Aji Keristianto
bantuan,
atau
dukungan
terhadap
program
kesehatan.
memperoleh komitmen yang dilakukan secara persuasif dengan menggunakan informasi yang
akurat dan tepat.
B. PROSES DAN ARAH ADVOKASI
Melakukan pendekatan / lobi dengan para pembuat keputusan setempat, agar mereka ini
menerima dan "commited". Dan akhirnya mereka bersedia mengeluarkan kebijakan, atau
keputusan-keputusan untuk membantu atau mendukung program tersebut. Kegiatan inilah
yang disebut advokasi. Dalam kesehatan para pembuat keputusan baik di tingkat pusat
kebijakan (policy makers) atau para pembuat keputusan ( decission makers)pada semua
tingkat dan tatanan sosial.
ARUS KOMUNIKASI ADVOKASI KESEHATAN
Jelas (clear): pesan yang disampaikan kepada sasaran harus disusun sedemikian rupa
setempat.
Berani (courage): seorang petugas kesehatan yang akan melakukan advokasi kepada para
pejabat, harus mempunyai keberanian berargumentasi dan berdiskusi dengan para pejabat
yang bersangkutan.
9. Hati-hati ( contious): meskipun berani, tetapi harus hati-hati dan tidak boleh keluar dari etika
berkomunikasi dengan para pejabat, hindari sikap "menggurui" para pejabat yang
bersangkutan.
10. Sopan (courteous): disamping hati-hati, advokator harus bersikap sopan, baik sopan dalam
tutur kata maupun penampilan fisik, termasuk cara berpakaian.
Advokasi adalah suatu kegiatan untuk memperoleh komitmen politik, dukungan
kebijakan, penerimaan sosial, dan dukungan sistem dari para pembuat keputusan atau pejabat
pembuat kebijakan (WHO, 1989). Oleh karena itu, tujuan utama advokasi adalah
memberikan dorongan dan dukungan dikeluarkannya kebijakan-kebijakan publik yang
berkaitan dengan program-program kesehatan.
C. PRINSIP DASAR ADVOKASI
Advokasi adalah kombinasi antara pendekatan atau kegiatan individu dan sosial, untuk
memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan sosial, dan adanya sistem
yang mendukung terhadap suatu program kesehatan. Untuk mencapai tujuan advokasi ini,
dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan atau pendekatan. Untuk melakukan kegiatan
advokasi yang efektif memerlukan argumen yang kuat. Oleh sebab itu, prinsip-prinsip
advokasi ini akan membahas tentang tujuan, kegiatan, dan argumentasi-argumentasi
advokasi.
Dari batasan advokasi tersebut, secara inklusif terkandung tujuan-tujuan advokasi,
yakni: political commitment, policy support, social aceptance dan sistem support.
a.
Seperti yang diuraikan di atas, bahwa tujuan utama advokasi di sektor kesehatan
adalah memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan para penentu kebijakan atau pembuat
keputusan di segala tingkat.
Metode atau cara dan tehnik advokasi untuk mencapai tujuan itu semua ada
bermacam-macam, antara lain:
1. Lobi Politik (political lobying)
Lobi adalah bincang-bincangsecara informal dengan para pejabat untuk menginformasikan
dan membahas masalah dan program kesehatan yang dilaksanakan
2. Serminar / Presentasi
Seminar / presentasi yang di hadiri oleh para pejabat lintas program dan sektoral. Petugas
kesehatan menyajikan maslah kesehatan diwilayah kerjanya, lengkap dengan data dan
ilustrasi yang menarik, serta rencana program pemecahannya. Kemudian dibahas bersamasama, yang akhirnya dharafkan memproleh komitmen dan dukungan terhadap program yang
akan dilaksanakan tersebut.
3. Media
Advokasi media (media
advocacy)adalah
melakukan
kegiatan
advokasi
dengan
Kredibilitas (Creadible)
Kredibilitas (Creadible) adalah suatu sifat pada seseorang atau institusi yang menyebabkan
orang atau pihak lain mempercayainya atau meyakininya.
Orang yang akan melalukan advokasi (petugas kesehatan) harus Creadible. Seseorang itu
Creadible apabila mempunyai 3 sifat, yakni:
2)
Autority ( otoritas), yakni adanya otoritas atau wewenang yang dimiliki seseorang
berdasarkan aturan organisasi yang bersangutan.
3) Integrity (integritas), adalah komitmen seseorang tehadap jabatan atau tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
b. Layak (Feasible)
Artinya program yang diajukan tersebut baik secara tehnik, politik, maupun ekonomi
dimungkinkan atau layak. Secara tehnik layak (feasible) artinya program tersebut dapat
dilaksanakan. Artinya dari segi petugas yang akan melaksanakan program tersebut,
mempunyai kemampuan yang baik atau cukup.
c.
Relevan (Relevant)
Artinya program yang yang diajukan tersebut tidak mencakup 2 kriteria, yakni : memenuhi
kebutuhan masyarakat dan benar-benar memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat.
d. Penting dan Mendesak (Urgent)
Artinya program yang diajukan harus mempunyai urgensi yang tinggi: harus segera
dilaksanakan dan kalau tidak segera dilaksanakan akan menimbulkan masalah
F. UNSUR DASAR ADVOKASI
Ada 8 unsur dasar advokasi yaitu:
1. Penetapan tujuan advokasi
2. Pemanfaatan data riset untuk advokasi
3. Identifikasi khalayak sasaran advokasi
4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi
5. Membangun koalisi
6. Membuat presentasi yang persuasif
7. Penggalangan dana untuk advokasi
8. Evaluasi upayaadvokasi
G. PENDEKATAN UTAMA ADVOKASI
Ada 5 pendekatan utama dalam advokasi (UNFPA dan BKKBN 2002) yaitu:
1. Melibatkan para pemimpin
Para pembuat undang-undang, mereka yang terlibat dalam penyusunan hukum, peraturan
maupun pemimpin politik, yaitu mereka yang menetapkan kebijakan publik sangat
berpengaruh dalam menciptakan perubahan yang terkait dengan masalah sosial termasuk
kesehatan dan kependudukan. Oleh karena itu sangat penting melibatkan meraka
semaksimum mungkin dalam isu yang akan diadvokasikan.
2. Bekerja dengan media massa
Media massa sangat penting berperan dalam membentuk opini publik. Media juga sangat
kuat dalam mempengaruhi persepsi publik atas isu atau masalah tertentu. Mengenal,
membangun dan menjaga kemitraan dengan media massa sangat penting dalam proses
advokasi.
3. Membangun kemitraan
Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan upaya jaringan, kemitraan yang
berkelanjutan dengan individu, organisasi-organisasi dan sektor lain yang bergerak dalam isu
yang sama. Kemitraan ini dibentuk oleh individu, kelompok yang bekerja sama yang
bertujuan untuk mencapai tujuan umum yang sama/hampir sama.
4. Memobilisasi massa
Memobilisasi massa merupakam suatu proses mengorganisasikan individu yang telah
termotivasi ke dalam kelompok-kelompok atau mengorganisasikan kelompok yang sudah
ada. Dengan mobilisasi dimaksudkan agar termotivasi individu dapat diubah menjadi
tindakan kolektif
5. Membangun kapasitas
Membangu kapasitas disini di maksudkan melembagakan kemampuan untuk
mengembangakan dan mengelola program yang komprehensif dan membangun critical mass
pendukung yang memiliki keterampilan advokasi. Kelompok ini dapat diidentifikasi dari
LSM tertentu, kelompok profesi serta kelompok lain.
H. LANGKAH-LANGKAH ADVOKASI
Advokasi adalah proses atau kegiatan yang hasil akhirnya adalah diperolehnya
dukungan dari para pembuat keputusan terhadap program kesehatan yang ditawarkan atau
diusulkan. Oleh sebab itu, proses ini antara lain melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan (materi) atau instrumen
advokasi.
2. Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan advokasi sangat tergantung dari metode atau cara advokasi. Cara advokasi yang
sering digunakan adalah lobbi dan seminar atau presentasi.
3. Tahap penilaian
Seperti yang disebutkan diatas bahwa hasil advokasi yang diharafkan adalah adanya
dukungan dari pembuat keputusan, baik dalam bentuk perangkat lunak (software) maupun
perangkat keras (hardware). Oleh sebab itu, untuk menilai atau mengevaluasi keberhasilan
advokasi dapat menggunakan indikator-indikator seperti dibawah ini:
a. Software (piranti lunak): misalnya dikeluarkannya:
- Undang-undang
- Peraturan pemerintah
- Peraturan pemerintah daerah (perda)
- Keputusan menteri
- Surat keputusan gubernur/ bupati
- Nota kesepahaman(MOU), dan sebagainya
b. Hardware (piranti keras): misalnya:
- Meningkatnya anggaran kesehatan dalam APBN atau APBD
- Meningkatnya anggaran untuk satu program yang di prioritaskan
- Adanya bantuan peralatan, sarana atau prasarana program dan sebagainya.
Healthy World with Marlin
Advokasi dalam Kesehatan Masyarakat
1. Pengertian Advokasi
Menurut Foss & Foss et al. (1980); Toulmin (1981), advokasi adalah upaya persuasif yang
mencakup kegiatan penyadaran, rasionalisasi, argumentasi, dan rekomendasi tindak
lanjutmengenai sesuatu ( Hadi Pratomo dalam Notoatmodjo, 2005). Advokasi adalah usaha
mempengaruhi kebijakan publik melalui berbagai macam bentuk komunikasi persuasif
(Johns Hopkins School for Public Health). WHO (1989) seperti dikutip UNFPA dan BKKBN
(2002), mengungkapkan bahwa, Advocacy is a combination on individual and social action
design to gain political commitment, policy support, social acceptance and systems support
for particular healrh goal or programme.
Dapat disimpulkan bahwa advokasi adalah kombinasi kegiatan individu dan sosial yang
dirancang untuk memperoleh komitmen politis, dukungan kebijakan, penerimaan sosial dan
sistem yang mendukung tujuan atau program kesehatan tertentu.
Advokasi kesehatan adalah advokasi yang dilakukan untuk memperoleh komitmen atau
dukungan dalam bidang kesehatan, atau yang mendukung pengembangan lingkungan dan
perilaku sehat (DEPKES, 2007).
2. Tujuan Advokasi
Menurut Departemen Kesehatan RI (2007), tujuan advokasi adalah sebagai berikut:
Tujuan Umum
Diperolehnya komitmen dan dukungan dalam upaya kesehatan, baik berupa kebijakan,
tenaga, dana, sarana, kemudahan, keikutsertaan dalam kegiatan, maupun berbagai bentuk
lainnya sesuai keadaan dan usaha.
Tujuan Khusus
1. Adanya pemahaman atau pengenalan atau kesadaran.
2. Adanya ketertarikan atau peminatan atau tanpa penolakan.
3. Adanya kemauan atau kepedulian atau kesanggupan untuk membantu
dan menerima perubahan.
4. Adanya tindakan/perbuatan/kegiatan nyata (yang diperlukan).
5. Adanya kelanjutan kegiatan (kesinambungan kegiatan)
Pelaku Advokasi adalah siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan, dan memandang
perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut. Pelaku advokasi dapat berasal dari
kalangan pemerintah, swasta, perguruan tinggi, organisasi profesi, LSM, dan tokoh
berpengaruh. Diharapkan mereka memahamipermaalahan kesehatan, mempunyai
kemampuan advokasi khusunya melakukan pendekatan persuaif, dapat dipercaya, dan
sedapat mungkin dihormati atau setidaknya tidak tercela khusunya di depan kelompok saaran.
4. Pendekatan dan Langkah dalam Advokasi
Kata kunci dalam proses atau kegiatan advokasi ini adalah pendekatan persuasif, secara
dewasa, dan bijak, sesuai keadaan, yang memungkinkan tukar pikiran secara baik (free
choice). Menurut UNFPA dan BKKBN (2002), terdapat lima pendekatan utama dalam
advokasi, yaitu melibatkan para pemimpin, bekerja sengan media massa, membangun
kemitraan, memobilisasi massa, dan membangun kapasitas. Strategi advokasi dilakukan
melalui pembentukan koalisi, pengembangan jaringan kerja, pembangunan institusi,
pembuatan forum, dan kerjasama bilateral.
1. Langkah-langkah Pokok dalam Advokasi (Menurut Depkes, 2007)
1. Identifikasi dan analisis masalah atau isu yang memerlukan
advokasi.
2. Identifikasi dan analisis kelompok sasaran
3. Siapkan dan kemas bahan informasi.
4. Rencanakan teknik atau cara kegiatan operasional.
5. Laksanakan kegiatan, pantau dan evaluasi serta lakukan tindak
lanjut.
Sumber Buku:
1. D.J Maulana, Heri. 2007. Promosi Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta
2. 2.
DEPKES 2007
https://marlin170494mbleast.wordpress.com/2012/12/27/advokasi-dalamkesehatan-masyarakat/
https://mardiya.wordpress.com/2010/12/07/strategi-advokasi-lewat-mediamassa/
Advokasi merupakan satu kosa kata yang sering digunakan oleh organisasi-organisasi non
pemerintah di Indonesia, termasuk LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Advokasi sering
sekali diartikan semata-mata sebagai kegiatan pembelaan kasus atau beracara di pengadilan
(litigasi). Hal ini mungkin terpengaruh dari bahasa Belanda advocaat, advocateur, yang tiada
lain memang berarti pengacara hukum, pembela.
Padahal jika kita mengadopsi kata advokasi itu dari bahasa Inggris, maka to advocate tidak
hanya berarti membela (to defend), tetapi juga bisa berarti memajukan atau
mengemukakan (to promote) yang, dengan kata lain, juga berarti berusaha menciptakan
(to create) yang baru, yang belum ada. Dengan kata lain, juga berarti melakukan perubahan
(to change) secara terorganisir dan sistematis (Topatimasang, 2005).
Merujuk pengertian di atas, maka advokasi selain dipahami sebagai kegiatan pembelaan di
pengadilan juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang bertujuan untuk mempengaruhi
kebijakan public atau advokasi kebijakan. Advokasi kebijakan ini sering diapresiasikan
dengan kegiatan public hearing ke DPR/DPRD ataupun juga ke lembaga eksekutif dan
birokrasi sebagai pembuat kebijakan. Bahkan advokasi dapat dilihat juga sebagai suatu
advokasi sosial atau mengorganisir kelompok masyarakat untuk sebuah perubahan.
Dengan demikian, fungsi peran komunikasi yang efektif dalam proses advokasi pun sangat
vital. Keberhasilan suatu kampanye advokasi sangat ditentukan oleh keberhasilan proses
komunikasi itu sendiri, baik itu advokasi di pengadilan, di lembaga legislative/eksekutif,
maupun komunikasi kepada (kelompok) masyarakat.
Berbicara tentang komunikasi efektif dan penyampaian pesan, maka media merupakan salah
satu sarana vital advokasi, karena media massa merupakan wahana yang paling efektif untuk
mengkomunikasikan pesan dan mempengaruhi sejumlah besar orang dalam waktu yang
cukup singkat. Dengan sifat penyebaran informasi dan pengaruh yang luas ini, maka desakan
untuk melakukan sebuah tindakan ataupun perubahan kebijakan dari masyarakat ( baca :
audiens yang mengakses informasi lewat media massa) sangat besar.
Oleh sebab itu, agar hasilnya efektif, pesan yang disampaikan melalui media massa harus
jelas dan ditujukan kepada audiens yang tepat. Dengan mendefinisikan jenis pesan, sasaran
yang dituju, maka akan mempengaruhi jenis media massa yang digunakan serta pertimbangan
pilihan media massa jika ditinjau dari cakupan atau jangkauan siaran/sirkulasi media massa
itu sendiri. Jika pesan atau isu yang diangkat adalah permasalahan local, maka media massa
yang digunakan lebih tepat media massa local, begitu pula sebaliknya. Begitu halnya sasaran
tentang isu itu sendiri. Pengertian sasaran di sini adalah pihak yang dituju dalam proses
advokasi sehingga diharapkan mampu terjadi perubahan suatu keputusan atau kebijakan,
antara lain masyarakat yang bersangkutan, para pengambil keputusan (legislatif, eksekutif,
birokrat), pemilik modal dan stake holder lainnya. Misalnya tentang isu Taman Nasional
Gunung Merapi. Jika dalam isu ini sasaran yang dituju lebih banyak pada tingkat local,
termasuk para pengambil kebijakan di tingkat local, maka media massa yang digunakan lebih
tepat media massa local. Hal ini berbeda dengan isu yang berada di local namun berskala
nasional atau sararan yang dituju adalah para pengembil kepuitusan di pusat pemerintahan
(baca : Jakarta). Misalnya, kasus illegal logging di Kalimantan. Maka dalam kasus ini, media
massa yang dipilih pun berbeda.
Ada beberapa kaidah / asas yang harus diperhatikan dalam berususan dengan media massa,
yakni :
1. Kenali dengan baik siapa (posisi, fungsi dan jenis) mereka?
2. Ketahui dengan jelas siapa khalayak / audiens sasaran (segmen, pemirsa, pembaca,
pelanggan) utama mereka? Jangan memilih media yang khalayak mereka bukan sasaran
utama kampanye advokasi kita.
3. Persiapkan diri sebaik mungkin sebelum kita berurusan dengan mereka; kita yakin dan
tahu persis apa pesan yang akan kita sampaikan, menguasai betul data dan fakta-fakta
pendukungnya, dapat memperkirakan pertanyaan-pertanyaan apa saja yang mereka ajukan
kepada kita, dan mampu memutuskan secara cepat dan tepat apakah kita akan menjawabnya
dan pada saat kapan?
4. Isu tersebut harus mencerminkan adanya tujuan-tujuan perubahan yang lebih besar dalam
jangka panjang. Adanya gambaran jela tentang ini akan meyakinkan mereka yang kita ajak
bahwa mereka akan mendukung sesuatu yang memang enting dan berdampak luas, meskipun
dimulai dari sesuatu yang nampaknya kecil dan sederhana.
5. Siap untuk selalu menyampaikan dan menceritakan kebenaran. Sekali kita berbohong,
semur hidup media tak akan percaya pada kita.
Sementara itu ada beberapa hal yang diperhatikan dalam mengkemas pesan (informasi, fakta,
pernyataan, dll), ketika berurusan dengan media massa, antara lain :
1. Harus mengandung unsur berita, memang aktual dan penuh dengan isu yang kita
sampaikan.
2. Mengandung hal-hal yang menarik perhatian orang (human interest).
3. Mengandung unsur-unsur dan kaitan dengan keadaan atau permasalahan setempat (ada
unsur-unsur lokal).
4. Ada orang yang memang tepat, cakap dan terpercaya bertindak sebagai juru bicara untuk
menyampaiakan secara lancar dan mudah dipahami masyarakat luas. (Ingat, tidak semua
pemimpin organisasi memiliki kapasitas ini. Jadi, boleh saja kita meminta orang lain
melakukannya).
5. Lebih bagus lagi (dan sangat disarankan) melengkapinya dengan bahan-bahan visual ( foto,
gambar, grafis, dll), terutama jika berhubungan dengan media elektronik (televisi).
(RoemTopatimasang, 2005/ Cohen, David, 1999)
Adapun piranti atau materi advokasi pada media massa, bisa menggunakan :
1. Rilis Berita /News Release
Merupakan laporan koran setebal 2-4 halaman yang biasanya melaporkan peristiwa yang
pantas diberitakan. News release harus singkat dan padat, dengan judul atau headline yang
ringkas namun menarik perhatian. Kalimat pembuka menarik perhatian sekaligus
menekankan pentingnya peristiwa yang diberitakan.
khususnya perubahan sebuah kebijakan, baik sosial, politik, ekonomi, dsb. Di samping itu
menjalin hubungan yang baik dengan pihak media massa menjadi sangat penting, dengan
mengadakan kontak secara reguler. Hal ini mengingat advokasi yang dilakukan biasanya
jangka panjang, dan terus menerus, sehingga ketika menjalin hubungan kerja dengan media
massa pun jangan semata-mata melakukan transaksi singkat demi sebuah publisitas sesaat.
(Anna Susilaningtyas)
Daftar Pustaka :
International IDEA (Institute for Democracy and Electoral Assistance), (2004), Manual
Advokasi Kebijakan Stategis
Topatimasang, Roe, Mansour Fakih, & Toto Rahardjo (2005), Mengubah Kebijkan Publik,
INSIST Press, Yogyakarta
Sumber: Artikel Anna Susilaningtyas, Pusat Kajian Media dan Budaya Populer, 2007
STRATEGI KOMUNIKASI
Teknik Advokasi
http://strategikomunikasi.blogspot.co.id/2012/05/teknik-advokasi.html
TEKNIK ADVOKASI
KETRAMPILAN MANAJERIAL
UNTUK LEMBAGA SOSIAL MASYARAKAT
* Tujuan Advokasi
Terciptanya Perubahan Kebijakan Peraturan-peraturan, dukungan sumber daya,
dan lain-lain, untuk memecahkan masalah tertentu.
Identifikasi Isu
2.
3.
4.
5.
Menentukan pesan
6.
7.
Pengumpulan dana
8.
9.
Problem yang bersumber dari Kebijakan yang dihadapi dan perlu
dipecahkan.
Maksud:
S : Spesifik
M : Measurable
A : Achievable
R : Realistic
T : Time bound
ADVOKASI
A. Pengertian
Advokasi merupakan upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). WHO
(1989) di kutip dalam UNFPA dan BKKBN (2002) menggunkan advocacy is a combination
on individual and social action design to gain political commitment, policy support, social
acceptance and systems support for particular health goal or programme. (Heri D. J.
Maulana, 2009)
Jadi advokasi adalah kombinasi kegiatan individu dan sosial yang dirancang untuk
memperoleh komitmen, dukungan kebijakan, penerimaan sosial dan sistem yang
mendukung tujuan atau program kesehatan tertentu. .
Advokasi adalah upaya mendekati, mendampingi, dan mempengaruhi para pembuat
kebijakan secara bijak, sehingga mereka sepakat untuk memberi dukungan terhadap
pembangunan kesehatan.
Advokasi kesehatan adalah upaya pendekatan kepada pemimpin atau pengambil
keputusan supaya dapat memberikan dukungan, kemudahan, dan semacamnya pada
upaya pembangunan kesehatan.(maulana.2009)
Advokasi akan lebih efektif bila dilaksanakan dengan prinsip kemitraan, yaitu dengan
membentuk jejaring advokasi atau forum kerjasama. Pengembangan kemitraan adalah
upaya membangun hubungan para mitra kerja berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan
saling memberi manfaat. Sehingga advokasi kemitraan berarti mempertahankan, berbicara
serta mendukung seseorang untuk mempertahankan ide dan kerja sama dengan berbagai
pihak.
B. TUJUAN
Menurut departemen kesehatan RI (2007) tujuan advokasi adalah :
a) Tujuan umum
Diperolehnya komitmen dan dukungan dalam upaya kesehatan, baik berupa kebijakan,
tenaga, dana, sarana, kemudahan, keikut sertaan, dalam kegiatan, maupun berbagai bentuk
lainya sesuai keadaan dan usaha.
b) Tujuan khusus
Adanya kemauan atau kepedulian atau kesanggupan untuk membantu dan menerima
perubahan.
Adanya tindakan/ perbuatan/kegiatan yang nyata (yang diperlukan).
Adanya kelanjutan kegiatan(kesinambungan kegiatan).
c. Taktis
Advokasi tidak mungkin bekerja sendiri, jalin koalisi dan aliansi terhadap sekutu. Sekutu
dibangun berdasarkan kesamaan kepentingan dan saling percaya.
d. Strategis
Kita dapat melakukan perubahan-perubahan untuk masyarakat dengan membuat strategis
jitu agar advokasi berjalan dengan sukses.
e. Berani
Jadikan isu dan strategis sebagai motor gerakan dan tetaplah berpijak pada agenda
bersama.
F. LANGKAH-LANGKAH ADVOKASI
Menurut depkes RI 2007 terdapat lima langkah kegiatan advokasi antara lain :
a. Identifikasi dan analisis masalah atau isi yang memerlukan advokasi.
Masalah atau isu advokasi perlu dirumuskan berbasis data atau fakta. Data sangat penting
agar keputusan yang dibuat berdasarkaninformsi yang tepat dan benar. Data berbasis fakta
sangat membantu menetapkan masalah, mengidentifikasi solusi dan menentukan tujuan
yang realistis . contoh : paradigm sehat, Indonesia sehat 2010, anggaran kesehatan.
b. Identifikasi dan analisis kelompok sasaran.
Sasaran kegiatan advokasi ditujukan kepada para pembuat keputusan (decion maker) atau
penentu kebijakan (policy maker), baik di bidang kesehatan maupun diluar sector
kesehatanyang
berpengaruh
terhadap
public.
Tujuanya
agar
pembuat
keputusan
siapa
saja
yang
menjadi
sasaran,
mengapa
perlu
advokasi,
apa
why, who, where, when, dan how) tentang permasalahan yang di angkat.
Dikemas menarik, ringkas, jelas dan mengesankan.
Bahan informasi tersebut akan lebih baik lagi jika disertakan data pendukung, ilustrasi
negosiasi atau resolusi konflik, pertemuan khusus, debat public, petisi, pembuatan opini,
dan seminar-seminar kesehatan
e. Laksanakan kegiatan, pantau evaluasi serta lakukan tindak lanjut.
KEMITRAAN
A. DEFINISI
Di Indonesia istilah Kemitraan atau partnership masih relative baru, namun demikian
prakteknya di masyarakat sebenarnya sudah terjadi sejak zaman dahulu. Sejak nenek
moyang kita telah mengenal istilah gotong royong yang sebenarnya esensinya kemitraan.
Robert Davies, ketua eksekutif The Prince of Wales Bussines Leader Forum (NS Hasrat
jaya Ziliwu, 2007) merumuskan, Partnership is a formal cross sector relationship between
individuals, groups or organization who :
1. Work together to fulfil an obligation or undertake a specific task
2. Agree in advance what to commint and what to expect
3. Review the relationship regulary and revise their agreement as necessary, and
4. Share both risk and the benefits
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemitraan adalah suatu kerjasama
formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk
mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan
tentang komitmen dan harapan masing-masing, tentang peninjauan kembali terhadap
kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat dan saling berbagi baik dalam resiko maupun
keuntungan yang diperoleh.
Dari defenisi ini terdapat tiga kata kunci dalam kemitraan, yaitu:
1. Kerjasama antar kelompok, organisasi dan Individu
2. Bersama-sama mencapai tujuan tertentu (yang disepakati bersama)
3. Saling menanggung resiko dan keuntungan.
Pentingnya kemitraan atau partnership ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi
internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997. Sehubungan
dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjasama yang saling memberikan manfaat.
Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari dengan
kesetaraan.
Mengingat kemitraan adalah bentuk kerjasama atau aliansi, maka setiap pihak yang
terlibat didalamnya harus ada kerelaan diri untuk bekerjasama dan melepaskan kepentingan
masing-masing kemudian membangun kepentingan bersama.
Oleh karena itu membangun kemitraan harus didasarkan pada hal-hal berikut:
a)
d) Kesediaan berkorban baik waktu, tenaga maupun sumber daya yang lain.
B. PRINSIP KEMITRAAN
Dalam membangun Kemitraan ada tiga prinsip kunci yang perlu dipahami oleh masinga)
b)
yang lain karena merasa lebih tinggi dan tidak ada dominasi terhadap yang lain.
Transparancy atau Keterbukaan.
Keterbukaan maksudnya adalah apa yang menjadi kekuatan atau kelebihan atau apa yang
menjadi kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota harus diketahui oleh anggota
lainnya.Demikian pula berbagai sumber daya yang dimiliki oleh anggota yang Satu harus
diketahui oleh anggota yang lain. Bukan untuk menyombongkan yang satu tehadap yang
lainnya, tetapi lebih untuk saling memahami satu dengan yang lain sehingga tidak ada rasa
saling mencurigai.Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan rasa saling melengkapi
c)
DEFINISI
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan, memampukan masyarakat
sehingga mampu untuk hidup mandiri.
kesehatan masyarakat. Adanya gotong-royong ini dapat diukur dengan melihat apakah
masyarakat bersedia bekerja sama dalam peningkatan sanitasi lingkungan. Penggalangan
gerakan 3M (menguras,menutup,menimbun) dalam upaya pemberantasan penyakit demam
berdarah, dan lain sebagainya.
d) Bekerja bersama dengan masyarakat.
setiap pembangunan kesehatan hendaknya pemerintah/petugas kesehatan menggunakan
prinsip bekerja untuk dan bersama masyarakat. Maka akan meningkatkan motivasi dan
kemampuan masyarakat karena adanya bimbingan, dorongan, serta alih pengetahuan dan
keterampilan dari tenaga kesehatan kepada masyarakat.
e) Penyerahan pengambilan keputusan kepada masyarakat.
Semua bentuk upaya pemberdayaan masyarakat termasuk di bidang kesehatan apabila
ingin berhasil dan berkesinambungan hendaknya bertumpu pada budaya dan adat
setempat. Untuk itu, pengambilan keputusan khususnya yang menyangkut tata cara
pelaksanaan kegiatan guna pemecahan masalah kesehatan yang ada di masyarakat
hendaknya di serahkan kepada masyarakat, pemerintah atau tenaga kesehatan hanya
bertindak sebagai fasilitator dan dinamisator. Dengan demikian, masyarakat merasa lebih
memiliki tanggung jawab untuk melaksanakanya, hanya pada hakikatnya mereka adalah
f)
masyarakat
apabila
dapat
upaya
yang
menumbuhkan
berlandaskan
dan
pada
mengembangkan
kemampuan atau kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri, bukan kegiatan yang
segala sesuatunya diatur dan disediakan oleh pemerintah maupun pihak lain. Kemampuan
(potensi) yang dimiliki oleh masyarakat dapat berupa hal-hal berikut :
a. Tokoh-tokoh masyarakat.
Tokoh masyarakat adalah semua orang yang memiliki pengaruh di masyarakat setempat
baik yang bersifat formal (ketua RT, ketua RW, ketua kampong, kepala dusun, kepala desa)
maupun tokoh non formal (tokoh agama, adat, tokoh pemuda, kepala suku). Tokoh-tokoh
masyarakat ini merupakan kekuatan yang sangat besar yang mampu menggerakkan
masyarakat di dalam setiap upaya pembangunan.
b. Organisasi kemasyarakatan.
Organisasi yang ada di masyarakat seperti PKK, lembaga persatuan pemuda(LPP),
pengajian, dan lain sebagainya merupakan wadah berkumpulnya para anggota dari masingmasing organisasi tersebut. Upaya pemberdayaan masyarakat akan lebih berhasil guna
apabila pemerintah/tenaga kesehatan memanfaatkanya dalam upaya pembangunan
c.
kesehatan.
Dana masyarakat. Pada golongan masyarakat tertentu, penggalangan dana masyarakat
merupakan upaya yang tidak kalah pentingnya. Namun, pada golongan masyarakat yang
ekonominya prasejahtera, penggalangan dana masyarakat hendaknya dilakukan sekadar
agar mereka merasa ikut memiliki dan bertanggung jawab terhadap upaya pemeliharaan
dan peningkatan derajat kesehatanya. Cara lain yang dapat ditempuh adalah dengan model
dari masyarakat.
Pengetahuan masyarakat. Masyarakat memiliki pengetahuan yang bermanfaat bagi
pembangunan kesehatan masyarakat, seperti pengetahuan tentang obat tradisional (asli
Indonesia) , pengetahuan mengenai penerapan teknologi tepat guna untuk pembangunan
fasilitas
kesehatan
diwilayahnya,
misalnya
penyaluran
air
menggunakan
bambu.
d.
sumur
e.
f.
asah
upaya
pendampingan
atau
masalah
yang
layak,
merencanakan,
dan
melaksanakanya.d
d. Memantau, mengevaluasi, dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah dilakuakan.
UPAYA-UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK
A. DEFINISI
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita
serta anak prasekolah.
Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi masyarakat
untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat
darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan
Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk
masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/ komunikasi (telepon genggam, telpon
rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB.
Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka
masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di
taman kanak-kanak.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup sehat
melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk atau
mempercepat pencapaian target Pembangunan Kesehatan Indonesia, serta meningkatnya
derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan
landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
2. Tujuan Khusus
dalam lingkungan keluarga, Desa Wisma, Posyandu dan Karang Balita, serta di sekolah TK.
Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin,
C. KEGIATAN
Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita dan anak
prasekolah.
1. Deteksi dini faktor resiko ibu hamil.
2. Pemantauan tumbuh kembang balita
3. Imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali pada ibu hamil serta BCG, DPT-Hb 3 kali, Polio 3 kali
dan campak 1 kali pada bayi.
Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA.
1. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk macam-macam penyakit
ringan.
2. Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan serta bayibayi yang lahir ditolong oleh dukun selama periode neonatal (0-30 hari).
3. Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para dukun bayi serta kaderkader kesehatan.
Sistem kesiagaan di bidang KIA di tingkat masyarakat terdiri atas :
1.
2.
3.
4.
5.
Sistem pencatatan-pemantauan.
Sistem transportasi-komunikasi.
Sistem pendanaan.
Sistem pendonor darah.
Sistem Informasi KB.
Proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini tidak hanya proses memfasilitasi
masyarakat dalam pembentukan sistem kesiagaan itu saja, tetapi juga merupakan proses
fasilitasi yang terkait dengan upaya perubahan perilaku, yaitu:
1. Upaya mobilisasi sosial untuk menyiagakan masyarakat saat situasi gawat darurat,
khususnya untuk membantu ibu hamil saat bersalin.
2. Upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menurunkan angka
kematian maternal.
3. Upaya untuk menggunakan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat dalam
menolong perempuan saat hamil dan persalinan.
4. Upaya untuk menciptakan perubahan perilaku sehingga persalinan dibantu oleh
tenaga kesehatan profesional.
5. Merupakan proses pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu mengatasi
masalah mereka sendiri.
6. Upaya untuk melibatkan laki-laki dalam mengatasi masalah kesehatan maternal.
7. Upaya untuk melibatkan semua pemanggku kepentingan (stakeholders) dalam
mengatasi masalah kesehatan.
Karena itu Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini berpijak pada konsep-konsep berikut
Ini :
1. Revitalisasi praktek-praktek kebersamaan sosial dan nilai-nilai tolong menolong,
untuk perempuan saat hamil dan bersalin.
2. Merubah pandangan: persalinan adalah urusan semua pihak, tidak hanya urusan
perempuan.
3. Merubah pandangan: masalah kesehatan tidak hanya tanggung jawab pemerintah
tetapi merupakan masalah dan tanggunjawab masyarakat.
4. Melibatan semua pemangku kepentingan (stakeholders) di masyarakat.
5. Menggunakan pendekatan partisipatif.
6. Melakukan aksi dan advokasi.
Untuk ini dipilih indikator AKSES (jangkauan) dalam pemantauan secara teknis
memodifikasinya menjadi indikator pemerataan pelayanan yang lebih dimengerti oleh para
penguasa wilayah.
4. Indikator efektivitas pelayanan KIA :
Untuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemantauan secara teknis dengan
memodifikasinya menjadi indikator efektivitas program yang lebih dimengerti oleh para
penguasa wilayah.
Kedua indikator tersebut harus secara rutin dijabarkan per bulan, per desa serta
dipergunakan dalam pertemuan-pertemuan lintas sektoral untuk menunjukkan desa-desa
mana yang masih ketinggalan.
Pemantauan secara lintas sektoral ini harus diikuti dengan suatu tindak lanjut yang jelas dari
para penguasa wilayah perihal : peningkatan penggerakan masyarakat serta penggalian
sumber daya setempat yang diperlukan.
Diposkan oleh Syafrudin SKM,M.Kes. di 00.34
adalah
suatu
konsep
mempengaruhi
dan
memberdayakan
masyarakat
sekaligus
mengubah
kerangka
kebijakan
dalam
kerja
publik,
pelaksanaan
terpadu
untuk
perilaku,
dan
penanggulangan
TB.
hdala
tindakan
untuk
mendukung
upaya
masyarakat
diarahkan
pengembangan
untuk
pada
menempatkan
posisi
tinggi,
TB
untuk
dalam
agenda
mengamankan
politik
dan
komitmen
konteks
dalam
negri,
advokasi
merupakan
upaya
luas
untuk
menguntungkan
masyarakat.
Penggerakan
masyarakat
dilaksanakan
di
tingkat paling bawah dan secara luas berhubungan dengan mobilisasi dan
aksi masyarakat. Memperhatikan pemaparan componen AKMS, masingmasing
componen
dilaksanakan
secara
mempunyai
terpadu
tujuan
untuk
dan
kegiatan
mencapai
spesifik
keberhasilan
yang
program
penanggulan TB.
2. Strategi AKMS
a. Advokasi
adalah upaya secara sistematis untuk mempengaruhi pimpinan, pembuat
kebijakan dan keputusan dalam penanggulangan Tb . Pendekatan lepada
para pimpinan ini dapat dilakukan dengan cara bertatap muka langsung,
konsultasi, memberikan laporan, pertemuan rapat kerja, lokakarya dan
sebagainya sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing unit.
dalam melakukan advokasi perlu dipersiapkan data atau informasi yang
cukup serta bahan-bahan pendukung lanilla yang sesuai agar dapat
meyakinkan mereka dalam memberikan dukungan.
Langkah yang perlu dipersiapkan untuk merencanakan kegoatan advokasi :
Analisa situasi
Memilih strategi yang tepat (advokator, pelaksana, metode dan sebagainya)
Mengembangkan bahan-bahan yang perlu disajikan lepada sasaran dan
mobilisasi sumber dana
b. Komunikasi
Merupakan proses penyampaian pesan atau gagasan yang disampaikan
secara lisan dan atau tertulis dari sumber pesan lepada penerima pesan
melalui media dengan harapan adanya pengaruh timbal balik.
komponen komunikasi
di dalam studi komunikasi model komunikasi yang sering dianut adalah yang
mempunyai lima komponen sebagai berikut:
a) Sumber pesan (komunikator)
semua komunikasi berasal dari satu sumber. sumber ini mungkin dalam
bentuk individu atau mungkin dalam bentuk kelompok, bahkan dala
bentuk kelembagaan. Dalam proses komunikasi sumber dituntut untuk
mempunyai keterampilan-keterampilan seperti berpikir, berbicara, menulis
dan lanilla. Sember juga diharapkan mempunyai sikap yang positif
terhadap penerima pesan. Selain itu sumber seyogyanya mempunyai
pengetahuan yang mendalam terhadap pesan yang disampaikan maupun
terhadap penerima pesan.
b) Pesan
pesan dalam proses komunikasi disampaikan melalui bahasa tertentu
yang
sama
dengan
disederhanakan
dan
bahasa
penerima
disesuaikan
dengan
pesan.
Isi
tujuan
dan
pesan
perlu
karakteristik
d) Umpan balik
umpan balik hdala proses pengecekan untuk mengetahui apakah :
1. pemberi pesan dapat menyampaikan pesan dengan baik
2. pesan disampaikan dimengerti dengan baik oleh penerima
3. pesan disampaikan sesuai dengan penerima pesan
c. Mobilisasi sosial
Dalam konteks nasional dan regional merupakan proses membangkitkan
keinginan masyarakat, secara aktif menguhkan konsensus dan komitmen
social
diantara
pengambil
kebijakan
untuk
menanggulangi
TB
yang
secara
kolektif
dengan
mengumpulkan
sumber
daya
dan
technology
teknologi
tepat
guna
termasuk
cara
masyarakat,
berprinsip
meningkatkan
kontribusi
4. Bekerjasama masyarakat
Prinsip lain yang harus dipegang teguh adalah bekerja untuk dan
bersama masyarakat, karena dengan kebersamaan inilah terjadi proses
fasilitasi, motivasi, alih pengetahuan dan keterampilan.
5. KIE berbasis individu, keluarga, masyarakat dan ormas lainnya. Kemitraan
antara Pemerintah, LSM, Ormas dan berbagai kelompok masyarakat
lainnya akan memudahkan kerjasama di lapangan, sehingga potensi dapat
dimanfaatkan secara optimal. untuk itu dapat memilih mitra sesuai
dengan peran dan peminatan di bidang AKMS TB dapat digunakan contoh
berikut:
Memilih mitra dan peran berdasarkan peminatan
Mitra
Peminatan
Kebijakan, legislasi
DPR
Pelayanan kesehatan TB
PAPP)
LSM, dll
Komunikasi TB
6. Desentralisasi
Upaya pemberdayaan masyarakat sangat berkaitan dengan budaya
setempat, karena itu segala bentuk pengambilan keputusan harus
diserahkan ke tingkat operacional agar tetap sesuai dengan kultur budaya
setempat.
bentuk-bentuk mobilisasi social penanggulangan TB :
Kompanye, digunakan dalam rangka mensosialisasikan isu strategis yang telah
dikembangkan lepada berbagai sasaran (masyarakat, organisasi profesi, lintas
sektoral, lintas program, dunia usa, LSM dll) dengan tujuan menumbuhkan
kesadaran dan rasa memiliki serta terpanggil untuk terlibat sesuai dengan
perannya dalam pennggulangan isu tersebut.
Penyuluhan kelompok, digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan
sikap kelompok masyarakat melalui berbagai metode dan media penyuluhan.
Diskusi kelompok, digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kelompok masyarakat untuk menanggulangi masalah TB melalui
diskusi kelompok.
kunjungan rumah, digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan
dan sikap agar keluarga mau berubah perilakunya sehubungan dengan TB.
Konseling, digunakan untuk membantu menggali alternatif pemecahan masalah
TB dalam satu keluarga.
langkah-langkah mobilisasi sosial :
Memberikan pelatihan kepada kelompok pelopor (kelompok yang paling mudah
menerima isu yang sedang diadvokasi)
mengkonsilidasikan mereka yang telah mengikuti pelatihan menjadi kelompok
pendukung.
mengembangakan koalisi diantara kelompok maupun pribadi pendukung
mengembangkan jeringan informasi diantara anggota koalisi agar selalu
mengtahui dan merasa terlibat dengan isu yang diadvokasikan.
melaksanakan kegiatan yang bersifat masal dengan melibatkan sebanyak
mungkin anggota koalisi
mendayagunakan media massa untuk mengekspos kegiatan koalisi dan
sebagai jeringan informasi.
mendayagunakan berbagai media massa untuk membangun kebersamaan
dalam mengatasi masalah. hal ini efektif bila dilakukan menggunakan TV,
radio spot, billboard dan spanduk.
digunakan sebagai suatu mesin informasi dan hiburan belaka. Mereka harus
digunakan menjadi alat untuk mendorong pemahaman dan perubahan.
Media dimanfaatkan dalam mutualisme konspiratif Penguasa dan Pengusaha.
Sehingga dalam hal ini penggunaan media massa untuk advokasi kesehatan jadi
dilema.
Advokasi kesehatan menjadi sesuatu yang bersifat politis & kontroversial. Media
massa memang punya banyak kendala untuk memberdayakan kesehatan
masyarakat. Namun ia kelewat berharga jika cuma dijadikan mesin informasi dan
hiburan belaka. Terbukti media massa amat berperan dalam kegiatan dan
gerakan aktivis dalam isu-isu kesehatan masyarakat dan kesejahteraan sosial
untuk topik AIDS, rokok, dan narkotika yang telah memberikan kontribusi untuk
peninjauan ulang strategi-strategi yang paling efektif bagi penggunaan media
massa. Menjadi lebih jelas bahwa makin dibutuhkan pendekatan-pendekatan
yang lebih kreatif dan agresif untuk advokasi media dan pemasaran sosial.
Pemasaran Sosial ialah model pendekatan sistematis yang menggunakan riset
konsumen dan sejumlah saluran komunikasi untuk mempengaruhi dan
mengubah perilaku penduduk secara spesifik.
Komunikasi Kesehatan = Gabungan aneka disiplin: pemasaran sosial,
antropologi, analisis perilaku, advertising, komunikasi, pendidikan dll.
Ada 5 (lima) langkah Pemasaran Sosial untuk Kesehatan :
1. Penilaian (assess)
2. Perencanaan (plan)
3. Pre-test materi edukasi (pre-test)
4. Penerapan intervensi (deliver)
5. Pemantauan (monitor)
Model P-Process Johns Hopkins juga punya 5 langkah:
Analisis
Desain strategis
Pengembangan-pretesting-revisi-produksi
Manajemen-implementasi-pemantauan
Evaluasi dampak
Langkah tambahan: perencanaan kelangsungan program
ADVOKASI MEDIA
Menurut Michael Pertschuck, salah seorang arsitek pendekatan ini, Advokasi
Media adalah penggunaan strategik media massa untuk meningkatkan inisiatif
sosial atau masyarakat (Smoking Control, 1988). Advokasi media berperan
dalam mempromosikan serangkaian strategi untuk menstimulasi peliputan
media secara luas dalam rangka membentuk ulang debat publik untuk
meningkatkan dukungan masyarakat bagi pendekatan-pendekatan kebijakan
yang lebih efektif untuk masalah-masalah kesehatan dan kesejahteraan sosial. Ia
tidak secara langsung berupaya mengubah perilaku berisiko individual, namun
memfokuskan perhatian pada perubahan cara pemahaman masalah sebagai
suatu isu kesejahteraan dan kesehatan masyarakat. Sebagai contoh, pendekatan
advokasi media dapat mengembangkan suatu strategi untuk :
- mendorong peliputan media tentang aspek etis dan legal promosi rokok di
kalangan remaja yang dilakukan perusahaan-perusahaan rokok (Kasus Pall Mall).
KEKUATAN ADVOKASI MEDIA
-Advokasi media: konsep yang relatif baru
-Banyak dikaitkan dengan gerakan pengendalian rokok di AS, Inggris, Kanada
-Esensi advokasi media lebih dari sekadar meningkatan kesadaran dan
pengetahuan masyarakat tentang masalah kesehatan. Kekuatannya justru pada
melibatkan masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan publik.
EVOLUSI JURNALISME
-Tidak selalu Bad news is good news
-Buktinya muncul Jurnalisme Damai (pada saat ethnic-cleansing di Rwanda),
Compassionate Journalism (Jurnalisme Empati) untuk AIDS
-Bukan hanya Jurnalisme Fakta, tapi sudah berevolusi menjadi Jurnalisme Makna,
yang memproduksi makna
Posted by kapitaselekta1 Fikom Untar at 6:12 PM
Forum Pendamping Buruh Nasional
Terdiri dari : 1. SPIS - Jakarta 2. Lembaga Daya Dharma (LDD)- Jakarta 3. PSE Keuskupan
Tanjung Karang 4. PSE Keuskupan Bogor 5. Pastoral Perburuhan Keuskupan Bandung
(PPKB) 6. Young Christian Workers (YCW)- Bandung 7.Komisi Justice & Peace Keuskupan
Purwokerto 8. Institut Solidaritas Buruh Surabaya (ISBS) 9. Wadas Asah Solidaritas
(WADAS) - Surabaya 10. Vincentian Center Indonesia (VCI) - Malang 11. PSE Keuskupan
Denpasar 12. Pastoral Buruh dan Kawasan (PBK) - Girisonta, Semarang.
Selamat Datang di Weblog kami! Semoga weblog ini dapat membantu anda. Bila
ada yang ingin ditanyakan lebih lanjut, Silakan kirim email ke alamat kami, atau
ketik saja pesan dalam kolom WDCreezz di kanan bawah. Selamat menikmati!
Wednesday, September 06, 2006
http://fpbn2.blogspot.co.id/2006/09/media-massa-bagian-dari-strategi.html
Media Massa Bagian dari Strategi Komunikasi Gerakan Buruh
Pendahuluan
Masih ingat Marsinah, buruh pabrik PT Catur Putra Surya di Sidoarjo?
Kebanyakan pengusaha tahu mengenai kasus pembunuhan aktivis buruh
perempuan itu. Mengapa? Karena berita mengenai Marsinah setiap hari ada di
media massa ketika kasus itu sedang hangat-hangatnya tahun 1996. Marsinah
dari bukan siapa-siapa menjadi pahlawan dan icon perjuangan buruh.
Kasus Marsinah adalah contoh bagaimana media massa bisa membantu
perjuangan buruh. Berapa banyak organisasi buruh dan pendamping buruh yang
dengan sadar memanfaatkan media massa? Seandainya ada, berapa organisasi
buruh dan pendamping buruh yang memiliki rencana strategi komunikasi?
Seandainya ada, berapa organisasi yang memasukkan media massa ke dalam
rencana strategi komunikasinya?
Bandingkan dengan perusahaan yang menjadi lawan organisasi buruh dan
organisasi pendamping buruh. Perusahaan-perusahaan itu pasti memiliki divisi
public relation (PR) dan paling sedikit mempekerjakan satu orang ahli
komunikasi. Perusahaan-perusahaan dengan dukungan pemahaman yang baik
mengenai komunikasi dan dukungan keuangan akan sangat mudah mendapat
publikasi gratis maupun membayar halaman iklan.
Perusahaan-perusahaan itu juga memiliki strategi komunikasi yang menekankan
pada pemanfaatan media massa sebagai saluran komunikasi kepada
masyarakat. Mereka mampu membayar perusahaan konsultan public relation
yang memiliki jaringan luas dengan media massa untuk menjalankan sebagian
strategi komunikasi itu.
Sudah saatnya organisasi buruh dan pendamping buruh menempatkan
komunikasi massa, terutama komunikasi yang memanfaatkan media massa,
sebagai bagian dari strategi advokasi. Karena pada dasarnya advokasi itu adalah
berkomunikasi untuk mempengaruhi pengambil kebijakan dalam menyusun
peraturan dan undang-undang, mengambil kebijakan yang mempengaruhi
kehidupan orang banyak (buruh). Tujuan dari advokasi adalah agar terjadinya
reformasi kebijakan dari yang tidak berpihak pada orang banyak (buruh) menjadi
berpihak pada orang banyak (buruh) dan memastikan kebijakan itu dilaksanakan
dengan benar (Sprechmann, 2001).
Salah satu cara berkomunikasi dengan pengambil kebijakan paling efektif dan
efisien adalah melalui media massa. Organisasi buruh dan pendamping buruh
harus fasih menyampaikan atau mengkomunikasikan keinginannya (dalam
mempengaruhi kebijakan) kepada para pengambil kebijakan melalui media
massa.
Mengapa? Karena, para pengambil kebijakan dan masyarakat pada umumnya
lebih banyak menerima informasi dari media massa dibandingkan melalui
komunikasi interpersonal atau komunikasi tatap muka. Melalui media massa
suara buruh akan lebih keras terdengar.
Menyusun strategi komunikasi
Strategi media adalah bagian dari strategi komunikasi advokasi. Setiap
organisasi buruh dan pendamping buruh yang ingin memenangkan perhatian
media massa harus menyusun strategi komunikasinya. Ada lima langkah umum
dalam menyusun strategi komunikasi yang dikembangkan oleh banyak
organisasi non-profit (Bray, 2002; Jacobson, 1999; Day, 2000). Kelima langkah itu
adalah menentukan objektif atau tujuan, menentukan kelompok sasaran atau
target audience, menyusun rencana, melaksanakan rencana itu, dan
mengevaluasi secara periodik maupun di akhir kegiatan.
Bray (2002), berdasarkan pengalaman lebih dari 10 tahun kampanye menaikkan
upah buruh di Amerika Serikat, menyebutkan ada enam langkah proses yang
harus diikuti agar berhasil mencetak berita di media massa.
Pertama adalah menentukan gol. Menurut Bray, semua yang dilakukan di media
dirancang untuk membantu mencapai gol itu. Gol harus realistik, seperti
dicontohkan oleh Bray: membangun gerakan, atau mendidik masyarakat
mengenai persoalan buruh atau dengan kata lain mengubah konsep yang salah.
Kedua tentukan kelompok sasaran atau target audience. Target audience adalah
kelompok atau beberapa kelompok masyarakat yang menjadi sasaran informasi
kampanye. Contoh target audience, anggota parlemen, penentu opini publik,
perempuan, remaja, pelajar. Target audience akan menentukan cakupan rencana
media.
Ketiga adalah tentukan beritanya. Hargailah waktu wartawan dengan informasi
yang bernilai berita. Berita bisa berasal dari laporan, survei atau briefing paper
yang mengandung nilai berita. Kegiatan seperti apa yang bisa dilakukan untuk
menyampaikan beritanya kepada media.
Keempat adalah membingkai isu supaya memberikan dampak media yang
maksimum. Berita bukan hanya mengenai organisasi atau laporan Anda, berita
adalah sesuatu yang jauh lebih besar, dengan drama, yang akan berdampak
pada masyarakat banyak.
1. Isunya mengenai apa? Isu bisa mengenai bermacam hal yang organisasi
buruh dan pendamping buruh inginkan. Hindari membingkai isu secara sempit.
Misalnya, isu upah buruh bisa secara sempit dan sederhana dibingkai sebagai
bayarlah upah sesuai upah minimum. Akan lebih baik jika dibingkai sebagai isu
yang memberikan konsekuensi besar pada ekonomi, pada komunitas, atau
terkait dengan isu yang sedang hangat dibahas yaitu terkait dengan isu
kemiskinan dan kenaikan harga BBM.
2. Siapa yang terkenda dampai dari isu itu? Cobalah membingkai isu
sehingga lebih banyak orang terkena dampak isu itu, bukan hanya sekedar
buruh yang jumlahnya sedikit. Dampak yang besar sama dengan konsekuensi
yang besar pula. Upah akan berdampak juga pada keluarga buruh, misalnya.
Seberapa dalam isu upah menyinggung kepedulian masyarakat..
3. Tentukan isu dan pemain. Bingkai akan menentukan siapa orang baik dan
siapa orang jahat-nya. Setiap drama membutuhkan pahlawan dan penjahat.
Bingkailah lawan buruh sebagai pemain yang harus membela diri dan organisasi
buruh dan penamping buruh menjadi penyerang dengan menunjukkan tingkat
moral dan politik yang tinggi. Dalam isu upah, ada banyak pemain. Orang baik:
buruh, keluarga, pebisnis yang mendukung, serikat buruh, buruh yang sudah
lebih baik upahnya. Orang jahat: pengusaha yang memeras buruh, perusahaan
dan asosiasi yang hanya peduli pada keuntungan.
4. Ciptakan kait (hook) untuk menggantung bingkai. Wartawan akan selalu
mencari cantolan berita atau nilai berita yang membuat ceritanya menjadi
hangat dan menarik.
5. Cobalah membingkai isu dengan nilai-nilai hati dan akal. Sering
organisasi membingkai isu dengan fakta, angka, dan statistik. Argumennya
dipersempit menjadi hanya grafik. Organisasi buruh dan pendamping buruh bisa
menggugah pikiran dan hati pada pendukung dengan membingkai isu dengan
nilai-nilai seperti prinsip demokrasi dan moral. Nilai-nilai yang kita percaya, yang
kita bela, dan nilai-nilai dalam masyarakat yang kita inginkan. Nilai-nilai empati,
tanggung jawab personal, keadilan, kesetaraan, moralitas, berbagi buah dan
keuntungan untuk masyarakat, kerja keras, kepercayaan kuat, keutuhan
keluarga, membuat hidup lebih baik, harga diri, kesehatan masyarakat, dan
lainnya.
Rencana media yang terbaik tidak akan berhasil jika organisasi buruh dan
pendamping buruh tidak memiliki staf komunikasi yang paham bagaimana
mengkomunikasikan isu ke media. Sebaiknya organisasi buruh dan pendamping
buruh menugaskan salah satu staf atau mempekerjakan staf baru yang akan
bertanggung jawab menangani komunikasi jika ingin berhasil menarik hati media
dan menyuarakan pesan-pesan advokasi buruh melalui media.
Referensi:
Bray, R, 2002. Winning Wages: A Media Kit for Successful Living Wage Strategies,
Tides Foundation and Strategic Press Information Network (SPIN) Project. Web:
http://www.spinproject.org/resources/winningwages.php3).
Day, B.A. and Monroe, M.C. (Editor). 2000. Environmental Education and
Communication for a Sustainable World. Handbook for International Practitioners,
The Academy for Educational Development.
Sprechman, S dan Perlton, E, 2001. Advocacy Tools and Guidelines, Cooperative
for Assistance and Relief Everywhere (CARE), Inc. Atlanta, USA.
Kapita Selekta
Thursday, November 25, 2010
ADVOKASI MEDIA DAN KAMPANYE PUBLIK (Pak Irwan Julianto, 23
November 2010)
http://kapita-fikom-915070049.blogspot.co.id/2010/12/advokasi-mediadan-kampanye-publik.html
MEDIA DAN PROMOSI/KOMUNIKASI KESEHATAN MASYARAKAT
Penggunaan media massa dalam promosi kesehatan: bagian penting komunikasi
kesehatan.
50 tahun terakhir jadi kekuatan dahsyat bagi pendidikan kesehatan dan perubahan
perilaku.
Memainkan peran dalam perubahan sosial, maksudnya jika dulu tanggapan
masyarakat adalah
banyak anak banyak rejeki, sekarang tidak lagi seperti itu, karena perubahan
sosial yang terjadi
dua anak saja sudah cukup.
KEPRIBADIAN TERBELAH MEDIA
Di satu sisi, media mendukung pendidikan kesehatan masyarakat
Di sisi lain, iklan juga hebat pengaruhnya terhadap gaya hidup masyarakat.
- Iklan jadi tangan tak kasat mata yang memengaruhi kebijakan redaksi
- Iklan jadi penabuh genderang konsumsi
- Say No versus Siapa Takut!
PERUBAHAN SOSIAL vs KEMAPANAN
Media massa sebagai sarana promosi kesehatan yang efektif harus punya
komitmen pada
perubahan sosial.
Celakanya, media justru berada dalam bisnis untuk mempertahankan kemapanan.
Media dimanfaatkan dalam mutualisme konspiratif Penguasa dan Pengusaha.
Penggunaan media massa untuk advokasi kesehatan jadi dilema.
Advokasi kesehatan: politis & kontroversial
P-PROCESS
Kerap dikritik hanya mempromosikan jalan keluar tunggal bagi masalah kesehatan
masyarakat yang kompleks. Juga mengabaikan kondisi-kondisi yang dapat
mempertahankan/meningkatkan penyakit
Seperti contoh iklan layanan masyarakat versi Suami Siaga, iklan itu sudah
benar secara pesan yang ingin disampaikannya, tetapi iklan itu harus dilakukan
secara berkelanjutan (continuity), tidak hanya sekali dua kali, barulah akan
terlihat hasil yang diharapkan. Amerika Serikat yang mana merupakan negara
adidaya dan liberal, dalam film-filmnya selalu menampilkan pria-pria yang
merokok. Pria yang merokok digambarkan sebagai sosok yang tangguh, jantan,
pemberani dan berjiwa petualang. Stigma itulah yang hendak dirubah oleh
pemerintah Amerika Serikat. Lewat iklan layanan masyarakatnya, AS tidak hanya
sekali dua kali menggalakkan iklan dilarang merokok, tetapi membutuhkan
waktu selama 8 tahun sampai akhirnya terlihat hasil yang diharapkan. Hal
seperti itulah yang perlu dicontoh oleh pemerintah Indonesia. Untuk merubah
suatu paradigma masyarakat (sosial) memerlukan banyak waktu dan tenaga
untuk mencapainya.
Posted by Jessica Wirianata at 11:09 PM
Radevita
Rabu, 23 Desember 2015
Contoh Isu-Isu Advokasi : Studi Kasus HIV AIDS di Indonesia
Rencana Advokasi Kebijakan terhadap Vulnerable Grups : studi Kasus HIV AIDS di
Indonesia
Menurut data WHO sebanyak 75% wanita hamil menerima obat untuk
mencegah penularan HIV terhadap bayi mereka pada tahun 2014.Ada 1,9 Juta
orang baru yang terdaftar pada ART (antiretroviral treatment) pada 2014
merupakan salah satu kenaikan tahunan terbesar yang pernah terjadi sepanjang
masa.Dan sebanyak 32% dari anak-anak yang membutuhkan pengobatan pada
tahun 2014 dibandingkan dengan 41% untuk orang dewasa, menunjuk ke celah
besar antara layanan untuk orang dewasa dan anak-anak yang hidup dengan
HIV (WHO, 2015).
Contohnya seperti yang dilakukan LSM Indonesia AIDS Coalition (IAC). LSM
Indonesia AIDS Coalition (IAC) adalah sebuah organisasi berbasis komunitas yang
bekerja sama dengan para pemangku kepentingan untuk meningkatkan
transparansi , akuntabilitas dan partisipasi masyarakat dalam program