Anda di halaman 1dari 3

Nama : Opilona Badriyah

Tugas Landasan Pedagogik Resume Kelompok 2

NIM : 1605278
Kelas : B
RESUME PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN DALAM ASPEK ONTOLOGIS,
EPISTIMOLOGIS DAN AKSIOLOGIS
Pendidikan merupakan bimbingan secara sadar dari pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani peserta didik menuju terbentuknya manusia yang memiliki kepribadian yang ideal. Jhon Dewey (dalam,
Arifin 1987) mengemukakan bahwa pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang
fundamental, yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya rasa (emosi) manusia. Pendidikan diraih
melalui teori-teori yang disampaiman oleh pendidik berdasarkan keilmuannya. Raplh Ross dan Ernest Van Den
Haag (1957) mengemukakan bahwa ilmu ialah empiris, rasional, umum, dan terkumpul/tersusun; dan
keseluruhannya saling berkaitan. Berdasarkan uraian tersebut, ilmu adalah usaha pemahaman manusia yang
disusun dalam suatu sistem yang kebenarannya diuji empiris, riset, dan eksperimental untuk dijadikan suatu
pengetahuan.
Ashley Montagu (1958) dalam bukunta 'The Cultured Man' memberikan menyatakan bahwa ilmu
pengetahuan sebagai pengetahuan yang disusun dalam suatu sistem yang berasal dari pengalaman, studi, dan
percobaan yang telah dilakukan dan dipakai untuk menentukkan hakikat prinsip tentang hak yang sedang
dipelajari. Berdasarkan pernyataan tersebut ilmu pengetahuan merupakan sebuah sarana yang dapat dimengerti
oleh manusia sebagai usaha untuk mengetahui tentang sesuatu, oleh karena itu ilmu pengetahuan erat kaitannya
dengan pendidikan.
Implementasi filsafat pendidikan perlu dipahami dan dijalankan oleh semua pihak yang terlibat dalam
pendidikan agar terlaksananya pembangunan dalam pendidikan. Kneller (1971) mengemukakan bahwa filsafat
pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalahmasalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi
masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks. Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan
dapat kita kaji dari beberapa aspek filsafat, yaitu dari sudut pandang ontologis, epistimologis, dan juga
aksiologis.
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat. Ontologis berasal dari kata Ontos yang berarti sesuatu
yang berwujud dan logos yang berarti ilmu. Jalaludin & Abdullah (2013) mengemukakan bahwa ontologi
merupakan ilmu hakikat yang menyelidiki alam nyata dan bagaimana keadaan yang sebenarnya, apakah hakikat
di balik alam nyata ini. Ontologis membahas mengenai realitas dengan apa adanya dan kebenaran suatu fakta.
Untuk itu diperlukan pola berfikir yang didasarkan pada bagaiman ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar
pembahasan relaitas. Suriasumantri (1985), ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa
jauh kita ingin tahu, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang "ada". Telaah ontologis
menjawab pertanyaan-pertanyaan: a) apakah objek ilmu akan di telaah, b) bagaimana wujud yang hakiki dari
objek tersebut, dan c) bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir,
merasa , dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.
Syarat pendidikan dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan memiliki 2 objek bahasan, yaitu objek
material dan objek formal. Bagus (1996) menyatakan bahwa objek material adalah sesuatu yang dijadikan
sasaran pemikiran (gegenstand), sesuatu yang diselidiki atau sesuatu yang dipelajari. Objek material mencakup
apapun, baik hal yang konkret (badan manusia, badan hewan, tumbuhan, batu, kayu dan tanah) maupun hal-hal
yang abstrak (ide-ide, nilai-nilai, angka). Sedangkan objek material menurut Mudyahardjo (2008) adalah
kajian-kajian dalam ilmu pendidikan.
Dalam objek materialnya adalah manusia dan manusia ini dapat ditinjau dari berbagai sudut pandangan,
sehingga ada beberapa ilmu (objek formal) yang mempelajari manusia, diantaranya:fisiologi, anatomi,
psikologi, antropologi, sosiologi, ilmu pendidikan, dan sebagainya. Sedangkan pedagogik memiliki objek
formal yang spesifik, yaitu manusia. Driyarkara, (1980) mengatakan bahwa objek formal adalah suatu bentuk
yang khas atau spesifik dari objek material yang dipelajari oleh suatu ilmu. Sedangkan menurut M.J.
Langeveld, 1980) objek formal pedagogik adalah fenomena pendidikan atau situasi pendidikan.

Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yakni episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang
berarti ilmu. Wattimena (2008 : 30) menyebutkan bahwa epistemologi adalah salah satu cabang dari filsafat
yang hendak membuat refleksi kritis terhadap dasar-dasar dari pengetahuan manusia. Sedangkan menurut
Rasyidin (2007 : 18) cabang permasalahan epistemologi mempertanyakan dan menyelidiki masalah
pengetahuan dan bagaimana caranya pengetahuan diperoleh manusia sebagai bagian dari kebenaran (ways of
knowing).
Aksiologi berasal dari kata Yunani, axion (nilai) dan logos (teori) yang berarti teori tentang nilai (Salam,
1997). Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu
sendiri dan bagaimana manusia menggunakan ilmu tersebut. Objek kajian aksiologi menyangkut masalah nilai
kegunaan ilmu karena ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral sehingga nilai kegunaan
ilmu itu dapat dirasakan oleh masyarakat. Aksiologi memiliki banyak kegunaan, diantaranya membangkitkan
pengetahuan baru tentang dunia dan menciptakan kerangka referensi yang menyediakan cara baru melihat diri
dan lingkungan bersifat objektif dan independen.
Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke
arah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya (Sadulloh,
2010). praktek pendidikan terdapat upaya dan usaha-usaha tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Maka dari
itu pendidik harus mengetahui teori-teori dalam mendidik agar supaya mengurangi berbagai kesalahan
pendidikan. Pendidikan dalam pelaksanaannya berbentuk pergaulan yang tertuju kepada tujuan pendidikan
antara pendidik dan anak didik.
Soeroso (2008 : 5) mengungkapkan bahwa ramalan yang ada di dalam ilmu pengetahuan adalah ramalan
yang didasarkan pada data yang autentik atau data yang dapat dipercaya kebenarannya. Ilmu pengetahuan
bersifat prediktif, artinya dapat meramalkan atau memprediksi masa depan. Ramalan dan kontrol menjadi
tujuan dari ilmu pengetahuan dalam perkembangannya. Teori-teori ilmu pengetahuan memungkinkan manusia
memprediksi kejadian yang akan datang sehingga dapat dikendalikan.
Dasar ontologi pendidikan adalah objek materi pendidikan ialah sisi yang mengatur seluruh kegiatan
kependidikan. Jadi hubungan ontologi dengan pendidikan menempati posisi landasan yang terdasar dari fondasi
ilmu dimana disitulah teletak undang-undang dasarnya dunia ilmu. Kajian ontologis pendidikan merupakan
wilayah kajian filosofis yang tidak bisa dipisahkan dari masalah realitas kehidupan di masyarakat. Masalah
ontologis berkaitan erat dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, yang erat kaitannya dengan landasan
fiolosofis pendidikan yang menjadi acuan perumusan tujuan yang lebih umum.
Salah satu aspek epistemologi ilmu pengetahuan sebagai pendidikan adalah metode. Dahlan (2014)
mengungkapkan kaitan metode dengan epistemologis bermula dari salah satu aspek epistemologis yaitu
metodologi, dimana metode adalah wujud dari metodologi. Ilmu pengetahuan berkembang dengan berbagai
metode ilmiah. Diantara metode yang umum digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah metode kuantitatif dan
metode kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk meneliti hal-hal yang dapat diukur, dibandingkan,
bersifat numerik. Datanya disajikan dalam bentuk chart, tabel, dan dihitung dengan rumus. Hasil dari penelitian
dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini dituangkan dalam bentuk laporan deskriptif atau uraian. Teori
aksiologi ilmu pendidikan tidak hanya penting sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk
memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab.
Implikasi dari landasan aksiologis terhadap pendidikan, yaitu memberi wawasan kepada pendidik/guru
untuk dapat secara kreatif mencari makna dan nilai manfaat dari ilmu, serta metode dan strategi belajar yang
efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran yang mendidik. Ilmu pendidikan mempunyai nilai
aksiologis bukan hanya pada tataran hasil pendidikan, tetapi tujuan maupun prosesnya telah menggambarkan
nilai-nilai yang akan dicapai, nilai-nilai proses yang dilaluinya, serta hasil yang diharapkan.
Contoh penerapan aksiologi dalam pendidikan adalah dengan adanya mata pelajaran ilmu sosial dan
kewarganegaraan yang mengajarkan bagaimanakah etika atau sikap yang baik itu, selain itu adalah mata
pelajaran kesenian yang mengajarkan mengenai estetika atau keindahan dari sebuah karya manusia. Dasar
aksiologis pendidikan adalah kemanfaatan teori pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi
juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan
manusia secara beradab.

Ilmu memiliki komponen-komponen yang saling berhubungan. Senn dalam Suriasumantri (2001 : 111)
mengungkapkan empat komponen utama dari sistem ilmu, yaitu (1) perumusan masalah, (2) pengamatan dan
deskripsi, (3) penjelasan, (4) ramalan dan kontrol. Ilmu pengetahuan terus menerus berkembang sejalan dengan
dilakukannya penelitian setiap waktu. Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan teori-teori baru, produk
baru, dan temuan-temuan yang dapat meramalkan kejadian di masa depan. Salah satu fungsi ilmu pengetahuan
adalah sebagai ramalan atau prediksi. Ramalan muncul dari adanya sebab akibat yang dihasilkan oleh suatu
penelitian, sehingga untuk mempersiapkan diri terhadap kemungkinan di masa yang akan datang, peneliti dapat
menyusun tindakan dalam menghadapinya. Fungsi atau komponen lain dari ilmu pengetahuan adalah sebagai
kontrol. Berkaitan dengan prediksi yang lahir dari sebuah penelitian, maka ilmuwan atau peneliti dapat
mengontrol hal-hal yang diprediksi akan terjadi. Fungsi kontrol ini juga memungkinkan kita untuk
mengendalikan kemungkinan di masa depan dan menyiapkan solusi sebelum masalah benar-benar terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Sumber Pustaka Buku
Arifin, H.M. (1987). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara.
Bagus, L. (1996). Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Dahlan, A. (2014). Hakikat Epistemologi dalam Kajian Filsafat Ilmu. Diakses pada tanggal 26 September 2016,
dari: http://www.eurekapendidikan.com.
Driyarkara, N. (1980). Capita Selecta Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: IKIP Sanata Dharma.
Jalaluddin & Abdullah. (2014). Filsafat pendidikan: manusia, filsafat, dan pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Kneller, G. (1971). Introduction to the philosophy of education. New York, Wiley.
Langeveld, M.J. (1980). Pedogogik teoritis sistematis. Bandung: Jemmars.
Montagu, A. (1958). The Cultured Man. Literary Licensing, LLC.
Mudyahardjo, R. (2008). Filsafat Ilmu Pendidikan: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rasyidin, W. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian I: Ilmu Pendidikan Teoretis Tim Pengembangan
FIP UPI 2007. Diakses pada tanggal 22 September 2016, dari: https://books.google.co.id.
Ross, R. & Van Den Haag, E. (1957). The Fabric of Society. New York, hal. 195.
Salam, B. (1997). Logika Materil Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta:Rineka Cipta.
Soeroso, A. (2008). Sosiologi 1. Diakses pada tanggal 29 sept 2016, dari: https://books.google.co.id.
Suriasumantri, Jujun S. (1985). Filsafat ilmu sebuah pengantar popular. Jakarta: Sinar Harapan.
Syam, M. N. (1988). Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.
Wattimena, R. (2008). FILSAFAT DAN SAINS Sebuah Pengantar. Jakarta: PT Grasindo. Diakses tanggal 26
september 2016, dari: https://books.google.co.id.

Anda mungkin juga menyukai