TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tepung Terigu
Tepung terigu berasal dari biji gandum. Tepung terigu diolah dengan
menyesuaikan kebutuhan konsumen. Di pasaran dijual tepung terigu cap cakra,
cap segitiga, dan cap kunci. Kegunaannya berbeda dari segi kuliner, misalnya
terigu cap kunci dan cap segitiga, untuk membuat masakan yang tidak perlu
mengembang, seperti kue (cake), bakpao, dan bolu. Bila akan memasak kue
kering, pilihlah tepung terigu cap kunci dan cap segitiga. Kedua macam tepung itu
berbeda dalam kadar gluten. Bahan makanan olahan dari tepung terigu, seperti
mie, makaroni, spageti, dan vermiseli. Dengan perkembangan teknologi dalam
segi makanan olahan ini, telah banyak diciptakan bermacam-macam bentuk, rupa,
warna, dan rasa dengan kemasan yang menarik dan higienis. Yang paling baru
adalah makanan instan (Tarwotjo, 2007).
1.
Di pasaran lebih dikenal dengan terigu Cakra Kembar. Tepung ini diperoleh dari
gandum keras (hard wheat). Kandungan proteinnya 11 - 13%. Tingginya protein
terkandung menjadikan sifatnya mudah dicampur, difermentasikan, daya serap
airnya tinggi, elastis dan mudah digiling. Karakteristik ini menjadikan tepung
terigu hard wheat sangat cocok untuk bahan baku roti, mie dan pasta karena
sifatnya elastis dan mudah difermentasikan.
2.
3.
Tepung ini dibuat dari gandum lunak dengan kandungan protein gluten 8% - 9%.
Sifatnya, memiliki daya serap air yang rendah sehingga akan menghasilkan
adonan yang sukar diuleni, tidak elastis, lengket dan daya pengembangannya
rendah. Cocok untuk membuat kue kering, bisikuit, pastel dan kue-kue yang tidak
memerlukan proses fermentasi. Di pasaran tepung ini lebih dikenal dengan nama
terigu Cap Kunci.
4.
Jenis tepung terigu yang sudah ditambahkan bahan pengembang dan garam.
Penambahan ini menjadikan sifat tepung lebih stabil dan tidak perlu
menambahkan pengembang lagi ke dalam adonan. Jika sukar didapat, tambahkan
satu sendok teh baking powder ke dalam satu kilo tepung sebagai gantinya. Self
raising flour sangat cocok untuk membuat cake, muffin, dan kue kering.
5.
Enriched Flour
Adalah tepung terigu yang disubstitusi dengan beragam vitamin atau mineral
dengan tujuan memperbaiki nilai gizi yang terkandung. Biasanya harganya relatif
lebih mahal. Cocok untuk kue kering dan bolu.
6.
Tepung ini biasanya dibuat dari biji gandum utuh termasuk dedak dan lembaganya
sehingga warna tepung lebih gelap/krem. Terigu whole meal sangat cocok untuk
makanan kesehatan dan menu diet karena kandungan serat (fiber) dan proteinya
sangat tinggi (http://budiboga.blogspot.com/2006/05/memilih-tepung-terigu-yangbenar-untuk.html).
remahnya
kering,
rasa
dan
daya
simpannya
berkurang
(http://www.scribd.com/doc/52938649/10/Tepung-Terigu).
2.1.4. Komposisi
Komposisi gandum bervariasi tergantung pada jenisnya. Sebagai contoh, gandum
Kanada yang keras banyak mengandung gluten (protein), sedang kadar gluten
pada gandum Inggris yang lunak sangat rendah. Istilah keras dan lunak
menunjuk pada sifat gandum saat digiling dan tidak boleh dikacaukan dengan
kuat dan lemah yang mengarah pada sifat tepung saat dipanggang. Kekuatan
tepung lebih tergantung pada mutu daripada jumlah gluten. Tepung yang kuat
adalah tepung yang menghasilkan adonan yang sukar meregang dan mempunyai
sifat dapat menahan gas dengan baik. Tepung yang kuat cocok untuk pembuatan
roti, sedang tepung yang lemah baik untuk kue dan biskuit. Secara umum,
gandum keras akan menghasilkan tepung yang kuat dan gandum lunak
menghasilkan tepung yang lemah.
Komposisi Gandum Manitoba dan Inggris
Manitoba
Inggris
Protein
13,5
9,0
Lemak
2,5
2,0
Karbohidrat
69,0
74,0
Air
13,5
13,5
1,5
1,5
b. Pemecahan
Gandum bersih yang telah mengalami conditioning dilewatkan lima pasang
penggilas baja berombak corrugated yang dikenal sebagai rol pemecah. Dari
tiap pasangan, sebuah penggilasnya berputar dua setengah kali lebih cepatnya dari
penggilas satunya, sehingga biji akan terkelupas dan endosperma akan terpisah
dari sekam. Setelah melewati setiap rol, produk diayak dan dipisahkan menjadi
tiga fraksi:
c.
Pengecilan Ukuran
Semolina yang diperoleh dari rol pemecah dilewatkan sepuluh atau lebih rol
pengecil ukuran. Rol ini berupa penggilas yang halus dan dari setiap pasangan,
sebuah penggilasnya berputar satu setengah kali lebih cepat dari lainnya. Partikel
endosperma mengalami pengecilan ukuran secara bertahap oleh gencetan rol
sehingga kerusakan granula pati adalah minimum. Setelah melewati setiap
rangkaian rol, produk diayak dan dipisahkan menjadi partikel halus tepung,
partikel yang lebih besar akan dilewatkan rol pengecil ukuran berikutnya serta
partikel kasar yang nantinya dikembalikan ke rol pertama. Seperti halnya rol
pemecah, rol pengecil ukuran juga diatur saling berdekatan secara bertahap dan
pada akhir proses akan diperoleh tepung putih yang halus. Oleh sistem pengecilan
ukuran tersebut, lembaga akan menjadi pipih, bukannya hancur dan dihilangkan
dengan pengayakan (Gaman & Sherrington, 1981).
2.2.
Kualitas tepung terigu dipengaruhi oleh moisture (kadar air), ash (kadar abu),
kadar protein dan lain-lain.
Jenis Uji
Satuan
Persyaratan
Maks. 14,5
Maks. 0,70
Min. 7,00
detik
Min. 300
Falling Number
kadar air 14%)
(SNI 3751, 2009).
(atas
dasar
Unsur mineral juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Dalam
proses pembakaran, bahan-bahan organik terbakar tetapi zat anorganiknya tidak,
karena itulah disebut abu. Meskipun banyak dari elemen-elemen mineral telah
jelas diketahui fungsinya pada makanan ternak, belum banyak penelitian sejenis
dilakukan pada manusia. Karena itu peranan berbagai unsur mineral bagi manusia
masih belum sepenuhnya diketahui (Winarno, 2002).
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan
pengabuannya. Kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Mineral
yang terdapat dalam suatu bahan dapat merupakan dua macam garam yaitu garam
organik dan garam anorganik.
Penentuan kadar abu digunakan untuk berbagai tujuan yaitu antara lain:
a. Untuk menetukan baik tidaknya suatu proses pengolahan
b. Untuk mengetahui jenis bahan yang digunakan
c. Penentuan abu total sangat berguna sebagai parameter nilai gizi bahan
makanan. Adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup
tinggi menunjukkan adanya pasir atau kotoran lain.
Penentuan abu total dapat dikerjakan dengan pengabuan secara kering atau
cara langsung dan dapat pula secara basah atau cara tidak langsung.
Penentuan kadar abu cara langsung yaitu dengan mengoksidasi semua zat
organik pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500 - 600oC dan kemudian melakukan
penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut. Lama
pengabuan tiap bahan berbeda-beda dan berkisar antara 2 - 8 jam. Pengabuan
dianggap selesai apabila diperoleh sisa pengabuan yang umumnya berwarna putih
abu-abu dan beratnya konstan dengan selang waktu 30 menit. Penimbangan
terhadap bahan dilakukan dalam keadaan dingin, untuk itu maka krus yang berisi
abu harus lebih dahulu dimasukkan ke dalam oven bersuhu 105oC agar suhunya
turun, baru kemudian dimasukkan ke dalam eksikator sampai dingin.
Pengabuan basah terutama digunakan untuk digesti sampel dalam usaha
penentuan trace elemen dan logam-logam beracun. Pengabuan cara basah ini
prinsipnya adalah memberikan reagen kimia tertentu ke dalam bahan sebelum
dilakukan pengabuan. Senyawa yang biasa ditambahkan adalah gliserol alkohol
ataupun pasir bebas anorganik selanjutnya dilakukan pemanasan pada suhu tinggi.
Sebagaimana cara kering, setelah selesai pengabuan bahan kemudian diambil dan
dimasukkan ke dalam oven bersuhu 105oC sekitar 15 30 menit selanjutnya
dipindahkan ke dalam eksikator sampai dingin kemudian dilakukan penimbangan.
Pengabuan diulangi sampai diperoleh berat abu yang konstan (Sudarmadji, 1989).
protein dengan metode mikro- Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga
tahapan, yaitu proses destruksi, proses destilasi, dan tahap titrasi.
a.
Proses Destruksi
Pada tahap ini, sampel dipanaskan dalm asam sulfat pekat sehingga terjadi
penguraian sampel menjadi unsur-unsurnya, yaitu unsur-unsur C, H, O, N, S, dan
P. Unsur N dalam protein ini dipakai untuk menentukan kandungan protein dalam
suatu bahan. Sebanyak 100 mg sampel (kedelai, tepung terigu, atau bahan lain)
ditambahkan dengan katalisator N sebanyak 0,5 - 1 g.
Katalisator berfungsi untuk mempercepat proses destruksi dengan
menaikkan titik didih asam sulfat saat penambahan H2SO4 pekat, serta
mempercepat kenaikkan suhu asam sulfat, sehingga destruksi berjalan lebih cepat.
Katalisator N terdiri dari campuran K2SO4 dan HgO dengan perbandingan 20 : 1.
Proses destruksi dapat dikatakan selesai apabila larutan berwarna jernih.
Larutan yang jernih menunjukkan bahwa semua partikel bahan padat telah
terdestruksi menjadi bentuk partikel yang larut tanpa ada partikel padat yang
tersisa. Larutan jernih yang telah mengandung senyawa (NH4)2SO4 ini kemudian
didinginkan supaya suhu sampel sama dengan suhu ruang, sehingga penambahan
perlakuan lain pada proses berikutnya dapat memperoleh hasil yang diinginkan,
karena reaksi yang sebelumnya telah usai.
b. Proses Destilasi
Larutan sampel jernih yang telah dingin kemudian ditambahkan dengan aquadest
untuk melarutkan sampel hasil destruksi agar hasil destruksi dapat didestilasi
dengan sempurna, serta untuk lebih memudahkan proses analisis karena hasil
destruksi melekat pada tabung reaksi besar. Prinsip destilasi adalah memisahkan
cairan atau larutan berdasarkan perbedaan titik didih.
Pada tahap destilasi, Ammonium sulfat dipecah menjadi Ammonia (NH3)
dengan penambahan NaOH sampai alkali dan dipanaskan dengan pemanas.
Ammonia yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh larutan asam standar.
Asam standar yang dipakai dalam percobaan ini adalah asam borat 4% dalam
jumlah yang berlebih. Indikator BCG-MR digunakan untuk mengetahui asam
dalam keadaan berlebih.
Asam borat (H3BO3) berfungsi sebagai penangkap destilat NH3 yang
berupa gas yang bersifat basa. Supaya Ammonia dapat ditangkap secara
maksimal, maka sebaiknya ujung alat destilasi ini tercelup semua ke dalam larutan
asam standar, sehingga dapat ditentukan jumlah protein yang sesuai dengan kadar
protein yang terkandung dalam bahan. Selama proses destilasi, lama-kelamaan
larutan asam borat akan berubah warna menjadi biru. Hal ini disebabkan karena
larutan menangkap adanya Ammonia dalam bahan yang bersifat basa, sehingga
mengubah warna merah muda menjadi biru.
Reaksi destilasi akan berakhir bila Ammonia yang telah terdestilasi tidak
bereaksi lagi. Setelah destilasi selesai, larutan sampel berwarna keruh dan terdapat
endapan di dasar tabung (endapan HgO), sedangkan larutan asam dalam
Erlenmeyer akan berwarna biru karena berada dalam suasana basa akibat
menangkap Ammonia.
c.
Tahap Titrasi
Titrasi merupakan tahap akhir dari seluruh metode Kjeldahl pada penentuan kadar
protein dalam bahan pangan yang dianalisis. Dengan melakukan titrasi, dapat
diketahui banyaknya asam borat yang bereaksi dengan Ammonia. Untuk tahap
titrasi, destilat dititrsi dengan HCl yang telah distandarisasi (telah disiapkan
sebelumnya). Selain destilat sampel, destilat blanko juga dititrasi, karena selisih
titrasi sampel dengan titrasi blanko merupakan ekuivalen jumlah nitrogen. Jadi,
banyaknya HCl yang diperlukan untuk menetralkan akan ekuivalen dengan
banyaknya N. Titrasi HCl dilakukan sampai titik ekuivalen yang ditandai dengan
berubahnya warna larutan dari biru menjadi merah muda karena adanya HCl
berlebih yang menyebabkan suasana asam (indikator BCG-MR berwarna merah
muda pada suasana asam). Melalui titrasi ini, dapat diketahui kandungan N dalam
bentuk NH4, sehingga kandungan N dalam protein sampel dapat diketahui.
Kadar Nitrogen (%N) dapat ditentukan dengan rumus berikut ini:
%N =
(ts tb)
N HCl 14,008 100%
mg sampel
Apabila pada bahan yang telah diketahui komposisinya dengan lebih tepat, maka
faktor konversi yang digunakan dalah faktor konversi yang lebih tepat yang telah
diketahui per bahan seperti yang tercantum di bawah ini.
Faktor Perkalian
Susu
6,38
6,25
Makanan ternak
6,25
Beras
5,95
5,70
Kacang tanah
5,46
Kedelai
5,75
Kenari
5,18
Gelatin
5,55