AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN
BAGIAN II
OLEH
BADARUDDIN BASO DM, SE, MM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH BONE
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah menyempurnakan untuk
kita agama ini dan mencukupkan untuk nikmat-Nya, serta
telah meridhoi islam sebagai agama kita. Shalawat dan
salam sejahtera semoga terlimpah kepada Muhammad
S.A.W, hamba dan RAsul-Nya yang sekaligus menyampaikan
peringatan keras terhadap sikap berlebihan (Ghuluw) bidah
dan maksiat. Semoga Shalawat dari Allah terlimpah kepada
beliau, kepada keluarga, dan sahabat, serta umat beliau
yang berjalan pada garis beliau dan mengikuti ajaran beliau
hingga hari kiamat.
Sebuah tulisan sederhana yang saya himpun dari beberapa
sumber, guna memenuhi bahan kajian untuk di pedomani
dan memaparkan materi kuliah Agama Islam dan
Kemuhammadiyaan Dua (AIK II) pada internal Sekolah Tinggi
Keguruan
dan
Ilmu
Pendidikan
(STKIP)
Bone
ini
dipersembahkan untuk semua yang ingin hari ini lebih baik
dari kemarin Insya Allah esok lebih baik dari hari ini.
Tulisan sederhana saya sajikan bukan sekedar untuk dikaji
sebagai kebenaran tetapi jauh dari itu semua, semoga
pemilik dan pembacanya dapat mengamalkan dan
menularkannya kepada orang lain. Akhirnya, terima kasih
saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan serta
kepada anak-anakku yang mau bersama dan melanjutkan
dawah islam, sehingga tercipta masyarakat islami dibumi,
Baldatun Thayyibatun Warrabun Ghafur Indonesia tercinta.
Penulis
Pembimbing Mata Kuliah AIK
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................ii
BAB I IBADAH..........................................................................1
A.
Hakekat Ibadah.............................................................................1
1. Pengertian Ibadah......................................................................1
2. Ibadah Mahdhah & Ghairu Mahdhah..........................................2
3. Fungsi Ibadah.............................................................................4
4. Hikmah Ibadah...........................................................................6
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Shalat............................................................................................ 7
Hakekat Shalat...........................................................................7
Mengapa Allah mewajibkan shalat?..........................................10
Tujuan dan fungsi shalat...........................................................11
Akhlak dalam shalat.................................................................14
Hikmah shalat..........................................................................19
Makna spiritual shalat..............................................................22
Ancaman bagi yang meninggalkan shalat................................23
1.
2.
3.
4.
5.
Puasa........................................................................................... 30
Hakikat puasa...........................................................................30
Mengapa Allah mewajibkan puasa ?.........................................34
Tujuan dan manfaat puasa.......................................................39
Makna spiritual puasa..............................................................40
Puasa dan pembentukan insan berkarakter.............................41
1.
2.
Ibadah Maliah..............................................................................44
Pengertian Ibadah Maliah.........................................................44
Macam-macam ibadah maliah..................................................44
1.
2.
3.
Haji..............................................................................................55
Hakekat Haji.............................................................................55
Rukun-rukun Haji......................................................................56
Hikmah melaksanakan ibadah Haji...........................................58
C.
D.
E.
BAB II AKHLAK.......................................................................60
A.
Pengertian Akhlak.......................................................................60
B.
Sumber Akhlak............................................................................61
C.
Budi pekerti.................................................................................61
D.
Karsa........................................................................................... 62
ii
E.
F.
Pembagian Akhlak.......................................................................63
G.
Macam-macam Akhlak................................................................65
H.
b.
3.
4.
5.
iii
BAB I
IBADAH
A. Hakekat Ibadah
1. Pengertian Ibadah
Ibadah ( )secara etimologi berarti merendahkan diri
serta tunduk. Ibadah mempunyai banyak definisi,
tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi ibadah itu
antara lain;
a. Ibadah
ialah
taat
kepada
Allah
dengan
melaksanakan
perintah-perintah-Nya
yang
ditetapkan melalui para Rasul-Nya,
b. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah, yaitu
tingkatan ketundukan yang paling tinggi disertai
dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling
tinggi pula.
c. Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa
yang dicintai dan diridhai Allah, baik berupa ucapan
atau perbuatan, yang dzahir maupun bathin.
Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan
anggota badan. Rasa khauf (takut), raja (mengharap),
mahabbah
(cinta),
tawakkal
(ketergantungan),
raghbah (senang) dan rahbah (takut) adalah ibadah
qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan
shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah
qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi
macam-macam ibadah yang berkaitan dengan hati,
lisan dan badan.
Maka Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan
manusia, Allah SWT berfirman;
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya
mereka
menyembah-Ku.
Aku
tidak
menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi Aku makan.
Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi rizki yang
mempunyai kekuatan lagi Sangat Kokoh. (QS. AdzDzariyat: 56-58)
Allah memberitahukan, tujuan penciptaan jin dan
manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah
kepada Allah. Dan Allah Maha Kaya, tidak
membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah
yang membutuhkan-Nya. Karena ketergantungan
mereka kepada Allah, maka mereka menyembah-Nya
sesuai dengan aturanNya.
Adapun definisi ibadah dalam bahasa Arab
berarti kehinaan atau ketundukan. Dalam terminology,
ibadah diartikan sebagai sesuatu yang diperintahkan
AllahSWT, bukan karena adanya keberlangsungan
tradisi sebelumnya, juga bukan karena tuntutan logika,
atau akal manusia.
Maka,
ruang lingkup ibadah adalah seluruh aktifitas manusia
yang diniatkan semata-mata untuk mencari ridha Allah
SWT.
2. Ibadah Mahdhah & Ghairu Mahdhah
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi
menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat yang
berbeda antara satu dengan lainnya;
a. Ibadah
Mahdhah, (ibadah
Khas)
artinya
penghambaan yang murni hanya merupakan
hubungan antara hamba dengan Allah secara
langsung. Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:
2
4) Azasnya
taat, yang
dituntut
dalam
melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau
ketaatan. Maka wajib meyakini bahwa apa yang
diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata
untuk kepentingan dan kebahagiaan, bukan
untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus
Rasul adalah untuk dipatuhi: Jenis ibadah yang
termasuk mahdhah, adalah : Wudhu, Tayammum,
Mandi hadats, Adzan, Iqamat, Shalat, Membaca
al-Quran,
Itikaf,
Puasa,
Haji
dan
Umrah, Mengurus Janazah
b. Ibadah Ghairu Mahdhah, (ibadah Am) (tidak murni
semata hubungan dengan Allah) yaitu ibadah yang
di samping sebagai hubungan hamba dengan Allah
juga merupakan hubungan atau interaksi antara
hamba dengan makhluk lainnya. Prinsip-prinsip
dalam ibadah ini, ada 4:
1) Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil
yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak
melarang maka ibadah bentuk ini boleh diseleng
garakan.
2) Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh
Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk umum ini
tidak dikenal istilah bidah.
3) Bersifat rasional,
ibadah bentuk ini baikburuknya,
atau
untung-ruginya,
manfaat
ataumadharatnya, dapat ditentukan oleh akal
atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat,
buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak
boleh dilaksanakan.
4) Azasnya Manfaat, selama itu bermanfaat, maka
selama itu boleh dilakukan.
3. Fungsi Ibadah
Setiap muslim tidak hanya dituntut untuk beriman,
tetapi juga dituntut untuk beramal sholeh. Karena
Islam adalah agama amal, bukan hanya keyakinan. Ia
4
sebagai
4) Berakal
b. Adapun syarat sahnya shalat adalah
1) Suci badan dari hadas dan najis
2) Suci pakaian dan tempat shalat dari najis
3) Menutup aurat
4) Sudah masuk waktu shalat
5) Menghadap kiblat
c. Rukun shalat adalah:
1) Niat
2) Takbiratul Ihram
3) Berdiri tegak
4) Membaca surah al- fatihah pada setiap rakaat
5) Ruku
6) Itidal
7) Sujud
8) Duduk antara dua sujud
9) Duduk tasyahud akhir
10)Membaca doa tasyahud akhir
11)Membaca shalawat Nabi Saw
12)Salam
13)Tertib
d. Tata cara shalat
1) Berdiri
2) Takbiratul ihram (sambil mengangkat kedua
tangan)
3) Doa iftitah
4) Membaca al-fatihah
5) Membaca surah salah satu dari al-quran
6) Ruku dengan tumakninah
7) Itidal (seraya mengucap samiallahu liman
hamidah)
8) Sujud dengan tumaninah
9) Duduk antara dua sujud dengan tumaninah
10)Sujud ke dua dengan tumaninah
11)Tahiyat akhir dan membaca Tasyahud
12)Mengucap Salam sambil menoleh ke kanan
kemudian kiri
10
terhadap
hamba-hamba-Nya.
Barang
siapa
meninggalkan kewajiban shalat dengan sengaja,
sungguh ia benar-benar telah kafir. (H.R. Ibnu
Hibban).
d. Agar terhindar
kepedihannya.
dari
neraka
dengan
segala
13
14
yang
17
22
26
28
Jawabannya
:
bahwa
lebih
tepat
ancaman wail tersebut adalah untuk orang
Kenapa demikian?
jika
kafir.
Pada
ayat
selanjutnya
juga,
Allah
telah
mengatakan,kecuali orang yang bertaubat, beriman
dan beramal saleh. Maka seandainya orang yang
menyiakan shalat adalah mumin, tentu dia tidak
dimintai taubat untuk beriman.
Dalil Keenam
Firman Allah Taala,
Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan
menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalahsaudarasaudaramu seagama. (QS. At Taubah [9] : 11)
Dalam ayat ini, Allah Taala mengaitkan persaudaraan
seiman dengan mengerjakan shalat. Jika shalat tidak
dikerjakan,
bukanlah
saudara
seiman.
Mereka
bukanlah mumin sebagaimana Allah Taala berfirman,
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.
(QS. Al Hujurat [49] : 10)
Meninggalkan shalat karena mengingkari dan tidak
mengakui kewajibannya adalah kafir dan dianggap
murtad dari Islam. Pendapat ini yang disepakati oleh
kaum muslim. Adapun orang yang meninggalkan
shalat karena malas atau karena sibuk dengan sesuatu
yang tidak perlu (menurut syariat) tetapi masih
mengimani kewajiban shalat, maka terdapat banyak
hadits yang mengemukakan. Antara lain hadits dari:
a. Jabir bahwa Rosulullah Saw
Artinya (yang membatasi)antara seseorang dan
kekufuran adalah meninggalkan shalat
b. Buraidah bahwa Rosulullah Saw bersabda
Perjanjian diantara kita dan mereka adalah shalat.
Barang siapa meninggalkan shalat, maka ia kafir.
c. Abdullah bin Amru bin Ash. Bahwa Rasulullah Saw
bersabda:
30
Rasulullah saw bersabda, Man lam yada qaulaz zur wal amala
bihi falaisa lillahi hajatun fi an yadaa thaamahu wa
syarabahu (Barangsiapa tidak meninggalkan kata-kata palsu dan
mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan
makanan dan minumannya). (HR. Bukhari).
Beliau saw juga bersabda, Rubba shaimin laisa lahu min shiyamihi
illal ju-i (Betapa banyak orang berpuasa tetapi tidak mendapatkan
dari puasanya selain rasa lapar). (HR. Nasai dan Ibnu Majah dari
Abu Hurairah. Riwayat Ahmad, Hakim, dan Baihaki dengan redaksi,
Betapa banyak orang berpuasa namun hasilnya hanya lapar dan
dahaga).
Khalifah Umar bin Khattab berkata, Puasa bukanlah dari makan dan
minum semata, tetapi juga dari dusta, kebathilan, dan tindak sia-sia.
Jabir bin Abdullah Al Anshari berkata, Apabila engkau berpuasa,
berpuasalah pula pendengaranmu, penglihatanmu, dan lisanmu dari
dusta dan dosa. Janganlah menyakiti pembantumu. Hendaklah
engkau berpenampilan tenang dan wibawa di hari puasamu.
Janganlah engkau jadikan hari berbukamu sama saja dengan hari
berpuasamu.
Thaliq bin Qais meriwayatkan dari Abu Dzar, ia berkata, Jika
engkau berpuasa, jagalah diri sebisamu. Thaliq, di hari puasanya,
berdiam diri di rumahnya dan tidak keluar selain untuk mengerjakan
shalat (di mesjid).
Abu Hurairah dan sahabat yang lain bila tengah berpuasa, mereka
duduk dzikir di mesjid. Mereka berkata, Untuk menyucikan puasa
kami.
Hafshah binti Sirin, salah seorang tabiin, berkata, Puasa adalah
perisai, selama tidak dibakar oleh pelakunya atau dibakar oleh
ghibah.
Dari Maimun bin Mahran, ia berkata, Seringan-ringannya puasa
adalah meninggalkan makan dan minum.
Namun demikian, menurut jumhur ulama, kemaksiatan tidak
membatalkan pusa, meskipun ia mengotori dan melukainya, sesuai
dengan kadar kemaksiatan yang dilakukan. Demikian itu karena tiada
seorang pun yang bisa lolos dari maksiat kecuali orang yang
33
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertakwa. (Q.S. Al-Baqarah: 183)
35
(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa
diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang
ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orangorang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa)
membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin.
Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan,
Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik
bagimu jika kamu mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah: 184)
Setelah menjelaskan mengenai hukum dan falsafah puasa, pada
bagian selanjutnya, Allah Swt menyampaikan beberapa aturan ibadah
37
.
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena
38
a. Tujuan puasa
Tujuan ibadah puasa adalah menahan nafsu dari berbagai
syahwat,sehingga kita siap mencari sesuatu yang menjadi puncak
kebahagiaan ,menerima sesuatu yang mensucikan ,yang di
dalamnya terdapat kehidupan yang abadi ,mematahkan
permusuhan nafsu terhadap lapar dan dahaga serta mengingatkan
kita kepada keadaan orang orang yang menderita kelaparan di
antara orang-orang miskin ,menyempitkan jalan setan pada diri
kita dengan menyempitkan jalan setan pada diri kita dengan
menyempitkan jalan alairan makanan dan minuman ,puasa adalah
untuk Tuhan semesta alam,tidak seperti alairan-aliran lain .Puasa
berarti meninggalkan dengan segala yang dicintai karena
kecintaan kita kepada Allah Swt.puasa merupakan rahasia hamba
dan Tuhannya .
b. Manfaat Puasa.
Puasa memiliki beberapa manfaat ditinjau dari segi kejiwaan
sosial dan kesehatan,di antaranya ,Puasa secara kejiwaan
memiliki beberapa manfaat di antaranya:membiasakan
kesabaran,menguatkan kemauan,mengajari dan membantu
bagaimana menguasai diri,saat mewujudkan dan berbentuk
ketakwaan yang kokoh dalam diri ,yang ini merupakan hikmah
puasa yang paling utama ,jika sudah demikian maka otomatis
orang yang rajin berpuasa wajib dan sunnah akan terpancar
kecantikan jiwa.
Puasa secara sosial bermanfaat untuk membiasakan umat berlaku
disiplin,bersatu,cinta keadilan,dan persamaan,juga melahirkan
perasaan kasih sayang dalam diri orang-orang beriman dan
mendorong mereka berbuat kebijakan ,selain itu,berpuasa dapat
menjaga masyarakat dari kejahatan dan kerusakan.
Sedangkan puasa ditinjau dari segi kesehatan adalah untuk
membersikan
usus
,memeperbaiki
kerja
percernaan
,membersihkan tubuh dari sita-sisa endapan makanan mengurangi
kegemukan dan kelebiha lemak di perut.
Termasuk manfaat puasa adalah mematahkan nafsu,karena
kelebihan baik dalam makan maupun minum serta berhubungan
40
bertakwa dalam al-Qur'an. agar kita bisa tahu seperti apakah orang
yang bertakwa itu. Dalam al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang
menjelaskan sifat-sifat orang yang bertakwa, diantaranya
a. al-Baqarah (2) : 177, sifat orang yang bertakwa adalah: Menepati
janji, sabar, benar/jujur.
b. Ali imran (3) : 102-103, sifat orang yang bertakwa adalah:
menjalin siraturrahim, syukur, menjaga diri.
c. Ali imran (3) : 133-135, sifat orang yang bertakwa adalah:
Kepedulian sosial, mengendalikan diri (menahan amarah),
pemaaf, berbuat kebaikan, bertaubat.
d. al- Ahzab (33) : 35, sifat orang bertakwa adalah: taat, benar/jujur,
sabar, khusyu', bersedekah (kepedulian sosial), memelihara diri,
zikir
e. di ayat-ayat lain mengatakan sifat orang bertakwa itu, ikhlas,
tawadu', penyayang, tanggung jawab, amanah dan lain-lain
Maka dengan demikian, ketika Allah mewajibkan orang beriman
untuk melaksanakan puasa khususnya puasa ramadhan seharus dapat
melahir sifat-sifat di atas, bukan hanya sekedar sebatas kewajiban
tapi yang paling penting adalah pembentukan karakter kejiwaan
dengan menampilkan sifat-sifat tersebut dalam kehidupan sehari hari.
Ramadhan merupakan "Madrasah Spiritual" karena di dalam
pelaksanaan ibadah tersebut banyak mengajarkan nilai-nilai kebaikan
dalam upaya pembentukan pribadi yang takwa. Jika ini semua bisa
terbentuk maka apa yang diharapakan oleh Allah dalam surat albaqarah ayat 183 bisa bisa terwujud. Akan tetapi dengan
melaksanakan puasa tidak bisa melahirkan sifat-sifat di atas, maka
bisa dikatakan puasa yang kita laksanakan tidak ada arti kerena
tujuan ibadah puasa di perintahkan adalah agar kita semua bertakwa.
selama 29-30 hari (1 bulan) dalam setahun kita dididik oleh Allah
untuk melaksanakan akhlak-akhlak tersebut dan diharapkan selama
11 bulan kedepan kita bisa menjaga untuk mempertahankan
pelaksanaan akhlak-akhlak itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Jika
akhlak ini bisa kita laksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari
barulah kita bisa mencapai tujuan sebagimana yang diharpkan oleh
Allah, yaitu TAKWA.
44
Akan tetapi jika kita tidak mendapat nilai-nilai akhlak itu setelah
melaksankan ibadah puasa maka benarlah apa yang telah dikhawatir
oleh Rasulullah dalam haditsnya, "Betapa banyak orang yang
berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan haus
saja".
D. Ibadah Maliah
1. Pengertian Ibadah Maliah
Ibadah maliyah adalah amalan-amalan ibadah yang lebih banyak
dilakukan dengan sarana harta benda atau ibadah yang diwujudkan
dalam bentuk pemberian harta atau terkait dengan harta : Yaitu
menggunakan harta yang Allah karuniakan untuk apa-apa yang Allah
cintai dan ridhai. Seperti zakat, infaq dan shodaqoh, dll.
2. Macam-macam ibadah maliah
a. Zakat
Zakat merupakan istilah untuk ibadah harta yang hukumnya
wajib dan ketentuannya sudah termaktub dalam al-Quran dan
Hadits. Infaq merupakan istilah ibadah harta yang hukumnya
wajib tetapi ketentuannya tidak dibuat oleh Allah dan Rasulullah.
Dan,shadaqah adalah sebutan untuk ibadah harta yang
hukumnya sunat.
Khusus tentang infaq, infaq wajib adalah infaq dari penghasilan
yang tidak dikenai kewajiban zakat. Misalnya, para staf,
karyawan, PNS, atau pegawai lainnya yang memiliki
penghasilan. Semuanya kena wajib infaq.
Hanya ada dua hukum dalam ibadah maliyah ini, yaitu wajib dan
sunat. Menurut para ulama, wajib adalah:
45
Memberikan sebagian yang khusus, dari harta yang khusus,
dengan ketentuan yang khusus, dan sebagiannya disalurkan pada
waktu yang khusus, untuk yang berhak menerimanya.
Sebagaimana definisi tersebut, ada 5 unsur utama dalam zakat,
yaitu:
1) Sebagian harta, tidak seluruhnya
2) Harta yang dizakati adalah harta yang khusus (telah
ditentukan) misalnya harta perdagangan (tijarah)
3) Ada ketentuan yang khusus dalam standar ukuran misalnya
zakat perdagangan adalah 2,5 % dari modal
4) Sebagian didistribusikan pada waktu tertentu seperti halnya
zakat fitrah dan zakat emas sebagai simpanan
5) Zakat hanya untuk mustahik yang sudah ditentukan (Q.S. atTaubah [9]: 60).
b. Infaq
Infaq berasal dari kata nafaqa yang berarti telah lewat, berlalu,
habis, mengeluarkan isi, menghabiskan miliknya, atau belanja.
Menurut istilah, infaq adalah:
46
Mengeluarkan harta yang thayib (baik) dalam ketaatan atau
hal-hal yang dibolehkan
Perbedaan antara infaq dengan zakat terletak pada standar
ukuran, waktu dan mustahik. Jika zakat sudah tertentu
sebagaimana lima unsur utama zakat, maka infaq tidak ditentukan
standar ukuran, waktu penunaian, dan mustahiknya tidak terpaku
sebagaimana dalam Q.S. at-Taubah (9) ayat 60.
c. Shadaqah
Ibadah harta pada umumnya disebut shadaqah. Shadaqah yang
wajib dan ditentukan standar pelaksanaannya disebut zakat.
Shadaqah yang wajib tapi tidak ditentukan standar
pelaksanaannya disebut infaq. Adapun shadaqah yang sunat
disebut dengan kata shadaqah itu sendiri.
Shadaqah berasal dari kata ash-shidqu yang berarti benar, jujur.
Falsafahnya, shadaqah merupakan bukti bahwa seseorang
memiliki keyakinan (aqidah) yang benar, jalan hidup (syariah)
yang benar dan prilaku (akhlak) yang benar. selain itu, shadaqah
merupakan manifestasi kejujuran seseorang dalam kepemilikan
harta.
Menurut istilah, shadaqah adalah:
Sesuatu yang diberikan untuk mendekatkan diri kepada Allah
taala.
Jika zakat dan infaq sudah ditentukan jenisnya seperti uang,
emas, perak, perdagangan, hewan ternak, dll., maka shadaqah
tidak demikian. Shadaqah boleh dengan barang-barang
sebagaimana disebut, bisa juga dengan tenaga, fikiran dan
lainnya. Bahkan, wajah sumringah dan senyuman pun bisa
bernilai shadaqah.
Seluruh Kebaikan itu Shadaqah
Rasulullah saw. bersabda,
47
Setiap kebaikan itu bernilai shadaqah (H.R. Bukhari)
Wajah Sumringah itu Shadaqah
Dalam hadits yang lain, Rasulullah bersabda,
Janganlah kamu menyepelekan kebaikan sedikitpun walaupun
kamu bertemu saudaramu dengan wajah sumringah (H.R.
Muslim).
Senyum itu Shadaqah
Senyumanmu terhadap wajah saudaramu bernilai shadaqah
untukmu (H.R. Ibnu Hibban).
d. Fidyah
Fidyah adalah menempatkan sesuatu pada tempat lain sebagai
tebusan (pengganti) nya, baik berupa makanan atau lainnya.
Fidyah juga berarti kewajiban manusia mengeluarkan sejumlah
harta untuk menutupi ibadah yang ditinggalkannya. Fidyah
shaum wajib dilakukan oleh seseorang yang tak sanggup karena
kepayahan dalam melakukan shaum fardhu khususnya di bulan
Ramadhan, sebagai salah satu bentuk rukhsah (dispensasi) yang
diberikan Allah kepada mereka. Karena Allah SWT tidak
membebani hamba-hamba-Nya melainkan sesuai dengan
kemampuannya.
Selain itu juga Allah tidak pernah menjadikan syariat yang
diturunkan-Nya menyulitkan hamba-hamba-Nya. Landasan
normatif yang dititahkan Allah SWT mengenai hal ini adalah
firman-Nya dalam Al Quran: dan wajib bagi orang-orang yang
berat melakukan shaum (jika mereka tidak shaum) memberi
fidyah, yaitu dengan memberi makan satu orang miskin. (Q.S. Al
Baqarah, 2:184).
Hukum fidyah, sebagaimana firman Allah SWT di atas adalah
wajib, apabila :
1) Tidak mampu melakukan shaum, seperti karena lanjut usia.
48
53
Hakekat Haji
Haji adalah Rukun Islam yang kelima. Ia suatu ibadah berkunjung ke
Kabah di tanah suci pada suatu masa tertentu, untuk dengan sengaja
mengerjakan beberapa amal ibadah dengan syarat-syarat tertentu dan
atas dasar menunaikan panggilan perintah Allah s.w.t. dan dengan
mengharap redhaNya.
Menurut Jumhur ulama (mayoritas ulama), ibadah Haji diresmikan
menjadi syariah Muhammad s.a.w. pada tahun keenam hijrah, dan
tahun itulah kaum kafir Quraisy, tahun ketujuh Nabi pergi
menunaikan Umrah tersebut, kemudian di tahun kesembilan
Rasulullah mengangkat Abu Bakar Ashshiddiq berangkat mengetuai
Jamaah Haji, tahun kesepuluh barulah Rasulullah sendiri naik Haji
dengan seluruh kaum Muslimin yang terkenal dengan Haji Wada
(haji perpisahan). Dan delapan pulh satu hari sesudah itu beliaupun
berpulang ke Rahmatullah.
56
Rukun-rukun Haji
Rukun Haji ada Lima perkara:
1. Ihram
Ihram yaitu memasang niat mengerjakan Haji atau Umrah seraya
memakai pakaian ihram pada miqat (tempt yang ditentukan
dan masa tertentu). Ketentuan masa (miqat zamani), yaitu dari
wala bulan Syawal sampai terbit fajar Hari Raya Haji (10 bulan
Haji), ihram haji wajib dilakukan dalam masa tersebut, 2 bulan 9
hari. Adapun ketentuan tempat (miqat makani) ditentukan lima
tempat bagi semua jamaah Haji yang dating menuju Mekkah
dari berbagai negara dan jurusan.
Miqat makani bagi orang-orang dari Indonesia dan yang sejalan
(Yaman, Pakistan, India dan Malaysia), apabila kapal mereka
telah bertepatan dengan bukit Yalamlam di tanah Arab.
Menurut pendapat Syekh Ibnu Hajar dalam kitab Tuhfah,
jamaah haji Indonesia diperbolehkan berihram di Jeddah.
Apabila kapal Haji sudah memasuki lautan Merah dan telah
sejurusan dengan Yalamlam, maka Jamaah Haji telah wajib
memakai Ihram. Hal tersebut berlaku bagi Jamah Haji yang
langsung dari Jeddah menuju Mekkah. Dan ini biasanya dan ini
biasanya berlaku bagi jamaah Haji Indonesia yang dating
dengan kapal Haji trip (gelombang) kedua.
Bagi jamaah haji yang dating dengan kapal trip pertsms
umumnya dari Jeddah lalu pergi ke Madinah leih dahulu, maka
miqat mereka (tempat memakai ihram) sama dengan miqat orang
Madinah ysitu di satu tempat di perjalanan antara MadinahMekah yang bernama Zulhulaifah, atau tempat yeng dikenal
sekarang dengan nama Bir Ali.
57
3.
59
60
BAB II
AKHLAK
A. Pengertian Akhlak
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang
didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan
suatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan bentuk jamak
dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti
perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali,
dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai
yang melekat pada diri seorang yang dapat memunculkan
perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih
dahulu.
Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah
laku tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang tidak
cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya
sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika
timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam
diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran
apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga
terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Apabila
perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah
pencerminan dari akhlak.
Akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang mempunyai arti
sebagai
studi
yang sistematik tentang tabiat dari
pengertian nilai baik, buruk, seharusnya benar, salah dan
sebaginya tentang prinsip umum dan dapat diterapkan
terhadap
sesuatu,
selanjutnya
dapat
disebut
juga
sebagai filsafat moral.
Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang ingin
dikatakan berakhlak.
Perbuatan yang baik atau buruk.
Kemampuan melakukan perbuatan.
Kesadaran akan perbuatan itu
Kondisi jiwa yang
membuat
cenderung
perbuatan baik atau buruk
61
melakukan
B. Sumber Akhlak
Akhlak bersumber pada agama, agama memiliki dua aturan
yaitu al-Quran dan Hadits, yang mana akhlak ini telah di
contohkan oleh Rasulullah Saw, Nabi Muhammad Saw. Akhlak
sama artinya dengan perangai, perangai sendiri mengandung
pengertian sebagai suatu sifat dan watak yang merupakan
bawaan seseorang. Pembentukan peragai ke arah baik atau
buruk, ditentukan oleh faktor dari dalam diri sendiri maupun
dari luar, yaitu kondisi lingkungannya. Lingkungan yang paling
kecil
adalah keluarga,
melalui
keluargalah kepribadian seseorang dapat terbentuk.
Secara terminologi akhlak berarti tingkah laku seseorang yang
didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan
suatu
perbuatan
yang
baik.
Para
ahli
seperti Al
Gazali menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang
melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan
perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih
dahulu. Peragai sendiri mengandung pengertian sebagai
suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang.
C. Budi pekerti
Budi pekerti pada kamus bahasa Indonesia merupakan kata
majemuk dari kata budi dan pekerti. Budi berarti sadar atau
yang menyadarkan atau alat kesadaran. Pekerti berarti
kelakuan. Secara terminologi, kata budi ialah yang ada pada
manusia yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong
oleh pemikiran, rasio yang disebut dengan nama karakter.
Sedangkan pekerti ialah apa yang terlihat pada manusia,
karena didorong oleh perasaan hati, yang disebut behavior.
Jadi dari kedua kata tersebut budipekerti dapat diartikan
sebagai perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang
bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia.
Penerapan budi pekerti tergantung kepada pelaksanaanya.
Budi pekerti dapat bersifat positif maupun negatif. Budi pekerti
itu sendiri selalu dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Budi
pekerti didorong oleh kekuatan yang terdapat di dalam hati
yaitu rasio. Rasio mempunyai tabiat kecenderungan kepada
ingin tahu dan mau menerima yang logis, yang masuk akal
62
D. Karsa
Dalam diri manusia itu sendiri terdapat karsa yang
berhubungan dengan rasio dan rasa. Karsa disebut dengan
kemauan atau kehendak, hal ini tentunya berbeda dengan
keinginan.
Keinginan
lebih
mendekati
pada
senang
atau cinta yang kadang-kadang berlawanan antara satu
keinginan
dengan
keinginan
lainnya
dari
seseorang
pada waktu yang sama, keinginan belum menuju pada
pelaksanaan. Kehendak atau kemauan adalah keinginan yang
dipilih di antara keinginan-keinginan yang banyak untuk
63
F. Pembagian Akhlak
64
G. Macam-macam Akhlak
Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara
memuji-Nya, yakni menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya
yang menguasai dirinya. Oleh sebab itu, manusia sebagai
hamba Allah mempunyai cara-cara yang tepat untuk
mendekatkan diri. Caranya adalah sebagai berikut :
1. Mentauhidkan Allah
Yaitu dengan tidak menyekutukan-Nya kepada sesuatu
apapun. Seperti yang digambarkan dalam Quran Surat AlIkhlas : 1-4.
2. Bertaqwa kepada Allah
Maksudya adalah berusaha dengan semaksimal mungkin
untuk dapat melaksanakan apa-apa yang telah Allah
perintahkan dan meninggalkan apa-apa yang dilarang-Nya.
a. Hakekat taqwa dan kriteria orang bertaqwa
Bila ajaran Islam dibagi menjadi Iman, Islam, dan Ihsan,
maka pada hakikatnya taqwa adalah integralisasi ketiga
dimensi tersebut. Lihat ayat dalam Surah Al- Baqoroh: 24, Ali Imron: 133-135.
b. Buah dari taqwa
1) Mendapatkan sikap furqan yaitu tegas membedakan
antara hak dan batil (Al- anfal : 29)
66
kemudahan
dalam
urusannya
(At-
68
Artinya: Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudarasaudara, isteri-isteri, keluarga, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya,
dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah
lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dasn (dari)
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik (QS 9:24).
c. Mengucapkan sholawat dan salam kepada Rasulullah
Mengucapkan sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad
SAW, sebagai tanda ucapan terimakasih dan sukses dalam
perjuangannya. Secara harfiyah, shalawat berasal dari kata
ash shalah yang berarti doa, istighfar dan rahmah.
Rasulullah
berikut:
SAW
dalam
sabdanya
menyatakan
sebagai
Artinya: Orang yang kikir ialah orang yang menyebut
namaku
didekatnya,
tetapinia
tidak
bersholawat
kepadaku. (H.R Ahmad ).
70
Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orangorang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap
orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka,
kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah
dan keridhaan-Nya.(QS al-Fath 29).
e. Melanjutkan Misi Rasulullah.
Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilainilai Islam. Tugas yang mulia ini harus dilanjutkan oleh
kaum muslimin, karena Rasul telah wafat dan Allah tidak
akan mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun demikian,
menyampaikan nilai-nilai harus dengan kehati-hatian agar
kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak
ada dari Rasulullah Saw. Keharusan kita melanjutkan misi
Rasul ini ditegaskan oleh Rasul Saw:
Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan
berceritalah tentang Bani Israil tidak ada larangan.
Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja,
maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di
neraka (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar).
f.
71
Artinya:Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara
hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS 35:28).
Kedudukan ulama sebagai pewaris Nabi dinyatakan oleh
Rasulullah Saw: Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris
Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak tidak mewariskan uang dinar
atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmui
kepada
mereka,
maka
barangsiapa
yang
telah
mendapatkannya berarti telah mengambil mbagian yang
besar (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
g. Menghidupkan Sunnah Rasul
Kepada umatnya, Rasulullah Saw tidak mewariskan harta
yang banyak, tapi yang beliau wariskan adalah Al-Quran dan
sunnah, karena itu kaum muslimin yang berakhlak baik
kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada Al-Quran
dan sunnah (hadits) agar tidak sesat, beliau bersabda:Aku
tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan tersesat
selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya, yaitu
kitab Allah dan sunnahku (HR. Hakim).
1) Akhlak Terhadap Diri Sendiri (Individual)
Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai kewajiban
terhadap dirinya sendiri. Namun bukan berarti kewajiban ini
lebih penting daripada kewajiban kepada Allah. Dikarenakan
kewajiban yang pertama dan utama bagi manusia adalah
mempercayai dengan keyakinan yang sesungguhnya bahwa
Tiada Tuhan melainkan Allah. Keyakinan pokok ini
merupakan kewajiban terhadap Allah sekaligus merupakan
kewajiban manusia bagi dirinya untuk keselamatannya.
Manusia mempunyai kewajiban kepada dirinya sendiri yang
harus ditunaikan untuk memenuhi haknya. Kewajiban ini
72
73
Artinya : Sesungguhnya Allah itu maha mengawasimu.
(QS. An-Nisa : 1)
c. Bermuhasabah
Yang
dimaksud
dengan
muhasabah
adalah
menyempatkan
diri
pada
suatu
waktu
untuk
menghitung-hitung amal hariannya. Firman Allah SWT
yang Artinya : Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS. Al-Hasyr : 18)
75
d. Mujahadah
Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh,
berperang melawan hawa nafsu. Hawa nafsu senantiasa
mencintai ajakan untuk terlena, menganggur, tenggelam
dalam nafsu yang mengembuskan syahwat, kendatipun
padanya terdapat kesengsaraan dan penderitaan.Firman
Allah SWT yang Artinya : Dan aku tidak membebaskan
diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu
selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang
diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku
Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (QS. Yusuf :
53)
3) Berakhlak terhadap Akal
a. Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu merupakan salah satu kewajiban bagi
setiap muslim, sekaligus sebagai bentuk akhlak seorang
muslim. Sebuah hadits Rasulullah SAW menggambarkan
yang Artinya : Menuntut ilmu merupakan kewajiban
bagi setiap muslim. (HR. Ibnu Majah)
b. Memiliki Spesialisasi Ilmu yang dikuasai
Setiap muslim perlu mempelajari hal-hal yang memang
sangat urgen dalam kehidupannya. Menurut Dr.
Muhammad Ali Al-Hasyimi (1993 : 48), hal-hal yang
harus dikuasai setiap muslim adalah : Al-Qur'an, baik
dari segi bacaan, tajwid dan tafsirnya; kemudian ilmu
hadits; sirah dan sejarah para sahabat; fikih terutama
yang terkait dengan permasalahan kehidupan, dan lain
sebagainya. Setiap muslim juga harus memiliki bidang
spesialisasi yang harus ditekuninya. Spesialisasi ini tidak
harus bersifat ilmu syariah, namun bisa juga dalam
bidang-bidang lain, seperti ekonomi, tehnik, politik dan
lain sebagainya. Dalam sejarahnya, banyak diantara
generasi awal kaum muslimin yang memiliki spesialisasi
dalam bidang tertentu.
c. Mengajarkan Ilmu pada Orang Lain
76
Wahai Rasulullah saya memiliki dua tetangga lalu
kepada siapa dari keduanya aku memberi hadiah? Beliau
menjawab: kepada yang pintunya paling dekat
kepadamu.
b. Bersabar Menghadapi Gangguan Tetangga
Ini adalah hak kedua untuk tetangga yang berhubungan
erat
dengan
yang
pertama
dan
menjadi
penyempurnanya. Hal ini dilakukan dengan memaafkan
kesalahan dan perbuatan jelek mereka, khususnya
kesalahan yang tidak disengaja atau sudah dia sesali
kejadiannya.
Hasan Al Bashri berkata: Tidak mengganggu bukan
termasuk berbuat baik kepada tetangga akan tetapi
berbuat baik terhadap tetangga dengan sabar atas
gangguannya. Sebagian
ulama
berkata: Kesempurnaan berbuat baik kepada tetangga
ada pada empat hal, (1) senang dan bahagia dengan
apa yang dimilikinya, (2) Tidak tamak untuk memiliki
apa yang dimilikinya, (3) Mencegah gangguan darinya,
(4) Bersabar dari gangguannya.
c. Menjaga dan Memelihara Hak Tetangga
Imam Ibnu Abi Jamroh berkata: Menjaga tetangga
termasuk kesempurnaan iman. Orang jahiliyah dahulu
sangat menjaga hal ini dan melaksanakan wasiat
berbuat baik ini dengan memberikan beraneka ragam
kebaikan sesuai kemampuan; seperti hadiah, salam,
muka manis ketika bertemu, membantu memenuhi
78
Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka
janganlah mengganggu tetangganya.
5) Akhlak Terhadap Lingkungan
1. Penanaman Pohon dan Penghijauan
Salah satu konsep pelestarian lingkungan dalam Islam
adalah perhatian akan penghijauan dengan cara
menanam
dan
bertani.
Nabi
Muhammad
saw
menggolongkan orang-orang yang menanam pohon
sebagai shadaqah. Hal ini diungkapkan secara tegas
dalam dalam hadits Rasulullah saw, yang berbunyi :
Artinya :
79
(99)
Terjemahnya :
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu
kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuhtumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan
itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari
tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari
mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai,
dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula)
zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.
Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan
(perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi orang-orang yang beriman.
2. Menghidupkan Lahan Mati
Lahan mati berarti tanah yang tidak bertuan, tidak
berair, tidak di isi bangunan dan tidak dimanfaatkan.
Allah swt, telah menjelaskan dalam QS. Yasin (36):
Terjemahnya :
80
( 5)
(6)
Artinya :
Jauhilah tiga macam perbuatan yang dilaknat ; buang air
besar di sumber air, ditengah jalan, dan di bawah pohon
yang teduh. (HR. Abu Daud)
Rasulullah saw, juga bersabda :
81
82
2. Hak musyawarah
3. Hak control rakyat
4. Hak memecat
5. Hak pencalon
6. Hak menjadi aparat Negara
b. Hak Asasi
1. Mendapatkan persamaan didepan hukum dan
peradilan
2. Kebebasan pribadi :Hak beragama,hak memilih
serta hak kesenangan yang bersifat pribadi.
Jadi disimpulkan bahwa setiap pemimpin ataupun warga
Negara
berhak
untuk
menjaga
kemaslahatan
negaranya.Dengan memegang dan mencerminkan akhlakakhlak yang menjadi jalan menuju keberhasilan serta hiasan
sdan pondasi membangun kebagiaan bernegara.
86
BAB III
MUAMALAT DALAM ISLAM
a. Pandangan Islam Tentang Kehidupan Dunia
Manusia dewasa ini telah berada di persimpangan jalan, antara
agama dan kemajuan ilmu pengetahuan. Kebimbangan pun
datang mengusik lamunan di malam hari, membangunkan dari
mimpi-mimpi indahnya sepanjang malam. Manusia cenderung
menilai realita kehidupan dunia yang tampak di depan mata
tanpa menoleh fenomena kehidupan di masa lalu. Ada
sebagian darinya yang tidak merujuk kepada perintah-perintah
agama sebagai pedoman hidup di dunia. Padahal, sejarah
peradaban manusia telah terukir dari beberapa peristiwa
kebajikan dan kebathilan. Padahal, yang di cari manusia dalam
kehidupan di dunia adalah kebahagiaan.
Terangkatnya posisi manusia sebagai khalifah di muka bumi
merupakan suatu kemuliaan yang tinggi dari Allah swt. Alam
dan seisinya juga dipersembahkan kepada manusia untuk
dimanfaatkan sebaik-baiknya tanpa harus membayar upeti
kepada Allah. Anugerah yang tidak ternilai berupa akal
seharusnya mampu menjadikan manusia sebagai sosok
kekhalifahannya, mulia. Tetapi, mengapa manusia masih
berambisi mencari kehidupan dunia sebagai sesuatu yang
kekal? Dunia bukanlah semata-mata warisan untuk anak cucu
manusia
,
tetapi
sebuah
amanah
yang
harus
dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah Yang Maha
Kuasa.
Syeikh Muhammad Ali as Shobuni dalam kitabnya Shofwatu al
Tafasir menuliskan bahwa Allah swt menciptakan langit dan
bumi hanya dalam enam hari. Hal ini bukan menunjukkan
bahwa Allah swt tidak mampu menciptakannya hanya dalam
sekejap, namun Allah ingin mengajarkan kepada hambahamba Nya satu sifat yang tidak tergesa-gesa dalam
melakukan pekerjaan. Dan masih ada beberapa firman Allah
yang menjelaskan tentang penciptaan dunia, namun penulis
dalam hal ini lebih termotivasi dalam membahas kehidupan
dunia.
87
Sebuah
realita
tentang
kehidupan
dunia
abad
ini
diterjemahkan sebagai kehidupan yang sementara, tempat
untuk bersenang-senang, kehidupan modern, kehidupan yang
abadi dan sebuah kehidupan yang fana. Di sisi lain kehidupan
dunia dipandang sebagai jembatan menuju kehidupan setelah
mati (akhirat), tempat mencari amal kebajikan, tempat
menimba ilmu pengetahuan dan lain-lainya. Berangkat dari
pemahaman di atas maka nyatalah kehidupan dunia yang fana
ini hanyalah sebuah ujian bagaimana mengemban tugas-tugas
kehidupan dan amanat kemanusiaan. Dengan demikian
manusia akan merasa puas dan hidup tidak menjadi sia-sia
tanpa melemahkan semangat berjuang dalam kehidupan.
Akhirnya, dapatlah digambarkan bahwa persepsi kehidupan
dunia memiliki tujuan yang beragam, yaitu; kesenangan,
kemegahan, kesehatan, kepintaran, kesuksesan, ketenteraman
jiwa, ketenangan hidup dan kebahagiaan. Tidak cukup sampai
disitu, manusia akan terus mempertanyakannya setelah
mampu meraih segala apa yang diinginkannya atau
sebaliknya, manusia akan terus mencari-cari jawaban dari
sebuah pertanyaan yang membosankan.
Mengapa pertanyaan demi pertanyaan itu muncul seolah tidak
merasa puas dengan kenyataan hidup, atau sebaliknya? Islam
sebagai agama melalui kajian al quran dan hadits-hadits
Rasulullah dapat menjawab pertanyaan demi pertanyaan
tersebut dengan menanamkan kepercayaan terhadap Allah
dan Rasulullah. Oleh karena itu jugalah penulis mencoba
menghadirkan jawaban-jawaban yang bersumber dari nashnash al Quran dan beberapa Hadits Nabi saw, sekaligus dapat
memberikan keyakinan yang kuat dalam diri.
Jikalau manusia menjadikan kehidupan dunia sebagai bentuk
yang mempesonakan terhadap kemewahan harta, kebanggaan
memiliki anak-anak dan lainnya, atau sangat mencintai
perabot kehidupan duniawi, sehingga lalai dan lupa akan
sebuah hakikat, maka islam menjawabnya, bahwa semua
bentuk kesenangan dunia tersebut bersifat temporer, sebuah
sandiwara, permainan dan kesenangan sesaat. Maka, untuk
apa terlalu mengejar kesenangan sesaat sementara
kesenangan yang kekal dan hakikat adalah akhirat?.
88
92
spiritualitas
adalah
agama
eksistensial; keyakinan,
komitmen tertinggi, sebagaimana mereka bergerak
sepanjang urat syaraf, tindakan langsung di samping juga
pikiran, perasaan. Spiritualitas adalah hidup, filsafat yang
dialami, teologi, kebijaksanaan atau apapun yang
diinginkan seseorang agar diperlihatkan orang lain.
Dalam hal ini spiritualitas bersifat komprehensif karena
dalam spiritual menyentuh semua aspek kehidupan
seseorang termasuk kontribusinya bagia agama atau
komunitas karena spiritualitas mewarnai, jika bukannya
menentukan inti seseorang. Cahaya spiritual akan
mengakibatkan munculnya perhatian yang luar biasa. Tidak
sulit membuat argumen bahwa di dalam semua spiritualitas
yang tetap bertahan pada saat ini, cahaya akan
mengakibatkan munculnya perhatian yang sama.
b. Kebutuhan Manusia Pada Spiritualitas
Spiritual memiliki kekuatan untuk mentransformasi
kehidupan kita dan bahkan dapat mengubah realitas
kehidupan fisik di sekitar kita. Ada sebuah kisah menarik
tentang hakikat kecerdasan spiritual sebagai berikut:
Pada suatu sore menjelang malam, ada tiga orang tua
yang sedang berdiri di depan pintu sebuah rumah.
Ketiganya kelihatan seperti sedang dalam perjalanan jauh.
Namun meskipun demikian tidak tampak tanda kelelahan
atau kegetiran dari raut muka mereka. Beberapa saat
kemudian keluarlah seorang wanita dari dalam rumah
tersebut. Melihat ketiga orang tua tersebut, wanita ini
menjadi iba dan mempersilahkan mereka untuk masuk ke
rumah dan makan malam bersama dengan keluarga di
rumah tersebut.
Salah
satu
dari
ketiga
orang
tua
tersebut
menjawab,Perkenalkan nama saya adalah wealth (yang
berarti kekayaan), dia bernama success (yang berarti
kesuksesan),
dan
teman
saya
yang
satu
lagi
bernama love (yang artinya kasih). Kami tidak dapat masuk
bersama-sama ke dalam rumah. Anda harus memilih siapa
di antara kami yang Anda undang untuk masuk ke dalam?
103
106
berdosa
(vertikal)
dan
rasa
bersalah
interaksi
dengan
alam
dan
sesama
faktor-faktor
lain,
yaitu emotional
intelligence:
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan
menghadapi frustrasi; mengendalikan dorongan hati, dan
tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati
dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan
kemampuan berpikir; berempati dan berdoa.
Setelah muncul paradigm EQ yang menghebohkan
tersebut, dunia diramaikan lagi dengan temuan yang lebih
komprehensif, yaitu kecerdasan spiritual. Keramaian ini
meluas tidak saja di lembaga-lembaga keagamaan, namun
juga di perusahaan-perusahaan besar yang berkeinginan
menumbuhkan dan mengembangakan segi-segi kecerdasan
spiritual pada staf dan karyawannya dalam aktivitas
menjalankan rada bisnis mereka. Walaupun begitu untuk
kasus Indonesia harus diakui walaupun penduduknya
mayoritas muslim namun segmen masyarakat yang
mengenal SI belum sebanding dengan jumlah tersebut. Hal
ini dapat dimengerti karena SI wacana baru dalam
masyarakat Indonesia. Hal ini sejalan dengan apa yang
disinyalir
dalam
website www.amazon.com berkaitan
dengan
sebuah
buku
yang
berjudul The
Spiritual
Intelligence Hanbook karya Paul Edwards (1999). Website
ini
mengemukakan
komentar
unik
dan
sedikit
memprihatinkan mayoritas pembaca memang belum
pernah mendengar wacana SI, membacanya, apalagi
berdiskusi dengan orang lain tentang kecerdasan spiritual
ini .
Selain itu belum begitu tersosialisasinya wacana SI ini,
disebabkan oleh wacana ini memang benar-benar sesuatu
yang anyar dan terkesan istimewa (luxurious) ditataran
pemikiran intelektual, di dunia sekalipun. Padahal, SQ is
the necessary foundation for the effective functioning of
both IQ and EQ. Its our ultimate intelligence kata Zohar
dan Marshall. Ini benar-benar luar biasa. SI sebagai puncak
kecerdasan merupakan wawasan pemikiran yang sangat
luar biasa mengagumkan, dan sekaligus argumen
pemikiran tentang betapa pentingnya hidup sebagai
manusia yang cerdas secara spiritual.
109
humanistik
tentang need
actualization.
Kecerdasan
manusia menurut Zohar dan Marshall ada tiga macam dan
semuanya berasal dari kode genetik serta ada sepanjang
sejarah planet ini. Ketiga jenis kecerdasan tadi bekerja
melalui dan dikendalikan oleh jaringan saraf dalam otak
manusia. Ketiga bentuk kecerdasan tersebut adalah (1)
kecerdasan intelektual yaitu fungsi berpikir rasional, logis,
dan tata-aturan yang dikenal dengan IQ, (2) kecerdasan
emosional sebagai fungsi berpikir asosiatif, yang lumrahnya
dibentuk oleh kebiasaan dan pengalaman dan dikenal
dengan EQ, dan (3) kecerdasan spiritual sebagai fungsi
berpikir kreatif, berwawasan, dan membuat atau
mementahkan aturan, inilah yang dikenal dengan SQ/SI.
Selanjutnya mereka menyimpulkan bahwa terdapat tiga
proses
psikologis
dalam
diri
manusia
yaitu
(1) prapersonal yang bersifat instingtif dan asosiatif, yang
disebut Freud id dan ini merupakan proses primer,
(2) personal yaitu
fenomena ego yang
bersifat
logis,
rasional, dan linier yang kemudian disebut proses sekunder,
dan (3) transpersonal yang bersifat unitif (integratif)
sehingga melampaui diri ego menuju inti wujud yang
kemudian disebut proses tersier (Daris Tamin, 2009: 37-38).
Dalam pandangan Zohar dan Marshall transendensi yang
dianggap sebagai kualitas tertinggi dari kehidupan spiritual
bukanlah sebagai sesuatu yang berada di balik materi
sebagaimana anggapan para agamawan, tetapi merupakan
sesuatu
yang
lebih
sederhana
namun
sekaligus
fundamental. Transenden merupakan sesuatu yang
beyond untuk mengatasi masa kini, mengatasi rasa suka
dan duka, bahkan untuk mengatasi diri pada saat ini dan
membawanya melampaui batas-batas pengetahuan dan
pengalaman untuk ditempatkan dalam konteks yang lebih
luas; sesuatu yang memberi kesadaran tentang sesuatu
yang luar biasa dan tak terbatas, baik itu sesuatu di dalam
diri maupun di dunia sekitar. Transendensi boleh dikaitkan
dengan Tuhan; boleh juga dikaitkan dengan pengalaman
mistik; boleh juga untuk merasakan keindahan bunga,
menikmati alunan musik, atau senyuman innocent dari
seorang bayi.
114
117
BAB IV
ISLAM DAN PERSOALAN HIDUP DAN KERJA
2. Hakekat hidup dan kerja
Dalam diri manusia terdapat apa yang disebut dengan nafs sebagai
potensi yang membawa kepada kehidupan. Dalam pandangan Al-Quran
, nafs diciptakan Allah dalam keadaan sempurna untuk berfungsi
menampung
serta
mendorong
manusia
berbuat
kebaikan
dan
menyucikannya
dan
merugilah
orang-orang
ayat
286
Allah tidak
membebani
seseorang
kamu
tidak
diberi
ilmu
kecuali
sedikitAda
yang
berpendapat, bahwa ruh itu sama dengan nyawa, tetapi apa bedanya
manusia dengan orang utan, monyet dan binatang yang lain ?. Dalam
surat al-muminun dijelaskan bawa dengan ditiupkannya ruh, maka
menjadilah makhluk ini khalq akhar (makhluk yang unik) , yang
berbeda dengan makhluk lain. Karena manusia memiliki ruh lah ia
mudah menerima wahyu dari Allah swt. Mempelajari wahyu dikatakan
santapan
rohani,
bukan
santapan
nyawa.
Manusia
berpotensi
dari Allah swt. Adalah apabila orang itu jauh dari sifat malas,
senang melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, rajin
bekerja, tidak menyia-nyiakan waktu, menyadari bahwa semua
aktifitas yang dilakukan adalah dalam rangka beribadah kepada Allah
swt.
123