Anda di halaman 1dari 11

39

IV.

BUDIDAYA TANAMAN KUMIS KUCING

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah
dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu, terbukti
dari adanya naskah lama pada daun lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali),
Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan), dokumen Serat Primbon Jampi,
Serat Racikan Boreh Wulang nDalem dan relief candi Borobudur yang
menggambarkan orang sedang meracik obat (jamu) dengan tumbuhan
sebagai bahan bakunya. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010
menunjukkan bahwa hampir separuh orang Indonesia mengonsumsi obat
tradisional terutama jamu untuk pencegahan dan penyembuhan.
Sebanyak 49,53 % penduduk Indonesia berusia 45 tahun ke atas
mengonsumsi jamu. Sekitar 5 % penduduk mengonsumsi jamu tiap hari,
sementara sisanya mengonsumsi jamu sesekali.
Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional masih selalu
digunakan masyarakat di Indonesia terutama di daerah pedesaan yang
masih kaya dengan keanekaragaman tumbuhannya. Selain murah dan
mudah didapat, obat tradisional yang berasal dari tumbuhan pun
memiliki efek samping yang jauh lebih rendah tingkat bahayanya
dibandingkan obat-obatan kimia. Obat tradisional Indonesia masih sangat
banyak yang belum diteliti, khususnya yang sebagian besar berasal dari
bahan tumbuhan.
Salah satu tanaman yang sering digunakan dalam pengobatan
tradisional adalah tanaman kumis kucing (Orthosiphon stamineus
Benth.). Daun kumis kucing basah maupun kering bermanfaat digunakan
sebagai bahan obat-obatan. Di Indonesia daun yang kering (simplisia)
dipakai sebagai obat yang memperlancar pengeluaran air kemih
(diuretik) sedangkan di India untuk mengobati rematik. Masyarakat

40

menggunakan kumis kucing sebagai obat tradisional sebagai upaya


penyembuhan batuk, encok, masuk angin dan sembelit. Di samping itu
daun tanaman ini juga bermanfaat untuk pengobatan radang ginjal, batu
ginjal.
Tingginya tingkat penggunaan tanaman kumis kucing sebagai obat
tradisional mengacu pada pengembangan metode budidaya dan
pengolahan pasca panen tanaman
39 kumis kucing yang dapat memberikan
hasil yang optimal, baik dalam kualitas maupun kuantitas. Beberapa
faktor yang terkait dengan teknik budidaya ini diantaranya adalah
melakukan kombinasi baru dalam penggunaan pupuk. Aplikasi
kombinasi pupuk ditujukan untuk memperoleh kesuburan tanah yang
optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kumis kucing.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum Acara IV Budidaya Tanaman Kumis Kucing
adalah untuk mengetahui pengaruh asal bahan setek terhadap
pertumbuhan tanaman kumis kucing.
3. Manfaat Pratikum
Manfaat praktikuim mengenai budidaya tanaman kumis kucing
adalah sebagai berikut :
a Mahasiswa mampu terampil melakukan budidaya tanaman kumis
b

kucing dengan baik dan benar.


Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh asal bahan setek terhadap
pertumbuhan tanaman kumis kucing.

B. Tinjauan Pustaka

41

Tanaman kumis kucing termasuk ke dalam suku Labiatae (Lamiaceae).


Tanaman ini memiliki beberapa sinonim nama latin, antara lain: Orthosiphon
stamineus Benth., O. grandiflorum auct. Non Terrac., O. spicatus auct. non
Benth. Tanaman ini pertama kali disebarluaskan dari India, Indo China, dan
Thailand melewati kawasan Malesia (Indonesia, Filipina, Papua Nugini)
hingga Australia. Sebagai tanaman yang tumbuh liar di sepanjang anak sungai
dan selokan, kumis kucing mulai banyak ditanam di pekarangan sebagai
tumbuhan obat dan dapat ditemukan di daerah dataran rendah sampai
ketinggian 700 m dpl. Disebut kumis kucing karena kumpulan benang sari
bunganya panjang dan menjulur dari dua sisi yang berbeda sehingga mirip
dengan kumis kucing (Mursito dan Prihmantoro 2002).
Bagian tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah bagian herba
(terutama daunnya), baik yang segar maupun yang telah dikeringkan. Herba
kumis kucing rasanya manis sedikit pahit, sifatnya sejuk. Tanaman ini
berkhasiat sebagai antiradang, peluruh kencing (diuretik), menghilangkan
panas dan lembab, serta menghancurkan batu saluran kencing. Ekstrak
rebusan air dari daun kumis kucing (methylripariochromene A, suatu
senyawa benzochromene) terbukti secara ilmiah mampu menurunkan tekanan
darah sistolik pada tikus hipertensi. Ekstrak kumis kucing juga terbukti
mampu menurunkan jumlah kalsium oksalat (batu ginjal) dan kapasitas
penurunan kalsium oksalat dari ekstrak air kumis kucing ternyata lebih baik
dibandingkan ekstrak etanolnya (Iswantini et al. 2006).
Tanaman kumis kucing dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah
sampai dataran tinggi dengan ketinggian sampai 1.500 m di atas permukaan
laut. Sebaiknya tanaman ini ditanam pada tempat yang terbuka dan disinari
matahari penuh. Curah hujan yang dibutuhkan lebih dari 3.000 mm/tahun.
Tanah yang sesuai untuk pertumbuhan kumis kucing adalah tanah lempung
berpasir dengan struktur gembur, subur, dan mengandung humus yang cukup.
Tanah tersebut mengandung unsur hara makro dan mikro yang cukup banyak
dan ketersediaannya tinggi (Diperta 2012).

42

Daun kumis kucing basah maupun kering digunakan sebagai bahan


obat-obatan. Di Indonesia daun yang kering dipakai (simplisia) sebagai obat
yang memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik) sedangkan di India
untuk mengobati rematik. Masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai
obat tradisional sebagai upaya penyembuhan batuk encok, masuk angin dan
sembelit. Senyawa kimia yang terdapat dalam daun kumis kucing antara lain
adalah garam kalium, senyawa saponin, alkaloid, minyak atsiri, glikosida
orthosiponin dan tanin. Kandungan bahan aktif utama yang paling stabil
dalam daun kumis kucing adalah komponen senyawa sinensetin yang bersifat
anti bakteri dan sinensetin telah dijadikan zat identitas simplisia kumis kucing
(Rukmana 2000).
Tanaman kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) mudah sekali
ditemukan di seluruh nusantara. Tanaman kumis kucing (Orthosiphon
stamineus (Benth) mengandung berbagai senyawa kimia, salah satunya
adalah flavonoid. Kumis kucing sudah digunakan masyarakat untuk diuretik,
pengobatan hipertensi, gout dan rematik. Penelitian terhadap flavonoid dari
beberapa tanaman mempunyai efek farmakologis sebagai antiinflamasi.
Nama daerah tanaman kumis kucing di daerah antara lain remujung (Jawa),
songot koceng, sesalaseyan (Madura), remukjung, kumis ucing (Sunda).
Kumis Kucing adalah termasuk terna tegak, pada bagian bawah berakar di
bagian buku-bukunya dan tingginya mencapai 2 meter. Batang bersegi empat
agak beralur berbulu pendek atau gundul. Helai daun berbentuk bundar atau
lonjong, lanset, bundar telur atau belah ketupat yang dimulai dari pangkalnya,
ukuran daun panjang 1 10 cm dan lebarnya 7,5 mm 1,5 cm. Urat daun
sepanjang sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana kedua
permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat
banyak, panjang tangkai daun 7 29 cm (Ismarani et al. 2011).

C. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat

43

Praktikum

acara

IV

Budidaya

Tanaman

Kumis

Kucing

dilaksanakan pada hari Senin 27 Oktober 2014 pukul 08.00 - 10.00 WIB
bertempat di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Alat
a. Pisau
b. Cethok
c. Penggaris
d. Kertas Label
e. Alat tulis
3. Bahan
a. Setek batang tanaman Kumis kucing (Orthosiphon aristatus)
b. Tanah dan pupuk kandang
c. Polybag
d. Air
4. Cara Kerja
a. Menyiapkan stek tanaman kumis kucing yang berasal dari bagian
pucuk, bagian tengah, dan bagian pangkal.
b. Menyiapkan media tanam dengan mencampur tanah dan pupuk
kandang dengan perbandingan 2 : 1 kemudian memasukkan kedalam
polibag dan membasahinya dengan air secukupnya.
c. Menanam stek batang pada media sesuai dengan perlakuan.
d. Memelihara dengan menyiram untuk menjaga kelembaban media
tanam.
e.

Melakukan pengamatan.

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

44

1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Data Rekapan Pertumbuhan Tanaman Kumis Kucing
Pengamata
n

Perlakua
n

Jumlah
Tunas

A
B
C

1
0
0
1

B
C
A
B
C

4
7
0
0
0

2
2
1
1
4,
5
4,
2
8
2
1
9

Panjang
tunas
Jumlah
Daun

Panjang
Akar

C
Sumber : Data Rekapan

ratarata

Minggu ke
3
4
5
4
4
4
3
5
5
4
4
6

6
4
6
6

7
4
6
6

3,14
3,71
4

10

14

7,35

6
9
4
3
9

6
7,
2
10
10
11
18

10
11
21
39
47

12
13
32
53
69

8,34
10,57
17
20,28
32

15
16
50
35
72
7,
3
5,
1
8,
5

1,04
0,72
1,21

Gambar 4.1 Tanaman Kumis


Gambar 4.2 Tanaman Kumis
2. Pembahasan
Kucing Minggu ke -1
Kucing Minggu ke -7
Kumis kucing memiliki efek farmakologi seperti antiradang, infeksi
kandung kemih, batu saluran kemih dan empedu, asam urat, kencing batu dan
keputihan. Bagian kumis kucing yang berkhasiat adalah bagian daun. Daun

45

kumis kucing mengandung senyawa sinensetin, flavon-flavon, 2-flavonol


glikosida, zat samak, saponon, garam kalium, asam-asam organik, tanin, dan
minyak atsiri (Mahendra 2005).
Prospek investasi budidaya tanaman Kumis Kucing merupakan suatu

usaha yang sangat menjanjikan. Menurut Anggraeni dan Triantoro (1992)


salah satu jenis tanaman obat potensial yang sejak lama telah diekspor adalah
kumis kucing (Orthosipon aristatus). Bagian tanaman kumis kucing yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan adalah daunnya. Kumis kucing
merupakan salah satu jenis tanaman obat yang kaya akan berbagai kandungan
kimia. Di luar negeri misalnya ada beberapa tujuan eksport seperti Perancis

(Eropa) dan Amerika Serikat. Untuk Asia pasarnya lebih besar lagi, seperti
India, China, Korea dan Taiwan, dll. Kumis Kucing mempunyai nilai
manfaat di bidang medis yang cukup berkhasiat tinggi untuk mengobati
beberapa penyakit. Hal ini sangat aman bagi pengelola, dalam pengembalian
investasi dengan tingkat pengembalian investasi yang sangat cepat. Di sisi
lain, tingkat resiko rendah (nihil resiko). Aspek manfaat lain adalah untuk
menjaga keseimbangan ekologi alam, dan tujuan akhir adalah menciptakan
kesejahteraan masyarakat lewat penyerapan tenaga kerja.
Tanaman kumis kucing dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian
tempat 1001 000 m di atas permukaan laut (mdpl). Tanaman ini menghendaki
iklim tropis dengan curah hujan rata-rata 3 000 mm tahun -1. Kumis kucing
dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah terutama pada jenis tanah yang
cukup gembur, subur, banyak mengandung humus, dan ketebalan lapisan olah
sedang (Sembiring et al. 2012), serta tanah ringan hingga tanah berat, kecuali
yang bersolum dangkal (Hidayati dan Saepudin 2002). Pertumbuhan kumis
kucing akan lebih baik berada di tempat terbuka dan disinari matahari penuh
dibanding tempat ternaungi (Sembiring et al. 2012).
Kumis kucing dapat diperbanyak dengan biji atau stek batang
(Dalimartha 2000). Bibit yang digunakan adalah stek sepanjang 40 cm dengan
4-8 mata tunas dengan masa panen sekali 2 bulan. Stek batang yang diperoleh,
ditanam dipersemaian terlebih dahulu. Persemaian ditempat terbuka harus
diberi atap naungan, pada umur 10 hari biasanya stek mulai berakar dan

46

bertunas dan umur 2 minggu tanaman sudah siap ditanam dilapangan. Waktu
penanaman sebaiknya pada awal musim penghujan (Balitro 1994).
Berdasarkan hasil data rekapan menunjukkan hasil pertumbuhan

dalam melakukan budidaya tanaman kumis kucing menggunakan stek


bagian pucuk, tengah dan pangkal perlakuan yang paling baik adalah pada
stek menggunakan bagian pangkal. Diketahui jumlah tunas bagian pangkal
sebesar 4 sedangkan bagian pucuk perlakuan paling rendah karena jumlah
tunas hanya sebesar 3,14/ tanaman. Pada panjang tunas tanaman kumis
kucing bagian pangkal adalah 10,57 cm dan pada bagian pucuk sebesar 7,35
cm. Jadi, panjang tunas bagian pangkal lebih besar daripada bagian pucuk
tanaman kumis kucing. Jumlah daun tanaman kumis kucing diketahui pada
bagian pucuk berjumlah 17 helai daun sedangkan pada bagian tengah
berjumlah 20,28 helai daun/tanaman. Panjang akar dari tanaman kumis
kucing adalah pada bagian pangkal berjumlah 1,21 cm sedangkan pada
bagian tengah 0,72 cm. Jadi, pertumbuhan jumlah daun dan panjang akar
yang paling baik adalah pada bagian pucuk dan tengah tanaman kumis
kucing. Hal ini dikarenakan pada bagian tengah telah terdapat bahan
makanan atau endosperem yang cukup untuk tumbuh tunas dan menjadi
tanaman yang dewasa.
Hasil pengamatan praktikum mengenai perbanyakan tanaman kumis
kucing dengan cara stek menggunakan bagian bagian tengah diketahui
jumlah tunas berjumlah 0 6 tunas dengan rata-rata 3,71. Panjang tunas
tanaman ini sebesar 4 15 cm dengan rata-rata 8,34. Jumlah daun tanaman
kumis kucing sebesar 0 35 helai daun dengan rata-rata 20,28 helai
daun/tanaman. Panjang akar tanaman kumis kucing adalah 0 5,1 cm
dengan rata-rata 0,51 cm. Menurut Prawitasari (2006) stek batang sebagai
bahan tanaman perlu memperhatikan diameter batang, umur batang, serta
panjang stek. Stek batang jarak pagar yang cukup baik pertumbuhannya adalah
stek yang batangnya memiliki diameter 2 cm, batang berkayu, dan telah
berwarna hijau keabu-abuan. Salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan stek adalah zat pengatur tumbuh auksin yang
biasa digunakan untuk merangsang perakaran stek batang.

47

Faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman adalah


ketersediaan air dan unsur hara. Kekurangan atau pun kelebihan air dan unsur
hara tertentu dapat menyebabkan terganggunya biosintesis protein dan klorofil,
metabolisme

sel,

penurunan

fotosintesis

dan

akhirnya

menghambat

pertumbuhan tanaman. Menurut Kastono et al. (2005) Pemupukan tanaman


bertujuan untuk memenuhi jumlah kebutuhan hara yang kurang sesuai di dalam
tanah, sehingga produksi dapat ditingkatkan. Hal ini berarti penggunaan pupuk
dan input lainya diusahakan agar mempunyai efisiensi tinggi. Efisiensi
pemupukan

haruslah

diketahui,

karena kelebihan

atau

ketidaktepatan

pemberian pupuk merupakan pemborosan yang bearti memperbesar input.


Pemupukan mempunyai dua tujuan utama, yaitu: mengisi perbekalan zat
makanan tanaman yang cukup, dan memperbaiki atau memelihara keutuhan
kondisi tanah, dalam hal struktur, kondisi pH, potensi pengikat terhadap zat
makanan tanaman dan sebagainya.

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum acara Budidaya Tanaman
Kumis Kucing, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain
sebagai berikut :
a Kumis kucing memiliki efek farmakologi seperti antiradang, infeksi
kandung kemih, batu saluran kemih dan empedu, asam urat, kencing

batu dan keputihan.


Daun kumis kucing mengandung senyawa sinensetin, flavon-flavon, 2flavonol glikosida, zat samak, saponon, garam kalium, asam-asam

organik, tanin, dan minyak atsiri.


Tanaman obat potensial yang sejak lama telah diekspor adalah kumis
kucing (Orthosipon aristatus) seperti Perancis (Eropa) dan Amerika

Serikat. Untuk Asia pasarnya lebih besar lagi, seperti India, China,
Korea dan Taiwan, dll. Kumis Kucing mempunyai nilai manfaat di
bidang medis yang cukup berkhasiat tinggi untuk mengobati
beberapa penyakit.
c Berdasarkan hasil data rekapan menunjukkan hasil terbaik
pertumbuhan jumlah tunas pada stek menggunakan bagian pangkal.

48

Panjang tunas bagian pangkal lebih besar daripada bagian pucuk

tanaman kumis kucing.


Pertumbuhan jumlah daun dan panjang akar yang paling baik adalah
pada bagian pucuk dan tengah tanaman kumis kucing. Hal ini
dikarenakan pada bagian tengah telah terdapat bahan makanan atau
endosperem yang cukup untuk tumbuh tunas dan menjadi tanaman

yang dewasa.
Hasil pengamatan praktikum mengenai perbanyakan tanaman kumis
kucing dengan cara stek menggunakan bagian bagian tengah
diketahui jumlah tunas berjumlah 0 6 tunas dengan rata-rata 3,71.
Panjang tunas tanaman ini sebesar 4 15 cm dengan rata-rata 8,34.
Jumlah daun tanaman kumis kucing sebesar 0 35 helai daun
dengan rata-rata 20,28 helai daun/tanaman. Panjang akar tanaman

kumis kucing adalah 0 5,1 cm dengan rata-rata 0,51 cm.


2. Saran
Saran yang dapat saya berikan adalah praktikan juga sebaiknya lebih
merawat lagi tanamannya agar tidak mati.

DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni dan Triantoro 1992. Kandungan utama daun kumis kucing. Prosiding
forum komunikasi ilmiah hasil penelitian plasma nutfah dan budidaya
tanaman obat 1992: 165-170. Balitro : Bogor.

49

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat 1994. Budidaya Tanaman Kumis
Kucing. Bogor (ID): BALITRO.
Dalimartha S 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Jakarta (ID). Trubus
Agriwidya. 214 hal.
Diperta
2012.
Tanaman
Kumis
Kucing
dan
Khasiatnya.
http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/informasi/artikel/detai
lartikel/266. Diakses pada tanggal 6 November 2014 pukul 00.00 WIB.
Hidayati N, Saepudin 2002. Pertumbuhan dan produksi kumis kucing
(Orthosiphon aristatus) pada mikroklimat yang berbeda dan perlakuan
pupuk organik cair. Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat
dan Aromatik; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian Biologi.
hlm 322-327.
Ismarani, Dyah I P, dan Latifah K D 2011. Mikroenkapsulasi Ekstrak Formula
Pegagan-Kumis Kucing-Sambiloto Sebagai Inhibitor Angiotensin I
Converting Enzyme Secara In Vitro. Jurnal Agribisnis dan
Pengembangan Wilayah Vol. 3(1) : 11 - 23.
Iswantini et al. 2006. Producing Supplement from Java Tea and Kaempheria as
Antidiuretic. Di dalam: Technical Report Promoting Selected NonTimber Forest Product Based on Community Participation Approach to
Support Sustainable Forest Management in East Kalimantan Vol. 2.
Pusat Studi Biofarmaka IPB bekerjasama dengan Departemen Kehutanan
dan PT. Inhutani I.
Kastono, Sawitri D, Siswandono H 2005. Pengaruh nomor ruas stek dan dosis
pupuk urea terhadap pertumbuhan dan hasil kumis kucing. J. Ilmu
pertanian Vol.12 (1) : 56-64.
Mahendra B 2005. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
Mursito B dan H Prihmantoro 2002. Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus
Benth.). Di dalam: Tanaman Hias Berkhasiat Obat. Penebar Swadaya :
Jakarta.
Prawitasari T 2005. Teknologi perbanyakan bibit jarak pagar (Jatropha curcas
Linn.) secara konvensional dan kultur jaringan. Di dalam: Prosiding
Seminar Nasional Pengembangan Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.)
untuk Biodiesel dan Minyak Bakar; 22 Desember 2005; Bogor,
Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Bioenergi. Institut Pertanian
Bogor.
Rukmana 2000. Studi Pustaka Tanaman Obat Di Indonesia Dan Di Negara
Industry. Warta TOI 1 (3):26-29.
Sembiring BS, Rizal M, Suhirman S 2012. Budidaya dan Pasca Panen Kumis
Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.). Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO).

Anda mungkin juga menyukai