Anda di halaman 1dari 11

JURTIK - STMIK BANDUNG (edisi Mei 2012)

KEBUTUHAN WEB SERVICE UNTUK SINKRONISASI DATA ANTAR


SISTEM INFORMASI DALAM E-GOV DI PEMKAB BANTUL YOGYAKARTA
1

Edhy Sutanta1, Khabib Mustofa2


Mahasiswa Program S3 Ilmu Komputer, FMIPA, UGM
2
Dosen Program S3 Ilmu Komputer, FMIPA, UGM
1
edhy_sst@yahoo.com, 2 khabib@ugm.ac.id

Abstrak
Pemkab Bantul yang merupakan bagian wilayah pemerintahan Propinsi DIY telah
mengembangkan sebanyak 28 aplikasi sistem informasi untuk untuk mendukung kegiatan
administrasi, pengolahan data internal, dan layanan informasi publik. Di samping itu, saat ini
Pemkab Bantuk juga sudah mengembangkan dan mengelola website http://bantulkab.go.id/ yang di
dalamnya telah dikembangkan sebanyak 33 aplikasi yang sebagian besar dapat diakses dari portal
web Pemkab, dan sebagian yang lain merupakan sub domain dalam portal web Pemkab. Berbagai
upaya peningkatan pemanfaatan TIK terus dilakukan oleh Pemkab Bantul dalam rangka
meningkatkan kualitas e-Gov. Dalam rangka mencapai visi bidang TIK, saat ini terdapat
permasalahan penting dan perlu segera diatasi yaitu bagaimana melakukan sinkronisasi data
antara aplikasi yang telah ada. Makalah ini berusah mengungkap kondisi sistem informasi di
lingkungan Pemkab Bantul dan bagimana mengatasi permasalahan sinkronisasi data antara
aplikasi sistem informasi yang telah berjalan dengan memanfaatkan model web services.
Kata kunci: e-Gov, sinkronisasi data, sistem informasi, web services.
Abstract
Bantul regency which is part of the DIY government has developed 28 applications for information
systems to support administrative activities, internal data processing, and public information services.
Bantul Regency has also been developing and managing a website in which http://bantulkab.go.id/
contains 33 applications that most applications can be accessed from the web portal regency, and some
others are sub domains in the regency web portal. Various efforts to increase the use of ICT continued
by the Bantul regency in order to improve the quality of e-Gov. In order to achieve the vision of ICT
field, there are important issues to be addressed that is how to synchronize data between existing
applications. This paper attempted reveal the condition of environment information systems in Bantul
regency and how to overcome the problem of data synchronization between the application of
information systems that have been running with take advantage a web services.
Keywords: e-Gov, information system, synchronization of data, web services.

1.

PENDAHULUAN
Pemkab Bantul yang merupakan bagian
wilayah Propinsi DIY telah mengalami banyak
perkembangan di bidang teknologi informasi dan
komunikasi (TIK). Untuk mendukung kegiatan
administrasi, pengolahan data internal, dan layanan
informasi publik telah dikembangkan aplikasiaplikasi sistem informasi. Sistem informasi yang
digunakan secara internal, dikembangkan pertama
kali tahun 2001 dengan nama SIM Pengolahan Gaji
PNS yang berfungsi untuk menangani pengolahan
data gaji PNS di lingkungan Pemkab Bantul. Dalam
perkembangannya,
hingga
saat
ini
telah

dikembangkan sebanyak 28 aplikasi sistem


informasi, 3 diantaranya adalah penyempurnaan atas
sistem informasi versi lama. Untuk mendukung
publikasi informasi ke publik, Pemkab Bantul
melalui Kantor Pengolahan Data Elektronik telah
mengembangkan website sejak tahun 2002 yang
dapat diakses pada url: http://bantulkab.go.id/.
Visi bidang TIK Pemkab Bantul sebagimana
tertuang dalam Renstra 2011-2014, adalah
terwujudnya Bantul yang informatif melalui
pembangunan sistem informasi dan komunikasi
berbasis teknologi, terintegarsi, berkesinambungan
dan ramah lingkungan. Adapun misi yang diemban

adalah: 1) meningkatkan pelayanan informasi data


yang berkualitas dan memadai bagi berbagai
pemangku kepentingan; 2) mewujudkan birokrasi
pemerintahan yang efektif, efisien, transparan dan
akuntabel guna meningkatkan pelayanan prima serta
mencapai good governance, dan 3) mengembangkan
sistem informasi dan komunikasi berbasis teknologi
yang ramah lingkungan dan berdaya saing.
Salah satu permasalahan penting dan perlu
segera diatasi terkait dengan pengembangan aplikasi
sistem informasi di Pemkab Bantul adalah
bagaimana melakukan sinkronisasi data antara
aplikasi. Permasalahan ini dapat diatasi dengan
mengembangkan aplikasi web service yang
memungkinkan untuk melakukan proses pertukaran
data untuk sinkronisasi data antar sistem yang telah
ada. Sedangkan terkait dengan pengembagan eGovernment (e-Gov) dalam bentuk aplikasi website,
saat ini setidaknya telah dikembangkan sebanyak 33
aplikasi yang sebagian besar dapat diakses dari
portal web Pemkab, dan sebagian yang lain
merupakan sub domain dalam portal web Pemkab.
Berbagai upaya peningkatan pemanfaatan TIK terus
dilakukan oleh Pemkab Bantul dalam rangka
meningkatkan kualitas e-Gov.
Makalah ini merupakan hasil review
konseptual tentang web service dan interoperabilitas
antar sistem informasi, menampilkan contoh
implementasi
web
service
sebagai
solusi
interoperabilitas untuk memberi gambaran real
dalam dunia nyata, serta hasil analisis tentang
kebutuhan layanan web services untuk sinkronisasi
data antar sistem informasi dalam e-Gov di
lingkungan Pemkab Bantul Yogyakarta.
1.1. Konsep Web Service
Web service adalah sebuah software yang
dirancang untuk mendukung interoperabilitas
interaksi mesin-ke-mesin melalui sebuah jaringan
[1]. Web service secara teknis memiliki mekanisme
interaksi
antar
sistem
sebagai
penunjang
interoperabilitas,
baik
berupa
agregasi
(pengumpulan) maupun sindikasi (penyatuan). Web
service memiliki layanan terbuka untuk kepentingan
integrasi data dan kolaborasi informasi yang bisa
diakses melalui internet oleh berbagai pihak
menggunakan teknologi yang dimiliki oleh masingmasing pengguna. Sekalipun mirip dengan
Application Programming Interface (API) berbasis
web, web service lebih unggul karena dapat
dipanggil dari jarak jauh melalui internet.
Pemanggilan web service bisa menggunakan bahasa
pemrograman apa saja dan dalam platform apa saja,
sementara API hanya bisa digunakan dalam platform
tertentu [2]. Web service dapat dipahami sebagai
Remote Procedure Call (RPC) yang mampu
memproses fungsi-fungsi yang didefinisikan pada
sebuah aplikasi web dan mengekspos sebuah API
atau User Interface (UI) melalui web. Kelebihan
web service adalah: 1) lintas platform, 2) language

independent, 3) jembatan penghubung dengan


database tanpa perlu driver database dan tidak harus
mengetahui jenis DBMS, 4) mempermudah proses
pertukaran data, serta 5) penggunaan kembali
komponen aplikasi [2].
Berdasarkan
konsep
hubungan
dan
penyampaian informasi, web service dikembangkan
melalui empat model arsitektur, masing-masing
berorientasi pada message, action, resource, dan
policy. Pengembangan model yang diturunkan
berdasarkan orientasi pada action (Service Oriented
Model/SOM)) menghasilkan Services Oriented
Architecture (SOA), yaitu model arsitektur berbasis
layanan. Sementara pengembangan model yang
diturunkan berdasarkan orientasi pada resource
(Resource Oriented Model/ROM) menghasilkan
Resource Oriented Architecture (ROA), yaitu model
arsitektur berbasis sumberdaya informasi [3].
Dalam perkembangannya, model web service
memiliki dua metode yang berorientasi pada layanan
dan sumberdaya informasi, yaitu: SOAP (Simple
Object
Access
Protocol)
dan
REST
(REpresentational State Transfer). Impementasi
model SOA telah banyak dilakukan dan
dikembangkan oleh banyak vendor (misal:
Microsoft, Sun dan IBM, melalui dukungan platform
infrastruktur .Net dan Java). Proses layanan dengan
arsitektur SOAP memiliki tiga komponen utama,
yaitu: 1) service provider, 2) service requester, dan
3) service broker, serta komponen pendukung yaitu:
1) XML, 2) SOAP-XML (terdiri atas header dan
body), 3) WSDL, serta 4) UDDI [4]. Metode REST
telah dikembangkankan oleh Fielding [5] yang
didasari oleh empat prinsip utama teknologi, yaitu:
1) Resource identifier through Uniform Resource
Identifier (URI), 2) uniform interface (sumberdaya
CRUD menggunakan operasi PUT, GET, POST, dan
DELETE), 3) self-descriptive messages (sumberdaya
tidak terikat sehingga dapat mengakses konten
HTML, XML, PDF, JPEG, plain text, meta data,
dll), serta 4) stateful interactions through hyperlinks
(bersifat stateless) [6]. Metode REST lebih
sederhana karena menggunakan format standar
(HTTP, HTML, XML, URI, MIME), namun jika
diperlukan proses pertukaran data, maka konten
berupa teks dari hasil eksekusi web service dapat
diolah dalam format teks (seperti XML atau HTML)
dengan menggunakan utilitas komunikasi data
berupa koneksi socket protokol HTTP. Utilitas ini
umumnya tersedia dalam pustaka komunikasi pada
bahasa pemrograman (seperti Java, Visual Basic,
Delphi, PHP, ASP, dan JSP) [3].
Model web service memberikan layanan untuk
proses pertukaran data antar sistem informasi yang
merupakan
bentuk
implementasi
konsep
interoperabilitas. Model layanan web service
setidaknya melibatkan dua hal penting, yakni [7]:
1. Problem utama pada format data. Selama ini
problem ini diselesaikan menggunakan format
netral yaitu XML, yaitu sebuah format dokumen

yang mampu menjelaskan struktur dan semantik


(makna) dari data yang dikandung oleh
dokumen, lebih fokus pada substansi data,
struktur data dan semantik data yang ditransfer
tidak hilang, dan telah menjadi standar defacto pertukaran data antar sistem [8].
2. Problem pada mekanisme pertukaran data. Solusi
masalah ini dapat menggunakan Service-Oriented
Architecture (SOA), yaitu sebuah skema yang
memungkinkan
komunikasi
antar
sistem
dilakukan secara loosely-coupled, artinya masingmasing pihak tidak memiliki ketergantungan yang
tinggi satu sama lain. Dalam SOA, komunikasi
didasarkan pada konsep layanan menggunakan
prinsip client-server, ada yang menyediakan
layanan dan yang lain bisa meminta layanan.
Permintaan layanan dilakukan dengan cara
memanggil fungsi yang merepresentasikan
layanan tersebut. Apabila fungsi dipanggil, maka
aplikasi penyedia layanan wajib memberikan
layanannya ke aplikasi pemanggil [9].
Keunggulan SOA adalah detil internal yang
terlibat dalam pemanggilan fungsi layanan
sepenuhnya disembunyikan. Ada interface yang
memisahkan secara tegas bagian publik (boleh
diketahui oleh aplikasi lain) dan bagian privat
(aplikasi lain tidak perlu tahu). Dengan interface
tersebut, aplikasi client tidak perlu tahu tentang detil
internal, namun cukup mengetahui sintaks fungsinya
saja. SOA bisa mengakomodasi kepentingan server
yang tidak perlu menunjukkan detil data yang
sensitif/rahasia, sementara client tetap bisa meminta
data yang diinginkannya kepada server [7].
1.2. Konsep E-Gov
Pada dasarnya, e-Gov adalah penggunaan
teknologi informasi (TI) yang dapat meningkatkan
hubungan antara pemerintah, masyarakat, dan bisnis,
di
dalamnya
melibatkan
otomatisasi
dan
komputerisasi pada prosedur paper-based yang
mendorong cara baru dalam kepemimpinan,
mendiskusikan dan menetapkan strategi, transaksi
bisnis, mendengarkan warga dan komunitas, serta
mengorganisasi dan menyampaikan informasi [10].
Luasnya peran TI dalam proses bisnis membuat
banyak instansi berlomba menerapkan TI untuk
proses terintegrasi, salah satunya adalah e-Gov.
Idealnya e-Gov diharapkan dapat meningkatkan
interaksi antara pemerintah, masyarakat, dan bisnis
sehingga mendorong perkembangan politik dan
ekonomi. Penerapan e-Gov di setiap instansi
pemerintah Indonesia mengacu pada tahapan
pengembangan e-Gov nasional sesuai dengan
kondisi setiap lembaga, yaitu [11]:
1. Persiapan: pembuatan website di setiap
lembaga; pendidikan SDM, penyediaan sarana
akses publik, sosialisasi keberadaan layanan
informasi elektronik (publik dan internal),
pengembangan e-leadership dan awareness
building, serta 6) penyiapan peraturan.

2.

Pematangan: pembuatan website layanan


informasi publik interaktif dan hyperlink.
3. Pemantapan: penyediaan fitur transaksi
elektronik, dan interoperabilitas antar lembaga.
4. Pemanfaatan: pembuatan layanan G2G, G2B,
dan G2C terintegrasi, pengembangan proses
layanan e-Gov yang efektif dan efisien, dan
penyempurnaan menuju kualitas best practice.
Mengacu pada Buku Putih Kominfo, target
roadmap TIK Indonesia adalah sebagai berikut [12]:
1. Indonesia connected, pada akhir tahun 2010
seluruh desa ada akses telepon, tersusunnya
strategi TIK Nasional 2010-2014, terbentuk Tim
Koordinasi Keamanan Informasi Nasional,
tersusun master plan e-Gov, dan pada akhir
tahun 2011 seluruh kecamatan ada akses
internet, penguatan kelembagaan, komitmen
penyediaan sumber daya, dan SDM.
2. Indonesia informative, pada akhir tahun 2014
seluruh ibukota propinsi terhubung jaringan
serat optik, seluruh kabupaten/kota ada akses
broadband, dan peningkatan e-layanan, ehealth, dan e-education.
3. Indonesia broadband, pada akhir tahun 2018
terbentuk masyarakat pengetahuan, peningkatan
akses broadband >5MB, peningkatan daya
saing bangsa dan industri inovatif.
4. Indonesia digital, pada tahun 2020 terbentuk
masyarakat madani, seluruh kabupaten/kota
memiliki e-Gov, dan terbentuknya Indonesia
yang kompetitif.
Dalam rangka melaksanakan roadmap TIK,
telah ditetapkan program prioritas, diantaranya [12]:
1. Program pengembangan aplikasi informatika,
salah satunya adalah pembangunan e-Gov
terintegrasi dan memiliki interoperabilitas untuk
meningkatkan layanan publik.
2. Program
pengembangan
informasi
dan
komunikasi publik, diantaranya penyebaran
informasi yang bermanfaat bagi pengembangan
kapabilitas masyarakat dan peningkatan
implementasi e-Gov hingga tingkat daerah.
Berdasarkan fungsinya, sistem informasi dalam
e-Gov dapat bersifat generik atau spesifik. Sistem
generik adalah aplikasi yang dibangun kurang lebih
sama untuk semua pemerintah daerah (pemda)
dengan ciri merujuk ke peraturan perundangan yang
dikeluarkan oleh pemerintah pusat, sedangkan
sistem spesifik adalah aplikasi yang dibangun tidak
sama untuk setiap pemda dengan ciri umumnya
merujuk ke pemerintah setempat, atau bahkan tidak
ada rujukan peraturan perundangannya [13].
1.3. Penelitian Terkait
Implementasi model web service telah banyak
dilakukan, berikut contoh-contoh model web service
yang pernah dikembangkan dalam berbagai kasus
(termasuk dalam e-Gov) yang dibahas sesuai dengan
urutan kronologisnya. Dalam penelitiannya, Deviana
[14] menerapkan XML web service untuk sistem

distribusi barang. Web service dirancang dengan


menggunakan vendor terbuka PHP dan toolkit
pendukungnya NuSOAP. Sistem yang dirancang
mampu mengintegrasikan dan menangani interaksi
proses pertukaran data yang disimpan dalam
database di kantor pusat dan cabang-cabang.
Wicaksono [15] mengembangkan model web
service untuk implementasi secure remote form field
fillin menggunakan dokumen Microsoft Word
sebagai jembatan untuk mengisikan data ke dalam
web server serta melakukan implementasi proses
fetching data menggunakan validasi dari dokumen
MS Word dengan menggunakan akses XML Web
Service di dalam VBA. Eksperimen dilakukan
menggunakan SQL Server di web server dan bahasa
pemrograman
Visual
Basic
.NET
2005.
Implementasi secure remote form field fillin yang
dikembangkan dapat memberikan solusi bagi
webmaster yang memiliki banyak formulir isian atau
formulir isian yang membutuhkan waktu lama dalam
proses pengisiannya. Penerapan secure remote form
field fillin menjadi solusi baru dalam integrasi
aplikasi desktop dan web melalui web service. Jika
pada umumnya solusi yang diterapkan menggunakan
aplikasi desktop (dengan pembuatan executable
program), penelitian ini memberikan solusi baru
berupa penggunaan dokumen Microsoft Word yang
telah lazim digunakan oleh para pengguna.
Pada tahun yang sama, Santosa [16] merancang
web method untuk sistem informasi universitas.
Sistem diimplementasikan berbasis XML web
service dengan menggunakan Visual Studio. NET,
server menggunakan OS MS Windows 2003
Advanced Server, database server menggunakan
SQL Server 2000, serta bahasa pemrograman yang
digunakan yaitu Visual Basic.NET untuk layanan
akademik dan Visual C#.NET untuk layanan
perpustakaan. Pembuatan aplikasi client dilakukan
dengan berbagai macam aplikasi, yaitu ASP.NET
untuk aplikasi internet, dan VB.NET untuk aplikasi
console. Sistem diuji pada sistem intranet. Method
yang dikembangkan meliputi: 1) web method untuk
penambahan, penghapusan, pengeditan data; 2) web
method untuk menampilkan data; 3) web method
untuk pengolahan data; serta 4) web method untuk
pencarian data pada dua sistem di universitas, yaitu
sistem akademik dan sistem perpustakaan. Dari hasil
analisa dan perancangan yang dilakukan, XML web
service
menjadi
komponen
utama
dalam
mengembangkan sistem informasi universitas yang
memberikan kemudahan bagi pemrogram untuk
membangun aplikasi sesuai fungsi dan tampilan
yang
dibutuhkan.
Muchlis
[17]
berhasil
mengembangkan
mobile
application
untuk
mengintegrasikan sistem pada agen penerbangan dan
penyewaan kereta yang disiapkan bagi calon tamu
hotel melalui agen wisata. Aplikasi dikembangkan
berbasis web untuk memperoleh loose coupling di
antara sistem yang berinteraksi.

Prasetyo
[18]
dalam
makalahnya
mendiskripsikan arsitektur Service Oriented
Architecture (SOA) dan bagaimana penerapan
arsitektur tersebut dalam teknologi web service.
SOA merupakan konsep pembangunan perangkat
lunak yang melakukan partisi sistemnya menjadi
beberapa service yang dapat berdiri secara
independen, sedangkan web service merupakan
aplikasi web service yang berkomunikasi dengan
aplikasi web service lainnya dalam rangka
pertukaran data. Implementasi SOA tidak harus
menggunakan web service, namun menggunakan
web service meruapakan hal tepat. Hal ini
disebabkan karena aplikasi web service dapat
mewakili sebuah service dalam SOA. Untuk WSDL
dalam web service dapat digunakan agar supaya
service dapat berhubungan satu dengan yang
lainnya, dengan SOAP sebagai teknologi pengiriman
pesan antar service.
Model interoperabilitas sistem informasi
layanan publik pada aplikasi e-Gov di Indonesia
telah diteliti untuk Sistem Informasi Kependudukan
dan Perpajakan. Penelitian dilakukan untuk
mengatasi problem kurangnya perhatian setiap
instansi pemerintah untuk berbagi akses data dan
informasi,
serta
belum
adanya
model
interoperabilitas antar sistem informasi yang secara
eksplisit dijelaskan dalam Inpres No. 3 Tahun 2003
tentang
Kebijakan
dan
Strategi
Nasional
Pengembangan e-Gov, maupun blueprint e-Gov.
Interoperabilitas dikembangkan berdasarkan model
web service dengan metode REST. Kebutuhan
interoperabilitas antar sistem informasi dipetakan
berdasarkan keterkaitan antar skema database
menggunakan model web service, sehingga
diperoleh model interoperabilitas antara dua sistem.
Perancangan metode REST dilakukan menggunakan
ROA yaitu model arsitektur yang berorientasi
sumber daya informasi. Implementasi model
interoperabilitas antara dua sistem informasi
dilakukan menggunakan bahasa PHP dan database
MySQL. Pengujian dilakukan melalui pengambilan
data antar kedua sistem yang memiliki perbedaan
platform database dan terletak pada lokasi fisik yang
berbeda [3]. Aminudin [19] juga berhasil
mengimplementasikan
web
service
untuk
mendukung interoperabilitas aplikasi e-commerce
yang dapat diakses melalui platform desktop,
platform web, dan platform mobile.
Septiani dan Wiryana [20] telah membangun
node Global Biodiversity Information Facility
(GBIF) yang diimplementasikan pada sebuah web
service yang berguna sebagai service translator
untuk pencarian data burung pada Taman BurungTMII.
Layanan
yang
diberikan
meliputi:
allspeciesbird (untuk memperoleh data semua jenis
species burung), getbirdschema (untuk mendapatkan
schema
dari
berbagai
macam
burung),
getcollectionschema (untuk mendapatkan schema
dari koleksi burung), getwideregion (untuk

mendapatkan daerah/wilayah), getbirdbycode (untuk


mendapatkan data burung berdasarkan kode dengan
parameter dari kode burung yang di cari, serta
getbirdbyname (untuk mendapatkan data burung
berdasarkan commonName dan scientificName yaitu
dengan memasukkan parameter berdasarkan nama
yang dicari). Web service tersebut me-request data
pada database server, kemudian service akan
merespon hasil permintaan. Web service tersebut
menggunakan metode REST yang diterapkan pada
bahasa pemrograman PHP dengan melakukan
komunikasi melalui HTTP. Metode penanganan web
service menggunakan REST menggunakan metode
GET dan pengiriman data dilakukan melalui URL.
URL tersebut kemudian di-parsing menggunakan
arsiterkur REST sehingga terciptalah alamat URL
yang universal. URL tersebut diujicobakan melalu
web browser, respon yang dihasilkan adalah data
format XML yang berasal dari database server.
Desain web service pada katalog toko buku juga
pernah dibuat oleh Saputra [21].
Penelitian lain, Mutakin [22], berhasil
membangun sebuah web service yang mampu
mengirim data kendaraan dari client (dealer) ke
database server di Samsat yang mempunyai aplikasi
yang berbeda. Penyedia layanan administrasi utama
diletakkan di Kantor Samsat dan klien para dealer
cukup menyediakan sebuah device dan sebuah
aplikasi klien yang dapat mengolah transaksi yang
dikirimkan oleh web service tersebut, sehingga pada
akhirnya dihasilkan sebuah Aplication Programming
Interface (API) dalam bentuk web service yang
menyediakan layanan untuk mengelola data
kendaraan dari dealer. Web service tersebut
dibangun dengan menggunakan .NET.
Purnamasari [23] mengembangkan web service
untuk representasi dan sinkronisasi antar basis data
relasional dengan menggunakan studi kasus pada
sistem informasi akademik di Universitas Bina
Darma Palembang. Dengan memanfaatkan XML,
maka integrasi data di lingkungan Universitas Bina
Darma yang memiliki basis data berbeda dan
tersebar dan terpisah jarak yang jauh dapat
dilakukan. Implementasi web service merupakan
alternatif solusi yang lebih baik dalam integrasi data
antar aplikasi sistem informasi di lingkungan
universitas, karena hanya melibatkan pengelola
salah satu aplikasi sistem informasi yang ada,
mengurangi resiko penambahan tanpa merancang
ulang aplikasi yang telah ada, dan data yang diolah
menjadi lebih akurat dikarenakan setiap aplikasi
sistem informasi yang ada memiliki sinkronisasi
data dengan aplikasi lainnya. Web service tersebut
dibangun dengan menggunakan .NET, OS server
mengggunakan MS Windows XP Service Pack 2,
web server Apache 2.0, serta database menggunakan
MySQL, serta bahasa pemrograman XML dan PHP.
Terkait dengan interoperabilitas antar aplikasi,
telah dikembangkan sebuah model integrasi B2B
berbasis SOA menggunakan layanan web service

dengan studi kasus pada aplikasi e-shop yang


mengintegrasikan website Amazon, eBay, Yahoo!,
dan Paypal. Model ini dikembangkan untuk
mengatasi problem ketidakselarasan antara sistem
bisnis dan sistem informasi yang berkembang
dengan kecepatan yang berbeda-beda. Model yang
dikembangkan membuka peluang untuk membawa
definisi service ke level abstraksi yang lebih tinggi,
berupa
model
level
tinggi
yang
dapat
ditransformasikan ke implemntasi services yang
bebas platform. Dengan pendekatan ini dapat
dipisahkan antara platform terendah, infrastruktur,
dan implementasinya, dengan harapan mampu
meningkatkan integrasi. Penggunaan gabungan
metode ini memungkinkan penggunaan ulang dan
peningkatan integrasi pada level model yang
berbeda. Metode baru berupa metode integrasi
berbasis SOA yang dikembangkan dari metode
SOAD dan mBPDM berhasil ditemukan dan telah
diujikan untuk melakukan analisis dan perancangan
integrasi berbasis SOA, serta diimplementasikan
menjadi 16 proses bisnis, 18 web service, serta enam
aplikasi komposit [24].
Hasil kajian dan riset di atas menunjukkan
bahwa web service telah diimplementasikan secara
luas, dalam beragam sistem, dan dapat menjadi
solusi untuk integrasi dan interoperabilitas antar
sistem informasi yang heterogen.
2. PEMBAHASAN
2.1. Metodologi
Makalah ini merupakan hasil kajian pustaka
yang meliputi review konseptual tentang web service
dan interoperabilitas antar sistem informasi. Contohcontoh implementasi web service sebagai solusi
interoperabilitas ditampilkan untuk memberi
gambaran real dalam praktek nyata. Berdasarkan
kajian konseptual tersebut selanjutnya dilakukan
analisis dan dideskripsikan kebutuhan layanan web
service antar sistem informasi dalam e-Gov dengan
menggunakan studi kasus pada e-Gov di lingkungan
Pemkab Bantul Yogyakarta.
2.2. Perkembangan e-Gov di Indonesia
Inisiatif e-Government (e-Gov) di Indonesia
telah diperkenalkan melalui Inpres No. 6 tahun 2001
yang menyatakan bahwa aparat pemerintah harus
menggunakan
teknologi
telematika
untuk
mendukung good governance dan mempercepat
proses demokrasi dan, dan program inisiatifnya
sudah dimulai sejak tahun 2003 seiring dengan
keluarnya Inpres No. 3/2003 [7]. e-Gov wajib
diperkenalkan untuk tujuan yang berbeda di kantorkantor pemerintahan. Administrasi publik adalah
salah satu area di mana internet dapat digunakan
untuk menyediakan akses bagi masyarakat yang
berupa
pelayanan
yang
mendasar
dan
menyederhanakan hubungan antar masyarakat dan
pemerintah. Pelayanan e-Gov melalui internet dapat
dibagi dalam empat tingkatan yaitu penyediaan

informasi, interaksi satu arah, interaksi dua arah dan


transaksi elektronik penuh.
Kondisi e-Gov di Indonesia, pada tahun 2002
sebagian besar baru berada pada tahap penyediaan
informasi, secara kuantitas terdapat 369 kantor
pemerintah yang menyediakan website, namun 24%
dari website tersebut gagal bertahan karena alasan
anggaran, dan pada awal tahun 2003 hanya ada 85
website yang beroperasi dengan pilihan yang
lengkap [25]. Data Depkominfo pada tahun 2005
menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 564
domain go.id, 295 website pemerintah, 226 website
mulai memberikan layanan publik melalui website,
dan 198 website pemerintah daerah yang aktif
dikelola. Kondisi e-Gov di tahun 2010 juga masih
menghadapi problem pada keberagaman aspek
kebijakan, kelembagaan, infrastruktur, aplikasi, dan
perencanaaan. Minimnya kebijakan, kelembagaan,
dan perencanaan e-Gov membuat infrastruktur yang
dibangun belum memberikan manfaat optimal
kepada publik. Kominfo sebagai leading institution
dalam penerapan e-Gov juga belum menerapkan eGov secara maksimal karena institusi ini tergolong
baru dari sisi kelembagaan [12].
Kegagalan pengembangan e-Gov di Indonesia
pada dasarnya merupakan akibat dari kesalahan
pandangan atau paradigma tentang e-Gov yang tidak
sesuai dengan konsep yang benar [26]. Problem
pengembangan e-Gov di Indonesia adalah sistem
informasi dikembangkan terpisah-pisah sehingga
menghasilkan sistem yang heterogen. Heterogenitas
sistem dimaksud meliputi penggunaan: 1) sistem
operasi, 2) database server, 3) format dan struktur
database, 4) bahasa pemrograman, 5) antarmuka
(desktop based dan ada pula yang web based) [27].
Heterogenitas sistem informasi dalam e-Gov
merupakan salah satu problem utama saat
melakukan integrasi antar sistem. Problem ini dapat
diatasi menggunakan dua alternatif strategi, yaitu
menggunakan format tunggal atau interoperabilitas.
Solusi penggunaan format tunggal dilakukan dengan
cara setiap pekerjaan pengembangan di semua
instansi dilakukan menggunakan satu sistem operasi,
satu database server, satu bahasa pemrograman, dan
satu interkoneksi. Cara ini memudahkan proses
pengembangan,
namun
memiliki
resiko
ketergantungan pada vendor tertentu, dan dari aspek
geografis dan ekonomi Indonesia, akan sulit untuk
melakukan pengembangan ke depan. Solusi
interoperabilitas merupakan alternatif yang lebih
baik karena memudahkan pengembangan dan
mampu menghilangkan faktor ketergantungan [27].
Pengembangan e-Gov oleh kantor pemerintah
(pusat dan daerah) di Indonesia umumnya
menghadapi problem karena tidak memadainya
sumberdaya informasi,
sehingga diperlukan
perencanaan strategis sumberdaya informasi
(strategic planning for information resources) [13].
Faktor penghambat e-Gov adalah terkait dengan: 1)
komitmen pemerintah dalam integrasi dan

transparansi publik, 2) belum adanya budaya berbagi


informasi, 3) belum adanya budaya tertib
dokumentasi, 4) resistensi terhadap perubahan, 5)
kelangkaan SDM yang handal, 6) infrastruktur yang
mahal dan belum memadai, serta 7) keterbatasan
tempat akses [28]. Ketidakoptimalan pengembangan
e-Gov di Indonesia terjadi sebagai akibat dari: 1)
master plan tidak mempunyai kekuatan formal,
karena baru berupa kajian sehingga posisi strategis
e-Gov sulit terealisasi secara optimal dan bukan
merupakan kewajiban unit-unit, 2) organisasi
pengambil keputusan tidak cukup kuat memastikan
integrasi arsitektur, pengelolaan portofolio, dan
eksekusi proyek TIK tahunan, dan 3) lemahnya
koordinasi antar unit dalam rencana tahunan proyek
TIK [29]. Resistensi terhadap perubahan memiliki
andil besar terhadap kelambatan penerapan e-Gov
karena: 1) ego sektoral lembaga masih tinggi
sehingga menutup kemungkinan diatur atau
bekerjasama dengan lembaga lain, 2) anggapan
bahwa sistem informasi di lembaga sendiri adalah
yang terbaik, 3) konteks kepentingan yang berbeda
di setiap lembaga sehingga sulit diintegrasikan, 4)
keinginan menjadi pemimpin dalam integrasi, 5)
ketidakinginan membagi data, informasi, dan
pengetahuan karena mengurangi keunggulan
kompetitif, serta 6) ketidaktahuan dari mana harus
memulai integrasi; dan sebagainya [30].
Interoperabilitas antar sistem informasi dalam
e-Gov menjadi penting karena adanya pulau-pulau
Informasi yang terpisah-pisah satu dengan lainnya,
database dan sistem informasi satu dengan yang
lainnya tidak dapat saling berkomunikasi, sehingga
informasi yang disajikan tidak akurat karena
masing-masing sistem informasi memiliki versi
data berbeda [31]. Kondisi tersebut memerlukan
solusi yang memungkinkan terjadi pertukaran data
dan informasi antar sistem, dengan kriteria: 1)
berarsitektur
terbuka
yang
memungkinkan
interoperabilitas; 2) diutamakan menggunakan OSS;
3) setiap instansi menyediakan data yang dibutuhkan
oleh instansi lainnya; serta 4) perlu dibuat kebijakan
(semacam PERDA) agar sistem informasi yang
dibangun oleh satu institusi siap untuk
berinteroperabilitas dengan sistem informasi yang
dibangun oleh institusi lain (dengan menyediakan
service). Tujuan akhirnya adalah terbentuknya
sistem informasi terintegrasi dan dapat saling
berkomunikasi [32].
2.3. Ragam Aplikasi e-Gov di Pemkab Bantul
Pemkab Bantul hingga akhir tahun 2011 telah
mengembangkan sebanyak 28 sistem informasi (3
hasil penyempurnaan) yang dioperasikan secara
intranet dan dimanfaatkan untuk pelayanan
pengolahan data di internal SKPD dan Pemkab
(Tabel 1) dan 33 website untuk menampilkan
informasi ke publik (Tabel 2). Aplikasi website
seluruhnya masih berada dalam tingkatan persiapan,
karena belum menyediakan layanan interaktif,

fasilitas transaksi elektronik, maupun layanan G2G,


G2B, dan G2C yang terintegrasi. Informasi yang
disediakan untuk publik dalam aplikasi website
diantaranya berita, profil, tupoksi, prosedur layanan,
link terkait, serta kontak, sementara fasilitas

download formulir baru tersedia di website Dinas


Perijinan (http://perijinan.bantulkab.go.id/) [33], dan
fasilitas transaksi pendaftaran CPNS online mulai
dikembangkan oleh Badan Kepegawaian Daerah
(http://bkd.bantulkab.go.id/) [34].

Tabel 1: Ketersediaan aplikasi sistem informasi di lingkungan Pemkab Bantul


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Dibuat
2001
2002
2003
2003
2004
2005
2005
2006
2007
2007
2007
2007
2007
2007

Nama Aplikasi
SIM Pengolahan Gaji PNS
SIM Layanan Satu Atap (Perijinan)
Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA)
SIM Keuangan Daerah
SIM Barang Daerah
SIM Monografi Online
SIM Kependudukan
SIM Keuangan Daerah (Permendagri 13 tahun 2006)
Sistem Cetak KK dan KTP
Sistem Keluarga Berencana
Sistem Tenaga Kerja dan Nakertrans
Sistem informasi Pariwisata
Sistem Informasi Layanan Data KPDE
Sistem informasi Presensi PNS

No
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Dibuat
2008
2008
2008
2008
2009
2009
2009
2009
2009
2009
2009
2010
2010
2011

Nama Aplikasi
SIM Keluarga Miskin
SIM Kesehatan Ibu Anak dan TBC
SIM Potensi Kecamatan
SIM Layanan Perpustakaan
SIM Keuangan Daerah
SIM Barang Daerah
SIM Investasi Daerah
SIM Kepegawaian
SIM Pengendalian Pembangunan Daerah
SIM Layanan Pajak Reklame
SIM Layanan BPHTB
SIM Perijinan Online
SIM Cetak SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana)
SIM Kewilayahan

(Sumber: KPDT Kabupaten Bantul, 10-12-2011) [35].


Tabel 2: Ketersediaan aplikasi website di lingkungan Pemkab Bantul
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Instansi/Dinas/SKPD
Pemkab
Sekretariat Daerah
Sekretariat DPRD
Bappeda
Badan Lingkungan Hidup
Badan KepegawaianDaerah
Dinas Sumber Daya Air
Inspektorat
Badan Penanggulangan
Bencana Daerah
Dinas Budpar
Dinas Pendidikan Menengah
& Non Formal
Dinas Pendidikan Dasar
Dinas Pertanian & Kehutanan
Dinas Kelautan & Perikanan
Dinas Dukcapil
Badan Ketahanan Pangan
& Pelaksana Penyuluhan
Badan Kesejahteraan Keluarga,
Pemberdayaan Perempuan & KB

Website/Sub Domain
http://bantulkab.go.id/
http://setda.bantulkab.go.id/
http://dprd.bantulkab.go.id/
http://bappeda.bantulkab.go.id/
http://blh.bantulkab.go.id/
http://bkd.bantulkab.go.id/
http://sda.bantulkab.go.id/
http://inspektorat.bantulkab.go.id/
http://bpbd.bantulkab.go.id/

No
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Instansi/Dinas/SKPD
Dinas Perijinan
Dinas Sosial
Dinas Nakertrans
Dinas Perindakop
Dinas Pekerjaan Umum
Dinas Perhubungan
Satpol PP
Pengolahan Data Telematika
Pemberdayaan Masy. Desa

Website/Sub Domain
http://perijinan.bantulkab.go.id/
http://sosial.bantulkab.go.id/
http://disnakertrans.bantulkab.go.id/
http://perindagkop.bantulkab.go.id/
http://pu.bantulkab.go.id/
http://dishub.bantulkab.go.id/
http://satpolpp.bantulkab.go.id/
http://kpdt.bantulkab.go.id/
http://pmd.bantulkab.go.id/

http://disbudpar.bantulkab.go.id/
http://dikmen.bantulkab.go.id/

27
28

Pengelolaan Pasar
Perpustakaan Umum

http://pasar.bantulkab.go.id/
http://perpustakaan.bantulkab.go.id/

http://dikdas.bantulkab.go.id/
http://dipertahut.bantulkab.go.id/
http://dkp.bantulkab.go.id/
http://disdukcapil.bantulkab.go.id/
http://bkppp.bantulkab.go.id/

29
30
31
32
33

Arsip Daerah
Kesbangpolinmas
Kantor Pemuda & Olahraga
Dinas Kesehatan
Dinas Pendapatan,
Pengelolaan
Keuangan & Aset Daerah

http://arsip.bantulkab.go.id/
http://kesbangpolinmas.bantulkab.go.id/
http://pora.bantulkab.go.id/
http://dinkes.bantulkab.go.id/
http://dppkad.bantulkab.go.id/

http://bkk.bantulkab.go.id/

Sumber: http://www.bantulkab.go.id/, 10-12-2011 [36].


2.4. Kebutuhan Layanan Web Service dalam eGov di Pemkab Bantul
Kebutuhan layanan web service dalam e-Gov
di Pemkab Bantul, salah satunya dapat diidentifikasi
berdasarkan kesamaan obyek data (entitas) dan
kedekatan hubungan antar obyek data yang diolah
dalam sistem. Kesamaan obyek data (entitas)
tersebut menunjukkan adanya kebutuhan pertukaran
data antar sistem informasi untuk melakukan
sinkronisasi data antar sistem. Berdasarkan hasil
analisis kebutuhan setiap sistem informasi yang
dimiliki oleh Pemkab Bantul (Tabel 1), dari 25
sistem yang ada terdapat 17 aplikasi yang
memerlukan layanan web service untuk sinkronisasi
data antar aplikasi. Kebutuhan utama layanan web
service adalah untuk sinkronisasi data master
penduduk sehingga proses transaksi akan mengacu

pada data master penduduk yang sama, sehingga


nilai-nilai item yang diolah menjadi konsisten di
antara sistem yang ada. Dalam layanan web service
tersebut, salah satu sistem akan berperan sebagai
requester dan sistem yang lainnya sebagai provider.
Sistem
Informasi
Layanan
Data
KPDE
membutuhkan 24 layanan web service untuk
sinkronisasi data, SIM Kependudukan membutuhkan
16 layanan, SIM Monografi Online membutuhkan
14 layanan, SIM Kewilayahan membutuhkan 13
layanan, sedangkan sistem-sistem yang lain relatif
lebih sedikit. Sistem Informasi Layanan Data KPDE
memiliki kebutuhan layanan web service terbanyak,
karena sistem ini berfungsi untuk mengelola data
pada seluruh sistem yang dikelola oleh pemkab,
sementara SIM Kependudukan menduduki peringkat
kedua terbanyak karena sistem ini mengelola data
master penduduk yang diperlukan oleh sebagian

besar sistem lain yang dikelola oleh pemkab. Untuk


aplikasi website, dari 33 website yang ada, 16
diantaranya juga memerlukan sinkronisasi dengan
sinkronisasi data master penduduk.
Salah satu contoh kasus kebutuhan layanan
web service yang menunjukkan kebutuhan proses
sinkronisasi dan pertukaran data antar sistem
informasi yang dikelola oleh pemkab Bantul. SIM
Monografi Online berhubungan dengan SIM
Kependudukan. SIM Monografi Online salah
satunya berfungsi untuk menampilkan informasi
data kependudukan berdasarkan kelompok tertentu,
misal berdasarkan usia, pendidikan, agama,
pekerjaan, dan lainnya. Untuk bisa memenuhi
kebutuhan tersebut, SIM Monografi Online
memerlukan data kependudukan yang tersedia dalam
SIM Kependudukan. Untuk memperoleh rekapitulasi

data kependudukan tersebut, maka SIM Monografi


Online perlu mengakses data master penduduk
dalam SIM Kependudukan. Kebutuhan ini bisa
dipenuhi dengan cara membuat aplikasi web service
(diberi nama getMASTERsimk) dimana SIM
Monografi Online berperan sebagai klien (requester)
dan SIM Kependudukan berperan sebagai server
(provider) dan menyediakan layanan bagi SIM
Monografi Online.
2.5. Rancangan Layanan Web Service Antar
Aplikasi e-Gov di Pemkab Bantul
Pemetaan kebutuhan layanan web services
proses pengambilan data dari dari satu sistem
(eGov1) ke sistem yang lain (eGov2) dalam e-Gov
secara umum dapat ditampilkan sebagaimana
Gambar 1 [37].

Resourcesregistry/Discovery
(AGENT/BROKER)
Downloaddeskripsi:
http://egov2/?atribut1=xx

AplikasieGov1
(REQUESTER)

Registrasi
sumberdayainformasi

AplikasieGov2
(PROVIDER)

GET/POST
http://egov2/?key=xx

Gambar 1: Pemetaan layanan web services proses pengambilan data dari e-Gov1 ke e-Gov2
Dengan menggunakan model metode REST,
proses akses data dapat dilakukan melalui web
services pada aplikasi e-Gov1 dengan menyediakan
fungsi remote untuk mengambil satu data pada
atribut1 disebut getAtributeGov2 dan/atau fungsi

AplikasieGov1

getAtributeGov2(atribut1)

getAtributeeGov2(atribut1,atribut2)

remote untuk mengambil sekelompok data pada


atribut1 dan atribut2 disebut getAtributesGov2.
Mekanisme
untuk
masing-masing
proses
diilustrasikan pada Gambar 2.

GET/POST
(URI)
conector

RPC

InformasiXML

AplikasieGov2

getAtributeGov2(atribut1)

getAtributeeGov2(atribut1,atribut2)

Gambar 2: Mekanisme pengambilan data dari e-Gov1 ke e-Gov2 dengan metode REST
Rancangan umum model web service antar
aplikasi e-Gov menggunakan metode REST adalah
sebagai berikut [37]:
1. Perancangan provider, meliputi:
a. Penentuan fungsi sumberdaya informasi
publik, meliputi:
1) Membuka koneksi database
2) Jika koneksi berhasil, lakukan akses data
sesuai kriteria dan kembalikan nilai fungsi
dalam array
3) Jika koneksi gagal, kembalikan nilai
fungsi dengan nilai false

b. Penentuan nama sumberdaya informasi


publik pada web services, yaitu struktur
format parameter URI acuan sebagai
deskripsi web application description
language (WADL), dengan parameter:
resource, format input (XML atau TXT),
format output (XML, TXT, atau HTML), dan
data input
c. Pembuatan script program aplikasi web
services (sebagai RPC) untuk mengolah
request parameter URI (WADL) yang
dikirim oleh requester agar dapat melakukan

validasi dan memberikan hasil sesuai kriteria


yang diminta melalui pemetaan parameter
resource terhadap nama fungsi internal.
Langkahnya sebagai berikut:
1) Menentukan absolute path berkas web
services sebagai basis path
2) Menggabungkan modul fungsi yang
terkait ke dalam program
3) Pengecekan
kelengkapan
struktur
parameter URI
4) Jika parameter lengkap, petakan nama
reosurce ke dalam nama fungsi, konversi
format data input ke dalam variabel untuk
paramater fungsi, jika fungsi ditemukan
jalankan fungsi dengan input parameter,
kembalikan hasil fungsi ke dalam variabel
hasil, konversikan nilai variabel hasil jika
berupa format XML atau HTML
5) Jika parameter tidak lengkap, yaitu nama
resource tidak dapat dipetakan ke dalam
fungsi, fungsi tidak ditemukan, atau tidak
ada hasil proses fungsi, maka isi variabel
hasil dengan pesan kesalahan
6) Tampilkan nilai variabel hasil sebagai
script yang akan diolah oleh web server
2. Perancangan agent/broker; yaitu menyediakan
aplikasi web services untuk proses registrasi
(registry) dan penemuan kembali (discovery)
untuk memudahkan pengelolaan dan pencarian
layanan dengan cara melalukan pencatatan dalam
database, langkahnya:
a. Membuat
struktur
database
untuk
registry/discovery layanan publik.
b. Membuat aplikasi web server untuk registrasi
provider dan service.
c. Membuat aplikasi web server yang bersifat
publik dan modul registrasi untuk
mendapatkan kunci akses publik bagi
requester
3. Perancangan requester; requester dapat
menggunakan
fungsi
layanan
setelah
memperoleh perintah URL pada browser di
client. Jika hasil dari fungsi layanan akan
digunakan sebagai sumber data hasil
pengolahan, maka perintah tersebut perlu
dimasukkan ke dalam kode program requester
melalui fungsi komunikasi dalam bahasa
pemrograman (socket) atau pengolahan file
jarak jauh (PHP, ASP, JSP).
3.

KESIMPULAN
Model web service merupakan bentuk
implementasi konsep interoperabilitas yang dapat
menjadi sebuah alternatif solusi untuk proses
pertukaran data antar sistem informasi. Dengan
kemampuan proses pertukaran data antar sistem
informasi, maka dimungkinkan untuk melakukan
proses sinkronisasi data di antara antar sistem
informasi, termasuk dalam e-Gov. Web service
dikembangkan dengan melibatkan tiga komponen

utama, yaitu provider sebagai penyedia layanan


informasi, agent/broker sebagai penyedia aplikasi
web services untuk proses registrasi (registry) dan
penemuan kembali (discovery) untuk memudahkan
pengelolaan dan pencarian layanan, dan requester
yang dapat menggunakan fungsi layanan dari
provider. Hasil analisis kebutuhan layanan web
services untuk ragam sistem informasi di Pemkab
Bantul Yogyakarta berhasil diungkap dalam
makalah ini dengan didasarkan pada kesamaan
obyek data (entitas) dan kedekatan hubungan antar
obyek data yang diolah dalam sistem informasi.
Database kependudukan merupakan jenis data yang
paling banyak dibutuhkan oleh sistem-sistem
informasi yang lainnya, sehingga akurasi dan
kelengkapan
database
kependudukan
perlu
mendapat fokus perhatian yang lebih.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr.tech
Khabib Mustofa, S.Si., M.Kom. yang secara
inspiratif mampu memotivasi penulis untuk terus
belajar tentang web service.
DAFTAR PUSTAKA
[1] WWW Consorsium, 2004, Web Services
Architectures, http://www.w3.org/TR/ws-arch/
#whatis, diakses: 08-03-2012.
[2] Lucky, 2008, XML Web services: Aplikasi
Desktop, Internet & Handphone, Jasakom,
Jakarta.
[3] Sukyadi, D., 2009, Model Interoperabilitas
Sistem Informasi Layanan Publik Studi Kasus:
e-Government, Karya Akhir, Prodi Magister
Teknologi Informasi, Fasilkom, UI, Jakarta.
[4] DSIPLK (Direktorat Sistem Informasi,
Perangkat Lunak & Konten), 2008, Kerangka
Acuan & Pedoman Interoperabilitas Sistem
Informasi Instansi Pemerintahan, Depkominfo
RI, Jakarta.
[5] Fielding R.T., 2000, Architectureal Style &
Design
of
Network-Based
Software
Architecrues, Ph.D. Thesis, Department of
Information & Computer Science, UCLA,
Irvine.
[6] Pautasso, C., 2008, REST vs SOAP Making the
Right
Architectural
Decision,
SOA
Symposium, Amsterdam.
[7] Nugroho, L.E., 2008, Interoperabilitas Data
dalam e-Government, Makalah Seminar eGovernment, Jurusan Teknik Informatika UPN
Veteran, Yogyakarta, 24 Mei 2008.
[8] Bray, T., Paoli, J., Sperberg-McQueen, C.M.,
Maler, E., and Yergeau, F. (editor), 2006,
Extensible Markup Language 1.0, 4th edition,

[9]

[10]
[11]

[12]

[13]

[14]

[15]

[16]

[17]

[18]

[19]

[20]

http://www.w3.org/TR/2006/REC-xml20060816/, diakses: 26-12-2011.


He, H., 2003, What is Service-Oriented
Architecture?, http://webservices.xml.com/pub
/a/ws /2003/09/30/soa.html, diakses: 05-032012
Pascual, P.J., e-Government, e-Asean Task
Force UNDP- APDIP, May 2003.
Inpres no. 3 tahun 2003, Kebijakan & Strategi
Nasional
Pengembangan
E-Government,
Jakarta.
Pusat Data Kementrian Komunikasi dan
Informatika, 2010, Buku Putih Komunikasi dan
Informatika Indonesia, Menkominfo RI,
Jakarta.
Soendjojo, H., 2005, Sistem Informasi Daerah,
Makalah
presentasi
dalam
Workshop
Penyusunan Cetak Biru E-Government, Warta
Ekonomi, diselenggarakan oleh Depkominfo
RI, tanggal 31 Mei 2005, Jakarta.
Deviana, H., 2007, Penerapan XML Web
service unutk Sistem Distribusi Barang Studi
Kasus: PT. Apotik Plus Palembang, Tesis
Prodi Ilmu Komputer, FMIPA, UGM,
Yogyakarta.
Wicaksono,
S.R.,
2008,
Implementasi
Extensible Markup Language Web Service
pada Secure Remote Form Field Fillin dalam
Dokumen Microsoft Word, Gematika Jurnal
Manajemen Informatika, volume 9, nomor 2,
edisi Juni 2008, STIKOM Surabaya, Surabaya.
Santosa, B., 2008, Analisa dan Perancangan
Web Service untuk Sistem Informasi
Universitas, Konferensi Nasional Sistem dan
Informatika 2008 (KNS&I08), STIKOM Bali,
15 November 2008, Denpasar.
Muchlis, E.F., 2008, Tourism Web service
Using E-Business, Tesis, Master of Science
(Information Technology - Management),
Faculty of Computer Science & Information
System, UTM, Malaysia.
Prasetyo, H., 2009, Implementasi Service
Oriented Architecture (SOA) Menggunakan
Teknologi Web Service, Makalah Laporan
Penelitian, FMIPA, Unwidha, Klaten.
Aminudin, 2009, Implementasi Web Service
Untuk Mendukung Interoperabilitas Aplikasi
Ecommerce, Tugas Akhir, Jurusan Teknik
Informatika, Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah, Malang.
Septiani K.W. A., Wiryana, I.M., 2010,
Strategi Pemetaan Web Service untuk
Menyediakan Layanan Global Biodiversity

[21]

[22]

[23]

[24]

[25]
[26]

[27]
[28]
[29]

[30]

[31]

[32]

[33]

Information Facility (GBIF), Skripsi, Prodi


Teknologi Industri, Universitas Gunadarma,
Jakarta.
Saputra, R., 2010, Desain Web Service pada
Katalog Toko Buku, Prosiding Seminar
Nasional Ilmu Komputer, Undip, Semarang,
http://eprints.undip.ac.id/24584/, diakses: 0503-2012.
Mutakin, 2011, Pemanfaatan Web Service
untuk Komunikasi Antar Aplikasi yang
Berbeda Menggunakan Jaringan Internet,
Universitas
Bina
Darma,
Palembang,
http://blog.binadarma.ac.id/mutakin/?p=120,
diakses: 05-03-2012.
Purnamasari, S.D., 2011, Web Service Sebagai
Solusi Integrasi Data pada Sistem Informasi
Akademik Universitas Bina Darma, Universitas
Bina
Darma,
Palembang,
http://blog.
binadarma.ac.id/EKAPUJIAGUSTINI/?p=66,
diakses: 05-03-2012.
Utomo, W.H., 2011, Integrasi B2B Berbasis
SOA Menggunakan Web services, Disertasi
Program Doktor Ilmu Komputer, UGM,
Yogyakarta.
Harian Jakarta Post, Edisi 15 Januari 2003,
Jakarta.
Supangkat,
S.H.,
Framework
Strategi
Implementasi
E-Government,
Prosiding
KNTIK untuk Indonesia, ITB, tanggal 3-4 Mei
2006, Bandung.
http://kioss.com, diakses: 05-03-2012.
Raharjo, B., 2001, Membangun e-Government,
ITB, Bandung.
Supangkat, S.H., Sembiring, J., Rahmad, B.,
2007, IT Governance Nasional: Urgensi dan
Kerangka Konstruksi, makalah Pertemuan
Dewan TIK Nasional, tanggal 8 Januari 2007.
Indrajit, R.E., 2006, Evolusi Strategi Integrasi
Sistem Informasi Ragam Institusi, Kiat
Memecahkan Permasalahan Politis dalam
Kerangka Manajemen Perubahan, Prosiding
KNTIK untuk Indonesia, ITB, 3-4 Mei 2006.
Menkominfo, 2002, SISFONAS Sebagai
Tulang Punggung e-Governance, Depkominfo
RI, Jakarta.
Setyantana, P., 2009, Interoperabilitas Sistem
Informasi, Makalah dipresentasikan dalam
Pelatihan oleh Direktorat Sistem Informasi
Perangkat Lunak & Konten, Dirjen Aplikasi
Telematika, Depkominfo RI, tanggal: 27/2805-2009, Sragen.
http://perijinan.bantulkab.go.id/, diakses: 0503-2012.

[34] http://bkd.bantulkab.go.id/, diakses: 05-032012.


[35] KPDT Kabupaten Bantul, Data Pengembangan
Sistem Informasi di Lingkungan Pemkab
Bantul, hasil survei tanggal: 10-12-2011
[36] http://www.bantulkab.go.id/, diakses: 10-122011.
[37] Istiyanto, J.E., Sutanta, E., 2012, Model
Interoperabilitas Antar Aplikasi e-Government,
Jurnal Technoscientia IST AKPRIND, Volume
V, Nomor 1, Februari 2012, Yogyakarta.
Biodata penulis
Nama lengkap: Edhy Sutanta, S.T., M.Kom.
Tempat tanggal lahir: Sentolo Kulon Progo, 08
Maret 2972.
Alamat korespondensi: Jurusan Teknik Informatika,
FTI, IST AKPRIND Yogyakarta , Jl. Kalisahak no.
28 Yogyakarta, 55222
Email: edhy_sst@yahoo.com
Tahun lulus & bidang ilmu: 2006, Program S-2 Ilmu
Komputer, FMIPA, UGM, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai