Anda di halaman 1dari 2

Lampiran 9

Poin-poin Konfrontir dan/atau Kejanggalan


-

Status Kepemilikan Terdakwa atas unit apartemen yang saya sewa juga tidak jelas karena tidak
pernah ditunjukkan. Apalagi gedung apartemen tersebut berdiri di atas tanah yang belum terdaftar di
BPN sehingga tidak mungkin mendapat status Hak Milik, sehingga secara tidak langsung Terdakwa
tidak bisa mengklaim sebagai Pemilik Apartemen dan semakin tidak berhak untuk merusak serta
masuk secara paksa.

Pada sidang sebelumnya tanggal 9 Juni 2015, Terdakwa mengatakan sudah berusaha menghubungi
via telepon sebelum merusak dan membuka paksa gembok serta menerobos apartemen, tapi nomor
saya tidak aktif. Kapankah itu? Berapa kali menghubungi? Kenapa tidak mencoba SMS juga, padahal
itu untuk tujuan yang sangat penting dan sebelum-sebelumnya selalu berhasil komunikasi baik via SMS
maupun telepon, ditambah lagi pas pada tanggal kejadian pengrusakan terbukti Terdakwa bisa SMS
berisi ancaman. Dan juga berdasarkan bukti transkrip SMS tanggal 5 Mei 2013 pukul 09.24 (yang
mungkin tidak diserahkan oleh Jaksa Penuntut Umum kepada Majelis Hakim), Terdakwa baru memberi
peringatan akan mengeluarkan barang-barang saya kalau tidak diambil sampai dengan jam 8 malam.
Hal ini berarti Terdakwa telah memberi keterangan palsu di depan pengadilan dan melakukan
sumpah palsu, karena berdasarkan bukti Berita Acara Pengrusakan tertanggal 5 Mei 2013, Terdakwa
menyuruh orang lain untuk melakukan pengrusakan pada tanggal 5 Mei 2013 pukul 08.50 (yang
berarti pengrusakan telah dilakukan terlebih dahulu, baru setelah itu mengirimkan SMS
ancaman/peringatan.

Pada sidang sebelumnya tanggal 9 Juni 2015, Terdakwa mengatakan memaksa masuk apartemen
karena takut barangnya hilang, padahal berdasarkan bukti rekaman suara tanggal 6 Mei 2013
(A130506009 Richard Pemilik Bicara Data.amr, menit ke 6), Terdakwa mengaku takut ada bom di
dalam (yang berarti secara tidak langsung juga menuduh saya seorang teroris). Lagi pula kenapa
tidak lapor polisi atau sekuriti apartemen bila mencurigai ada bom? Bukankah kalau benar ada bom,
dengan memaksa masuk ke apartemen malah akan mati konyol bila bom meledak? Secara logika
sungguh tak masuk di akal, yang berarti kemungkinan besar Terdakwa kembali memberikan keterangan
palsu di muka pengadilan.

Jaksa Penuntut Umum mengatakan bahwa Terdakwa mengaku sudah mengembalikan sisa sewa
apartemen (bulan Januari 2015 atau sebelum itu), padahal sesuai Surat Pernyataan Bersama
baru dikembalikan tanggal 20 April 2015 dan itu pun tidak seluruhnya, hanya sebagian saja
apalagi tanpa disertai dengan rincian dan bukti tagihan. Keterangan Terdakwa ini kembali sangat
diragukan kebenarannya. Terdakwa juga tidak mau tahu dan tidak mau mengerti soal penderitaan
dan kerugian-kerugian baik materiil maupun imateriil yang kami alami selama lebih dari dua
tahun ini, yakni sejak listrik dimatikan tanggal 27 April 2013 sampai sekarang, yang jumlahnya kami
taksir mencapai puluhan juta sampai milyaran rupiah.

Terdakwa juga kami anggap sengaja menyembunyikan fakta, karena di bukti Berita Acara Pengrusakan
tertanggal 5 Mei 2013, hanya tertulis penggantian silinder kunci, padahal kenyataannya sesuai
bukti foto yang ada, gembok saya juga ikut dirusak dan bahkan kemungkinan sudah hilang atau
sengaja dihilangkan.

Pada sidang sebelumnya tanggal 9 Juni 2015, Terdakwa mengatakan bahwa yang bersangkutan
mendapat informasi bahwa saya melarikan diri dan kabur karena dikejar massa untuk dipukuli;
dari siapa informasi tersebut? Saya butuh informasi tersebut karena akan dipakai sebagai dasar laporan
ke polisi.

Menurut informasi yang kami dapatkan, Tersangka/Terdakwa pernah di penjara namun dalam sidang
sepengetahuan kam tidak pernah ditanyakan oleh Majelis maupun sebelumnya oleh Pihak Kejaksaan
dan Kepolisian. Dan dalam pemeriksaan di Kepolisian sudah beberapa kali mangkir tanpa alasan yang
jelas sampai harus dilakukan pemanggilan paksa. Di dalam sidang pun kami memiliki beberapa catatan
bahwa Terdakwa telah berani melakukan kebohongan.

###

Anda mungkin juga menyukai