Makalah Anemia
Makalah Anemia
Oleh :
OKKY GETAR
REVANIA ADELIN C
SITI NURAINI
TIARA KARLIANTI
YOPI ANDARISTA
KELAS C
(2015001241)
(2015001314)
(2015001251)
(2015001324)
(2015001334)
A. LATAR BELAKANG
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat secara global baik dinegara
berkembang maupun negara maju. Anemia terjadi pada semua tahap siklus
kehidupan dan termasuk masalah gizi mikro terbesar serta tersulit diatasi
diseluruh dunia. Anemia defisiensi besi dianggap menjadi faktor yang paling
penting dalam peningkatan beban penyakit di seluruh dunia, umumnya terjadi
pada masa anak-anak dan wanita hamil (WHO, 2008).
Anemia yang paling umum ditemukan di masyarakat adalah anemia
defisiensi besi atau anemia gizi besi. Anemia defisiensi besi ini jauh lebih
lazim terjadi di negara-negara yang sedang berkembang, termasuk di
Indonesia. Anemia dapat berakibat buruk pada penderitanya terutama pada
anak-anak. Anak yang terkena anemia akan terganggu perkembangan motorik
dan koordinasinya, terganggu pertumbuhan fisik dan terhambat perkembangan
kecerdasannya, selain itu juga dapat menurunkan aktivitas fisiknya (12).
Anemia adalah keadaan penurunan massa eritrosit atau konsentrasi
hemoglobin
sehingga
menyebabkan
turunnya
kapasitas
darah
untuk
mengalami
anemia.
Risiko
anemia
akan
meningkat
seiring
dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa
eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (4, 11).
B. KRITERIA
Parameter yang paling umum untuk menunjukkan penurunan massa
eritrosit adalah kadar hemoglobin, disusul oleh hematokrit dan hitung eritrosit.
Harga normal hemoglobin sangat bervariasi secara fisiologis tergantung jenis
kelamin, usia, kehamilan dan ketinggian tempat tinggal. Kriteria anemia
menurut WHO adalah (1)
NO
KELOMPOK
KRITERIA ANEMIA
1.
Laki-laki dewasa
< 13 g/dl
2.
< 12 g/dl
3.
Wanita hamil
< 11 g/dl
C. KLASIFIKASI
No
Morfologi Sel
Keterangan
Jenis Anemia
1.
Anemia makrositik
Anemia Pernisiosa
- normokromik
besar dengan
konsentrasi hemoglobin
yang normal
2.
Anemia mikrositik
- hipokromik
Anemia sideroblastik
hemoglobin yang
Thalasemia
menurun
3.
Anemia normositik
Penghancuran atau
Anemia aplastik
- normokromik
penurunan jumlah
Anemia posthemoragik
4
Anemia hemolitik
konsentrasi hemoglobin -
Hipoproliferatif
Hipoproliferatif merupakan penyebab anemia yang terbanyak. Anemia
hipoproliferatif ini dapat disebabkan karena:
a. Kerusakan sumsum tulang
Keadaan ini dapat disebabkan oleh obat-obatan, penyakit infiltratif
(contohnya: leukemia, limfoma), dan aplasia sumsum tulang.
b. Defisiensi besi
c. Stimulasi eritropoietin (EPO) yang inadekuat
Keadaan ini terjadi pada gangguan fungsi ginjal
d. Supresi produksi EPO yang disebabkan oleh sitokin inflamasi
(misalnya: interleukin 1)
e. Penurunan kebutuhan jaringan terhadap oksigen (misalnya pada
keadaan hipotiroid)
Pada jenis ini biasanya ditemukan eritrosit yang normokrom normositer,
namun dapat pula ditemukan gambaran eritrosit yang hipokrom mikrositer,
yaitu pada defisiensi besi ringan hingga sedang dan penyakit inflamasi. Kedua
Inflamasi
Fe serum
Rendah
Rendah
TIBC
Tinggi
Saturasi transferin
Rendah
Rendah
Feritin serum
Rendah
1. Gangguan pematangan
Pada keadaan anemia jenis ini biasanya ditemukan kadar retikulosit yang
rendah, gangguan morfologi sel (makrositik atau mikrositik), dan indeks
eritrosit yang abnormal. Gangguan pematangan dapat dikelompokkan
menjadi 2 macam yaitu:
a. Gangguan pematangan inti
Pada keadaan ini biasanya ditmukan kelainan morfologi berupa
makrositik. Penyebab dari gangguan pematangan inti adalah defisiensi
asam folat, defisiensi vitamin B12, obat-obatan yang mempengaruhi
metabolisme DNA (seperti metotreksat, alkylating agent), dan
myelodisplasia.
Alkohol
juga
dapat
menyebabkan
gangguan
D. GAMBARAN KLINIS
1. Anemia akibat kehilangan darah yang mendadak dan banyak akan memacu
homeostatis kompensasi tubuh. Kehilangan darah akut sebanyak 12 - 15 %
akan memberi gejala pucat, takikardia dengan tekanan darah normal atau
rendah. Kehilangan 15 - 20 % menyebabkan tekanan darah mulai turun
sampai syok, dan kehilangan 20% dapat berakibat kematian.
2. Anemia defisiensi ditandai dengan lemas, sering berdebar, lekas lelah dan
sakit kepala. Papil lidah tampak atrofi. Jantung kadang membesar dan
terdengar murmur sistolik. Di darah tepi tampak gambaran anemia
hipokrom dan mikrositer, sementara kandungan besi serum rendah.
3. Defisiensi vitamin B12 maupun asam folat menyebabkan anemia
megaloblastik yang mungkin disertai gejala neurologi.
4. Anemia hemolitik dapat diikuti oleh peningkatan bilirubin darah (ikterus).
Limpa umumnya membesar.
5. Anemia aplastik tampak dari kadar Hb yang rendah serta gejala sistemik
lain, tanpa pembesaran organ (3).
E.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Complete Blood Count (CBC)
Kriteria apakah seseorang menderita anemia dapat dilihat dari kadar
hemoglobin dan hematokritnya. Selain itu, indeks eritrosit dapat digunakan
untuk menilai abnormalitas ukuran eritrosit dan defek sintesa hemoglobin.
Bila MCV < 80, maka disebut mikrositosis dan bila > 100 dapat disebut
sebagai makrositosis. Sedangkan MCH dan MCHC dapat menilai adanya
defek dalam sintesa hemoglobin (hipokromia)
2. Sediaan Apus Darah Tepi (SADT)
SADT akan memberikan informasi yang penting apakah ada gangguan atau
defek pada produksi sel darah merah. Istilah anisositosis menunjukkan
ukuran eritrosit yang bervariasi, sedangkan poikilositosis menunjukkan
adanya bentuk dari eritrosit yang beraneka ragam.
F.
PENATALAKSANAAN
1. Keberhasilan pengobatan sangat tergantung pada kemampuan untuk
menegakkan diagnosis pada tingkat awal.
2. Anemia pascaperdarahan diatasi dengan transfusi darah sebanyak 10 20
ml/kgBB, atau plasma expander. Bila tak ada keduanya, cairan intravena
lainnya juga dapat digunakan.
3. Dampak lambat dapat diatasi dengan transfusi packed red cell.
4. Anemia defisiensi besi diatasi dengan makanan yang memadai, sulfas
ferosus.
5. Anemia megaloblastik diobati spesifik, oleh karena itu harus dibedakan.
6. Penyebabnya, defisiensi vitamin B12 atau defisiensi asam folat.
7. Dosis vitamin B12 100 mcg/hari im, selama 5 10 hari sebagai terapi awal
diikuti dengan terapi rumat 100-200 mcg/bulan sampai dicapai remisi.
8. Dosis asam folat 0,5 1mg/hari secara oral selama 10 hari, dilanjutkan
dengan 0,1 0,5 mg/hari Penggunaan vitamin B12 oral tidak ada gunanya
pada anemia pernisiosa. Selain itu sediaan oral lebih mahal.
9. Hemolisis autoimun diatasi dengan prednison 2 5 mg/kgBB/hari peroral
dan testosteron 1 2 mg/kgBB / hari i.v, untuk jangka panjang.
10. Transfusi darah hanya diberikan bila diperlukan saja. (4, 9, 11).
G. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang paling sering ditemukan
terutama di negara berkembang. Penyebabnya antara lain:
10
untuk
11
kelelahan otot.
Gangguan perkembangan kognitif dan non kognitif pada anak
Terjadi karena gangguan enzim aldehid oksidase dan monoamin
oksidase, sehingga mengakibatkan penumpukan serotonin dan
12
besi serum
x 100
TIBC
13
(sitoplasma
sedikit
dan
bentuk
tidak
teratur.
(normoblas
yang
mengandung
granula
feritin
pada
sebaiknya
saat
lambung
kosong
(lebih
sering
15
BAB III
ANALISIS RESEP
A. RESEP ANTIANEMIA
16
Ya
Tidak
No.SIP dokter
Alamat dokter
Keterangan
Informasi hasilnya
C. KESESUAIAN FARMASETIK
Keterangan
Ya
Tidak
Bentuk sediaan
Dosis
Potensi
Stabilitas
Inkomptabilitas
Cara dan lama pemberian
Jumlah obat
Keterangan
17
D. PERTIMBANGAN KLINIS
Pertimbangan klinis
Ya
Tidak
Adanya alergi
Efek samping
Interaksi
Kesesuaian
(dosis,
durasi,
jumlah
Keterangan
obat)
E. PERHITUNGAN HARGA
1. Vitamin B Kompleks Tablet (Botol 1000 tab = Rp. 29.970,-) (Sumber :
KepMenKesRI No.436 thn 2013)
HNA
HJA
HJA
18
F. PERHITUNGAN DOSIS
1. Vitamin B Kompleks
Dosis lazim (IONI Hal.680)
1 x pakai
= 1 tablet
1 hari
Dosis dalam R/
1x pakai
= 1 tablet
1 hari
= 2 tablet sehari
x pakai
1 hari
= 1 - 3 dd 430 mg
= 430 mg - 1290 mg
Dosis dalam R/
1x pakai
= 250 mg
1 hari
Keterangan
Interaksi obat
19
Vitamin B Comp
Dua kali sehari satu tablet
Ny. Sundari (54 thn)
Semoga sehat selalu
TORSYFARMA
Jl. Raya Kebon Jeruk No. 3 Jakarta Barat
Telp/Fax. (021) 5482345
Apoteker : Nay, S.Farm., Apt.
S.I.K : 2015001251/A
No. 23
BAB IV
Sangobion
PENUTUP
Dua kali sehari satu kapsul
Ny. Sundari (54 thn)
A. KESIMPULAN Semoga sehat selalu
20
RESUME PRESENTASI
Tanggal presentasi
Dosen Pengampu
: Ibu Hesti
Moderator
: Okky Getar C.
Penyaji
Penjawab
Diskusi Sesi 1
21
Kondisi yang dialami : Sakit kepala, mudah lelah, lesu, lemas, pucat,
konsentrasi berkurang, dan susah tidur
Cara mengatasinya :
a. Beristirahat yang cukup jika kondisi sudah mulai lemas/pusing yang
mengganggu
b. Memperbanyak asupan-asupan makanan yang sehat yang mengandung
kaya akan zat besi seperti:
Buah-buahan
22
besi
serum
yang
ferritin
<12
ng/mL
24
Pada resep tersebut, termasuk kedalam jenis anemia apa? Dan bagaimana
penatalaksaan jenis-jenis anemia tersebut?
Jawaban:
Pada resep termasuk anemia ringan karena masih diberi obat dan vitamin dan
termasuk anemia defisiensi besi. Tidak termasuk anemia berat karena tidak
sampai transfusi darah.
Tatalaksana Anemia :
Anemia (yang tidak berat)
diberi obat mengandung besi, dan vitamin untuk pelengkap kebutuhan nutrisi.
Anemia jika kadar Hb < 9,3 g/dl (kira-kira sama dengan nilai Ht < 27%).
Anemia Berat
Beri transfusi darah sesegera mungkin (lihat di bawah) untuk:
-Dapat dilihat dari kadar Ht 12% atau Hb 4 g/dl
2. Veronica (Kelompok )
Pada pasien gagal ginjal, penatalaksanaan pengobatan apakah tetap diberikan
zat besi atau obat lain? Dan mengapa obat anemia diminum pada malam hari.
Jawaban:
Penatalaksanaan anemia pada pasien gagal ginjal;
a. Terapi Obat atau Transfusi Darah. Keadaan anemia pada pederita PGK
bias memperburuk kondisi penderitanya. Oleh sebab itu harus dilakukan
terapi pada pasien PGK yang menderta PGK. Terapi yang dilakukan
dengan menggunakan obat-obatan. Sementara pada kondisi berat, terapi
yang dilakukan pada anemia pasien PGK dilakukan dengan transfuse
darah dan suntikan hormone eritropoitin. Pengobatan-pengobatan ini
tidak memperburuk kondisi ginjal. Tentu harus diperhatikan efek samping
masing-masing pengobatan. Transfusi darah diberikan pada keadaan
anemia berat, terutama bila ada gejala-gejala gagal jantung. Transfusi
darah akan cepat menaikkan kadar Hb, tetapi mempunyai banyak efek
samping. Efek samping transfuse darah antara lain: berpotensi tertular
penyakit infeksi (hepatitis, malaria, HIV, dan lain-lain), reaksi alergi atau
25
26
Memberikan sulfat ferosa 200 mg 2-3 kali sehari. Sulfat ferosa diberikan
1 tablet pada hari pertama kemudian dievaluasi apakah ada keluhan
(misalnya mual, muntah, feses berwarna hitam), apabila tidak ada keluhan
maka pemberian sulfat ferosa dapat dilanjutkan hingga anemia terkoreksi
(Robson, 2011)
c. Apabila pemberian zat besi peroral tidak berhasil (misalnya pasien tidak
kooperatif) maka bisa diberikan dosis parenteral (per IM atau per IV)
dihitung sesuai berat badan dan defisit zat besi (Robson, 2011).
d. Transfusi darah diindikasikan bila terjadi hipovolemia akibat kehilangan
darah atau prosedur operasi darurat. Wanita hamil dengan anemia sedang
yang secara hemodinamis stabil, dapat beraktifitas tanpa menunjukan
gejala menyimpang dan tidak septik, transfusi darah tidak diindikasikan,
tetapi diberi terapi besi selama setidaknya 3 bulan (Cunningham, 2013)
e. Evaluasi pemberian terapi dengan cara pemantauan kadar Hb dapat
dilakukan 3-7 hari setelah hari pertama pemberian dosis sulfat ferosa
27
DAFTAR PUSTAKA
28
29