II.
III.
IV.
No Percobaan
Judul Percobaan
Hari, Tanggal Percobaan
Tujuan Percobaan
:D
: Penentuan kadar asam amino dalam sampel
: Selasa, 4 Oktober 2016
: Menentukan asam amino yang terdapat dalam
V.
Gambar 3. Asam amino dalam bentuk tidak terion (kiri) dan dalam bentuk zwitterion
Karena asam amino memiliki gugus aktif amina dan karboksil sekaligus, zat
ini dapat dianggap sebagai sekaligus asam dan basa (walaupun pH alaminya
biasanya dipengaruhi oleh gugus-R yang dimiliki). Pada pH tertentu yang
disebut titik isolistrik, gugus amina pada asam amino menjadi bermuatan positif
(terprotonasi, NH3+), sedangkan gugus karboksilnya menjadi bermuatan
6ristal6 (terdeprotonasi, COO-). Titik isolistrik ini spesifik bergantung pada
jenis asam aminonya. Dalam keadaan demikian, asam amino tersebut dikatakan
berbentuk zwitter-ion. Zwitter-ion dapat diekstrak dari larutan asam amino
sebagai struktur 6ristal putih yang bertitik lebur tinggi karena sifat dipolarnya.
Kebanyakan asam amino bebas berada dalam bentuk zwitter-ion pada pH netral
maupun pH fisiologis yang dekat netral.
Terdapat 2 jenis asam amino berdasarkan kemampuan tubuh dalam
sintesisnya, yaitu asam amino esensial dan asam amino non esensial. Asam amino
esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesis didalam tubuh, tetapi
diperoleh dari luar misalnya melalui makanan( lisin, leusin, isoleusin, treonin,
metionin, valin, fenilalanin, histidin, dan arginin). Asam amino non esensial
adalah asam amino yang dapat disintesis didalam tubuh melalui perombakan
senyawa lain.
Klasifikasi asam amino dapat dilakukan berdasarkan rantai samping (gugus
R) dan sifat kelarutannya didalam air. Berdasarkan kelarutan didalam air dibagi
atas asam amino hidrofobik dan hidrofilik (klasifikasi dapat dilihat pada bagian
struktur asam amino). Berdasarkan rantai sampingnya dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Dengan rantai samping alifatik (asam amino non polar) : Glisin, Alanin, Valin,
Leusin, Isoleusin.
b. Dengan rantai samping yang mengandung gugus hidroksil (OH), (asam amino
polar) : Serin, Treonin, Tirosin.
c. Dengan rantai samping yang mengandung atom sulfur (asam amino polar) :
Sistein dan metionin.
d. Dengan rantai samping yang mengandung gugus asam atau amidanya(gugus R
bermuatan negative) : Asam aspartat, Aspargin, Asam glutamate, Glutamin.
e. Dengan rantai samping yang mengandung gugus basa (gugus R bermuatan
positif): Arginin, lisin, Histidin
f. Yang mengandung cincin aromatic : Histidin, Fenilalanin, Tirosin, Triptofan.
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran dalam berbagai wujud,
baik cair, padat maupun gas. Cara ini dipakai jika campuran tidak dapat di
pisahkan dengan cara lain. Dasar kromatografi adalah perbedaan daya serap suatu
zat dengan zat lainnya. Jika campuran komponen campuran (misalnya A,B dan C)
dialirkan dengan suatu pelarut melalui padatan tertentu, maka A, B dan C akan
bergerak dengan kecepatan berbeda, karena daya serap padatan itu terhadap
komponen tidak sama. Cairan atau pelarut yang membawa komponen bergerak
disebut eluen atau fase gerak, sedangkan padatan yang menyerap komponen
disebut adsorpen atau fase tetap. Syarat eluen harus dapat melarutkan semua
komponendan dapat mengalir, maka berupa cairan atau gas. Eluen dapat berupa
Zat murni atau campuran, misalnya ter murni atau alcohol 50%.
Komponen paling kuat diserap oleh adsorben akan mengalir paling lambat
(yaitu A) dan sebaliknya yang diserap paling rendah akan mengalir paling cepat
(yaitu B), sedangkan daya serap terhadap C berada diantara A dan B.
Semakinlama proses mengalir semakin jauh jarak antara komponen dan semakin
sempurna pemisahan, tetapi diperlukan tabung yang panjang serta eluen dan
adsorben yang banyak.
Komponen dapat dipisahkan dari komponen lain dengan mendorong
adsorben keluar dan dipotong berdasarkan komponennya. Tiap potongan
dimasukan ke dalam pelarut dan disring untuk memisahkan adsorben, dan larutan
akan mengandung satu komponen. Komponen dapat dipisahkan dari pelarut
dengan teknik detilasi atau rekristalisasi.
Berdasrkan jenis eluen dan adsorbennya, kromatografo dapat dibadi
menjadi empat cara, yaitun kromatografi kolom, kertas,lempeng tipis, dan gas.
Kromatografi kolom adalah kromatografi yang adsorbennya di masukan ke
dalam tabung (pipa) kaca. Adsorben tersebut berupa padatan dalam bentuk
tepung, contohnya alumina, setelah pemisahan masing-masing komponen
kromatografi terdapat di daerah tertentu dalm tabung.
Kromatografi kertas adalah jenis kromatografi yang menggunakan kertas
sebagai adsorbennya dan zat cair sebagai eluennya. Teknik pemisahan, campuran
komponen diteteskan pada kertas (yang dipakai adlah kertas kromatografi)
dengan pipet kecil, misalkan pada dua titik p dan q tidak terbenam kertas
digantungkan supaya stabil dan di biarkan agar eluan naik perlahan sambil
membawa komponen yang terdapt pada p dan q tadi. Akhirnya akan terlihat
komponen terpisah satu sama lain, karena perbedaan daya serapnya pada kertas.
lapisan dapat kita atur sendiri. Jadi, perak nitrat, senyawa dapar, dsb dapat
dicampur dengan penjerap.
KLTP klasik mempunya beberapa kekurangan, kekuranga yang utama
adalah pengambilan senyawa dari pelat yang dilanjutkan dengan pengekstrksian
dari penyarap. Jika senyawa beracun harus dikerok dari pelat dapt menimbulkan
masalah yang serius. Kekurangan yang lainnya adalah jangka waktu yang
diperlukan untuk pemisahan dan adanya pencemar dan sisa dari pelat sendiri
setelah pengeksterksian pita yang mengandung senyawa yang dipisahkan dengan
pelarut. Untuk mengatasi beberapa masalah tersebut, beberapa pendekatan yang
melibatkan kromatografi setrifugal telah di coba, pada perinspnya kromatografi
sentrifugal adalah kromatografi klasik dengan aliran fase gerak yang dipercepa
toleh gaya sentrifugal.
KLTP telah menjadi cara pilihan yang cepat untuk memisahkan campuran
yang mengandung sekitar 100 mg cuplikan. Daya pisah lebih jelek dari pada daya
pisah KLTP tetapi kondisi kerja sederhana dan pemisahan cepat.Keuntungan
utamanya jika dibandingkan dengan KLTP adalah bahwa pengelusian hasil
pemisahan tidak perlu mengerok lapisan. Perbaikan lebih lanjut sedang dan akan
dilakukan tetapi hendaknya hal itu tidak mengubah kesederhanaan cara ini. Cara
penumpulan pengelusi dapat di tingkatkan dan pemakaian KLT akan lebih luas
jika banyaknya penyerap yang disapukan pada pelat.
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu tehnik yang sederhana dan
banyak digunakan. Metode ini menggunakan lempeng kaca atau lembaran plastik
yang ditutupi penyerap untuk lapisan tipis dan kering bentuk silika gel, alomina,
selulosa dan polianida. Untuk menotolkan larutan cuplikan pada lempeng kaca,
pada dasarnya dgunakan mikro pipet/ pipa kapiler. Setelah itu, bagian bawah dari
lempeng dicelup dalam larutan pengulsi di dalam wadah yang tertutup (Chamber)
(Rudi, 2010)
Pemisahan campuran dengan cara kromatografi didasarkan pada perbedaan
kecepatan merambat antara partikel-partikel zat yang bercampur pada medium
tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari pemisahan secara kromatografi dapat kita
temui pada rembesan air pada dinding yang menghasilkan garis-garis dengan
jarak ternentu.
Perhitungan nilai Rf
Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan
jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing. Ketika pelarut mendekati
bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas kimia dan posisi
pelarut
ditandai
dengan
sebuah
garis,
sebelum
mengalami
proses
Pada
kromatografi
kertas, nilai Rf
sampel
hasil
Rf value
0.38
0.20
0.5
0.24
0.4
0.13
0.30
0.26
0.11
0.72
0.73
0.14
0.55
0.68
0.43
0.27
0.35
0.66
0.45
0.61
ninhidrin
anion ungu
+ RCHO + CO2 + 3H2O + H+
Alanin
Semua asam amino, kecuali glisin dapat dianggap sebagai derivat alanin.
Alanin diperoleh untuk pertama kalinya oleh Weyl dari hasil hidrolisis fibroin,
yaitu protein yang terdapat pada sutera. Struktur alanin :
Glisin
Glisin adalah asam amino yang paling sederhana dan terdapat pada
skleroprotein. Pada tahun 1820 Braconnot menemukan glisin dari hasil hidrolisis
gelatin. Adapun struktur glisin adalah :
Sistein
Sistein merupakan asam amino bukan esensial bagi manusia yang memiliki
atom S, bersama-sama dengan metionin. Atom S ini terdapat pada gugus tiol
(dikenal juga sebagai sulfhidril atau merkaptan). Karena memiliki atom S,
VI.
1. alat :
a. pelat kromatografi
b. gelas ukur
c. pipet tetes
d. penyemprot
e.
penggaris
f.
pensil
2. Bahan
a. silika gel
b. larutan n-butanol
c. larutan Asam asetat glasial
d. larutan ninhidrin
e. larutan asam amino (alanin,sistein dan glisin)
f. aquades
VII. Alur
1. Persiapan eluen
Chamber
(+) 25 Ml n-butanol
(+) 6 Ml CH3COOH
(+) 25 Ml H2O
Dicampur
Ditempatkan dalam lemari kromatograf
2. Persiapan plat
Eluen
Plat 4x 10 cm
Diberi garis tep atas 0,5 cm dan tepi bawah 1 cm
Diberi tnda dengan pensil untuk penotolan A,B,C dan D dengan jarak 1 cm dan 0,5 cm dari plat
Dioven 5 menit
3. Kromatografi
Plat 4x 10 cm
Ditotolkan 4 macam larutan (A,B,C dan D) pada tanda yang ada pada plat
Setiap totolan dikeringkan terlebih dahulu, sebelum ke totolan berikutnya diletakkan diatasnya
Besar totola tidak boleh lebih 0,4 diameternya
Kromatograf bernoda
Digantungkan dalam chamber selama 1,5 jam untuk dijenuhkan dgn uap eluen
Setelah elusi berjalan kertas kromatgrafnya dikeluarkan dan kertanya diberi tanda dengan pensil
Dikeringkan dan diberi ninhidrin
Dikeringkan kembali
Di uji dengan sinar UV
Harga Rf
Prosedur Percobaan
Persiapan Eluen
Hasil Pengamatan
Sebelum :
Dugaan/Reaksi
Dalam permbuatan eluen
Kesimpulan
Chamber
berwarna
- N-butanol : tidak berwarna
- Ninhidrin : tidak berwarna
- Plat KLT : berwarna putih
(+) 25 Ml n-butanol
(+) 6 Ml CH3COOH
(+) 25 Ml H2O
Sesudah :
Dicampur
tidak berwarna
2.
Plat 4x 10 cm
- Berdasarkan
Ditotolkan 4 macam larutan (A,B,C dan D) pada tanda yang ada
pada plat
hasil percobaan
Kromatografi
merupakan
Sebelum :
3.
sampel
jenis
yang
nampak
Harga Rf
Harga Rf
IX.
Reaksi-reaksi
1. Reaksi pembuatan eluen
+
+
X.
praktikum karena eluen harus dijenuhkan terlebih dahulu dengan uapnya. Proses
penjenuhan ini bertujuan untuk mempercepat pemisahan. Dalam percobaan ini
alasan untuk menutup rapat botol reagent/chamber adalah untuk meyakinkan
bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut.
Reaksi Eluen :
Pemilihan eluen disini sangat penting karena jika eluen yang digunakan
memiliki konsentrasi yang tidak sesuai dengan samp yang akan dipisahkan,
maka kromatografi tidak dapat berjalan . jika eluen terlalu polar akan
menyebabkan seluruh noda yang ditotolkan pada kertas naik sampai batas atas
tanpa mengalami pemisahan, jika eluen kurang polar, maka noda pada eluen
yang ditotolkan tidak akan bergerak sama sekali
2. Persiapan Plat
Setelah membuat larutan pengemulsi (eluen), plat KLT dipersiapkan. Kertas
kromatografi yang digunakan berukuran 4x 10 cm, beri batas bawah 1 cm dan
batas atas 0,5 cm. Fungsi dibuat garis batas atas, kanan, dan kiri pada kertas
kromatografi yaitu untuk mempermudah menentukan nilai Rf yaitu jarak yang
ditempuh oleh senyawa dibagi jarak yang ditempuh pelarut. Pemberian
tanda harus dengan menggunakan pensil karena noda yang
dihasilkan pensil tidak akan akan bercampur dengan sampel
maupun eluen sehingga tidak mempengaruhi hasil dari yang
diperoleh. Setelah memberi tanda batas atas dan bawah.
Kemudian memberi tanda titik A, B, C dan D dengan pensil
sebagai titik penotolan dengan jarak 0,5 cm.
Setelah diberi tanda dengan menggunakan pensil, kertas kromatografi
dikeringkan(oven) yaitu untuk menghilangkan molekul-molekul air
boleh rusak
karena
dimasukkan
ke
dalam
chamber/botol reagent yang telah dijenuhi oleh uap eluen. Kemudian chamber
ditutup rapat agar terjadi pemisahan yang sempurna. Pemisahan asam amino
dengan cara kromatografi kertas disebabkan adanya perbedaan koefisien partisi
antara air dan pelarut organik. Perbedaan koefisien partisi menunjukkan
perbedaan laju rambatan pada permukaan kertas dari air dan pelarut organik
yang merambat secara perlahan. Fase air akan tertahan dengan kuat di pori-pori
kertas karena adanya interaksi yang kuat antara air dengan gugus hidroksil dari
selulosa kertas saring.
Ketika kertas kromatografi yang telah ditotolkan sampel asam amino, maka
akan terjadi pemisahan, dimana pelarut organik merambat ke atas melalui
kapiler kertas mengangkut campuran asam amino yang ada ditotolkan pada
kertas kromatografi. Asam amino yang paling larut di dalam pelarut organik,
akan diangkut paling cepat dan asam amino yang paling kurang larut akan
tertinggal paling bawah. Pelarut yang digunakan adalah 1-butanol : asam asetat :
air, maka dari ketiga sampel asam amino yang digunakan sistein, glisin, alanin)
dapat dilihat sifat kepolarannya.
Molekul-molekul nonpolar dalam campuran akan memiliki sedikit interaksi
dengan molekul-molekul air dan molekul-molekul yang melekat pada selulosa,
dan karena akan menghabisakan banyak waktunya untuk larut dalam pelarut
yang bergerak. Maka sampel yang paling atas merupakan sampel yang paling
larut dalam pelarut yang artinya bersifat paling non polar dibandingkan sampel
asam amino lainnya. Molekul-molekul seperti ini akan bergerak sepanjang
kertas diangkut oleh pelarut. Mereka akan memiliki nilai Rf yang relatif tinggi.
Dengan kata lain, molekul-molekul polar akan memiliki atraksi yang tinggi
untuk molekul-molekul air dan kurang untuk pelarut yang non polar. Dan
karenanya, cenderung untuk larut dalam lapisan tipis air sekitar serat lebih besar
daripada pelarut yang bergerak. Karena molekul-molekul ini menghabiskan
waktu untuk larut dalam fase diam dan kurang dalam fase gerak, molekulmolekul tidak akan bergerak sangat cepat pada kertas.
Berdasarkan literatur, dalam beberapa kasus, dimungkinkan untuk membuat
bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya dengan zat kimia
sehingga menghasilkan produk yang berwarna. Sebuah contoh yang baik adalah
kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino.Kromatogram dapat
dikeringkan dan ditambahkan dengan larutan ninhidrin.Ninhidrin bereaksi
dengan asam amino menghasilkan senyawa-senyawa berwarna khas ungu-biru
sampai kecoklatan atau kuning.
Hasil dari kromatografi tersebut adalah plat yang basah oleh perambatan
eluen. Kemudian plat tersebut dioven selama 5 menit pada suhu 105 oC. Asam
amino merupakan jenis zat tidak berwarna, sehingga untuk mengetahui letak
noda diperlukan pereaksi lokasi, maka pada kertas kromatografi disemprotkan
larutan ninhidrin. Dalam percobaan ini digunakan larutan ninhidrin yang
disemprotkan pada kertas kromatografi setelah dikeringkan, sehingga noda-noda
pada kertas kromatografi dapat terlihat yakni noda yang berwarna ungu.
Terbentuknya noda berwarna ungu ini disebabkan karena terjadinya reaksi
antara hidrat dari triketon siklik (ninhidrin) dengan asam amino. Setelah
disemprot dengan ninhidrin plat dikeringkan kembali di oven selama 1 menit
untuk mengetahui perubahan warna yang terjadi.
Reaksi asam amino dengan ninhidrin :
glisin, sehingga standart C dan sampel 1 merupakan asam amino glisin. Jika
dibandingkan dengan harga Rf hasil percobaan dengan Rf standart secara teori
yakni glisin = 0,26 berbeda dengan Rf hasil percobaan. Hal ini dikarenakan
harga Rf dipengaruhi oleh eluen sedangkan harga Rf standart tidak diketahui
eluen yang digunakan. Bisa saja eluen yang digunakan berbeda dengan
percobaan kali ini sehingga menimbulkan perbedaan hasil perccobaan dengan Rf
standart secara teori.
Reaksi ninhidrin dengan glisin :
XI.
Kesimpulan
2. Asam amino yang terkandung dalam sampel 1 adalah glisin, hal ini dikarenakan pada
sampel memiliki Rf (0,1764) yang hamper sama dengan larutan standart yang
mengandung glisin (Rf = 0,16471). Penentuan asam amino ini berdasarkan besarnya
Rf teori, glisin mempunyai Rf sebesar 0,26 secara teori.
3.
XII.
Daftar Pustaka
4.
5.
Anwar, Chairil, Bambang Purnowo, Harno Dwi Pranowo dan Tutik Dwi
Wahyuningsih. 1996.
6.
Depdikbud.
Clark, Jim. 2007. Kromatografi Kertas (online). http://www.chem-is-
7.
8.
10.
11.
12.
XIII. Lampiran
a. Jawaban Pertanyaan
1. Apa keuntungan dan kerugian dari metode pemisahan dengan kromatografi
kertas?
13.
Jawaban :
14.
Keuntungan:
a. peralatan yang digunakan murah dan sederhana, metode pemisahan yang
mudah dan cepat
b. Pada kromatografi Kertas peralatan yang dipakai tidak perlu alat-alat yang
teliti. Hasil-hasil yang baik dapat diperoleh dengan peralatan dan materimateri yang sangat sederhana.
c. Senyawa-senyawa yang terpisahkan dapat dideteksi pada kertas dan dapat
segera diidentifikasikan
d. kromatografi kertas preparatif diperlukan kertas yang lebih besar dari pada
untuk analisis, Keuntungannya yaitu beban langan bilangan Rf menjadi
besar sehingga pengukuran Rf merupakan parameter yang berharga dalam
memaparkan senyawa baru.
15.
16. Kerugian:
Jika kertas yang digunakan kurang tepat akan mempengaruhi tingkat
kesempurnaan pemisahan, difusias pembentukan spot efek tailing,
pembentukan komet serta laju pergerakan.
Jika kertas tidak diletakkan tegak lurus dengan chamber maka akan terjadi
pencampuran noda, sehingga sulit menghitung nilai Rf
Tidak bisa melakukan analisis kuantitatif pada komponen-komponen
sampel, hanya terbatas pada analisis kualitatif saja.
Waktunya lebih lama dari pada adsorben lain, tapi lebih singkat dari pada
KLT
Tidak
bisa
menggunakan
pereaksi
H2SO4
karena
selulosa
akan
terdekomposisi
17.
2. Apakah metode kromatografi kertas dapat digunakan untuk analisa
kuantitatif?
18. Jawaban :
19.
Metode kromatografi kertas hanya bisa digunakan untuk
analisa kualitatif seperti asam amino yang dengan noda yang mana keduanya
memiliki nilai Rf yang sama. Sedangkan untuk kuantitatif seperti menghitung
kadar sampel itu tidak bisa dilakukan karena tidak ada data lain yang
diketahui kecuali nilai Rf.
20.
dari zat sampel dengan harga Rf zat standar. Agar analisis kuantitatif dapat
berhasil baik perlu diperhatikan hal hal berikut :
a. Kondisi percobaan harus sama, karena harga Rf tergantung pada
kondisi tersebut
b. Adanya noda pada kromatogram belum berarti adanya zat tunggal
dalam sampel
c. Harus dicoba dengan berbagai pelarut
21.
Analisis Kualitatif dilakukan dengan mengidentifikasi
komponen asam amino dari sampel terhadap suatu larutan asam amino yang
telah diketahui sebelumnya berdasarkan nilai Rf, Pada percobaan ini
ditandai dengan adanya warna ungu serta dari harga Rf sampel yang
diselidiki lalu dibandingkan dengan harga Rf standarnya.
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi nilai Rf?
22. Jawaban :
23.
yang
sangat
kecil
dalam
komposisi
pelarut
dapat
kecepatan aliran.
Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari
atmosfer jadi mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponenkomponen pelarut dari kertas. Jika bejana besar digunakan, ada tendensi
perambatan lebih lama, seperti perubahan komposisi pelarut sepanjang
kertas, maka koefisien partisi akan berubah juga. Dua faktor yaitu
partisi.
Sifat dari campuran, berbagai senyawa mengalami partisi diantara
volume-volume yang sama dari fasa tetap dan bergerak. Mereka hampir
selalu mempengaruhi karakteristik dari kelarutan satu terhadap lainnya
hingga terhadap harga Rf mereka.
1.
b. Lampiran Perhitungan
2.
Pengukuran
harga
3.
Sehinnga, diperoleh
cm
5.
cm
6.
7.
Jarak sistein = 1 cm
Jarak eluen = 8,5
cm
8.
Jarak Sampel 1 =
1,5 cm
9.
Maka
dapat
Alanin
= 0,21176 cm
11.
Rf
Glisin
Rf
Sistein
jarak noda
1 cm
=
=0,11764 cm
jarak eluen 8,5 cm
13.
jarak noda 1 ,5 cm
=
=0,17647 cm
jarak eluen 8,5 cm
Rf
Sampel
14.
c. Lampiran Foto