tentang konsep dan prinsip sains, serta mampu menerapkannya dalam teknologi dan
masyarakat, (e) memiliki pengertian hubungan antara sains, teknologi, masyarakat dan nilainilai manusia, (f) berkemampuan membuat keputusan dan terampil menganalisis nilai untuk
pemecahan masalah-masalah masyarakat yang berhubungan dengan sains tersebut.
Dalam pembelajaran IPA suatu pendekatan yang selalu mengacu kepada masalah lingkungan
dapat mengembangkan literasi sains dan teknologi adalah pendekatan STM. Dasar dari
pendekatan sains teknologi masyarakat adalah teori belajar konstruktivisme yang pada
pokoknya menggambarkan bahwa siswa membentuk atau membangun pengetahuannya
melalui interaksi dengan lingkungannya (Bell, 1993)
Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget (dalam Sanjaya, 2006) yang mengatakan
bahwa pengetahuan dikonsktruksi oleh siswa dengan memberi makna melalui pengalaman
nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengonstruksi
pengetahuan dibenak mereka sendiri. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses
tersebut dengan: (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa; (2) memberi
kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri; dan (3) menyadarkan siswa
agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Dengan pendekatan pembelajaran STM, siswa diberi kesempatan sebanyak-banyaknya untuk
memperoleh pengalaman nyata, mengembangkan gagasannya sehingga siswa akan terbiasa
sekaligus mampu membangun pengetahuannya sendiri secara aktif tentang fenomenafenomena alam yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk lebih
mengaktualisasikan penggunaan pendekatan sains teknologi masyarakat dalam pengajaran
IPA maka Poedjiadi (2005) menyarankan langkah-langkah sebagai berikut: (1) tahap
pendahuluan, pada tahap ini guru menggali pengetahuan siswa mengenai masalah-masalah
atau masalah yang ada di masyarakat dengan cara memberikan pertanyaan yang memicu
terjadinya diskusi antar siswa, tahap ini juga disebut sebagai tahap inisiasi, apersepsi, invitasi,
atau eksplorasi. (2) tahap pembentukan konsep, setelah guru mengetahui pemahaman konsep
siswa tentang masalah-masalah atau masalah yang ada di masyarakat guru melanjutkan
pembelajaran dengan pembentukan konsep melalui diskusi antar siswa dengan bimbingan
guru. Dalam tahap ini guru memberikan pemantapan konsep agar tidak terjadi miskonsepsi
pada diri siswa. (3) tahap kemampuan aplikasi sains, pada tahap ini diharapkan agar siswa
harus mampu mengaplikasikan konsep yang telah mereka pahami ke dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari. (4) tahap pemantapan konsep, dalam melaksanakan pemantapan
konsep guru menggunakan pendekatan diskusi yaitu membahas tentang materi yang telah
dipelajari dengan cara memberikan pertanyaan kepada siswa juga memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan. Dengan demikian pemantapan konsep ini dapat
dilaksanakan oleh guru di tengah-tengah proses pembelajaran, baik pada tahap pembentukan
konsep maupun pada tahap kemampuan aplikasi sains. (5) tahap penilaian, setelah guru
melakukan pemantapan konsep dan merasa yakin bahwa siswa telah paham, maka guru
melakukan penilaian untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran. Penilaian hendaknya
mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.