Anda di halaman 1dari 56

Sahabat Sehat

Aji Keristianto

Posted by Aji Keristianto Posted on 11.08


http://ajikeristianto2013.blogspot.co.id/2013/04/konsep-advokasi-dalam-promosikesehatan.html

KONSEP ADVOKASI DALAM PROMOSI KESEHATAN


A. PENGERTIAN
Kurang berhasil atau kegagalan suatu program kesehatan, sering di sebabkan oleh
karena kurang atau tidak adanya dukungan dari para pembuat keputusan, baik di tingktak
nasional maupun lokal (provinsi, kabupaten, atau kecamatan). Akibat kurangnya dukungan
itu, antara lain rendahnya alokasi anggaran untuk program kesehatan, kurangnya sarana dan
prasarana, tidak adanya kebijakan yang menguntungkan bagi kesehatan dan sebagainya.
Untuk memperoleh atau meningkatkan dukungan atau komitmen dari para pembuat
kebijakan, termasuk para pejabat lintas sektoral diperlukan upaya disebut advokasi.
Advokasi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap
seseorang yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan dibidang
hukum atau pengadilan. Sesorang yang sedang tersangkut perkara atau pelanggaran hukum,
agar memperoleh keadilan yang sesungguh-sungguhnya. Mengacu kepada istilah advokasi
dibidang hukum tersebut, maka advokasi dalam kesehatan diartikan upaya untuk memperoleh
pembelaan,

bantuan,

atau

dukungan

terhadap

program

kesehatan.

Menurut Wesbter Encyclopedia advokasi adalah "act of pleading for supporting or


recommending active espousal" atau tindakan pembelaan, dukungan, atau rekomendasi :
dukungan aktif.
Menurut ahli retorika ( Foss and Foss, et al : 1980) advokasi diartikan sebagai upaya
persuasi yang mencakup kegiatan : penyadaran, rasionalisasi, argumentasi dan rekomendasi
tindak lanjut mengenai sesuatu hal.
Menurut Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan
publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Dari beberapa catatan
tersebut dapat disimpulkan secara ringkas, bahwa advokasi adalah upaya atau proses untuk

memperoleh komitmen yang dilakukan secara persuasif dengan menggunakan informasi yang
akurat dan tepat.
B. PROSES DAN ARAH ADVOKASI

Proses advocacy(advokasi) di bidang kesehatan mulai digunakan dalam program


kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984, sebagai salah satu strategi
global Pendidikan atau promosi kesehatan.
WHO merumuskan, bahwa dalam mewujudkan visi dan misi Promosi Kesehatan
secara efektif menggunakan 3 strategi pokok, yakni: 1. advocacy (advokasi), 2. Social
Support ( dukungan sosial) dan 3. Empowerment (pemberdayaan masyarakat).
Strategi global ini dimaksudkan bahwa, dalam pelaksanaan suatu program kesehatan
didalam masyarakat, maka langkah yang di ambil adalah:
1.

Melakukan pendekatan / lobi dengan para pembuat keputusan setempat, agar mereka ini
menerima dan "commited". Dan akhirnya mereka bersedia mengeluarkan kebijakan, atau
keputusan-keputusan untuk membantu atau mendukung program tersebut. Kegiatan inilah
yang disebut advokasi. Dalam kesehatan para pembuat keputusan baik di tingkat pusat

maupun daerah ini disebut sasaran tersier.


2. Langkah selanjutnya adalah mekakukan pendekatan dan pelatihan kepada tokoh masyarakat
formal maupun informal.
3. Selanjutnya petugas kesehatan bersama-sama tokoh masyarakat tersebut melakukan kegiatan
penyuluhan kesehatan, konseling, dan sebagainya, melalui berbagai kesempatan dan media.
Advokasi di artikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan.
Oleh karena itu, orang yang menjadi sasaran atau target advokasi ini para pimpinan suatu
organisasi atau institusi kerja baik di lingkungan pemerintah maupun swasta dan organisasi
kemasyarakatan di berbagai jenjang administrasi pemerintahan ( tingkat pusat, provinsi,
kabupaten, kecamatan dan kelurahan)
Dalam advokasi peran komunikasi sangat penting sebab dalam advokasi merupakan
aplikasi dari komunikasi interpersonal, maupun massa yang di tujukan kepada para penentu

kebijakan (policy makers) atau para pembuat keputusan ( decission makers)pada semua
tingkat dan tatanan sosial.
ARUS KOMUNIKASI ADVOKASI KESEHATAN

Arus komunikasi advokasi Kesehatan. Komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan


memerlukan kiat khusus agar komunikasi tersebut efektif antara lain sebagai berikut:
1.

Jelas (clear): pesan yang disampaikan kepada sasaran harus disusun sedemikian rupa

sehingga jelas, baik isinya maupun bahasa yang digunakan.


2. Benar (correct): apa yg disampaikan (pesan) harus didasarkan kepada kebenaran. Pesan yang
benar adalah pesan yang disertai fakta atau data empiris.
3. Kongkret (concrete): apabila petugas kesehatan dalam advokasi mengajukan usulan program
yang dimintakan dukungan dari para pejabat terkait, maka harus dirumuskan dalam bentuk
yang kongkrit (bukan kira-kira) atau dalam bentuk operasional.
4. Lengkap (complete): timbulnya kesalahpahaman atau mis komunikasi adalah karena belum
lengkapnya pesan yang disampaikan kepada orang lain.
5. Ringkas (concise) : pesan komunikasi harus lengkap, tetapi padat, tidak bertele-tele.
6. Meyakinkan ( convince) : agar komunikasi advokasi kita di terima oleh para pejabat, maka
harus meyakinkan, agar komunikasi advokasi kita diterima
7. Kontekstual ( contextual): advokasi kesehatan hendaknya bersifat kontekstual. Artinya pesan
atau program yang akan diadvokasi harus diletakkan atau di kaitkan dengan masalah
pembangunan daerah bersangkutan. Pesan-pesan atau program-program kesehatan apapun
harus dikaitkan dengan upaya-upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat pemerintah
8.

setempat.
Berani (courage): seorang petugas kesehatan yang akan melakukan advokasi kepada para
pejabat, harus mempunyai keberanian berargumentasi dan berdiskusi dengan para pejabat

yang bersangkutan.
9. Hati-hati ( contious): meskipun berani, tetapi harus hati-hati dan tidak boleh keluar dari etika
berkomunikasi dengan para pejabat, hindari sikap "menggurui" para pejabat yang
bersangkutan.
10. Sopan (courteous): disamping hati-hati, advokator harus bersikap sopan, baik sopan dalam
tutur kata maupun penampilan fisik, termasuk cara berpakaian.
Advokasi adalah suatu kegiatan untuk memperoleh komitmen politik, dukungan
kebijakan, penerimaan sosial, dan dukungan sistem dari para pembuat keputusan atau pejabat

pembuat kebijakan (WHO, 1989). Oleh karena itu, tujuan utama advokasi adalah
memberikan dorongan dan dukungan dikeluarkannya kebijakan-kebijakan publik yang
berkaitan dengan program-program kesehatan.
C. PRINSIP DASAR ADVOKASI
Advokasi adalah kombinasi antara pendekatan atau kegiatan individu dan sosial, untuk
memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan sosial, dan adanya sistem
yang mendukung terhadap suatu program kesehatan. Untuk mencapai tujuan advokasi ini,
dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan atau pendekatan. Untuk melakukan kegiatan
advokasi yang efektif memerlukan argumen yang kuat. Oleh sebab itu, prinsip-prinsip
advokasi ini akan membahas tentang tujuan, kegiatan, dan argumentasi-argumentasi
advokasi.
Dari batasan advokasi tersebut, secara inklusif terkandung tujuan-tujuan advokasi,
yakni: political commitment, policy support, social aceptance dan sistem support.
a.

Komitmen politik (political comitment)


Komitmen para pembuat keputusan atau alat penentu kebijakan di tingkat dan disektor
manapun terhadap permasalahan kesehatan tersebut. Pembangunan nasional tidak terlepas

dari pengaruh kekuasaaan politik yang sedang berjal.


b. Dukungan kebijakan (policy support)
Dukungan kongkrit yang diberikan oleh para pemimpin institusi disemua tingkat dan disemua
sektor yang terkait dalam rangka mewujudkan pembangunan di sektor kesehatan. Dukungan
politik tidak akan berarti tanpa dilanjutkan dengan dikeluarkannya kebijakan kongkret dari
para pembuat keputusan tersebut.
c. Penerimaan Sosial ( social acceptance)
Penerimaan sosial, artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu program
kesehatan apapun hendaknya memperoleh dukungan dari sasaran utama program tersebut,
yakni masyarakat, terutama tokoh masyarakat.
d. Dukungan Sistem (System Support)
Adanya sistem atau organisasi kerja yang memasukkan uinit pelayanan atau program
kesehatan dalam suatu institusi atau sektor pembangunan adalah mengindikasikan adanya
dukungan sistem

D. METODE DAN TEHNIK ADVOKASI

Seperti yang diuraikan di atas, bahwa tujuan utama advokasi di sektor kesehatan
adalah memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan para penentu kebijakan atau pembuat
keputusan di segala tingkat.
Metode atau cara dan tehnik advokasi untuk mencapai tujuan itu semua ada
bermacam-macam, antara lain:
1. Lobi Politik (political lobying)
Lobi adalah bincang-bincangsecara informal dengan para pejabat untuk menginformasikan
dan membahas masalah dan program kesehatan yang dilaksanakan
2. Serminar / Presentasi
Seminar / presentasi yang di hadiri oleh para pejabat lintas program dan sektoral. Petugas
kesehatan menyajikan maslah kesehatan diwilayah kerjanya, lengkap dengan data dan
ilustrasi yang menarik, serta rencana program pemecahannya. Kemudian dibahas bersamasama, yang akhirnya dharafkan memproleh komitmen dan dukungan terhadap program yang
akan dilaksanakan tersebut.
3. Media
Advokasi media (media

advocacy)adalah

melakukan

kegiatan

advokasi

dengan

mengumpulkan media, khususnya media massa.


4. Perkumpulan (asosiasi) Peminat
Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau interes terhadap
permaslahan tertentu atau perkumpulan profesi, juga merupakan bentuk advokasi.
E. ARGUMENTASI UNTUK ADVOKASI
Secara sederhana, advokasi adlah kegiatan untuk meyakinkan para penentu kebijakan
atau para pembuat keputusan sedemikian rupa sehingga mereka memberikan dukungan baik
kebijakan, fasilitas dan dana terhadap program yang ditawakan.
Meyakinkan para pejabat terhadap pentingnya program kesehatan tidaklah mudah,
memerlukan argumentasi argumentasi yang kuat. Dengan kata lain, berhasil tidaknya
advokasi bergantung pada kuat atau tidaknya kita menyiapkan argumentasi. Dibawah ini ada
beberapa hal yang dapat memperkuat argumen dalam melakukan kegiatan advokasi, antara
lain:
a.

Kredibilitas (Creadible)
Kredibilitas (Creadible) adalah suatu sifat pada seseorang atau institusi yang menyebabkan
orang atau pihak lain mempercayainya atau meyakininya.
Orang yang akan melalukan advokasi (petugas kesehatan) harus Creadible. Seseorang itu
Creadible apabila mempunyai 3 sifat, yakni:

1) Capability (kapabilitas), yakni mempunyai kemampuan tentang bidangnya.

2)

Autority ( otoritas), yakni adanya otoritas atau wewenang yang dimiliki seseorang
berdasarkan aturan organisasi yang bersangutan.

3) Integrity (integritas), adalah komitmen seseorang tehadap jabatan atau tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.

b. Layak (Feasible)
Artinya program yang diajukan tersebut baik secara tehnik, politik, maupun ekonomi
dimungkinkan atau layak. Secara tehnik layak (feasible) artinya program tersebut dapat
dilaksanakan. Artinya dari segi petugas yang akan melaksanakan program tersebut,
mempunyai kemampuan yang baik atau cukup.

c.

Relevan (Relevant)
Artinya program yang yang diajukan tersebut tidak mencakup 2 kriteria, yakni : memenuhi
kebutuhan masyarakat dan benar-benar memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat.
d. Penting dan Mendesak (Urgent)
Artinya program yang diajukan harus mempunyai urgensi yang tinggi: harus segera
dilaksanakan dan kalau tidak segera dilaksanakan akan menimbulkan masalah
F. UNSUR DASAR ADVOKASI
Ada 8 unsur dasar advokasi yaitu:
1. Penetapan tujuan advokasi
2. Pemanfaatan data riset untuk advokasi
3. Identifikasi khalayak sasaran advokasi
4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi
5. Membangun koalisi
6. Membuat presentasi yang persuasif
7. Penggalangan dana untuk advokasi
8. Evaluasi upayaadvokasi
G. PENDEKATAN UTAMA ADVOKASI
Ada 5 pendekatan utama dalam advokasi (UNFPA dan BKKBN 2002) yaitu:
1. Melibatkan para pemimpin
Para pembuat undang-undang, mereka yang terlibat dalam penyusunan hukum, peraturan
maupun pemimpin politik, yaitu mereka yang menetapkan kebijakan publik sangat
berpengaruh dalam menciptakan perubahan yang terkait dengan masalah sosial termasuk
kesehatan dan kependudukan. Oleh karena itu sangat penting melibatkan meraka
semaksimum mungkin dalam isu yang akan diadvokasikan.
2. Bekerja dengan media massa
Media massa sangat penting berperan dalam membentuk opini publik. Media juga sangat
kuat dalam mempengaruhi persepsi publik atas isu atau masalah tertentu. Mengenal,
membangun dan menjaga kemitraan dengan media massa sangat penting dalam proses
advokasi.
3. Membangun kemitraan

Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan upaya jaringan, kemitraan yang
berkelanjutan dengan individu, organisasi-organisasi dan sektor lain yang bergerak dalam isu
yang sama. Kemitraan ini dibentuk oleh individu, kelompok yang bekerja sama yang
bertujuan untuk mencapai tujuan umum yang sama/hampir sama.
4. Memobilisasi massa
Memobilisasi massa merupakam suatu proses mengorganisasikan individu yang telah
termotivasi ke dalam kelompok-kelompok atau mengorganisasikan kelompok yang sudah
ada. Dengan mobilisasi dimaksudkan agar termotivasi individu dapat diubah menjadi
tindakan kolektif
5. Membangun kapasitas
Membangu kapasitas disini di maksudkan melembagakan kemampuan untuk
mengembangakan dan mengelola program yang komprehensif dan membangun critical mass
pendukung yang memiliki keterampilan advokasi. Kelompok ini dapat diidentifikasi dari
LSM tertentu, kelompok profesi serta kelompok lain.
H. LANGKAH-LANGKAH ADVOKASI
Advokasi adalah proses atau kegiatan yang hasil akhirnya adalah diperolehnya
dukungan dari para pembuat keputusan terhadap program kesehatan yang ditawarkan atau
diusulkan. Oleh sebab itu, proses ini antara lain melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan (materi) atau instrumen
advokasi.
2. Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan advokasi sangat tergantung dari metode atau cara advokasi. Cara advokasi yang
sering digunakan adalah lobbi dan seminar atau presentasi.
3. Tahap penilaian
Seperti yang disebutkan diatas bahwa hasil advokasi yang diharafkan adalah adanya
dukungan dari pembuat keputusan, baik dalam bentuk perangkat lunak (software) maupun
perangkat keras (hardware). Oleh sebab itu, untuk menilai atau mengevaluasi keberhasilan
advokasi dapat menggunakan indikator-indikator seperti dibawah ini:
a. Software (piranti lunak): misalnya dikeluarkannya:
- Undang-undang
- Peraturan pemerintah
- Peraturan pemerintah daerah (perda)
- Keputusan menteri
- Surat keputusan gubernur/ bupati
- Nota kesepahaman(MOU), dan sebagainya
b. Hardware (piranti keras): misalnya:
- Meningkatnya anggaran kesehatan dalam APBN atau APBD
- Meningkatnya anggaran untuk satu program yang di prioritaskan
- Adanya bantuan peralatan, sarana atau prasarana program dan sebagainya.
Healthy World with Marlin
Advokasi dalam Kesehatan Masyarakat
1. Pengertian Advokasi

Menurut Foss & Foss et al. (1980); Toulmin (1981), advokasi adalah upaya persuasif yang
mencakup kegiatan penyadaran, rasionalisasi, argumentasi, dan rekomendasi tindak

lanjutmengenai sesuatu ( Hadi Pratomo dalam Notoatmodjo, 2005). Advokasi adalah usaha
mempengaruhi kebijakan publik melalui berbagai macam bentuk komunikasi persuasif
(Johns Hopkins School for Public Health). WHO (1989) seperti dikutip UNFPA dan BKKBN
(2002), mengungkapkan bahwa, Advocacy is a combination on individual and social action
design to gain political commitment, policy support, social acceptance and systems support
for particular healrh goal or programme.
Dapat disimpulkan bahwa advokasi adalah kombinasi kegiatan individu dan sosial yang
dirancang untuk memperoleh komitmen politis, dukungan kebijakan, penerimaan sosial dan
sistem yang mendukung tujuan atau program kesehatan tertentu.
Advokasi kesehatan adalah advokasi yang dilakukan untuk memperoleh komitmen atau
dukungan dalam bidang kesehatan, atau yang mendukung pengembangan lingkungan dan
perilaku sehat (DEPKES, 2007).
2. Tujuan Advokasi
Menurut Departemen Kesehatan RI (2007), tujuan advokasi adalah sebagai berikut:
Tujuan Umum
Diperolehnya komitmen dan dukungan dalam upaya kesehatan, baik berupa kebijakan,
tenaga, dana, sarana, kemudahan, keikutsertaan dalam kegiatan, maupun berbagai bentuk
lainnya sesuai keadaan dan usaha.
Tujuan Khusus
1. Adanya pemahaman atau pengenalan atau kesadaran.
2. Adanya ketertarikan atau peminatan atau tanpa penolakan.
3. Adanya kemauan atau kepedulian atau kesanggupan untuk membantu
dan menerima perubahan.
4. Adanya tindakan/perbuatan/kegiatan nyata (yang diperlukan).
5. Adanya kelanjutan kegiatan (kesinambungan kegiatan)

3. Sasaran dan Pelaku dalam Advokasi


Sasaran advokai kesehatan adalag berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan
dukungan terhadap upaya kesehatan, khususnya para pengambil keputusan dan penentu
kebijakan di pemerintah, lembaga perwakilan rakyat, mitra di kalangan pengusaha/swasta,
badan penyandang dana, media masa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan.
Semuanya bukan hanya berpotensi mendukung, tetapi juga mentang atau berlawanan atau
merugikan kesehatan.

Pelaku Advokasi adalah siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan, dan memandang
perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut. Pelaku advokasi dapat berasal dari
kalangan pemerintah, swasta, perguruan tinggi, organisasi profesi, LSM, dan tokoh
berpengaruh. Diharapkan mereka memahamipermaalahan kesehatan, mempunyai
kemampuan advokasi khusunya melakukan pendekatan persuaif, dapat dipercaya, dan
sedapat mungkin dihormati atau setidaknya tidak tercela khusunya di depan kelompok saaran.
4. Pendekatan dan Langkah dalam Advokasi
Kata kunci dalam proses atau kegiatan advokasi ini adalah pendekatan persuasif, secara
dewasa, dan bijak, sesuai keadaan, yang memungkinkan tukar pikiran secara baik (free
choice). Menurut UNFPA dan BKKBN (2002), terdapat lima pendekatan utama dalam
advokasi, yaitu melibatkan para pemimpin, bekerja sengan media massa, membangun
kemitraan, memobilisasi massa, dan membangun kapasitas. Strategi advokasi dilakukan
melalui pembentukan koalisi, pengembangan jaringan kerja, pembangunan institusi,
pembuatan forum, dan kerjasama bilateral.
1. Langkah-langkah Pokok dalam Advokasi (Menurut Depkes, 2007)
1. Identifikasi dan analisis masalah atau isu yang memerlukan
advokasi.
2. Identifikasi dan analisis kelompok sasaran
3. Siapkan dan kemas bahan informasi.
4. Rencanakan teknik atau cara kegiatan operasional.
5. Laksanakan kegiatan, pantau dan evaluasi serta lakukan tindak
lanjut.

Sumber Buku:
1. D.J Maulana, Heri. 2007. Promosi Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta
2. 2.

DEPKES 2007

https://marlin170494mbleast.wordpress.com/2012/12/27/advokasi-dalamkesehatan-masyarakat/

Strategi Advokasi lewat Media Massa


Posted: Desember 7, 2010 in Comot sana Comot sini

https://mardiya.wordpress.com/2010/12/07/strategi-advokasi-lewat-mediamassa/

Advokasi merupakan satu kosa kata yang sering digunakan oleh organisasi-organisasi non
pemerintah di Indonesia, termasuk LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Advokasi sering
sekali diartikan semata-mata sebagai kegiatan pembelaan kasus atau beracara di pengadilan
(litigasi). Hal ini mungkin terpengaruh dari bahasa Belanda advocaat, advocateur, yang tiada
lain memang berarti pengacara hukum, pembela.
Padahal jika kita mengadopsi kata advokasi itu dari bahasa Inggris, maka to advocate tidak
hanya berarti membela (to defend), tetapi juga bisa berarti memajukan atau
mengemukakan (to promote) yang, dengan kata lain, juga berarti berusaha menciptakan
(to create) yang baru, yang belum ada. Dengan kata lain, juga berarti melakukan perubahan
(to change) secara terorganisir dan sistematis (Topatimasang, 2005).
Merujuk pengertian di atas, maka advokasi selain dipahami sebagai kegiatan pembelaan di
pengadilan juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang bertujuan untuk mempengaruhi
kebijakan public atau advokasi kebijakan. Advokasi kebijakan ini sering diapresiasikan
dengan kegiatan public hearing ke DPR/DPRD ataupun juga ke lembaga eksekutif dan
birokrasi sebagai pembuat kebijakan. Bahkan advokasi dapat dilihat juga sebagai suatu
advokasi sosial atau mengorganisir kelompok masyarakat untuk sebuah perubahan.
Dengan demikian, fungsi peran komunikasi yang efektif dalam proses advokasi pun sangat
vital. Keberhasilan suatu kampanye advokasi sangat ditentukan oleh keberhasilan proses
komunikasi itu sendiri, baik itu advokasi di pengadilan, di lembaga legislative/eksekutif,
maupun komunikasi kepada (kelompok) masyarakat.
Berbicara tentang komunikasi efektif dan penyampaian pesan, maka media merupakan salah
satu sarana vital advokasi, karena media massa merupakan wahana yang paling efektif untuk
mengkomunikasikan pesan dan mempengaruhi sejumlah besar orang dalam waktu yang
cukup singkat. Dengan sifat penyebaran informasi dan pengaruh yang luas ini, maka desakan
untuk melakukan sebuah tindakan ataupun perubahan kebijakan dari masyarakat ( baca :
audiens yang mengakses informasi lewat media massa) sangat besar.
Oleh sebab itu, agar hasilnya efektif, pesan yang disampaikan melalui media massa harus
jelas dan ditujukan kepada audiens yang tepat. Dengan mendefinisikan jenis pesan, sasaran
yang dituju, maka akan mempengaruhi jenis media massa yang digunakan serta pertimbangan
pilihan media massa jika ditinjau dari cakupan atau jangkauan siaran/sirkulasi media massa
itu sendiri. Jika pesan atau isu yang diangkat adalah permasalahan local, maka media massa
yang digunakan lebih tepat media massa local, begitu pula sebaliknya. Begitu halnya sasaran
tentang isu itu sendiri. Pengertian sasaran di sini adalah pihak yang dituju dalam proses
advokasi sehingga diharapkan mampu terjadi perubahan suatu keputusan atau kebijakan,
antara lain masyarakat yang bersangkutan, para pengambil keputusan (legislatif, eksekutif,

birokrat), pemilik modal dan stake holder lainnya. Misalnya tentang isu Taman Nasional
Gunung Merapi. Jika dalam isu ini sasaran yang dituju lebih banyak pada tingkat local,
termasuk para pengambil kebijakan di tingkat local, maka media massa yang digunakan lebih
tepat media massa local. Hal ini berbeda dengan isu yang berada di local namun berskala
nasional atau sararan yang dituju adalah para pengembil kepuitusan di pusat pemerintahan
(baca : Jakarta). Misalnya, kasus illegal logging di Kalimantan. Maka dalam kasus ini, media
massa yang dipilih pun berbeda.
Ada beberapa kaidah / asas yang harus diperhatikan dalam berususan dengan media massa,
yakni :
1. Kenali dengan baik siapa (posisi, fungsi dan jenis) mereka?
2. Ketahui dengan jelas siapa khalayak / audiens sasaran (segmen, pemirsa, pembaca,
pelanggan) utama mereka? Jangan memilih media yang khalayak mereka bukan sasaran
utama kampanye advokasi kita.
3. Persiapkan diri sebaik mungkin sebelum kita berurusan dengan mereka; kita yakin dan
tahu persis apa pesan yang akan kita sampaikan, menguasai betul data dan fakta-fakta
pendukungnya, dapat memperkirakan pertanyaan-pertanyaan apa saja yang mereka ajukan
kepada kita, dan mampu memutuskan secara cepat dan tepat apakah kita akan menjawabnya
dan pada saat kapan?
4. Isu tersebut harus mencerminkan adanya tujuan-tujuan perubahan yang lebih besar dalam
jangka panjang. Adanya gambaran jela tentang ini akan meyakinkan mereka yang kita ajak
bahwa mereka akan mendukung sesuatu yang memang enting dan berdampak luas, meskipun
dimulai dari sesuatu yang nampaknya kecil dan sederhana.
5. Siap untuk selalu menyampaikan dan menceritakan kebenaran. Sekali kita berbohong,
semur hidup media tak akan percaya pada kita.
Sementara itu ada beberapa hal yang diperhatikan dalam mengkemas pesan (informasi, fakta,
pernyataan, dll), ketika berurusan dengan media massa, antara lain :
1. Harus mengandung unsur berita, memang aktual dan penuh dengan isu yang kita
sampaikan.
2. Mengandung hal-hal yang menarik perhatian orang (human interest).
3. Mengandung unsur-unsur dan kaitan dengan keadaan atau permasalahan setempat (ada
unsur-unsur lokal).
4. Ada orang yang memang tepat, cakap dan terpercaya bertindak sebagai juru bicara untuk
menyampaiakan secara lancar dan mudah dipahami masyarakat luas. (Ingat, tidak semua
pemimpin organisasi memiliki kapasitas ini. Jadi, boleh saja kita meminta orang lain
melakukannya).
5. Lebih bagus lagi (dan sangat disarankan) melengkapinya dengan bahan-bahan visual ( foto,
gambar, grafis, dll), terutama jika berhubungan dengan media elektronik (televisi).
(RoemTopatimasang, 2005/ Cohen, David, 1999)
Adapun piranti atau materi advokasi pada media massa, bisa menggunakan :
1. Rilis Berita /News Release
Merupakan laporan koran setebal 2-4 halaman yang biasanya melaporkan peristiwa yang
pantas diberitakan. News release harus singkat dan padat, dengan judul atau headline yang
ringkas namun menarik perhatian. Kalimat pembuka menarik perhatian sekaligus
menekankan pentingnya peristiwa yang diberitakan.

2. Cerita Utama /Feature


Feature atau liputan utama merupakan bagian dari sebuah koran atau majalah, yang biasanya
diletakkan pada bagian atau seksi gaya hidup. Dibandingkan dengan artikel berita, feature
umumnya bergaya lebih informal, dan menceritakan pengalaman pribadi dari sumber berita.
3. Kolom
Biasanya menyajikan pendapat atau posisi seorang penulis tentang suatu isu. Jadi jika kita
memiliki hubungan baik dengan seorang penulis, kita bisa aja memintanya menulis sesuatu
yang berkaitan dengan isu advokasi kita.
4. Editorial
Editorial merupakan bagian penting dari sebuah surat kabar, karena biasanya sebagai bagian
yang dianggap sangat kredibel. Kita bisa membuat draft editorial tentang peristiwa atau isu
organisasi kita, kemudian melayangkannya ke beberapa koran, atau kita berikan saja semua
bahan yang berkaitan dengan isu kita, dan si editor yang akan menulisnya di editorial
korannya.
5. Konferensi Pers
Merupakan sebuah peristiwa yang dikhususkan bagi awak pers. Peristiwa ini merupakan cara
yang paling praktis untuk menyampaikan isu kita ke media
6. Press Opportunity
Peristiwa yang tidak dikemas khusus untuk pers, namun kemungkinan dihadiri oleh reporter
dari media. Misal seminar, workshop, simposium, dll.
7. Photo Opportunity
Peristiwa yang memiliki komponen visual yang menarik, yang mungkin diliput oleh
fotografer majalah/koran.
8. Backgrounder
Analisis atau penjelasan mendalam tentang sebuah isu.
9. Surat Pembaca
Bagian yang disediakan di koran-koran atau majalah untuk memberi kesempatan kepada
pembaca untuk mengungkapkan pandangan mereka.
10. Statement
Penyampaian oleh seorang juru bicara dan biasanya ditulis dalam format satu halaman.
11. Position Papers
Statement sepanjang 1 3 halaman yang memuat pendapat mengenai suatu program,
proposal, kegiatan, dll. Position papers juga berisi proposal alternatif atau rekomendasi kita
tentang sebuah isu.
12. Skrip Sandiwara Radio
Salah satu cara untuk mempopulerkan isu advokasi kita.
13. Website dan Internet
Website yang dikelola sendiri dan linklink yang disediakan bagi pengakses website, sehingga
berguna bagi upaya advokasi kita. Website dapat digunakan sebagai fasilitas posting paper,
fact sheet dan publikasi lainnya
14. Radio dan TV
Biasanya dengan wawancara, talkshow, dll. (International IDEA, 2004)
Dengan strategi advokasi yang dilakukan lewat media massa secara tepat, maka diharapkan
dapat mendukung keberharsilan dari tujuan advokasi itu sendiri, yakni sebuah perubahan,

khususnya perubahan sebuah kebijakan, baik sosial, politik, ekonomi, dsb. Di samping itu
menjalin hubungan yang baik dengan pihak media massa menjadi sangat penting, dengan
mengadakan kontak secara reguler. Hal ini mengingat advokasi yang dilakukan biasanya
jangka panjang, dan terus menerus, sehingga ketika menjalin hubungan kerja dengan media
massa pun jangan semata-mata melakukan transaksi singkat demi sebuah publisitas sesaat.
(Anna Susilaningtyas)
Daftar Pustaka :
International IDEA (Institute for Democracy and Electoral Assistance), (2004), Manual
Advokasi Kebijakan Stategis
Topatimasang, Roe, Mansour Fakih, & Toto Rahardjo (2005), Mengubah Kebijkan Publik,
INSIST Press, Yogyakarta
Sumber: Artikel Anna Susilaningtyas, Pusat Kajian Media dan Budaya Populer, 2007

STRATEGI KOMUNIKASI
Teknik Advokasi
http://strategikomunikasi.blogspot.co.id/2012/05/teknik-advokasi.html

TEKNIK ADVOKASI
KETRAMPILAN MANAJERIAL
UNTUK LEMBAGA SOSIAL MASYARAKAT

Advokasi adalah seperangkat tindakan terarah yang ditujukan pada pembuat


keputusan untuk mendukung suatu isu kebijakan yang spesifik. Advokasi adalah
suatu sains dan seni yang apabila dirancang dengan Sistematis dan Benar hasil
advokasi akan efektif dan baik. Secara umum advokasi akan mempengaruhi
penentu kebijakan (melalui Lobby, Perda, dan lain-lain) untuk membentuk opini
publik lewat media masa dalam upaya populis mendidik massa lewat aksi kelas.

* Tujuan Advokasi
Terciptanya Perubahan Kebijakan Peraturan-peraturan, dukungan sumber daya,
dan lain-lain, untuk memecahkan masalah tertentu.

* Tahapan Proses Advokasi


1.

Identifikasi Isu

2.

Tentukan Maksud dan Tujuan

3.

Identifikasi dan tetapkan Sasaran

4.

Membangunan dan Menggalang dukungan

5.

Menentukan pesan

6.

Memilih saluran komunikasi

7.

Pengumpulan dana

8.

Pelaksanaan Rencana Kerja

9.

Kegiatan kontinyu dalam monitoring evaluasi

* Identifikasi Isu Advokasi


Problem yang bersumber dari Kebijakan yang dihadapi dan perlu
dipecahkan.

Maksud dan Tujuan:

Maksud:

Pernyataan hasil yang ingin dicapai untuk memecahkan problem


Merupakan target jangka panjang ( 3 - 5 tahun) dan kegiatan advokasi tersebut
dan merupakan visi untuk perubahan.

Tujuan: Tujuan yang bersifat jangka pendek merupakan tahapan untuk


mencapai Tujuan jangka panjang.

Persyaratan Tujuan Advokasi

S : Spesifik

M : Measurable

A : Achievable

R : Realistic

T : Time bound

Materi Pak Syaf


Jumat, 04 April 2014
ADVOKASI, KEMITRAAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
ADVOKASI, KEMITRAAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
http://materi-paksyaf.blogspot.co.id/2014/04/advokasi-kemitraan-danpemberdayaan.html

ADVOKASI
A. Pengertian

Advokasi merupakan upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). WHO
(1989) di kutip dalam UNFPA dan BKKBN (2002) menggunkan advocacy is a combination
on individual and social action design to gain political commitment, policy support, social
acceptance and systems support for particular health goal or programme. (Heri D. J.
Maulana, 2009)
Jadi advokasi adalah kombinasi kegiatan individu dan sosial yang dirancang untuk
memperoleh komitmen, dukungan kebijakan, penerimaan sosial dan sistem yang
mendukung tujuan atau program kesehatan tertentu. .
Advokasi adalah upaya mendekati, mendampingi, dan mempengaruhi para pembuat
kebijakan secara bijak, sehingga mereka sepakat untuk memberi dukungan terhadap
pembangunan kesehatan.
Advokasi kesehatan adalah upaya pendekatan kepada pemimpin atau pengambil
keputusan supaya dapat memberikan dukungan, kemudahan, dan semacamnya pada
upaya pembangunan kesehatan.(maulana.2009)
Advokasi akan lebih efektif bila dilaksanakan dengan prinsip kemitraan, yaitu dengan
membentuk jejaring advokasi atau forum kerjasama. Pengembangan kemitraan adalah
upaya membangun hubungan para mitra kerja berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan
saling memberi manfaat. Sehingga advokasi kemitraan berarti mempertahankan, berbicara
serta mendukung seseorang untuk mempertahankan ide dan kerja sama dengan berbagai
pihak.

B. TUJUAN
Menurut departemen kesehatan RI (2007) tujuan advokasi adalah :
a) Tujuan umum
Diperolehnya komitmen dan dukungan dalam upaya kesehatan, baik berupa kebijakan,
tenaga, dana, sarana, kemudahan, keikut sertaan, dalam kegiatan, maupun berbagai bentuk
lainya sesuai keadaan dan usaha.
b) Tujuan khusus

Adanya pengenalan atau kesadaran.

Adanya ketertarikan atau peminatan atau tanpa penolakan.

Adanya kemauan atau kepedulian atau kesanggupan untuk membantu dan menerima

perubahan.
Adanya tindakan/ perbuatan/kegiatan yang nyata (yang diperlukan).
Adanya kelanjutan kegiatan(kesinambungan kegiatan).

C. SASARAN DAN PELAKU


Sasaran advokasi adalah berbagai pihak yang di harapkan dapat memberikan dukungan
terhadap upaya kesehatan khususnya para pengambil keputusan dan penentu kebijakan di
pemerintahan, lembaga perwakilan rakyat , mitra dikalangan pengusaha/swasta, badan
penyandang dana, media massa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, lembaga
swadaya masyarakat, tokoh-tokoh berpengaruh dan tenar, dan kelompok potensial lainya
dimasyarakat. Semuanya bukan hanya berpotensi mendukung, tetapi juga menentang atau
berlawanan atau merugikan kesehatan (misalnya industry rokok).
Pelaku advokasi kesehatan adalah siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan ,
dan memandang perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut. Pelaku advokasi
dapat berasal kalangan pemerintah, swasta, perguruan tinggi, organisasi profesi, organisasi
berbasis masyarakat/agama, LSM, dan tokoh berpengaruh.
D. PRINSIP ADVOKASI
Beberapa prinsip prinsip dibawah ini bisa dijadikan pedoman dalam melakukan
advokasi, yaitu sebagai berikut:
a. Realitas
Memilih isu dan agenda yang realistis, jangan buang waktu kita untuk sesuatu yang tidak
mungkin tercapai.
b. Sistematis
Advokasi memerlukan perencanaan yang akurat, kemas informasi semenarik mungkin dan
libatkan media yang efektif.

c. Taktis
Advokasi tidak mungkin bekerja sendiri, jalin koalisi dan aliansi terhadap sekutu. Sekutu
dibangun berdasarkan kesamaan kepentingan dan saling percaya.
d. Strategis
Kita dapat melakukan perubahan-perubahan untuk masyarakat dengan membuat strategis
jitu agar advokasi berjalan dengan sukses.
e. Berani
Jadikan isu dan strategis sebagai motor gerakan dan tetaplah berpijak pada agenda
bersama.

E. PENDEKATAN DALAM ADVOKASI


Dengan pendekatan persuasive, secara dewasa, dan bijak, sesuai keadaan yang
memungkinkan tukar fikiran secara baik (free choice). Menurut UNFPA dan BKKBN 2002,
terdapat lima pendekatan utama dalam advokasi , yaitu melibatkan para pemimpin, bekerja
dengan media massa , membangun kemitraan, mobilisasi massa dan membangun
kapasitas. Strategi advokasi dapat dilakukan melalui pembentukan koalisi , pengembangan
jaringan kerja, pembangunan institusi , pembuatan forum, dan kerjasama bilateral.
1. Melibatkan para pemimpin
Para pembuat undang-undang, mereka yang terlibat dalam penyusunan hukum,
peraturan maupun pemimpin politik, yaitu mereka yang menetapkan kebijakan publik sangat
berpengaruh dalam menciptakan perubahan yang terkait dengan masalah sosial termasuk
kesehatan dan kependudukan. Oleh karena itu sangat penting melibatkan meraka
semaksimum mungkin dalam isu yang akan diadvokasikan.
2. Bekerja dengan media massa
Media massa sangat penting berperan dalam membentuk opini publik. Media juga
sangat kuat dalam mempengaruhi persepsi publik atas isu atau masalah tertentu. Mengenal,
membangun dan menjaga kemitraan dengan media massa sangat penting dalam proses
advokasi.
3. Membangun kemitraan
Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan upaya jaringan, kemitraan yang
berkelanjutan dengan individu, organisasi-organisasi dan sektor lain yang bergerak dalam
isu yang sama. Kemitraan ini dibentuk oleh individu, kelompok yang bekerja sama yang
bertujuan untuk mencapai tujuan umum yang sama/hampir sama.
4. Memobilisasi massa
Memobilisasi massa merupakam suatu proses mengorganisasikan individu yang
telah termotivasi ke dalam kelompok-kelompok atau mengorganisasikan kelompok yang
sudah ada. Dengan mobilisasi dimaksudkan agar termotivasi individu dapat diubah menjadi
tindakan kolektif
5. Membangun kapasitas

Membangu kapasitas disini di maksudkan melembagakan kemampuan untuk


mengembangakan dan mengelola program yang komprehensif dan membangun critical
mass pendukung yang memiliki keterampilan advokasi. Kelompok ini dapat diidentifikasi dari
LSM tertentu, kelompok profesi serta kelompok lain.

F. LANGKAH-LANGKAH ADVOKASI
Menurut depkes RI 2007 terdapat lima langkah kegiatan advokasi antara lain :
a. Identifikasi dan analisis masalah atau isi yang memerlukan advokasi.
Masalah atau isu advokasi perlu dirumuskan berbasis data atau fakta. Data sangat penting
agar keputusan yang dibuat berdasarkaninformsi yang tepat dan benar. Data berbasis fakta
sangat membantu menetapkan masalah, mengidentifikasi solusi dan menentukan tujuan
yang realistis . contoh : paradigm sehat, Indonesia sehat 2010, anggaran kesehatan.
b. Identifikasi dan analisis kelompok sasaran.
Sasaran kegiatan advokasi ditujukan kepada para pembuat keputusan (decion maker) atau
penentu kebijakan (policy maker), baik di bidang kesehatan maupun diluar sector
kesehatanyang

berpengaruh

terhadap

public.

Tujuanya

agar

pembuat

keputusan

mengeluarkan kebijakan-kebijakan, antara lain dalam bentuk peraturan, undang-undang,


instruksi, dan yang menguntungkan kesehatan. Dalam mengidentifikasi sasaran, perlu
ditetapkan

siapa

saja

yang

menjadi

sasaran,

mengapa

perlu

advokasi,

apa

kecenderunganya, dan apa harapan kita kepadanya.


c. Siapkan dan kemas bahan informasi.
Tokoh politik mungkin termotivasi dan akan mengambil keputusan jika mereka mengetahui
secara rinci besarnya masalah kesehatan tertentu. Oleh sebab itu, penting diketahui pesan
atau informasi apa yang diperlukan agar sasaran yang dituju dapat membuat keputusan
yang mewakili kepentingan advocator . kata kunci untuk bahan informasi ini adalah informasi
yang akurat , tepat dan menarik. Beberapa pertimbangan dalam menetapkan bahan

informasi ini meliputi :


Bahan informasi minimal memuat rumusan masalah yang dibahas, latar belakang
masalahnya, alternative mengatasinya, usulan peran atau tindakan yang di harapkan, dan
tindak lanjut penyelesaianya. Bahan informasi juga minimal memuat tentang 5W 1H (what,

why, who, where, when, dan how) tentang permasalahan yang di angkat.
Dikemas menarik, ringkas, jelas dan mengesankan.
Bahan informasi tersebut akan lebih baik lagi jika disertakan data pendukung, ilustrasi

contoh, gambar dan bagan.


Waktu dan tempat penyampaian bahan informasi , apakah sebelum, saat, atau setelah
pertemuan.

d. Rencanakan teknik atau acara kegiatan operasional.


Beberapa teknik dan kegiatan operasional advokasi dapat meliputi, konsultasi , lobi,
pendekatan, atau pembicaraan formal atau informal terhadap para pembuat keputusan ,

negosiasi atau resolusi konflik, pertemuan khusus, debat public, petisi, pembuatan opini,
dan seminar-seminar kesehatan
e. Laksanakan kegiatan, pantau evaluasi serta lakukan tindak lanjut.

KEMITRAAN
A. DEFINISI
Di Indonesia istilah Kemitraan atau partnership masih relative baru, namun demikian
prakteknya di masyarakat sebenarnya sudah terjadi sejak zaman dahulu. Sejak nenek
moyang kita telah mengenal istilah gotong royong yang sebenarnya esensinya kemitraan.
Robert Davies, ketua eksekutif The Prince of Wales Bussines Leader Forum (NS Hasrat
jaya Ziliwu, 2007) merumuskan, Partnership is a formal cross sector relationship between
individuals, groups or organization who :
1. Work together to fulfil an obligation or undertake a specific task
2. Agree in advance what to commint and what to expect
3. Review the relationship regulary and revise their agreement as necessary, and
4. Share both risk and the benefits
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemitraan adalah suatu kerjasama
formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk
mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan
tentang komitmen dan harapan masing-masing, tentang peninjauan kembali terhadap
kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat dan saling berbagi baik dalam resiko maupun
keuntungan yang diperoleh.
Dari defenisi ini terdapat tiga kata kunci dalam kemitraan, yaitu:
1. Kerjasama antar kelompok, organisasi dan Individu
2. Bersama-sama mencapai tujuan tertentu (yang disepakati bersama)
3. Saling menanggung resiko dan keuntungan.
Pentingnya kemitraan atau partnership ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi
internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997. Sehubungan

dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjasama yang saling memberikan manfaat.
Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari dengan
kesetaraan.
Mengingat kemitraan adalah bentuk kerjasama atau aliansi, maka setiap pihak yang
terlibat didalamnya harus ada kerelaan diri untuk bekerjasama dan melepaskan kepentingan
masing-masing kemudian membangun kepentingan bersama.
Oleh karena itu membangun kemitraan harus didasarkan pada hal-hal berikut:
a)

Kesamaan perhatian (Commont interest) atau kepentingan

b) Saling mempercayai dan menghormati


c)

Tujuan yang jelas dan terukur

d) Kesediaan berkorban baik waktu, tenaga maupun sumber daya yang lain.
B. PRINSIP KEMITRAAN
Dalam membangun Kemitraan ada tiga prinsip kunci yang perlu dipahami oleh masinga)

masing anggota kemitraan yaitu :


Equity atau Persamaan.
Individu, organisasi atau Individu yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa
duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Oleh sebab itu didalam vorum kemitraan asas
demokrasi harus diutamakan, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada

b)

yang lain karena merasa lebih tinggi dan tidak ada dominasi terhadap yang lain.
Transparancy atau Keterbukaan.
Keterbukaan maksudnya adalah apa yang menjadi kekuatan atau kelebihan atau apa yang
menjadi kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota harus diketahui oleh anggota
lainnya.Demikian pula berbagai sumber daya yang dimiliki oleh anggota yang Satu harus
diketahui oleh anggota yang lain. Bukan untuk menyombongkan yang satu tehadap yang
lainnya, tetapi lebih untuk saling memahami satu dengan yang lain sehingga tidak ada rasa
saling mencurigai.Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan rasa saling melengkapi

c)

dan saling membantu diantara anggota.


Mutual Benefit atau Saling Menguntungkan.
Menguntungkan disini bukan selalu diartikan dengan materi ataupun uang tetapi lebih
kepada non materi. Saling menguntungkan disini lebih dilihat dari kebersamaan atau
sinergitas dalam mencapai tujuan bersama.

C. LANDASAN DALAM KEMITRAAN


Tujuh landasan yaitu :
1. Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur)
2. Saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit atau organisasi

3. Saling menghubungi secara proaktif (linkage)


4. Saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi juga pikiran dan perasaan (empati,
proximity)
5. Saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk dibantu dan membantu (opennes)
6. Saling mendorong atau mendukung kegiatan (synergy)
7. saling menghargai kenyataan masing-masing (reward).
D. PENGEMBANGAN DALAM KEMITRAAN
Enam langkah pengembangan :
1. Penjajagan atau persiapan
2. Penyamaan persepsi
3. Pengaturan peran
4. Komunikasi intensif
5. Melakukan kegiatan
6. Melakukan pemantauan & penilaian.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
A.

DEFINISI
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan, memampukan masyarakat
sehingga mampu untuk hidup mandiri.

B. PRINSIP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


a) Menumbuh kembangkan potensi masyarakat.
Didalam upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebaiknya
secara bertahap sedapat mungkin menggunakan sumberdaya yang dimiliki oleh
masyarakat. Jika diperlukan bantuan dari luar, maka bentuknya hanya berupa perangsang
b)

atau pelengkap sehingga tidak semata-mata bertumpu pada bantuan tersebut.


Menumbuhkan dan atau mengembangkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
kesehatan.
Peran serta masyarakat di dalam pembangunan kesehatan dapat diukur dengan makin
banyaknya jumlah anggota masyarakat yang mau memanfaat kan pelayanan kesehatan
seperti memanfaatkan puskesmas, pustu, polindes, mau hadir ketika ada kegiatan
penyuluhan kesehatan, mau menjadi kader kesehatan, mau menjadi peserta Tabulin, JPKM,

dan lain sebagainya.


c) Mengembangkan semangat kegiatan kegotong-royongan dalam pembangunan kesehatan.
Semangat gotong royong yang merupakan warisan budaya masyarakat Indonesia
hendaknya dapat juga di tunjukan dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat

kesehatan masyarakat. Adanya gotong-royong ini dapat diukur dengan melihat apakah
masyarakat bersedia bekerja sama dalam peningkatan sanitasi lingkungan. Penggalangan
gerakan 3M (menguras,menutup,menimbun) dalam upaya pemberantasan penyakit demam
berdarah, dan lain sebagainya.
d) Bekerja bersama dengan masyarakat.
setiap pembangunan kesehatan hendaknya pemerintah/petugas kesehatan menggunakan
prinsip bekerja untuk dan bersama masyarakat. Maka akan meningkatkan motivasi dan
kemampuan masyarakat karena adanya bimbingan, dorongan, serta alih pengetahuan dan
keterampilan dari tenaga kesehatan kepada masyarakat.
e) Penyerahan pengambilan keputusan kepada masyarakat.
Semua bentuk upaya pemberdayaan masyarakat termasuk di bidang kesehatan apabila
ingin berhasil dan berkesinambungan hendaknya bertumpu pada budaya dan adat
setempat. Untuk itu, pengambilan keputusan khususnya yang menyangkut tata cara
pelaksanaan kegiatan guna pemecahan masalah kesehatan yang ada di masyarakat
hendaknya di serahkan kepada masyarakat, pemerintah atau tenaga kesehatan hanya
bertindak sebagai fasilitator dan dinamisator. Dengan demikian, masyarakat merasa lebih
memiliki tanggung jawab untuk melaksanakanya, hanya pada hakikatnya mereka adalah
f)

subjek dan bukan objek pembangunan.


Menggalang kemitraan dengan LSM dan organisasi kemasyarakatan yang ada di
masyarakat.
Prinsip lain dari pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah pemerintah atau
tenaga kesehatan hendaknya memanfaatkan dan bekerjasama dengan LSM serta
organisasi kemasyarakatan yang ada di tempat tersebut. Dengan demikian, upaya
pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat lebih berhasil guna (efektif)

dan berdaya guan (efisien).


g) Promosi, pendidikan, dan pelatihan dengan sebanyak mungkin menggunakan dan
memanfaatkan potensi setempat.
h) Upaya dilakukan secara kemitraan dengan berbagai pihak.
i) Desentralisi (sesuai dengan keadaan dan budaya setempat.

C. CIRI-CIRI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


Sebuah kegiatan dapat dikategorikan sebagai
pemberdayaan

masyarakat

apabila

dapat

upaya

yang

menumbuhkan

berlandaskan

dan

pada

mengembangkan

kemampuan atau kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri, bukan kegiatan yang
segala sesuatunya diatur dan disediakan oleh pemerintah maupun pihak lain. Kemampuan
(potensi) yang dimiliki oleh masyarakat dapat berupa hal-hal berikut :
a. Tokoh-tokoh masyarakat.
Tokoh masyarakat adalah semua orang yang memiliki pengaruh di masyarakat setempat
baik yang bersifat formal (ketua RT, ketua RW, ketua kampong, kepala dusun, kepala desa)
maupun tokoh non formal (tokoh agama, adat, tokoh pemuda, kepala suku). Tokoh-tokoh

masyarakat ini merupakan kekuatan yang sangat besar yang mampu menggerakkan
masyarakat di dalam setiap upaya pembangunan.
b. Organisasi kemasyarakatan.
Organisasi yang ada di masyarakat seperti PKK, lembaga persatuan pemuda(LPP),
pengajian, dan lain sebagainya merupakan wadah berkumpulnya para anggota dari masingmasing organisasi tersebut. Upaya pemberdayaan masyarakat akan lebih berhasil guna
apabila pemerintah/tenaga kesehatan memanfaatkanya dalam upaya pembangunan
c.

kesehatan.
Dana masyarakat. Pada golongan masyarakat tertentu, penggalangan dana masyarakat
merupakan upaya yang tidak kalah pentingnya. Namun, pada golongan masyarakat yang
ekonominya prasejahtera, penggalangan dana masyarakat hendaknya dilakukan sekadar
agar mereka merasa ikut memiliki dan bertanggung jawab terhadap upaya pemeliharaan
dan peningkatan derajat kesehatanya. Cara lain yang dapat ditempuh adalah dengan model

tabungan-tabungan atau system asuransi yang bersifat subsidi silang.


d. Sarana dan material yang dimiliki masyarakat. Pendayagunaan sarana dan material yang
dimiliki oleh masyarakat seperti peralatan, batu kali, bambu, kayu, dan lain sebagainya
untuk pembangunan kesehatan akan menumbuhkan rasa tanggung jawab dan ikut memiliki
e.

dari masyarakat.
Pengetahuan masyarakat. Masyarakat memiliki pengetahuan yang bermanfaat bagi
pembangunan kesehatan masyarakat, seperti pengetahuan tentang obat tradisional (asli
Indonesia) , pengetahuan mengenai penerapan teknologi tepat guna untuk pembangunan
fasilitas

kesehatan

diwilayahnya,

misalnya

penyaluran

air

menggunakan

bambu.

Pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut akan meningkatkan keberhasilan


f.

upaya pembangunan kesehatan.


Teknologi yang dimiliki masyarakat. Masyarakat juga memiliki teknologi sendiri dalam
memecahkan masalah yang dialaminya, teknologi ini biasanya bersifat sederhana tetapi
tepat guna. Untuk itu pemerintah sebaiknya memanfaatkan teknologi yang dimiliki
masyarakat tersebut dan apabila memungkinkan dapat memberikan saran teknis guna

meningkatkan hasil gunanya.


g. Pengambilan keputusan. Apabila tahapan penemuan masalah dan perencanaan kegiatan
pemecahan masalah kesehatan telah dapat dilakukan oleh masyarakat, maka pengambilan
keputusan terhadap upaya pemecahan masalahnya akan lebih baik apabila dilakukan oleh
masyarakat sendiri. Dengan demikian kegiatan pemecahan masalah kesehatan tersebut
akan berkesinambungan karena masyarakat merasa memiliki dan bertanggung jawab
terhadap kegiatan yang mereka rencanakan sendiri.
D. MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
a. Pemberdayaan pimpinan masyarakat(Community Leaders), misalnya melalu sarasehan
b.
Pengembangan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (Community
Organizations), seperti posyandu dan polindes
c. Pemberdayaan pendanaan masyarakat(Community Fund), misalnya dana sehatd

d.

Pemberdayaan sarana masyarakat(Community Material), misalnya membangun

sumur

e.

atau jamban di masyarakate


Peningkatan pengetahuan masyarakat(community knowledge), misalnya lomba

f.

terampil dan lomba lukis anak-anakf


Pengembangan teknologi tepat guna (community technology), misalnya penyederhanaan

asah

deteksi dini kanker dan ISPA. G


g. Peningkatan manajemen atau proses pengambilan keputusan (community decision making)
misalnya, pendekatan edukatif.
E. STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
a. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatanb.
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
c.

yang telah disediakan oleh pemerintahc.


Mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaat kan sumber daya yang

dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan kesehatand.


d. Mengambangkan berbagai bentuk kegiatan pembangunan kesehatan yang sesuai dengan
e.

kultur budaya masyarakat setempate.


Mengembangkan manajemen sumberdaya yang dimiliki masyarakat secara terbuka
(transparan)

F. LANGKAH-LANGKAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


Langakah utama pemberdayaan masyarakat melalui

upaya

pendampingan

atau

memfasilitasi masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus pemecahan


masalah yang terorganisasi (pengorganisasian masyarakat).
Tahap-tahap siklus pemecahan masalah meliputi hal-hal berikut:
a. Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan
b.

untuk mengatasi masalah.b


Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternative pemecahan masalah dengan

memanfaatkan potensi yang dimilikic


c.
Menetapkan alternatif pemecahan

masalah

yang

layak,

merencanakan,

dan

melaksanakanya.d
d. Memantau, mengevaluasi, dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah dilakuakan.
UPAYA-UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK
A. DEFINISI
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita
serta anak prasekolah.
Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi masyarakat
untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat
darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan
Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk
masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/ komunikasi (telepon genggam, telpon
rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB.

Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka
masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di
taman kanak-kanak.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup sehat
melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk atau
mempercepat pencapaian target Pembangunan Kesehatan Indonesia, serta meningkatnya
derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan
landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
2. Tujuan Khusus

Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam mengatasi


kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya

pembinaan kesehatan keluarga, Desa Wisma, penyelenggaraan Posyandu dan sebagainya.


Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di

dalam lingkungan keluarga, Desa Wisma, Posyandu dan Karang Balita, serta di sekolah TK.
Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin,

ibu nifas dan ibu menyusui.


Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu

menyusui, bayi dan anak balita.


Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh anggotanya
untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui
peningkatan peran ibu dalam keluarganya.

C. KEGIATAN
Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita dan anak
prasekolah.
1. Deteksi dini faktor resiko ibu hamil.
2. Pemantauan tumbuh kembang balita
3. Imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali pada ibu hamil serta BCG, DPT-Hb 3 kali, Polio 3 kali
dan campak 1 kali pada bayi.
Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA.
1. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk macam-macam penyakit
ringan.
2. Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan serta bayibayi yang lahir ditolong oleh dukun selama periode neonatal (0-30 hari).

3. Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para dukun bayi serta kaderkader kesehatan.
Sistem kesiagaan di bidang KIA di tingkat masyarakat terdiri atas :
1.
2.
3.
4.
5.

Sistem pencatatan-pemantauan.
Sistem transportasi-komunikasi.
Sistem pendanaan.
Sistem pendonor darah.
Sistem Informasi KB.
Proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini tidak hanya proses memfasilitasi
masyarakat dalam pembentukan sistem kesiagaan itu saja, tetapi juga merupakan proses
fasilitasi yang terkait dengan upaya perubahan perilaku, yaitu:
1. Upaya mobilisasi sosial untuk menyiagakan masyarakat saat situasi gawat darurat,
khususnya untuk membantu ibu hamil saat bersalin.
2. Upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menurunkan angka
kematian maternal.
3. Upaya untuk menggunakan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat dalam
menolong perempuan saat hamil dan persalinan.
4. Upaya untuk menciptakan perubahan perilaku sehingga persalinan dibantu oleh
tenaga kesehatan profesional.
5. Merupakan proses pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu mengatasi
masalah mereka sendiri.
6. Upaya untuk melibatkan laki-laki dalam mengatasi masalah kesehatan maternal.
7. Upaya untuk melibatkan semua pemanggku kepentingan (stakeholders) dalam
mengatasi masalah kesehatan.
Karena itu Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini berpijak pada konsep-konsep berikut
Ini :
1. Revitalisasi praktek-praktek kebersamaan sosial dan nilai-nilai tolong menolong,
untuk perempuan saat hamil dan bersalin.

2. Merubah pandangan: persalinan adalah urusan semua pihak, tidak hanya urusan
perempuan.
3. Merubah pandangan: masalah kesehatan tidak hanya tanggung jawab pemerintah
tetapi merupakan masalah dan tanggunjawab masyarakat.
4. Melibatan semua pemangku kepentingan (stakeholders) di masyarakat.
5. Menggunakan pendekatan partisipatif.
6. Melakukan aksi dan advokasi.

D. MANAJEMEN KEGIATAN KIA


Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan melalui Pemantauan Wilayah Setempat - KIA
(PWS-KIA) dengan batasan :
Pemantauan Wilayah Setempat KIA adalah alat untuk pengelolaan kegiatan KIA serta alat
untuk motivasi dan komunikasi kepada sektor lain yang terkait dan dipergunakan untuk
pemantauan program KIA secara teknis maupun non teknis.Melalui PWS-KIA dikembangkan
indikator-indikator pemantauan teknis dan non teknis, yaitu :
1. Indikator Pemantauan Teknis :
Indikator ini digunakan oleh para pengelola program dalam lingkungan kesehatan yang
terdiri dari :
1) Indikator Akses
2) Indikator Cakupan Ibu Hamil
3) Indikator Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
4) Indikator Penjaringan Dini Faktor Resiko oleh Masyarakat
5) Indikator Penjaringan Faktor resiko oleh Tenaga Kesehatan
6) Indikator Neonatal.
2. Indikator Pemantauan Non teknis :
Indikator ini dimaksudkan untuk motivasi dan komunikasi kemajuan maupun masalah
operasional kegiatan KIA kepada para penguasa di wilayah, sehingga dimengerti dan
mendapatkan bantuan sesuai keperluan. Indikator-indikator ini dipergunakan dalam
berbagai tingkat administrasi, yaitu :
3. Indikator pemerataan pelayanan KIA.

Untuk ini dipilih indikator AKSES (jangkauan) dalam pemantauan secara teknis
memodifikasinya menjadi indikator pemerataan pelayanan yang lebih dimengerti oleh para
penguasa wilayah.
4. Indikator efektivitas pelayanan KIA :
Untuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemantauan secara teknis dengan
memodifikasinya menjadi indikator efektivitas program yang lebih dimengerti oleh para
penguasa wilayah.
Kedua indikator tersebut harus secara rutin dijabarkan per bulan, per desa serta
dipergunakan dalam pertemuan-pertemuan lintas sektoral untuk menunjukkan desa-desa
mana yang masih ketinggalan.
Pemantauan secara lintas sektoral ini harus diikuti dengan suatu tindak lanjut yang jelas dari
para penguasa wilayah perihal : peningkatan penggerakan masyarakat serta penggalian
sumber daya setempat yang diperlukan.
Diposkan oleh Syafrudin SKM,M.Kes. di 00.34

Ikatan Alumni Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana, Bali

IKAYANA KESMAS (media alumni Kesehatan Masyarakat Udayana)


Jumat, 05 September 2008
Advokasi, komunikasi dan mobilisasi sosial (AKMS)
Advokasi, komunikasi dan mobilisasi sosial (AKMS)
penanggulangan tuberkulosis
AKMS

adalah

suatu

konsep

mempengaruhi

dan

memberdayakan

masyarakat

sekaligus

mengubah

kerangka

kebijakan

dalam

kerja

publik,

pelaksanaan

terpadu

untuk

perilaku,

dan

penanggulangan

TB.

Sehubungan dengan itu AKMS TB merupakan suatu rangkaian kegiatan


advokasi, komunikasi dan mobilisasi sosial yang dirancang secara sistematis
dan dinamis.
1. Batasan
Advokasi

hdala

tindakan

untuk

mendukung

upaya

masyarakat

mendapatkan berbagai sumberdaya atau perubahan kebijakan. Dalam


konteks global, advokasi TB dimengerti sebagai seting intervensi terkordinasi
yang

diarahkan

pengembangan

untuk
pada

menempatkan
posisi

tinggi,

TB
untuk

dalam

agenda

mengamankan

politik

dan

komitmen

internacional dan nasional dan menggerakan sumber daya yang diperlukan.


pada

konteks

dalam

negri,

advokasi

merupakan

upaya

luas

untuk

meyakinkan bahwa pemerintah memiliki komitment kebijakan yang kyat


dalam menanggulangi TB.
Komunikasi merupakan proses dua arah yang menempatkan partisipasi dan
dialog sebagai eleven kunci. Dalam konteks penanggulangan TB komunikasi
diarahkan untuk mendorong lingkungan berkreasi melalui pembuatan strategi
dan pemberdayaan. Seluruh kegiatan komunikasi disebarluaskan lewat media
dan berbagai saluran.
Mobilisasi sosial dalam konteks nasional dan regional merupakan proses
membangkitkan keinginan masyarakat, secara aktif meneguhkan konsensus
dan komitmen social diantara stakeholders untuk menanggulangi TB yang

menguntungkan

masyarakat.

Penggerakan

masyarakat

dilaksanakan

di

tingkat paling bawah dan secara luas berhubungan dengan mobilisasi dan
aksi masyarakat. Memperhatikan pemaparan componen AKMS, masingmasing

componen

dilaksanakan

secara

mempunyai
terpadu

tujuan

untuk

dan

kegiatan

mencapai

spesifik

keberhasilan

yang

program

penanggulan TB.
2. Strategi AKMS
a. Advokasi
adalah upaya secara sistematis untuk mempengaruhi pimpinan, pembuat
kebijakan dan keputusan dalam penanggulangan Tb . Pendekatan lepada
para pimpinan ini dapat dilakukan dengan cara bertatap muka langsung,
konsultasi, memberikan laporan, pertemuan rapat kerja, lokakarya dan
sebagainya sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing unit.
dalam melakukan advokasi perlu dipersiapkan data atau informasi yang
cukup serta bahan-bahan pendukung lanilla yang sesuai agar dapat
meyakinkan mereka dalam memberikan dukungan.
Langkah yang perlu dipersiapkan untuk merencanakan kegoatan advokasi :
Analisa situasi
Memilih strategi yang tepat (advokator, pelaksana, metode dan sebagainya)
Mengembangkan bahan-bahan yang perlu disajikan lepada sasaran dan
mobilisasi sumber dana
b. Komunikasi
Merupakan proses penyampaian pesan atau gagasan yang disampaikan
secara lisan dan atau tertulis dari sumber pesan lepada penerima pesan
melalui media dengan harapan adanya pengaruh timbal balik.
komponen komunikasi

di dalam studi komunikasi model komunikasi yang sering dianut adalah yang
mempunyai lima komponen sebagai berikut:
a) Sumber pesan (komunikator)
semua komunikasi berasal dari satu sumber. sumber ini mungkin dalam
bentuk individu atau mungkin dalam bentuk kelompok, bahkan dala
bentuk kelembagaan. Dalam proses komunikasi sumber dituntut untuk
mempunyai keterampilan-keterampilan seperti berpikir, berbicara, menulis
dan lanilla. Sember juga diharapkan mempunyai sikap yang positif
terhadap penerima pesan. Selain itu sumber seyogyanya mempunyai
pengetahuan yang mendalam terhadap pesan yang disampaikan maupun
terhadap penerima pesan.
b) Pesan
pesan dalam proses komunikasi disampaikan melalui bahasa tertentu
yang

sama

dengan

disederhanakan

dan

bahasa

penerima

disesuaikan

dengan

pesan.

Isi

tujuan

dan

pesan

perlu

karakteristik

penerima pesan agar mudah dimengerti oleh penerima.


saluran/media dalam proses komunikasi dapat berbentuk :
Rapat pertemuan, percakapan, seminar peningkatan pengetahuan
radio, rekaman
televisi, film
demonstrasi, latihan
surat kabar, majalah, dan buku
c) Penerima pesan (komunikan)
Penerima pesan ini dapat berupa individu atau kelompok bahkan
kelembagaan dan massa. lancar tidaknya statu proses komunikasi banyak
tergantung pada pengetahuan, sikap, keterampilan penerima pesan
tersebut.

d) Umpan balik
umpan balik hdala proses pengecekan untuk mengetahui apakah :
1. pemberi pesan dapat menyampaikan pesan dengan baik
2. pesan disampaikan dimengerti dengan baik oleh penerima
3. pesan disampaikan sesuai dengan penerima pesan
c. Mobilisasi sosial
Dalam konteks nasional dan regional merupakan proses membangkitkan
keinginan masyarakat, secara aktif menguhkan konsensus dan komitmen
social

diantara

pengambil

kebijakan

untuk

menanggulangi

TB

yang

menguntungkan masyarakat. Mobilisasi sosial berarti melibatkan semua


unsur masyarakat, sehingga memungkinkan masyarakat untuk melakukan
kegiatan

secara

kolektif

dengan

mengumpulkan

sumber

daya

dan

membangun solidaritas untuk mengatasi masalah bersama dengan kata lain


masyarakat menjadi berdaya.
beberapa prinsip mobilisasi social

Memahami kemampuan lembaga yang ada di masyarakat

berstandar pada pemahaman dalam konteks social dan cultural termasuk


situasi politik dan ekonomi masyarakat setempat.

Memenuhi permintaan masyarakat

Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi

memerlukan banyak sumber daya dalam organisasi penggerak

berdasarkan rencana rasional dalam rumusan tujuan, sasaran, pesan,


indikator dan umpan balik mobilisasi

memerlukan pengulangan secara periodik

menggunakan individu yang terrenal atau dihormati sebagai penggerak

peran dan karakteristik penggerak masyarakat, harus merupakan elemen


masyarakat, memiliki inisiatif dan cara manajemen masyarakat sendiri, memiliki
solidaritas dan kerjasama antar kelompok atau organisasi masyarakat, memiliki
keterpaduan dengan eleven pemerintah dan non pemerintah.
Beberapa prinsip pemberdayaan masyarakat
1. Menumbuh kembangkan potensi masyarakat dapat berupa :
Community leaders : para pemimpin baik formal dan informal
Community Organization : Organisasi/lembaga kelompok
Community fund : Dana yang ada di masyarakat
Community meterial : Sarana masyarakat
Community Knowledge : pengetahuan masyarakat
Community

technology

teknologi

tepat

guna

termasuk

cara

berinteraksi masyarakat setempat secara cultural


Commnuty decision making : pengambilan keputusan oleh masyarakat
2. kontribusi masyarakat dalam penanggulangan TB
pemberdayaan

masyarakat,

berprinsip

meningkatkan

kontribusi

masyarakat dalam penanggulangan TB, baik secara kuantitatif maupun


kualitatif. secara kuantitatif berarti semakin banyak keluarga/masyarakat
yang berkiprah dalam penanggulangan TB. Secara kualitatif berarti
keluarga/masyarakat bukan hanya memanfaatkan tetapi ikut berkiprah
melakukan penyuluhan, ikut menjadi PMO, kader TB dan sebagainya.
3. Mengembangkan Gotong royong
pengembangan potensi masyarakat melalui fasilitasi dan memotivasi
diupayakan berpegang teguh pada prinsip-prinsip memperkuat dan
mengembangkan budaya gotong royong.

4. Bekerjasama masyarakat
Prinsip lain yang harus dipegang teguh adalah bekerja untuk dan
bersama masyarakat, karena dengan kebersamaan inilah terjadi proses
fasilitasi, motivasi, alih pengetahuan dan keterampilan.
5. KIE berbasis individu, keluarga, masyarakat dan ormas lainnya. Kemitraan
antara Pemerintah, LSM, Ormas dan berbagai kelompok masyarakat
lainnya akan memudahkan kerjasama di lapangan, sehingga potensi dapat
dimanfaatkan secara optimal. untuk itu dapat memilih mitra sesuai
dengan peran dan peminatan di bidang AKMS TB dapat digunakan contoh
berikut:
Memilih mitra dan peran berdasarkan peminatan

Mitra

Peminatan

Komisi D DPRD, komisi 9

Kebijakan, legislasi

DPR

Akademisi, profesi (IDI,

Pelayanan kesehatan TB

PAPP)

LSM, dll

Komunikasi TB

6. Desentralisasi
Upaya pemberdayaan masyarakat sangat berkaitan dengan budaya
setempat, karena itu segala bentuk pengambilan keputusan harus
diserahkan ke tingkat operacional agar tetap sesuai dengan kultur budaya
setempat.
bentuk-bentuk mobilisasi social penanggulangan TB :
Kompanye, digunakan dalam rangka mensosialisasikan isu strategis yang telah
dikembangkan lepada berbagai sasaran (masyarakat, organisasi profesi, lintas
sektoral, lintas program, dunia usa, LSM dll) dengan tujuan menumbuhkan

kesadaran dan rasa memiliki serta terpanggil untuk terlibat sesuai dengan
perannya dalam pennggulangan isu tersebut.
Penyuluhan kelompok, digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan
sikap kelompok masyarakat melalui berbagai metode dan media penyuluhan.
Diskusi kelompok, digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kelompok masyarakat untuk menanggulangi masalah TB melalui
diskusi kelompok.
kunjungan rumah, digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan
dan sikap agar keluarga mau berubah perilakunya sehubungan dengan TB.
Konseling, digunakan untuk membantu menggali alternatif pemecahan masalah
TB dalam satu keluarga.
langkah-langkah mobilisasi sosial :
Memberikan pelatihan kepada kelompok pelopor (kelompok yang paling mudah
menerima isu yang sedang diadvokasi)
mengkonsilidasikan mereka yang telah mengikuti pelatihan menjadi kelompok
pendukung.
mengembangakan koalisi diantara kelompok maupun pribadi pendukung
mengembangkan jeringan informasi diantara anggota koalisi agar selalu
mengtahui dan merasa terlibat dengan isu yang diadvokasikan.
melaksanakan kegiatan yang bersifat masal dengan melibatkan sebanyak
mungkin anggota koalisi
mendayagunakan media massa untuk mengekspos kegiatan koalisi dan
sebagai jeringan informasi.
mendayagunakan berbagai media massa untuk membangun kebersamaan
dalam mengatasi masalah. hal ini efektif bila dilakukan menggunakan TV,
radio spot, billboard dan spanduk.

Diposkan oleh Media online di 20.28


http://ikayanakesmas.blogspot.co.id/2008/09/advokasi-komunikasi-danmobilisasi.html

Kapita Selekta Fikom Untar

Rangkuman Bahan Kuliah


http://kapitaselektafikomuntar.blogspot.co.id/2010/06/komunikasi-kesehatan-dan-advokasimedia.html
Saturday, June 12, 2010
Komunikasi Kesehatan dan Advokasi Media, oleh Irwan Julianto,
02/06/2010
Penggunaan media massa dalam promosi kesehatan merupakan bagian penting
dalam komunikasi kesehatan. Menurut Prof Everett M. Rogers dalam buku Health
Communication yang ditulis Piotrow et.al. (1997), selama 50 tahun terakhir kita
telah menyaksikan studi komunikasi diterapkan menjadi suatu kekuatan dahsyat
bagi pendidikan kesehatan, perubahan perilaku dan perubahan sosial. Dengan
pertumbuhan media massa dan metode-metode ilmiah untuk mengukur
dampaknya, komunikasi kini memainkan peranan menentukan dalam perubahan
sosial, terutama di Amerika Latin, Afrika dan Asia.
Media massa dapat menjadi suatu alat yang amat hebat untuk mempromosikan
kesehatan dan perubahan sosial di seluruh dunia, namun dalam dirinya terdapat
suatu paradoks atau kepribadian terbelah. Lawrence Wallack, dalam bukunya
Mass Communication and Public Health Complexities and Conflicts yang ditulis
dan disuntingnya bersama Charles Atkins (1990) mencatat bahwa di satu pihak
kampanye pendidikan kesehatan secara umum menyajikan pesan yang penuh
pengertian dan menyejukkan dalam gaya hidup, namun di pihak lain iklan,
sebagai suatu instrumen utama dalam promosi, terbukti memiliki pengaruh yang
hebat terhadap masyarakat kita. Iklan menjadi landasan ekonomi bagi kegiatan
media massa. Tanpa disadari iklan telah menjadi suatu tangan tak kasat mata
yang dengan halus mempengaruhi aneka kebijakan keredaksian tentang
bagaimana isu-isu yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial dan kesehatan
diliput. Iklan juga menyajikan setumpuk informasi, yang sering memiliki implikasi
sosial dan kesehatan , yang kerapkali merugikan upaya kesejahteraan dan
kesehatan masyarakat.
Media massa sebagai sarana promosi kesehatan yang efektif harus punya
komitmen pada perubahan sosial namun celakanya, yang terjadi adalah media
justru berada dalam bisnis untuk mempertahankan kemapanan. Situasi yang
saling bertentangan ini menjadi dilema dalam penggunaan media massa bagi
promosi kesehatan dan perubahan sosial yang bermakna. Tak pelak lagi, promosi
kesehatan dan peningkatan kesejahteraan sosial menjadi amat politis dan
kontroversial. Jika suatu masyarakat serius dengan promosi kesehatan dan
kesejahteraan sosial pada umumnya, maka media massa harus meredefinisikan
masalah-masalah mendasar sehingga dengan demikian strategi-strategi yang
cukup luas dapat dikedepankan. Kendati media massa memiliki berbagai kendala
dalam masyarakat dewasa ini, tetap ada potensi bagi kemajuan dalam bidang
ini. Media massa adalah sumber daya yang kelewat berharga jika hanya

digunakan sebagai suatu mesin informasi dan hiburan belaka. Mereka harus
digunakan menjadi alat untuk mendorong pemahaman dan perubahan.
Media dimanfaatkan dalam mutualisme konspiratif Penguasa dan Pengusaha.
Sehingga dalam hal ini penggunaan media massa untuk advokasi kesehatan jadi
dilema.
Advokasi kesehatan menjadi sesuatu yang bersifat politis & kontroversial. Media
massa memang punya banyak kendala untuk memberdayakan kesehatan
masyarakat. Namun ia kelewat berharga jika cuma dijadikan mesin informasi dan
hiburan belaka. Terbukti media massa amat berperan dalam kegiatan dan
gerakan aktivis dalam isu-isu kesehatan masyarakat dan kesejahteraan sosial
untuk topik AIDS, rokok, dan narkotika yang telah memberikan kontribusi untuk
peninjauan ulang strategi-strategi yang paling efektif bagi penggunaan media
massa. Menjadi lebih jelas bahwa makin dibutuhkan pendekatan-pendekatan
yang lebih kreatif dan agresif untuk advokasi media dan pemasaran sosial.
Pemasaran Sosial ialah model pendekatan sistematis yang menggunakan riset
konsumen dan sejumlah saluran komunikasi untuk mempengaruhi dan
mengubah perilaku penduduk secara spesifik.
Komunikasi Kesehatan = Gabungan aneka disiplin: pemasaran sosial,
antropologi, analisis perilaku, advertising, komunikasi, pendidikan dll.
Ada 5 (lima) langkah Pemasaran Sosial untuk Kesehatan :
1. Penilaian (assess)
2. Perencanaan (plan)
3. Pre-test materi edukasi (pre-test)
4. Penerapan intervensi (deliver)
5. Pemantauan (monitor)
Model P-Process Johns Hopkins juga punya 5 langkah:
Analisis
Desain strategis
Pengembangan-pretesting-revisi-produksi
Manajemen-implementasi-pemantauan
Evaluasi dampak
Langkah tambahan: perencanaan kelangsungan program

KEKUATAN DAN KELEMAHAN PEMASARAN SOSIAL


Kekuatan : Pendekatan populer memanfaatkan prinsip-prinsip periklanan dan
pemasaran untuk menjual perilaku sehat yang positif
Kelemahan : Kerap dikritik hanya mempromosikan jalan keluar tunggal bagi
masalah kesehatan masyarakat yang kompleks. Juga mengabaikan kondisikondisi yang dapat mempertahankan/meningkatkan penyakit

ADVOKASI MEDIA
Menurut Michael Pertschuck, salah seorang arsitek pendekatan ini, Advokasi
Media adalah penggunaan strategik media massa untuk meningkatkan inisiatif
sosial atau masyarakat (Smoking Control, 1988). Advokasi media berperan
dalam mempromosikan serangkaian strategi untuk menstimulasi peliputan
media secara luas dalam rangka membentuk ulang debat publik untuk
meningkatkan dukungan masyarakat bagi pendekatan-pendekatan kebijakan
yang lebih efektif untuk masalah-masalah kesehatan dan kesejahteraan sosial. Ia
tidak secara langsung berupaya mengubah perilaku berisiko individual, namun
memfokuskan perhatian pada perubahan cara pemahaman masalah sebagai
suatu isu kesejahteraan dan kesehatan masyarakat. Sebagai contoh, pendekatan
advokasi media dapat mengembangkan suatu strategi untuk :
- mendorong peliputan media tentang aspek etis dan legal promosi rokok di
kalangan remaja yang dilakukan perusahaan-perusahaan rokok (Kasus Pall Mall).
KEKUATAN ADVOKASI MEDIA
-Advokasi media: konsep yang relatif baru
-Banyak dikaitkan dengan gerakan pengendalian rokok di AS, Inggris, Kanada
-Esensi advokasi media lebih dari sekadar meningkatan kesadaran dan
pengetahuan masyarakat tentang masalah kesehatan. Kekuatannya justru pada
melibatkan masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan publik.

JENIS-JENIS ADVOKASI LAIN


-Selain advokasi media, ada advokasi litigasi, advokasi legislasi, dan advokasi
masyarakat, serta advokasi pemerintah
-Dengan mengadvokasi media, reporter hingga pemimpin redaksi dijadikan mitra
-Jenis-jenis advokasi lain juga punya nilai berita bagi kalangan wartawan
-Semuanya bersinergi jadi: KAMPANYE PUBLIK

SENJATA AMPUH: RASA MALU


-Masyarakat mau mendengar apa-apa yang menarik bagi mereka.
-Pejabat tertarik mendengar apa-apa yang mempermalukan mereka
-Radio dapat amat efektif digunakan untuk advokasi kesehatan masyarakat:
Under-used media
Narrowcasting and self-targeting media

EVOLUSI JURNALISME
-Tidak selalu Bad news is good news
-Buktinya muncul Jurnalisme Damai (pada saat ethnic-cleansing di Rwanda),
Compassionate Journalism (Jurnalisme Empati) untuk AIDS
-Bukan hanya Jurnalisme Fakta, tapi sudah berevolusi menjadi Jurnalisme Makna,
yang memproduksi makna
Posted by kapitaselekta1 Fikom Untar at 6:12 PM
Forum Pendamping Buruh Nasional

Terdiri dari : 1. SPIS - Jakarta 2. Lembaga Daya Dharma (LDD)- Jakarta 3. PSE Keuskupan
Tanjung Karang 4. PSE Keuskupan Bogor 5. Pastoral Perburuhan Keuskupan Bandung
(PPKB) 6. Young Christian Workers (YCW)- Bandung 7.Komisi Justice & Peace Keuskupan
Purwokerto 8. Institut Solidaritas Buruh Surabaya (ISBS) 9. Wadas Asah Solidaritas
(WADAS) - Surabaya 10. Vincentian Center Indonesia (VCI) - Malang 11. PSE Keuskupan
Denpasar 12. Pastoral Buruh dan Kawasan (PBK) - Girisonta, Semarang.
Selamat Datang di Weblog kami! Semoga weblog ini dapat membantu anda. Bila
ada yang ingin ditanyakan lebih lanjut, Silakan kirim email ke alamat kami, atau
ketik saja pesan dalam kolom WDCreezz di kanan bawah. Selamat menikmati!
Wednesday, September 06, 2006
http://fpbn2.blogspot.co.id/2006/09/media-massa-bagian-dari-strategi.html
Media Massa Bagian dari Strategi Komunikasi Gerakan Buruh

Oleh Harry Surjadi, Communications Specialist

Pendahuluan
Masih ingat Marsinah, buruh pabrik PT Catur Putra Surya di Sidoarjo?
Kebanyakan pengusaha tahu mengenai kasus pembunuhan aktivis buruh
perempuan itu. Mengapa? Karena berita mengenai Marsinah setiap hari ada di
media massa ketika kasus itu sedang hangat-hangatnya tahun 1996. Marsinah
dari bukan siapa-siapa menjadi pahlawan dan icon perjuangan buruh.
Kasus Marsinah adalah contoh bagaimana media massa bisa membantu
perjuangan buruh. Berapa banyak organisasi buruh dan pendamping buruh yang
dengan sadar memanfaatkan media massa? Seandainya ada, berapa organisasi
buruh dan pendamping buruh yang memiliki rencana strategi komunikasi?
Seandainya ada, berapa organisasi yang memasukkan media massa ke dalam
rencana strategi komunikasinya?
Bandingkan dengan perusahaan yang menjadi lawan organisasi buruh dan
organisasi pendamping buruh. Perusahaan-perusahaan itu pasti memiliki divisi
public relation (PR) dan paling sedikit mempekerjakan satu orang ahli
komunikasi. Perusahaan-perusahaan dengan dukungan pemahaman yang baik
mengenai komunikasi dan dukungan keuangan akan sangat mudah mendapat
publikasi gratis maupun membayar halaman iklan.
Perusahaan-perusahaan itu juga memiliki strategi komunikasi yang menekankan
pada pemanfaatan media massa sebagai saluran komunikasi kepada
masyarakat. Mereka mampu membayar perusahaan konsultan public relation
yang memiliki jaringan luas dengan media massa untuk menjalankan sebagian
strategi komunikasi itu.
Sudah saatnya organisasi buruh dan pendamping buruh menempatkan
komunikasi massa, terutama komunikasi yang memanfaatkan media massa,
sebagai bagian dari strategi advokasi. Karena pada dasarnya advokasi itu adalah
berkomunikasi untuk mempengaruhi pengambil kebijakan dalam menyusun
peraturan dan undang-undang, mengambil kebijakan yang mempengaruhi
kehidupan orang banyak (buruh). Tujuan dari advokasi adalah agar terjadinya
reformasi kebijakan dari yang tidak berpihak pada orang banyak (buruh) menjadi
berpihak pada orang banyak (buruh) dan memastikan kebijakan itu dilaksanakan
dengan benar (Sprechmann, 2001).

Salah satu cara berkomunikasi dengan pengambil kebijakan paling efektif dan
efisien adalah melalui media massa. Organisasi buruh dan pendamping buruh
harus fasih menyampaikan atau mengkomunikasikan keinginannya (dalam
mempengaruhi kebijakan) kepada para pengambil kebijakan melalui media
massa.
Mengapa? Karena, para pengambil kebijakan dan masyarakat pada umumnya
lebih banyak menerima informasi dari media massa dibandingkan melalui
komunikasi interpersonal atau komunikasi tatap muka. Melalui media massa
suara buruh akan lebih keras terdengar.
Menyusun strategi komunikasi
Strategi media adalah bagian dari strategi komunikasi advokasi. Setiap
organisasi buruh dan pendamping buruh yang ingin memenangkan perhatian
media massa harus menyusun strategi komunikasinya. Ada lima langkah umum
dalam menyusun strategi komunikasi yang dikembangkan oleh banyak
organisasi non-profit (Bray, 2002; Jacobson, 1999; Day, 2000). Kelima langkah itu
adalah menentukan objektif atau tujuan, menentukan kelompok sasaran atau
target audience, menyusun rencana, melaksanakan rencana itu, dan
mengevaluasi secara periodik maupun di akhir kegiatan.
Bray (2002), berdasarkan pengalaman lebih dari 10 tahun kampanye menaikkan
upah buruh di Amerika Serikat, menyebutkan ada enam langkah proses yang
harus diikuti agar berhasil mencetak berita di media massa.
Pertama adalah menentukan gol. Menurut Bray, semua yang dilakukan di media
dirancang untuk membantu mencapai gol itu. Gol harus realistik, seperti
dicontohkan oleh Bray: membangun gerakan, atau mendidik masyarakat
mengenai persoalan buruh atau dengan kata lain mengubah konsep yang salah.
Kedua tentukan kelompok sasaran atau target audience. Target audience adalah
kelompok atau beberapa kelompok masyarakat yang menjadi sasaran informasi
kampanye. Contoh target audience, anggota parlemen, penentu opini publik,
perempuan, remaja, pelajar. Target audience akan menentukan cakupan rencana
media.
Ketiga adalah tentukan beritanya. Hargailah waktu wartawan dengan informasi
yang bernilai berita. Berita bisa berasal dari laporan, survei atau briefing paper
yang mengandung nilai berita. Kegiatan seperti apa yang bisa dilakukan untuk
menyampaikan beritanya kepada media.
Keempat adalah membingkai isu supaya memberikan dampak media yang
maksimum. Berita bukan hanya mengenai organisasi atau laporan Anda, berita
adalah sesuatu yang jauh lebih besar, dengan drama, yang akan berdampak
pada masyarakat banyak.

Kelima adalah merancang pesannya sehingga persoalan rumit menjadi


sederhana. Untuk menyederhanakan persoalan yang rumit sampaikan persoalan
dalam beberapa pesan.
Keenam adalah menyusun rencana media. Di dalam rencana akan ada
beberapa komponen mulai dari menentukan dan memberikan masukan kepada
wartawan, menempatkan op-eds (opinion and editorial), sampai membuat
kegiatan untuk media.
Menyusun rencana media
Rencana media terdiri dari beberapa elemen yaitu menentukan isu, menentukan
gol, menentukan kelompok sasaran, membingkai isu, merancang pesan kunci,
memproduksi piranti komunikasi media (press kit, laporan, siaran pers dan
lainnya), menyusun database media, menulis dan menyebarkan siaran pers,
menyelenggarakan penjelasan media, memberi masukan kepada reporter,
menyelenggarakan kegiatan untuk media, menulis dan mengirimkan op-ed,
memesan waktu talk-show radio dan televisi, menulis dan mengirim surat
pembaca, memantau liputan.
Ada dua komponen yang akan sangat menentukan keberhasilan strategi media
yaitu bagaimana membingkai isu dan menulis pesan kunci.
Membingkai isu
Kunci keberhasilan organisasi buruh dan penamping buruh memanfaatkan media
dalam strategi komunikasinya adalah bagaimana membingkai isu. Tujuan dari
membingkai isu adalah menarik wartawan. Membingkai isu berarti menentukan
siapa yang ada di dalam cerita dan siapa yang tidak; apa dampak dari cerita itu;
siapa yang terkena dampak; siapa pemain di dalam cerita; siapa pahlawan dan
siapa yang penjahat; siapa yang aktif menentukan isu dan siapa yang
meresponnya. Semua jawaban itu akan menjadi bingkai dari cerita yang akan
disampaikan ke media.
Untuk kasus perjuangan buruh dan pendamping buruh ada dua alasan mengapa
membingkai isu. Pertama supaya mendapat dampak media yang maksimum.
Cerita yang dibingkai dengan efektif akan menarik bagi media, membantu
reporter dan editor memahami cakupan dan dampak isu, mampu bersaing
dengan isu lainnya, dan mungkin bisa menjadi headline. Dengan memasukkan
drama, kontroversial, dampak, daya tarik manusia, dampak ekonomi, akan
membuat informasi atau ceritanya menjadi menarik dan media sulit menolaknya.
Alasan kedua adalah membuat lawan menjadi membela diri dan organisasi
buruh/pendamping buruh menjadi penyerang. Siapa pun yang mengendalikan
bingkai akan mengendalikan perdebatan.
Selanjutnya organisasi buruh dan penamping buruh bisa menjawab beberapa
pertanyaan berikut ketika akan membingkai isu.

1. Isunya mengenai apa? Isu bisa mengenai bermacam hal yang organisasi
buruh dan pendamping buruh inginkan. Hindari membingkai isu secara sempit.
Misalnya, isu upah buruh bisa secara sempit dan sederhana dibingkai sebagai
bayarlah upah sesuai upah minimum. Akan lebih baik jika dibingkai sebagai isu
yang memberikan konsekuensi besar pada ekonomi, pada komunitas, atau
terkait dengan isu yang sedang hangat dibahas yaitu terkait dengan isu
kemiskinan dan kenaikan harga BBM.
2. Siapa yang terkenda dampai dari isu itu? Cobalah membingkai isu
sehingga lebih banyak orang terkena dampak isu itu, bukan hanya sekedar
buruh yang jumlahnya sedikit. Dampak yang besar sama dengan konsekuensi
yang besar pula. Upah akan berdampak juga pada keluarga buruh, misalnya.
Seberapa dalam isu upah menyinggung kepedulian masyarakat..
3. Tentukan isu dan pemain. Bingkai akan menentukan siapa orang baik dan
siapa orang jahat-nya. Setiap drama membutuhkan pahlawan dan penjahat.
Bingkailah lawan buruh sebagai pemain yang harus membela diri dan organisasi
buruh dan penamping buruh menjadi penyerang dengan menunjukkan tingkat
moral dan politik yang tinggi. Dalam isu upah, ada banyak pemain. Orang baik:
buruh, keluarga, pebisnis yang mendukung, serikat buruh, buruh yang sudah
lebih baik upahnya. Orang jahat: pengusaha yang memeras buruh, perusahaan
dan asosiasi yang hanya peduli pada keuntungan.
4. Ciptakan kait (hook) untuk menggantung bingkai. Wartawan akan selalu
mencari cantolan berita atau nilai berita yang membuat ceritanya menjadi
hangat dan menarik.
5. Cobalah membingkai isu dengan nilai-nilai hati dan akal. Sering
organisasi membingkai isu dengan fakta, angka, dan statistik. Argumennya
dipersempit menjadi hanya grafik. Organisasi buruh dan pendamping buruh bisa
menggugah pikiran dan hati pada pendukung dengan membingkai isu dengan
nilai-nilai seperti prinsip demokrasi dan moral. Nilai-nilai yang kita percaya, yang
kita bela, dan nilai-nilai dalam masyarakat yang kita inginkan. Nilai-nilai empati,
tanggung jawab personal, keadilan, kesetaraan, moralitas, berbagi buah dan
keuntungan untuk masyarakat, kerja keras, kepercayaan kuat, keutuhan
keluarga, membuat hidup lebih baik, harga diri, kesehatan masyarakat, dan
lainnya.
Rencana media yang terbaik tidak akan berhasil jika organisasi buruh dan
pendamping buruh tidak memiliki staf komunikasi yang paham bagaimana
mengkomunikasikan isu ke media. Sebaiknya organisasi buruh dan pendamping
buruh menugaskan salah satu staf atau mempekerjakan staf baru yang akan
bertanggung jawab menangani komunikasi jika ingin berhasil menarik hati media
dan menyuarakan pesan-pesan advokasi buruh melalui media.
Referensi:

Bray, R, 2002. Winning Wages: A Media Kit for Successful Living Wage Strategies,
Tides Foundation and Strategic Press Information Network (SPIN) Project. Web:
http://www.spinproject.org/resources/winningwages.php3).
Day, B.A. and Monroe, M.C. (Editor). 2000. Environmental Education and
Communication for a Sustainable World. Handbook for International Practitioners,
The Academy for Educational Development.
Sprechman, S dan Perlton, E, 2001. Advocacy Tools and Guidelines, Cooperative
for Assistance and Relief Everywhere (CARE), Inc. Atlanta, USA.

Kapita Selekta
Thursday, November 25, 2010
ADVOKASI MEDIA DAN KAMPANYE PUBLIK (Pak Irwan Julianto, 23
November 2010)
http://kapita-fikom-915070049.blogspot.co.id/2010/12/advokasi-mediadan-kampanye-publik.html
MEDIA DAN PROMOSI/KOMUNIKASI KESEHATAN MASYARAKAT
Penggunaan media massa dalam promosi kesehatan: bagian penting komunikasi
kesehatan.
50 tahun terakhir jadi kekuatan dahsyat bagi pendidikan kesehatan dan perubahan
perilaku.
Memainkan peran dalam perubahan sosial, maksudnya jika dulu tanggapan
masyarakat adalah
banyak anak banyak rejeki, sekarang tidak lagi seperti itu, karena perubahan
sosial yang terjadi
dua anak saja sudah cukup.
KEPRIBADIAN TERBELAH MEDIA
Di satu sisi, media mendukung pendidikan kesehatan masyarakat
Di sisi lain, iklan juga hebat pengaruhnya terhadap gaya hidup masyarakat.
- Iklan jadi tangan tak kasat mata yang memengaruhi kebijakan redaksi
- Iklan jadi penabuh genderang konsumsi
- Say No versus Siapa Takut!
PERUBAHAN SOSIAL vs KEMAPANAN
Media massa sebagai sarana promosi kesehatan yang efektif harus punya
komitmen pada
perubahan sosial.
Celakanya, media justru berada dalam bisnis untuk mempertahankan kemapanan.
Media dimanfaatkan dalam mutualisme konspiratif Penguasa dan Pengusaha.
Penggunaan media massa untuk advokasi kesehatan jadi dilema.
Advokasi kesehatan: politis & kontroversial

Diagram Hubungan Pemerintah, Media, Pasar, dan Civil Society

TAK CUMA MESIN INFORMASI DAN HIBURAN


Media massa memang punya banyak kendala untuk memberdayakan kesehatan
masyarakat
Namun ia kelewat berharga jika cuma dijadikan mesin informasi dan hiburan
belaka
Terbukti media massa amat berperan dalam kegiatan KB, AIDS, anti-rokok
PEMASARAN SOSIAL
Pemasaran Sosial: model pendekatan sistematis menggunakan riset konsumen
dan sejumlah
saluran komunikasi untuk memengaruhi dan mengubah perilaku penduduk
secara spesifik
Komunikasi Kesehatan = Gabungan aneka disiplin: pemasaran sosial, antropologi,
analisis
perilaku, advertising, komunikasi, pendidikan dll
5 LANGKAH PEMASARAN SOSIAL UNTUK KESEHATAN
1. Penilaian (assess)
2. Perencanaan (plan)
3. Pre-test materi edukasi (pre-test)
4. Penerapan intervensi (deliver)
5. Pemantauan (monitor)
P- PROCESS

Model P-Process Johns Hopkins juga punya 5 langkah:


- Analisis
- Desain strategis
- Pengembangan-pretesting-revisi-produksi
- Manajemen-implementasi-pemantauan
- Evaluasi dampak

Langkah tambahan: perencanaan kelangsungan program

P-PROCESS

KEKUATAN DAN KELEMAHAN PEMASARAN SOSIAL


Pendekatan populer memanfaatkan prinsip-prinsip periklanan dan pemasaran
untuk menjual
perilaku sehat yang positif

Kerap dikritik hanya mempromosikan jalan keluar tunggal bagi masalah kesehatan
masyarakat yang kompleks. Juga mengabaikan kondisi-kondisi yang dapat
mempertahankan/meningkatkan penyakit

DEWAN PARIWARA SOSIAL

GURU MEDIA ELEKTRONIK

SENJATA AMPUH: RASA MALU


Masyarakat mau mendengar apa-apa yang menarik bagi mereka.
Pejabat tertarik mendengar apa-apa yang mempermalukan mereka
Radio dapat amat efektif digunakan untuk advokasi kesehatan masyarakat:
- Under-used media
- Narrowcasting and self-targeting media
EVOLUSI JURNALISME
Tidak selalu Bad news is good news
Buktinya muncul Jurnalisme Damai (pada saat ethnic-cleansing di Rwanda),
Compassionate Journalism (Jurnalisme Empati) untuk AIDS
Bukan hanya Jurnalisme Fakta, tapi sudah berevolusi menjadi Jurnalisme Makna,
yang memproduksi makna
Refleksi diri:
Dari pembahasan yang telah diberikan, dapat kita tarik kesimpulan bahwa
advokasi media adalah dimana media dilibatkan sebagai partner bukan sekedar
hanya menerima uang untuk memasang iklan saja. Media dan masyarakat
bersifat dua arah sehingga terjadi interaksi antara dua sisi tersebut. Oleh karena
itu semestinya terdapat contact person atau lembaga yang dapat dihubungi oleh
masyarakat. Contohnya adalah iklan layanan masyarakat.
Media memiliki tiga fungsi utama yaitu memberikan informasi, member hiburan
dan mendidik serta membentuk opini public. Ketiga hal ini belumlah cukup,
karena media juga berfungsi untuk pemberdayaan masyarakat (kesehatan, dan
lain-lain). Dengan media sebagai pemberdayaan masyarakat maka diharapkan
pesan yang disampaikan media dapat diterima secara baik oleh masyarakat dan
membentuk suatu masyarakat yang lebih baik lagi.

Seperti contoh iklan layanan masyarakat versi Suami Siaga, iklan itu sudah
benar secara pesan yang ingin disampaikannya, tetapi iklan itu harus dilakukan
secara berkelanjutan (continuity), tidak hanya sekali dua kali, barulah akan
terlihat hasil yang diharapkan. Amerika Serikat yang mana merupakan negara
adidaya dan liberal, dalam film-filmnya selalu menampilkan pria-pria yang
merokok. Pria yang merokok digambarkan sebagai sosok yang tangguh, jantan,
pemberani dan berjiwa petualang. Stigma itulah yang hendak dirubah oleh
pemerintah Amerika Serikat. Lewat iklan layanan masyarakatnya, AS tidak hanya
sekali dua kali menggalakkan iklan dilarang merokok, tetapi membutuhkan
waktu selama 8 tahun sampai akhirnya terlihat hasil yang diharapkan. Hal
seperti itulah yang perlu dicontoh oleh pemerintah Indonesia. Untuk merubah
suatu paradigma masyarakat (sosial) memerlukan banyak waktu dan tenaga
untuk mencapainya.
Posted by Jessica Wirianata at 11:09 PM

Radevita
Rabu, 23 Desember 2015
Contoh Isu-Isu Advokasi : Studi Kasus HIV AIDS di Indonesia
Rencana Advokasi Kebijakan terhadap Vulnerable Grups : studi Kasus HIV AIDS di
Indonesia

HIV (Human Immunodeficiency Virus)


adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang mengakibatkan
kekebalan tubuh tidak bisa bekerja efektif seperti seharusnya.Sedangkan AIDS
adalah kondisi atau sindrom. Terinfeksi HIV bisa membuat seseorang mengalami
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). (Kompas Health, 2015)

Menurut data WHO sebanyak 75% wanita hamil menerima obat untuk
mencegah penularan HIV terhadap bayi mereka pada tahun 2014.Ada 1,9 Juta
orang baru yang terdaftar pada ART (antiretroviral treatment) pada 2014
merupakan salah satu kenaikan tahunan terbesar yang pernah terjadi sepanjang
masa.Dan sebanyak 32% dari anak-anak yang membutuhkan pengobatan pada
tahun 2014 dibandingkan dengan 41% untuk orang dewasa, menunjuk ke celah
besar antara layanan untuk orang dewasa dan anak-anak yang hidup dengan
HIV (WHO, 2015).

Indonesia sendiri termasuk Negara dengan pernyebaran HIV AIDS tercepat


didunia,menempati urutan ke-3. Berdasarkan data Kementrian Kesehatan
Indonesia pada tahun 2014,jumlah komulatif HIV yang dilaporkan sebanyak
150,296 penderita dan AIDS 55,799 penderita dan total jumlah kematian orang
yang mengidap HIV AIDS sebanyak 9,796.Data disamping merupakan data
kumulativ HIV AIDS berdasarkan provinsi di Indonesia (RI, 2014)
1 Desember ialah peringatan hari AIDS sedunia,pada hari ini dapat dijadikan
sebagai momen untuk kembali mengingatkan bahaya HIV AIDS terhadap
masyarakat awam.

Program Kerja/Tujuan Advokasi yang ingin dicapai:

1. Mengurangi resiko penularan HIV dan melindungi mereka yang telah


terjangkit : Memberikan penyuluhan atau sosialisasi tentang HIV AIDS,baik
di sekolah,komunitas dan lain-lain. Risiko tertinggi penularan HIV diketahui
berasal dari perilaku termasuk penggunaan jarum suntik (penasun) dan
seks yang tidak terlindungi dan dari ibu yang terjangkit ke anak mereka
dan selama persalinan.Khusus untuk wanita,perlu dilakukan pelayanan tes
dan konseling yang proaktiv.Hal ini bertujuan untuk mendukung kegiatan
pencegahan HIV dikalangan perempuan usia subur dan mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan dikalangan perempuan yang hidup
dengan HIV.Berdasarkan data kementrian kesehatan sejak tahun 19872014,Ibu rumah tangga adalah penderita tertinggi di indonesia dengan
6.539 kasus.Tujuan utama memberikan penyuluhan tentang HIV AIDS ialah
mengurangi bahkan menghapus stigma masyarakat yang kurang baik
terhadap ODHA (orang dengan HIV AIDS).
2. Mendirikan Rumah Sakit khusus atau tempat khusus untuk penderita HIV
AIDS ; di Indonesia masih banyak rumah sakit yang tidak ingin menerima
pasien dengan HIV sehingga penangan pasien masih belum
maksimal.Tujuan lain dengan adanya rumah sakit khusus HIV ialah dapat
mencegah penularan HIV melalui alat-alat kesehatan.
3.

Diperlukan advokasi terkait harga obat dan perbaikan sistem distribusi


ARV (Antiretroviral); Saat ini rata-rata harga obat ARV yang dikonsumsi
mencapai 10 juta rupiah setiap orang perbulan,jumlah yang besar bagi
pasien dengan penghasilan rendah,tentu saja hal ini cukup
membebani.Harga obat yang cukup mahal semakin diperburuk dengan
minimnya akses terhadap obat ARV.ARV dapat memperkecil tingkat
kematian penderita,dimana kematian akibat AIDS dari 2,8% di tahun 2011
berkurang menjadi 1,6% pada tahun 2012.Perlu diketahui bahwa ARV
harus dikonsumsi secara berkelanjutan.

Contohnya seperti yang dilakukan LSM Indonesia AIDS Coalition (IAC). LSM
Indonesia AIDS Coalition (IAC) adalah sebuah organisasi berbasis komunitas yang
bekerja sama dengan para pemangku kepentingan untuk meningkatkan
transparansi , akuntabilitas dan partisipasi masyarakat dalam program

AIDS.Program kerja dari IAC antara lain : Kampanye #ODHABerhakSehat , Group


Monitoring ARV di Facebook, Portal digital layanan AIDS dan IMONITOR+ (aplikasi
mobile untuk membantu layanan kesehatan jika terjadi ARV stock out dll). (ODHA
Berhak Sehat, 2015).
Indonesia AIDS Coalition (IAC) mendesak pemerintah agar mengeluarkan
berbagai regulasi terkait perdagangan obat seperti murahnya harga obat ARV di
Indonesia. Berdasarkan data LSM IAC, obat ARV jenis Duviral generic lokal
dijual seharga Rp 205 ribu sementara harga duviral generic import hanya Rp 89
ribu untuk konsumsi satu bulannya.Ada beberapa alasan harga obat di Indonesia
relatif jauh lebih mahal dibanding negara lain :
1. Permasalahan yang pertama ialah ganjalan kebijakan hak patent.IAC
berusaha mendesak pemerintah agar menggunakan mekanisme
government use of patent sehingga pemerintah bisa menunjuk produsen
farmasi local untuk memproduksi versi generiknya. Jika pemilik patent
tetap bersikeras menjual dengan harga mahal, maka pemerintah perlu
bertindak tegas dengan mengambil alih hak patentnya.
2. Persoalan kedua adalah masih dikenakan pajak yang tinggi bagi
komponen obat. Mayoritas bahan aktif obat (API/Active Pharmaceutical
Ingredients) dari obat generic yang diproduksi di Indonesia masih import
sehingga ditambah komponen pajaknya membuat harga obat jauh lebih
mahal dari obat sejenis di luar negeri.IAC mendesak pemerintah untuk
menghapuskan pajak ini dan juga memberikan insentif agar produsen obat
lokal mau dan mampu memproduksi bahan aktif obat sendiri.
3. Persoalan ketiga ialah praktik kick back money antara dokter dan sales
obat yang sudah menjamur dan menjadi praktek yang nyata meskipun
selalu disangkal. IAC juga mendesak pemerintah agar menyikapi dengan
tegas jika mendapati praktek kick back money antara dokter dan sales
obat. Pemerintah juga diharapkan membuat regulasi yang tegas untuk
mengatur harga obat yang masuk dipasaran Indonesia sehingga produsen
obat tidak semena-mena menaruh harga bagi obat dagangannya. (Tribun,
2014)
Referensi
Kompas Health. (2015). Retrieved from Kompas:
http://health.kompas.com/read/2015/12/01/070000623/Apa.Beda.antara.HIV.dan.
AIDS.
ODHA Berhak Sehat. (2015). Retrieved from
http://www.odhaberhaksehat.org/2015/press-release-09062015-stok-obat-arvkosong-nyawa-odha-di-ambon-dan-klaten-terancam/
RI, K. K. (2014). Retrieved from http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pdf
Tribun. (2014). Aktivis AIDS Minta Jokowi Atur Regulasi Perdagangan Obat.

Retrieved from TribunKesehatan:


http://www.tribunnews.com/kesehatan/2014/12/12/aktivis-aids-minta-jokowi-aturregulasi-perdagangan-obat
WHO. (2015). World Healt Organization. Retrieved from
http://www.who.int/hiv/data/en/

Diposkan oleh rahayu devita di 08.08

Anda mungkin juga menyukai