Case PPH
Case PPH
Pembimbing:
dr. Indra K. Ibrahim, Sp.An
Disusun oleh:
Fenny Florencia A (2014-061-105)
Agatha Kristanti (2014-061-106)
KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU ANESTESI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA
RSUD R. SYAMSUDIN, SH
PERIODE 21 MARET 2016 -23 APRIL 2016
KASUS
I.
Identitas Pasien
- Nama
- Usia
: Ny. R
: 28 tahun
II.
- Agama
: Islam
- Pendidikan
: SMA
- Alamat
: KP. Cilengkor RT 18 / RW 05 Cisaat
- RM
: A373180
- Tanggal operasi : 7 April 2016
Anamnesis
Dilakukan secara alloanamnesa dengan perawat PACU
Keluhan utama : perdarahan post partum 6,5 jam setelah operasi SC
Keluhan tambahan
: Riwayat penyakit sekarang :
Pasien menjalani operasi SC pada pukul 11.15 WIB atas indikasi
ketuban pecah dini dan riwayat SC 6 tahun yang lalu. Keadaan umum
pasien baik selama proses operasi berlangsung, yaitu selama 1 jam.
Setelah itu pasien dibawa ke ruang PACU untuk pemulihan pasca
operasi. 1 jam setelah SC, terjadi perburukan tanda-tanda vital pasien
(peningkatan nadi dan penurunan tekanan darah) serta terjadi
penurunan Hb pasien. Pada saat di PACU, pasien sempat mendapat
transfusi 350cc whole blood. Keadaan umum pasien semakin menurun,
conjungtiva tampak anemis, tampak lemas dan pucat. Pasien juga
III.
IV.
V.
VI.
Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
Saturasi O2
4. Anestesi dengan
Medikasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Midazolam 2 mg
Ketamin 100 mg
Atracurium 20 mg + 4 mg + 5 mg
Asam traneksamat 500 mg
Norepinefrin 0,1 ug/kgBB/menit
Ketorolac 30 mg
Infus
Tangan
Tangan kiri
Obat
Tekanan
Heart
Sat
darah
Rate
O2
kanan
18.45
Widahes
RL 500 ml
Midazolam 2 mg
500 ml
+chrome 50 mg
Ketamin 100 mg
+ as.
Atracurium 20
Traneksamat 500
mg
74/41
145
99%
90/55
130
99%
110/55
127
99%
90/40
105
99%
mg + vit K+ vit
C
19.00
RL 500
ml
19.15
NaCl 50 cc
WBC 350 cc
(19.21)
19.30
Asam traneksamat
500 mg,
atracurium 4 mg
19.45
20.00
110/55
90/60
100
90
99%
99%
Atracurium 5 mg
110/70
120/65
100
95
99%
99%
Ketorolac 30 mg
115/70
100/70
90
70
99%
99%
RL 500
Norepinefrin 0,1
ml +
ug/kgBB/menit
chrome
50 mg
20.15
20.30
NaCl 50 cc
WBC 350 cc
(20.30)
20.45
21.00
Lama operasi : 3 jam 5 menit
Lama anestesi: 3 jam 15 menit
Keadaan Pasca Bedah
-
Kontrol tekanan darah, nadi, dan respirasi setiap 15 menit dalam 1 jam
pertama
Ventilator : SIMV ; TV : 400, FiO2 : 50%, RR : 12x/menit, PEEP : 5, PS :
5, I:E = 1:2
Puasa sampai sadar penuh, bising usus (+), mual muntah (-)
Analgetik drip : RL 500cc + Ketorolac 60mg + Pethidin 100mg
Analgetik bolus : Ketorolac 30 mg / 8 jam
Transfusi sampai dengan Hb > 8 gr/dL
Cairan 2500cc / 24 jam (RL/WidaHES/WB)
Cek Lab Hb, Leukosit, Ht, Trombosit, GDS, Kalium, Natrium, Ureum,
Creatinin
Sedasi dengan Midazolam 3mg IV dilanjutkan dengan 3mg/jam
Keadaan umum
: tampak sakit sedang
Kesadaran
: somnolen
GCS : 11 (E3V3M5)
Tekanan darah
: 100/68 mmHg
Denyut nadi
: 96x/menit (teratur, kuat, penuh)
Laju nafas
: 20x/menit
Suhu aksila
: 36,5oC
Kepala : normocephali, deformitas (-)
Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklrea ikterik (-/-)
Hidung : septum nasi di tengah, sekret (-/-)
Paru:
o Inspeksi
: simetris
o Palpasi
: simetris
o Perkusi
: sonor
o Auskultasi
: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :
o Inspeksi
: ictus cordis tidak terlihat
o Palpasi
: ictus cordis tidak teraba
o Perkusi
: kesan kardiomegali (-)
o Auskultasi
: bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
o Inspeksi
o Palpasi
o Perkusi
o Auskultasi
:
: cembung
: supel (-)
: timpani
: bising usus (+) 1-2x per menit
TINJAUAN PUSTAKA
B. Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik disebabkan oleh kehilangan volume akut sebesar 20% - 25%
dari total volume darah. Penyebab dari syok hipovolemik termasuk hemoragik
dan penumpukan cairan dalam tubuh, misalnya pada obstruksi usus. Syok
hipovolemik dikenali dari penurunan tekanan darah (Blood Pressure/BP),
penurunan kardiak output (Cardiac Output/CO), penurunan tekanan vena sentral
(Central Venous Pressure/CVP) dan penurunan tekanan arteri pulmonal
(Pulmonary Artery Pressure/PAP).
Tanda dan gejala:
1. Sistem saraf pusat: perubahan status mental.
2. Jantung: nyeri dada, iskemia dalam elektrokardiogram (EKG), hemodinamik
yang tidak stabil.
3. Ginjal: penurunan jumlah urin, peningkatan konsentrasi urea, nitrogen dan
serum kreatinin dalam darah.
4. Gastrointestinal: nyeri abdominal dan kembung, penurunan bising usus dan
hematochezia.
5. Perifer: akral dingin, waktu pengisian kapiler yang buruk dan pulsasi yang
lemah.
Stadium shock:
1. Stadium kompensasi.
Pada stadium ini fungsi organ vital dipertahankan melalui mekanisme
kompensasi fisiologis tubuh, dengan cara meningkatkan refleks simpatis,
sehingga terjadi:
a. Resistensi sistemik meningkat:
distribusi selektif aliran darah dari organ sekunder ke organ primer (otak,
jantung)
resistensi arteriol meningkat diastolic pressure meningkat meningkat.
b. Heart rate meningkat cardiac output meningkat
c. Sekresi vasopressin, rennin-angiotensin-aldosteron meningkat ginjal
menahan air dan Na+ didalam sirkulasi
Manifestasi klinis: takikardia, gelisah, kulit pucat dan dingin, pengisian
kapiler lambat ( > 2 detik).
2. Stadium dekompensasi.
Pada stadium ini telah terjadi:
a. Perfusi jaringan buruk O2 sangat turun metabolisme anaerob
laktat
pembentukan thrombus
edema
jaringan,
gagal
jantung
kongestif,
kekacauan
Target Reseptor
Efek
1 , 1 ,
Katekolamin
Dopamin
perfusi ginjal
Epinefrin
1 , 1 , 2
Norepinefrin
Katekolamin
Sintetis
1 , 1
CO, BP
1 , 2
Dobutamin
1 , 2 ,
Dopexamin
1 , 1 , 2
CO,
HR,
/BP
CO,
HR,
perfusi ginjal
Efedrin
Seperti epinefrin,
Fenilefrin
Inhibitor
GMP
mediated
Fosfodiesterase-III
BP,
//CO
Milrinon
G protein mediated
Hormon
epinefrin
HR,
Vasopresin
/BP,
HR,
CO
BP
Dopamin adalah pelopor norepinefrin dan epinefrin. Pada dosis rendah akan
mempengaruhi vascular 1-dopamine receptors (ginjal dan mesenterika)
mengarah ke vasodilatasi. Pada dosis yang lebih tinggi, dopamine akan
mempengaruhi 1-adrenergic receptors yang bergabung dengan inotropik
positif dan efek kronotropik. Pada dosis yang tinggi dopamine akan
mempengaruhi 1-adrenergik receptors yang akan bergabung dengan efek
vasokonstriksi. Dopamine sering dipilih sebagai zat utama untuk syok karena
potensi efeknya yang bermanfaat dalam sirkulasi ginjal dan CO. Namun efek
kronotropik dan prodisritmik yang diperkirakan akan berkurang pada pasien
dengan iskemia miokardial.
Dopexamin adalah turunan sintetis dari dopamine dengan dan 2 yang lebih
baik dibandingkan aktifitas 1 serta tidak ada aktifitas , sehingga mengurangi
tipikal efek kronotropik dan efek pro-disritmik dopamine. Dopexamine tidak
diizinkan untuk penggunaan klinis di USA, dan penggunaannya di Eropa
dihindari karena harganya yang mahal.
Epinefrin adalah katekolamin kuat yang menstimulasi reseptor -, 1- dan 2adrenergik. Epinefrin tetap pilihan utama untuk resusitasi kardiopulmonar.
Efeknya terhadap tekanan darah tergantung pada efek positif inotropik dan
kronotropik serta dasar vasokonstriksi vaskuler, terutama kulit, mukosa dan
ginjal. Efek 2 epinefrin yang kuat memicu bronkodilasi dan menghambat
degranulasi sel mast. Sehingga membuat epinefrin menjadi obat pilihan untuk
anafilaksis. Pada dewasa, pemberian epinefrin IV 0,1-0,5 mg (0,1-0,5 ml
dalam larutan 1:1000) merupakan dosis awal umum yang tepat untuk pasien
hipotensi berat, diikuti infus kontinyu 1-4 g/menit.
Vasopresor
merusak
pada
pasien
dengan
fungsi
ventrikuler
kiri
yang
membahayakan.
hormone (ADH) dan terutama terlibat dalam proses osmosis dan homeostasis
volume seperti regulasi hormon yang lain. VP juga merupakan vasokonstriktor
langsung tanpa efek inotropik atau kronotropik.
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Kelas IV
Sistolik (mmHg)
> 110
> 100
> 90
< 90
Nadi (x/men.)
< 100
> 100
> 120
> 140
Nafar (x/men.)
16
16-20
21-26
> 26
Mental
anxious
agitated
confuse
lethargic
Kehilangan darah
< 750 ml
750-1500 ml 1500-2000 ml
> 2000 ml
< 15%
15-30%
> 40%
30-40%