Anda di halaman 1dari 2

Strategi Pemasaran :

1. Anchor Tenant
Pihak marketing menggunakan Anchor Tenant untuk meningkatkan daya beli
konsumen dengan brand yang sudah ternama. Selain meningkatkan prestisi produk,
penggunaan Anchor Tenant juga menambahkan kepercayaan konsumen terhadap
produk yang dijual. Anchor yang dipakai diantaranya adalah Catylac, Monalisa dan
Arcon Flate. Selain itu, penggunaan Anchor Tenant juga dipakai dalam sistem
pembayaran produk. Dapat dilihat dari nama-nama bank ternama yang mendukung
KPR seperti Bank Mandiri, BRI, BII, BNI, dan lain sebagainya. Penggunaan anchor
pada sistem pembayaran juga menambah kepercayaan konsumen.
2. Adanya harga KPR 1 dan KPR 2
Harga yang tercantum pada brosur penjualan ada dua jenis, yaitu harga cash/KPR 1
dan kredit /KPR 2. Adanya perbedaan harga yang cukup mencolok pada dua sistem
pembayaran ini akan mempengaruhi keputusan konsumen. Misalkan pada tipe B5
harga KPR1 sesudah PPN adalah Rp 829.521.000,- sedangkan harga KPR 2 sesudah
PPN menjadi Rp 912.473.000,-. Perbedaan harga yang sangat besar antara dua
sistem pembayaran ini menjadikan konsumen untuk lebih cenderung memilih
membayar cash daripada harus mengangsur. Tujuan pihak marketing menggunakan
strategi ini adalah agar produk bisa segera dapat dibangun menggunakan uang
konsumen tanpa harus mengeluarkan modal sendiri.
3. Harga total
Harga yang ditulis di brosur sebenarnya bukanlah harga total yang harus dibayar
oleh konsumen. Untuk membuat produk terkesan lebih murah, pihak marketing
menulis harga produk beserta penambahan PPN saja tanpa termasuk biaya notaris,
BPHTB dan Biaya Akad Kredit. Biaya lain ini baru diberitahukan setelah pemesanan
untuk menekan kesan mahal produk.
4. Booking Fee
Untuk menambah keuntungan sekaligus meningkatkan daya beli konsumen, pihak
marketing menggunakan Booking Fee sebesar Rp 5.000.000,-. Strategi ini
menambah pemasukan developer karena untuk membooking sebuah produk,
konsumen harus membayar booking fee terlebih dulu. Selain itu konsumen yang
akan membeli juga merasa mudah untuk mengambil keputusan membeli produk
karena uang muka bisa dibayar dua minggu setelah membayar booking fee. Tanpa
harus membayar uang muka, konsumen sudah dapat memperoleh kepastian
booking produk.
5. Kavling terjual
Dalam brosur pemasaran, selain ditulis harga dan spesifikasi produk juga ditulis
kavling mana sajakah yang terjual. Strategi ini dipakai pihak marketing untuk
memaksa konsumen membeli produk sesuai keinginan mereka. Ini dikarenakan

membangun produk bersamaan akan lebih murah daripada membangun produk


satu demi satu. Dikarenakan sifat manusia yang adalah makhluk sosial, mereka
cenderung ingin membeli kavling yang telah memiliki tetangga. Dengan adanya
tanda terjual pada brosur, konsumen akan cenderung memilih kavling yang telah
memiliki tetangga dan developer dapat membangun satu deret produk sekaligus.
6. Luas tanah
Berdasarkan ketentuan yang terdapat pada brosur, luas tanah yang tertulis pada
tabel produk masih belum final. Melainkan masih dapat diperhitungkan kembali
sesuai sertifikat. Umumnya konsumen akan cenderung menganggap luasan tanah
tersebut sudah final sedangkan pihak marketing bisa saja mengatur brosur tersebut
agar luasan tanah yang belum final tersebut terkesan luas padahal luasan tanah
akan berubah setelah sertifikat tanah diproses.
7. Perubahan harga dan ketentuan transaksi
Berdasarkan ketentuan yang terdapat pada brosur harga yang tertera dalam brosur
dapat berubah tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Strategi ini dipakai untuk
menjaga konsumen tetap berpikir harga produk tetap murah walaupun sewaktuwaktu dapat terjadi penambahan harga. Selain itu uang konsumen tidak dapat
kembali apabila sudah terjadi transaksi. Dengan strategi ini konsumen tidak bisa
membatalkan transaksi dan terpaksa meneruskan pembelian meskipun seandainya
konsumen berubah pikiran. Strategi ini diterapkan untuk mencegah konsumen
membatalkan transaksi selama masa pembangunan produk.
8. Finishing produk
Produk yang dijual oleh developer bukan berupa produk jadi yang siap ditinggali,
melainkan kavling kosong dan rencana desain yang baru akan dibangun bila telah
terjadi transaksi pembelian. Strategi ini dipakai untuk menghemat modal yang
keluar karena uang yag dipakai membangun produk adalah uang konsumen. Selain
itu, produk yang belum dibangun memberikan kesempatan konsumen memilih
sendiri finishing yang akan diterapkan pada produk . Hal ini sekaligus memberikan
nilai tambah di mata konsumen.

Anda mungkin juga menyukai