BATUBARA
BATUBARA
A. Pengertian
Batubara adalah termasuk salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya
adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik,
utamanya
adalah
sisa-sisa
tumbuhan
dan
terbentuk
melalui
proses
Pembentukan
batubara
dimulai
sejak
Carboniferous
Period
(Periode
Pembentukan Karbon atau Batu Bara) dikenal sebagai zaman batu bara pertama
yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari
setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu
pembentukan, yang disebut sebagai maturitas organik. Proses awalnya gambut
berubah menjadi lignite (batu bara muda) atau brown coal (batu bara coklat) Ini
adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan
batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari
hitam pekat sampai kecoklat-coklatan.
Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan
tahun, batu bara muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah
maturitas organiknya dan mengubah batu bara muda menjadi batu bara subbitumen. Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara
menjadi lebih keras dan warnanya lebh hitam dan membentuk bitumen atau
antrasit. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik yang semakin
tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.
B. Materi Pembentuk Batubara
Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis
tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah
sebagai berikut:
Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat
sedikit endapan batubara dari perioda ini.
Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga.
Sedikit endapan batubara dari perioda ini.
Pteridofita, umur Devon Atas hingga KArbon Atas. Materi utama pembentuk
batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa
bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah.
Tumbuhan
heteroseksual,
mengandung
kadar
getah
biji
terbungkus
(resin)
tinggi.
dalam
Jenis
buah,
semisal
Pteridospermae
pinus,
seperti
Tingkat perubahan yang dialami batu bara, dari gambut sampai menjadi
antrasit disebut sebagai pengarangan memiliki hubungan yang penting dan
hubungan tersebut disebut sebagai tingkat mutu batu bara. Berdasarkan tingkat
proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batubara
umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan
gambut.
Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan
(luster) metalik, mengandung antara 86% 98% unsur karbon (C) dengan
kadar air kurang dari 8%.
Bituminus mengandung 68 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10%
dari beratnya. Kelas batubara yang paling banyak ditambang di Australia.
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh
karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan
bituminus.
Lignit atau batubara coklat adalah batubara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya.
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang
paling rendah.
D. Pembentukan Batubara
Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batubara
disebut dengan istilah pembatubaraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap
proses yang terjadi, yakni:
Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman
terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses
perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang
dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material
organik serta membentuk gambut.
Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi
bituminus dan akhirnya antrasit.
yang telah mati mengalami transportasi oleh media air dan terakumulasi
disuatu tempat, tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami coalification.
Ciri :
-Penyebaran tidak luas tetapi banyak
-kualitas kurang baik (mengandung psr pengotor).
Cth : pengendapan delta di aliran sungai mahakam
E. Bentuk Lapisan-Lapisan Batubara
Berdasarakan lapisan batubata dibagi menjadi 2 yaitu Plies (lapisan utuh) dan
Split (terdapat 2 lapisan atau lebih). Pada awal pembentukan gambut sebagian
besar perlapisan mendatar (tergantung dr topografi cekungan pengendapannya).
Setelah bekerja gaya geologi akan terdapat bermacam macam bentuk
perlapisan Batubara. Antara lain: Horse Back (tjd post depositional), Pinch (tjd post
depositional), Burriea Hill ( tjd krn adanya intrusi magma), Fault (patahan), dan
Lipatan. atahan bukan hanya tjd krn gempa namun juga bisa krn lap dibawahnya
adl psr yg dlm keadaan jenuh bisa berpindah.
F. Penambangan BatuBara
Proses penambangan batu bara sangat ditentukan oleh unsur geologi
endapan batu bara. Pada umumnya, terdapat 2 proses penambangan batu bara,
yaitu :
1. Tambang bawah tanah/dalam
Ada 2 metode penambangan bawah tanah, yaitu metode room-and-pillar dan tambang
longwall.
Pada tambang room-and-pillar, endapan batu bara ditambang dengan memotong jaringan
ruang ke dalam lapisan batu bara dan membiarkan pilar batu bara untuk menyangga atap tambang.
Pada metode ini, penambangan batu bara juga dapat dilakukan dengan cara yang disebut retreat
mining (penambangan mundur), dimana batu bara diambil dari pilar-pilar tersebut pada saat para
penambang kembali ke atas. Atap tambang kemudian dibiarkan ambruk dan tambang tersebut
ditinggalkan.
Tambang longwall mencakup penambangan batu bara secara penuh dari suatu bagian lapisan
atau muka dengan menggunakan gunting-gunting mekanis. Penambangan dengan metode ini,
membutuhkan penelitian geologi yang mendukung serta perencanaan yang hati-hati, sebelum
memulai penambangan. Setelah batu bara diambil dari daerah tersebut, atap tambang kemudian
dibiarkan ambruk.
Keuntungan utama dari tambang roomand-pillar daripada tambang longwall adalah, tambang
room-and-pillar dapat mulai memproduksi batu bara jauh lebih cepat, dengan menggunakan biaya
penyediaan peralatan bergerak kurang dari 5 juta dolar (peralatan tambang longwall dapat mencapai
50 juta dolar).
2. Tambang terbuka/permukaan
Tambang terbukajuga disebut tambang permukaanhanya memiliki nilai
ekonomis apabila lapisan batu bara berada dekat dengan permukaan tanah.
Metode tambang terbuka juga memberikan keuntungan yang lebih besar dari
tambang bawah tanah, karena seluruh lapisan batu bara dapat dieksploitasi (90%
atau lebih dari batu bara dapat diambil). Tambang terbuka yang besar dapat
meliputi daerah berkilo-kilo meter persegi dan menggunakan banyak alat yang
besar, termasuk dragline (katrol penarik), yang memindahkan batuan permukaan,
power
shovel
(sekop
hidrolik),
truk-truk
besar
yang
mengangkut
batuan
permukaan dan batu bara, bucket wheel excavator (mobil penggali serok),dan ban
berjalan.
Batuan permukaan yang terdiri dari tanah dan batuan dipisahkan pertama
kali dengan bahan peledak. Batuan permukaan tersebut kemudian diangkut
dengan menggunakan katrol penarik atau dengan sekop dan truk. Setelah lapisan
batu bara terlihat, lapisan batu bara tersebut digali dan dipecahkan kemudian
ditambang secara sistematis dalam bentuk jalur-jalur. Kemudian batu bara dimuat
ke dalam truk besar atau ban berjalan untuk diangkut ke pabrik pengolahan batu
bara atau langsung ke tempat dimana batu bara tersebut akan digunakan.
pengangkutan
penggunaannya,
ditentukan
batu
dari
bara
jarak
dari
tambang
menuju
tempat
harus
ditempuh
dalam
yang
penngangkutan tersebut. Untuk jarak dekat, batu bara umumnya diangkut dengan
menggunakan ban berjalan atau truk. Untuk jarak yang lebih jauh di dalam pasar
dalam negeri, batu bara diangkut dengan menggunakan kereta api atau tongkang.
Pada beberapa kasus, batu bara tersebut diangkut melalui jaringan pipa
(sebelumnya dicampur dengan air untuk membentuk bubur batu).
Kapal laut umumnya digunakan untuk pengakutan internasional dalam
ukuran berkisar dari Handymax (40-60,000 DWT), Panamax (about 60-80,000
DWT) sampai kapal berukuran Capesize (sekitar lebih dari 80,000 DWT). Sekitar
700 juta ton batu bara diperdagangkan secara internasional pada tahun 2003 dan
sekitar 90% dari jumlah tersebut diangkut melalui laut. DWT Deadweight Tonnes
(Bobot Mati) yang mengacu ke kapasitas bobot mati suatu kapal, termasuk
kargonya, tangki bahan bakar, air bersih, simpanan dll.
H. Gasifikasi Batubara
Coal gasification adalah sebuah proses untuk merubah batubara padat
menjadi gas batu bara yang mudah terbakar (combustible gases), setelah proses
menggunakan
udara
dan
uap
air
sebagai
reacting-gas
kemudian
menghasilkan water gas atau coal gas, gasifikasi secara nyata mempunyai tingkat
emisi udara, kotoran padat dan limbah terendah.
Tetapi, batubara bukanlah bahan bakar yang sempurna. Terikat didalamnya
adalah sulfur dan nitrogen, bila batubara ini terbakar kotoran-kotoran ini akan
dilepaskan ke udara, bila mengapung di udara zat kimia ini dapat menggabung
dengan uap air (seperti contoh kabut) dan tetesan yang jatuh ke tanah seburuk
bentuk asam sulfurik dan nitrit, disebut sebagai hujan asam acid rain. Disini
juga ada noda mineral kecil, termasuk kotoran yang umum tercampur dengan
batubara, partikel kecil ini tidak terbakar dan membuat debu yang tertinggal di
coal combustor, beberapa partikel kecil ini juga tertangkap di putaran combustion
gases bersama dengan uap air, dari asap yang keluar dari cerobong beberapa
partikel kecil ini adalah sangat kecil setara dengan rambut manusia.
I. Bahaya Limbah Cair Pertambangan Batubara
Saat ini banyak analis pertambangn yang tidak mamu mengekspose secara
detail tentang bahaya air cucuian batubara. Limbah cucian batu bara yang
ditampung dalam bak penampung sangat berbahaya karena mengandung logamlogam beracun yang jauh lebih berbahaya disbanding proses pemurnian
pertambangan emas yang mengunakan sianida (CN). Proses pencucian dilakukan
untuk menjadi batubara lebih bersih dan murni sehingga memiliki nilai jual tinggi.
Proses ini dilakukan karena pada saat dilakukan eksploitasi biasanya batubara
bercampur tanah dan batuan.
Agar lbih mudah dan muerah, dibuatlah bak penampung untuk pencucian.
Kolam penampung itu berisi air cucian yang bercampur lupur. LSM lingkungan
JATAM menyebutnya dana beracun yang berisi miliaran gallon limbah cair
batubara. Sluge mengandung bahan kimia karsinogenik yang digunakan dalam
pemrosessan batubara yang logam berat berancun yang terkandung di batubara
seperti arsenic, merkuri, kromium, boron, selenium dan nikel.
terhadap
pertambangan.Unsure
bahaya
beranu
sluge
kepada
menyebabkan
masyarakat
penyakit
kulit,
di
sekitar
gangguan
pencernaan, paru dan penyakit kanker otak. Air sungai tempat buangan limbah
digunakan masyarkat secara terus menerus. Gejala penyakit itu biasa akan
tampka setelah bahan beracun terakumulasi dalam tubuh manusia.
Beberapa perusahaan tambang di Kalimantan Timur ditengarai tridak
melakukan pengelolaan water treatmen terhadap limbah buangan tambang dan
juga tanpa penggunaan bahan penjernih Aluminum Clorida, Tawar dan kapur.
Akibatnya limbang buann tambang menyebabkan sungai sarana pembuagan
limbah cair berwarna keruh.
J. Membuat Batubara Bersih
Ada beberapa cara. Contoh sulfur, sulfur adalah zat kimia kekuningan yang
ada sedikit di batubara, pada beberapa batubara yang ditemukan di Ohio,
Pennsylvania, West Virginia dan eastern states lainnya, sulfur terdiri dari 3 sampai
10 % dari berat batu bara, beberapa batu bara yang ditemukan di Wyoming,
Montana dan negara-negara bagian sebelah barat lainnya sulfur hanya sekitar
1/100ths (lebih kecil dari 1%) dari berat batubara. Penting bahwa sebagian besar
sulfur ini dibuang sbelum mencapai cerobong asap.
Satu cara untuk membersihkan batubara adalah dengan cara mudah
memecah batubara ke bongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Beberapa
sulfur yang ada sebagai bintik kecil di batu bara disebut sebagai pyritic sulfur
karena ini dikombinasikan dengan besi menjadi bentuk iron pyrite, selain itu
dikenal sebagai fools gold dapat dipisahkan dari batubara. Secara khusus pada
proses satu kali, bongkahan batubara dimasukkan ke dalam tangki besar yang
terisi air , batubara mengambang ke permukaan ketika kotoran sulfur tenggelam.
Fasilitas pencucian ini dinamakan coal preparation plants yang membersihkan
batubara dari pengotor-pengotornya.
Tidak semua sulfur bisa dibersihkan dengan cara ini, bagaimanapun sulfur
pada
batubara
adalah
secara
kimia
benar-benar
terikat
dengan
molekul
karbonnya, tipe sulfur ini disebut organic sulfur, dan pencucian tak akan
menghilangkannya. Beberapa proses telah dicoba untuk mencampur batubara
dengan bahan kimia yang membebaskan sulfur pergi dari molekul batubara, tetapi
kebanyakan proses ini sudah terbukti terlalu mahal, ilmuan masih bekerja untuk
mengurangi biaya dari prose pencucian kimia ini.
Kebanyakan pembangkit tenaga listrik modern dan semua fasilitas yang
dibangun setelah 1978 telah diwajibkan untuk mempunyai alat khusus yang
dipasang untuk membuang sulfur dari gas hasil pembakaran batubara sebelum
gas ini naik menuju cerobong asap. Alat ini sebenarnya adalah flue gas
desulfurization units, tetapi banyak orang menyebutnya scrubbers karena
mereka men-scrub (menggosok) sulfur keluar dari asap yang dikeluarkan oleh
tungku pembakar batubara.
a. Membuang NOx dari batubara
Nitrogen secara umum adalah bagian yang besar dari pada udara yang
dihirup, pada kenyataannya 80% dari udara adalah nitrogen, secara normal atomatom nitrogen mengambang terikat satu sama lainnya seperti pasangan kimia,
tetapi ketika udara dipanaskan seperti pada nyala api boiler (3000 F=1648 C),
atom nitrogen ini terpecah dan terikat dengan oksigen, bentuk ini sebagai
nitrogen oksida atau kadang kala itu disebut sebagai NOx. NOx juga dapat
dibentuk dari atom nitrogen yang terjebak didalam batubara.
Di udara, NOx adalah polutan yang dapat menyebabkan kabut coklat yang
kabur yang kadang kala terlihat di seputar kota besar, juga sebagai polusi yang
membentuk acid rain (hujan asam), dan dapat membantu terbentuknya sesuatu
yang disebut ground level ozone, tipe lain dari pada polusi yang dapat membuat
kotornya udara.
Salah satu cara terbaik untuk mengurangi NOx adalah menghindari dari
bentukan asalnya, beberapa cara telah ditemukan untuk membakar barubara di
pemabakar dimana ada lebih banyak bahan bakar dari pada udara di ruang
pembakaran
yang
terpanas.
Di
bawah
kondisi
ini
kebanyakan
oksigen
batubara
konvensional
(menggunakan
udara)
yang
hanya
menghasilkan CO2 sekitar 13% pada gas keluaran. Gas keluaran dengan
kandungan CO2 sampai 95% bahkan dapat langsung digunakan untuk proses oil
enhanced recovery (EOR). Pembakaran batubara menggunakan campuran O2/CO2
ditampilkan pada gambar di bawah ini.
(fuel)
dibakar
dalam
sebuah
combustion
chamber
dengan
sangat
pemisahan
signifikan
di
karbondioksida
aliran
itu
keluaran
sendiri.
sehingga
Pemisahan
memudahkan
proses
karbondioksida
dapat
konvensional. Hal itu dibuktikan dari kandungan karbon baik pada fly ash maupun
bottom ash yang jauh lebih sedikit.
L. Batubara di Indonesia
Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan
Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera
dan Kalimantan), pada umumnya endapan batubara ekonomis tersebut dapat
dikelompokkan sebagai batubara berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kirakira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta
tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi.
Batubara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar
khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong kubah
gambut yang terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah
sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi
dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem
dan membentuk lapisan batubara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan
menebal secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada batubara Miosen.
Sebaliknya, endapan batubara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu dan
sulfur tinggi. Kedua umur endapan batubara ini terbentuk pada lingkungan
lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah pembentukan gambut
yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian besar Kalimantan.
Potensi sumberdaya batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di
Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat
dijumpai batubara walaupun dalam jumlah kecil dan belum dapat ditentukan
keekonomisannya, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi.
Di Indonesia, batubara merupakan bahan bakar utama selain solar (diesel
fuel) yang telah umum digunakan pada banyak industri, dari segi ekonomis
batubara jauh lebih hemat dibandingkan solar, dengan perbandingan sebagai
berikut: Solar Rp 0,74/kilokalori sedangkan batubara hanya Rp 0,09/kilokalori,
(berdasarkan harga solar industri Rp. 6.200/liter).
Dari segi kuantitas batubara termasuk cadangan energi fosil terpenting bagi
Indonesia. Jumlahnya sangat berlimpah, mencapai puluhan milyar ton. Jumlah ini
sebenarnya cukup untuk memasok kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun
ke depan. Sayangnya, Indonesia tidak mungkin membakar habis batubara dan
mengubahnya menjadi energis listrik melalui PLTU. Selain mengotori lingkungan
melalui polutan CO2, SO2, NOx dan CxHy cara ini dinilai kurang efisien dan kurang
memberi nilai tambah tinggi.