap pengobatan steroid lebih sering dipakai
untuk menentukan prognosis dibandingkan gambaran patologi anatomi. Klasifikasi menurut
respon tersebut diantaranya:
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisis
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguri) yang terjadi dalam 2448 jam setelah ginjal rusak, warna kotor, sedimen kecoklatan menunjukkan
adanya darah. Berat jenis urin kurang dari 1,020 menunjukkan adanya penyakit
pada ginjal.
2. Pemeriksaan sedimen urin
Pemeriksaan sedimen akan memberikan gambaran oval fat bodies: epitel sel yang
mengandung butir-butir lemak, kadang dijumpai eritrosit, lukosit, torak hialin dan
torak eritrosit.
3. Protein urin kuratif
Pengukuran protein urin dilakukan melalui timed collection atau single spot
collection. Timed collection dilakukan melalui pengumpulan urin 24 jam, mulai
dari jam 7 pagi hingga waktu yang sama keesokan harinya. Pada individu sehat,
total protein urin 150 mg. Adanya proteinuria massif merupakan kriteria
diagnosis. Single spot collection lebih mudah dilakukan. Saat rasio protein urin
dan kreatinin > 2g/g, ini mengarahkan pada kadar protein urin per hari sebanyak
3g.
4. Albumin serum
Kualitatif: ++ sampai ++++
Kuantitatif: > 50 mg/kgBB/hari
5. Pemeriksaan Darah
Ada pemeriksaan kimia darah dijumpai Protein total menurun (N: 6,2-8,1
gm/100ml), Albumin menurun (N:4-5,8 gm/100ml), 1 globulin normal (N: 0,1
-0,3 gm/100ml), 2 globulin meninggi (N: 0,4-1 gm/100ml), globulin normal
(N: 0,5-0,9 gm/100ml), globulin normal (N: 0,3-1 gm/100ml), rasio
albumin/globulin <1 (N:3/2), komplemen C3 normal/rendah (N: 80-120
mg/100ml), ureum, kreatinin dan klirens kreatinin normal.
PENATALAKSANAAN
1) Penatalaksanaan Umum
a. Diperlukan tirah baring selama masa edema parah yang menimbulkan keadaan tidak berdaya
dan selama infeksi yang interkuten. Juga dianjurkan untuk mempertahankan tirah baring
selama diuresis jika terdapat kehilangan berat badan yang cepat.
b. Diet. Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai 1200 ml/ hari dan
masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/ hari. Jika telah terjadi diuresis dan edema
menghilang, pembatasan ini dapat dihilangkan. Usahakan masukan protein yang seimbang
dalam usaha memperkecil keseimbangan negatif nitrogen yang persisten dan kehabisan
jaringan yang timbul akibat kehilangan protein. Diit harus mengandung 2-3 gram protein/ kg
berat badan/ hari. Anak yang mengalami anoreksia akan memerlukan bujukan untuk
menjamin masukan yang adekuat.
c. Perawatan kulit. Edema masif merupakan masalah dalam perawatan kulit. Trauma terhadap
kulit dengan pemakaian kantong urin yang sering, plester atau verban harus dikurangi sampai
minimum. Kantong urin dan plester harus diangkat dengan lembut, menggunakan pelarut dan
bukan dengan cara mengelupaskan. Daerah popok harus dijaga tetap bersih dan kering dan
scrotum harus disokong dengan popok yang tidak menimbulkan kontriksi, hindarkan
menggosok kulit.
d. Perawatan mata. Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak mata dan untuk
mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diswab dengan air hangat.
e. Pencarian fokus infeksi. Sebelum dilakukan terapi dengan steroid perlu dilakukan eradikasi
pada setiap infeksi, seperti infeksi di gigi, telinga ataupun karena kecacingan.
f.
Pemeriksaan uji mantoux. Apabila hasil uji mantoux positif perlu diberikan profilaksis
dengan isoniazid selama 6 bulan bersama steroid dan apabila ditemukan tuberculosis
diberikan obat antituberkulosis.
2) Pengobatan kortikosteroid
a. Terapi inisial
Berdasarkan International Study of Kidney Disease in Children (ISKDC), terapi inisial
untuk anak dengan sindrom nefrotik idiopatik tanpa kontraindikasi steroid adalah
prednison dosis 60mg/m2LPB/hari atau 2 mg/kgBB/hari (maksimal 80 mg/hari) dalam
dosis terbagi. Terapi inisial diberikan dengan dosis penuh selama 4 minggu. Apabila
dalam empat minggu pertama telah terjadi remisi, dosis prednison diturunkan menjadi 40
mg/m2LPB/hari atau 1,5 mg/kgBB/hari, diberikan selang satu hari, dan diberikan satu
hari sekali setelah makan pagi. Apabila setelah dilakukan pengobatan dosis penuh tidak
juga terjadi remisi, maka pasien dinyatakan resisten steroid.
3) Pengobatan sindrom nefrotik relaps
KOMPLIKASI
Sindrom nefrotik dapat menyebabkan komplikasi serius yang terdiri atas
komplikasi akut dan komplikasi jangka panjang. Komplikasi akut yang sering terjadi
adalah infeksi dan tromboemboli, sedangkan komplikasi jangka panjang dapat berupa
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal atau gagal ginjal.
ASUHAN KEPERAWATAN
PATOFISIOLOGI