Anda di halaman 1dari 9

Pemanfaatan Unconventional Hydrocarbon dalam Menjaga Ketahanan

Nasional,
Siapkah Kita?
"Kita semua harus menerima kenyataan, tapi menerima kenyataan saja adalah
pekerjaan manusia yang tak mampu lagi berkembang. Karena manusia juga bisa
membikin kenyataan-kenyataan baru. Kalau tak ada orang mau membikin
kenyataan-kenyataan baru, maka kemajuan sebagai kata dan makna sepatutnya
dihapuskan dari kamus umat manusia1. Pramoedya Ananta Toer
Sepenggal kutipan dari novel Rumah Kaca yang ditulis oleh Pramoedya
Ananta Toer di atas merupakan semburat dari keadaan Indonesia dengan celoteh
bangsanya yang seolah besar namun pada kenyatanyaanya hanya sebuah omong
kosong.
Dewasa ini, ketahanan energi tampak ramai di khayalak publik atas
keberadaannya

yang

menimbulkan

banyak

paradigma.

Ketahanan

energi

didefinisikan sebagai ketersediaan sumber energi yang tidak terputus dengan harga
yang terjangkau2. Harga yang terjangkau ini terampu pada penurunan harga crude
oil, salah satu penyebab turunnya harga crude oil secara melonjak adalah negaranegara

seperti

Amerika

Serikat

dan

Eropa

beralih

untuk

Unconventional Hydrocarbon.

1 Toer Pramoedya Ananta., (1988),"Rumah Kaca", Lentera Nusantara, halaman 436


2 International Energy Agency,(2013),Energy Security, diakses dari
http://www.iea.org/topics/energysecurity/, pada tanggal 25 Desember 2015 pukul 23:55
1

memanfaatkan

Gambar 1. Harga minyak, hari ini.

Angkat bicara pada sektor keilmuan Geologi dan Industri Perminyakan, penurunan
harga crude oil ini merupakan tamparan keras yang berimbas kepada sulitnya
lapangan pekerjaan, terutama jika dilihat dari lulusan sarjana Teknik Geologi yang
kini sedang lesu menghadapi momentum ini. Bagaimana bisa bila sumber daya
manusia yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas negara dalam sektor energi,
masih lesu? Bagaimana bisa ketahanan nasional tetap terjaga apabila kita masih
berkiblatkan kepada pemanfaatan energi secara konvensional? Berkaca pada
penggalan kalimat dalam Novel Rumah Kaca Karya Pramoedya Ananta Toer diatas,
Kalau tak ada orang mau membikin kenyataan-kenyataan baru, maka
kemajuan sebagai kata dan makna sepatutnya dihapuskan dari kamus umat
manusia,

masihkah

kita

berpeluh

saja

kepada

pemanfaatan

Conventional

Hydrocarbon?
Bagaimana Kabar Hari Ini?
Sebuah isu terkait ketahanan energi merupakan hal yang selalu dikorelasikan
dengan kebutuhan Rakyat Indonesia dalam mencapai suatu kebermanfaatan energi
yang kontinyu (sustainability of energy). Adapun dalam keberjalanannya itu
dihubungkan dengan ketersediaan sumber energi yang tidak terbatas (renewable).
Tidak dapat dielakkan lagi bahwa Indonesia masih menggunakan sumber energi fosil
yang termasuk ke dalam Conventional Hydrocarbon untuk memenuhi kebutuhan
sehari-harinya, yakni

86% dari total pemanfaatan energi dengan rincian minyak


2

bumi sebesar 48%, gas alam sebesar 19%, dan batu bara sebesar 19% 3. Selain hal
itu,

Indonesia

masih

dirundung

masalah

dalam

sektor

ekstraksi

cadangan

Conventional Hydrocarbon yang mengalami penurunan tanpa diimbangi dengan


penemuan cadangan baru dan pengembangan energi alternatif. Kegiatan eksplorasi
dan eksploitasi Conventional Hydrocarbon berpotensi menimbulkan permasalahan
lingkungan. Permasalahan yang timbul berupa ancaman terhadap kondisi air tanah
dan pencemaran pada lingkugan lainnya di sekitar wilayah drilling. Menimbang
urgensi tersebut, perlu dilakukan suatu metode pembaharuan yang taktis terkait
eksploitasi dan eksplorasi migas dengan metode non-konvensional.

Gambar 2. Tiga tahapan utama Oil Recovery

Potensi Unconventional Hydrocarbon di Indonesia


Unconventional Hydrocarbon dewasa ini cukup berkembang dalam industri migas
dalam skala internasional. Apakah Indonesia termasuk ke dalam daftar negara yang
sudah beralih kepada pemanfaatan Unconventional Hydrocarbon? Unconventional
Hydrocarbon adalah minyak dan gas bumi yang diusahakan dari reservoir tempat
terbentuknya minyak dan gas bumi dengan permeabilitas yang rendah (low
permeability), antara lain shale oil, shale gas, tight sand gas, gas metana batubara
(coal

bed

methane),

dan methane-hydrate

(hydrate

gas)4.

Lantas,

adakah

perbedaan dengan Conventional Hydrocarbon?


3 Dewan Energi Nasional, (2014), Indonesia Energy Outlook 2014, BPPT, halaman 40
4 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), (2012), Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM): Nomor 05 Tahun 2012
3

Gambar 3. Skematik pemodelan Unconventional Hydrocarbon

Ada baiknya kita mengetahui perbedaan Unconventional Hydrocarbon


dengan Conventional Hydrocarbon. Pertama, Unconventional Hydrocarbon dapat
ditemukan pada reservoir memiliki permeabilitas rendah (< 1 miliDarcy) sedangkan
Conventional Hydrocarbon ditemukan pada reservoir dengan permeabilitas lebih
besar dari 1 miliDarcy. Selanjutnya, Unconventional Hydrocarbon terbentuk dan
terjebak

langsung

pada

source

rock,

sedangkan

Conventional

Hydrocarbon

bermigrasi dan terjebak pada lapisan batuan sedimen setelah terbentuk pada
source rock.
Mari kenali jenis Unconventional Hydrocarbon mulai dari shale oil dan shale gas.
Keduanya merupakan minyak dan gas bumi yang diperoleh dari serpihan batuan
induk yang sama dengan Conventional Hydrocarbon. Namun memiliki perbedaan
pada

tingkat

porositas

dan

permeabilitasnya

yang

lebih

rendah,

memiliki

heterogenitas yang tinggi sehingga keduanya tidak dapat diproduksi dengan cara
yang sama dengan Conventional Hydrocarbon. Shale oil dan shale gas diangkat
dengan teknik hydraulic fracturing, yakni perekahan lapisan batuan menggunakan
pompa hidrolik bertekanan tinggi. Pemerintah Indonesia mulai mengembangkan
shale oil dan shale gas. Saat ini pemerintah tengah melakukan studi awal untuk
melihat potensi shale oil dan shale gas di Indonesia. Sampai sekarang, potensi shale
oil dan shale gas diperkirakan ada di Sumatera yakni di Cekungan Sumatera Tengah,
4

Cekungan Sumatera Utara dan Cekungan Sumatera Selatan, lalu di Timur Laut Jawa,
Cekungan Barito dan Cekungan Kutai di Kalimantan, dan di Papua dengan perkiraan
cadangan sebesar 570 triliun kaki kubik.
Selanjutnya, beralih ke gas metana batubara atau Coal Bed Methane (CBM).
CBM merupakan gas metana yang terperangkap dan terakumulasi di dalam pori-pori
batubara selama masa pembatubaraan. Gas ini umumnya terperangkap di cleats,
yaitu pori atau celah batubara. Semakin banyak cleats di dalam batubara, semakin
baik permeabilitasnya dan semakin besar peluang kandungan gas metana.
Pemerintah kini mengupayakan pengembangan gas metana batubara di 54 wilayah
kerja dengan perkiraan cadangan sebesar 453 triliun kaki kubik. CBM dapat
digunakan sebagai sumber energi ramah lingkungan untuk pengeringan batubara,
bahan bakar turbin gas pada PLTG, dan sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah
tangga.

Gambar 4. Total cadangan coal bed methane di Indonesia

Sumber lainnya ialah methane-hydrate atau natural gas hydrate. Banyak


keuntungan yang dapat diperoleh bila material

berbentuk kristal es ini bisa

dikembangkan. Jumlah cadangan gas hydrate lebih banyak dibanding energi fosil
lainnya, yakni 3 triliun ton karbon. Angka ini lebih banyak dibanding cadangan gas
bumi di dunia, 96 miliar ton karbon. Selain itu, gas hydrate juga mampu memenuhi
kebutuhan energi bagi manusia selama dua ribu tahun. Temperatur dan tekanan gas
ini pun relatif stabil, sehingga memudahkan penyimpanan. Sayangnya, tidak mudah
mengembangkan gas hydrate. Pengambilan gas hydrate tidak bisa dilakukan
dengan cara ditambang layaknya mengambil batubara, karena sumber ini berada di
5

laut dalam, gas hydrate baru akan terbentuk di kedalaman 500-1500 m di bawah
permukaan air laut. Gas hydrate dapat diambil menggunakan sumur, seperti
kegiatan eksplorasi dan eksploitasi Conventional Hydrocarbon. Tiga teknik yang bisa
digunakan untuk mengambil gas hydrate adalah depressurization, thermal injection,
dan inhibitor injection5. Sayang ketiga teknik tersebut sulit diterapkan karena
membutuhkan dukungan energi yang sangat besar. Dari sisi ekonomi, penerapan
teknik ini kurang menguntungkan.

Jawaban atas segala keresahan


Melihat besarnya potensi Unconventional Hydrocarbon di Indonesia, perlu
dilakukan

beberapa

langkah

hingga

mencapai

tahap

pemanfaatan

dalam

mempertahankan ketahanan energi nasional yang dimulai dari peningkatan mutu


dan kualitas sumber daya manusia pada teknologi pemanfaatan Unconventional
Hydrocarbon, meliputi eksplorasi, drilling, transportasi, bahkan hingga tahap
produksi dan konsumsi karena hingga saat ini teknologi yang digunakan untuk
memproduksi cadangan Unconventional Hydrocarbon masih belum dikembangkan
secara masif; peningkatan jumlah riset dan penelitian mengenai Unconventional
Hydrocarbon secara signifikan, mulai dari interpretasi cadangan, eksplorasi hingga
pemanfaatan dengan mengambil konsentrasi disini yakni optimalisasi lulusan
sarjana Teknik Geologi yang hingga kini diselimuti akan kegelisahan lapangan
pekerjaan terkait momentum penurunan harga crude oil; perlu adanya komitmen
dan

insentifikasi

kebijakan

serta

bantuan

dana

dari

pemerintah

untuk

mengembangkan penguatan ketahanan energi nasional.


Kembali lagi, sebelum berkaca kepada negara lain yang sudah beralih dalam
pemanfaatan Unconventional Hydrocarbon sebagai jawaban atas ketahanan energi
negara mereka masing-masing, Conventional Hydrocarbon masih menopang 87%
ekonomi dunia hingga tahun 2013. Haruskah kita beralih secara cepat dengan serta
merta untuk mencapai ketahanan energi nasional?
5 Depressurization adalah pengurangan inventory (biasanya flammable gas) dan pengurangan tekanan karena
sebab-sebab tertentu sebagai salah satu penanggulangan dampak kejadian yang tidak diinginkan; Thermal injection
merupakan metode yang digunakan untuk memanaskan crude oil dalam formasi untuk mengurangi viskositas dam
menguapkan bagian dari minyak sehingga menurunkan rasio mobilitas. Meningkatnya panas dapat mengurangi
tegangan permukaan dan meningkatkan permeabilitas minyak. Thermal injection meliputi include cyclic steam
injection, steam flooding and combustion (Jabbour, C., Quintard, M., Bertin, H., and M. Robin., (1996),Oil
Recovery by Steam Injection:Three-phase Flow Effects J. of Pet. Science and Engineering, Vol. 16, halaman 109130)

Dalam perbandingan pemilihan energi antara Conventional Hydrocarbon


dengan Unconventional Hydrocarbon untuk mencapai keberlanjutan setidaknya
memerlukan analisis kepada beberapa kriteria terhadap lingkungan dan manusia,
resiko geopolitik, dan path dependence6. Selain paradigma peralihan energi
Conventional Hydrocarbon dengan Unconventional Hydrocarbon, pemerintah juga
harus menyelesaikan permasalahan yang menghalangi eksploitasi energi terbarukan
yang strategis. Beberapa permasalahan tersebut mencakup birokrasi pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
(PLTG) yang dianggap dapat merusak lingkungan. Insentifikasi pemerintah kepada
pelaku usaha dalam menurunkan tingkat ketidakpastian keberhasilan eksplorasi
geothermal dan kompensasi besarnya biaya investasi serta alat penyimpanan energi
untuk tenaga angin dan tenaga surya juga menjadi area kebijakan yang perlu diatur
oleh pemerintah dalam pengembangan energi terbarukantermasuk pemanfaatan
nuklir yang dinilai tidak ramah lingkungan, terlepas dimulainya pemanfaatan
berbagai reservoir Unconventional Hydrocarbon dewasa ini.

Siapkah kita?
Terdapat langkah yang saling terintegrasi antara stakeholder yang ada dalam
pemberdayaan Unconventional Hydrocarbon ini, tanpa hal tersebut ini semua hanya
akan terdapat akumulasi resiko atas ketahanan energi Indonesia di masa yang akan
datang.
Retorika yang timbul pada akhir dari seluruh buah pikiran ini adalah apakah
kita siap untuk mempertahankan ketahanan energi di Indonesia lewat pemanfaatan
Unconventional Hydrocarbon?

6 Jaccard,M.,(2007),Fossil fuels and clean plentiful energy in the 21st century:The example of coal,
European Investment Bank and Leibniz Information Research and Economy, halaman 122-124
7

REFERENSI
Aldhous,P. 2012. Drilling into the Unknown. UK: New Scientist, issue 2849
BPPT. 2014.

Outlook Energi Indonesia 2014. Jakarta: Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi.
Butler, Jabbour, C., Quintard, M., Bertin, H., and M. Robin., (1996),Oil Recovery by
Steam Injection:Three-phase Flow Effects J. of Pet. Science and Engineering,
Vol. 16
Elliott, K.T., and Kovscek, A.R. 1999. Simulation of EarlyTime Response of Single
Well
Steam Assisted Gravity Drainage (SW-SAGD). Society of Petroleum Engineers
Journal.
Jaccard,M. 2007. Fossil fuels and clean plentiful energy in the 21 st century:The
example of coal, European Investment Bank and Leibniz Information
Research and Economy
International Energy Agency. 2012. Golden Rules for a Golden Age of Gas.
diakses dari http://www.iea.org/topics/golden rulesforagoldenageofgas/, pada
11 Maret 2016 pukul 04.37
International Energy Agency. 2013. Energy Security.
diakses dari http://www.iea.org/topics/energysecurity/, pada tanggal 11 Maret
2016 pukul 23:55
International Energy Agency. 2013. Key World Energy Statistics.
diakses dari http://www.iea.org/topics/keyworldenergystatistics/, pada tanggal
12 Maret 2016 pukul 02.14
International Energy Agency. 2013. South East Asia Energy Outlook.
diakses

dari

http://www.iea.org/topics/southeastasiaenergyoutlook/,

pada

tanggal 12 Maret 2016 pukul 04.10


Jadwa. 2014. Outlook for Unconventional Oil & Gas Production
diakses dari http://susris.com/2014/01/17/jadwa-outlook-for-unconventionaloil-gas-production/, pada tanggal 14 Maret 2016 pukul 22.00
Oil Price Net.2016
diakses dari http://www.oil-price.net/ , pada tanggal 15 Maret 2016 pukul
09.23
8

Sukhyar, et.al,. 2013. Unconventional Oil and Gas Potential in Indonesia with Special
Attention to Shlae Gas and Coal Bed Methane. Jakarta
Toer, Pramoedya Ananta. 1988. Rumah Kaca. Jakarta: Lentera Nusantara
USGS. 2001. U.S Geological Survey Gas Hydrate Project

Anda mungkin juga menyukai