DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
1. PENDAHULUAN........................................................................................................
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................
1.2.Pernyataan Masalah................................................................................................
1.3.Tujuan.....................................................................................................................
1.4.Manfaat...................................................................................................................
2. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................
2.1.Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).............................................................
2.2.Penyakit Tuberkulosis Paru..................................................................................
2.3.Penularan Tuberkulosis Paru................................................................................
2.4.Penemuan dan Gejala Klinis Pasien TB Paru.......................................................
2.5.Diagnosis TB Paru................................................................................................
2.6.Pengobatan Tb Paru..............................................................................................
2.7.Pedoman Kerja Puskesmas dalam P2TB Paru......................................................
2.8.Pemantauan dan Evaluasi Program P2TB............................................................
3. METODE....................................................................................................................
3.1.Identifikasi Penyebab Masalah.............................................................................
Analisis Masalah...................................................................................................
4. PEMECAHAN MASALAH......................................................................................
4.1.Intervensi Pemecahan Masalah Berdasarkan Penyebab Masalah........................
4.2.Perincian Intervensi Pemecahan Masalah............................................................
5. HASIL DAN DISKUSI..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
penting di tingkat global, regional, nasional, maupun lokal. Tuberkulosis
menyebabkan 5000 kematian per hari, atau hampir 2 juta kematian per tahun di
seluruh dunia. TB, HIV/AIDS, dan malaria secara bersama-sama merupakan
penyebab 6 juta kematian setiap tahun. Seperempat juta (25%) kematian karena
TB berhubungan dengan HIV. Insidensi global TB terus meningkat sekitar 1% per
tahun, terutama karena peningkatan pesat insidensi TB di Afrika berkaitan dengan
komorbiditas HIV/AIDS.1,2
Indonesia menduduki peringkat ketiga di antara 22 negara di dunia yang
memiliki beban penyakit TB tertinggi. Menurut Global Tuberculosis Control
Report 2009 WHO, diperkirakan terdapat 528,063 kasus baru TB. Estimasi
insidensi TB 228 kasus baru per 100,000 populasi. Estimasi angka insidensi
hapusan dahak baru yang positif adalah 102 kasus per 100,000 populasi pada
2007. Berdasarkan kalkulasi disability-adjusted life-year (DALY) WHO, TB
menyumbang 6.3 % dari total beban penyakit di Indonesia, dibandingkan dengan
3.2 % di wilayah regional Asia Tenggara.1,2
Pengobatan kasus TB merupakan salah satu strategi utama dalam
pengendalian TB karena dapat memutuskan rantai penularan. Pada 1994 WHO
meluncurkan strategi pengendalian TB untuk diimplementasikan secara
internasional, disebut DOTS (Direct Observed Treatment Short-course). Lima
elemen strategi DOTS sebagai berikut (WHO, 2009b): (1) Komitmen politis yang
berkesinambungan; (2) Akses terhadap pemeriksaan mikroskopis dahak yang
berkualitas; (3) Kemoterapi standar jangka pendek untuk semua kasus TB dengan
manajemen kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan; (4)
Keteraturan penyediaan obat yang dijamin kualitasnya; (5) Sistem pencatatan dan
pelaporan yang memungkinkan penilaian hasil pada semua pasien dan penilaian
kinerja keseluruhan program.3
Strategi DOTS telah berhasil membantu tercapainya dua sasaran yang
dideklarasikan World Health Assembly (WHA) pada tahun 1991, yaitu deteksi
kasus baru BTA positif sebesar 70%, dan penyembuhan sebesar 85% dari kasus
pada tahun 2000. Meskipun demikian kecepatan kemajuan saat ini diperkirakan
tidak cukup untuk mencapai target penurunan prevalensi dan mortalitas TB dari
Millenium Development Goals (MDG) menjadi separoh pada tahun 2015. Karena
itu diperlukan kontinuitas implementasi strategi DOTS agar program itu dapat
mencapai target dan bahkan meningkatkan target indikator-indikator keberhasilan
program hingga tahun 2015.3
Pada 2006 WHO menetapkan strategi baru untuk menghentikan TB.
Strategi itu bertujuan untuk mengintensifkan penanggulangan TB, menjangkau
semua pasien, dan memastikan tercapainya target Millennium Development Goal
(MDG) pada tahun 2015. Strategi baru WHO ditetapkan berdasarkan pencapaian
DOTS, serta menjawab tantangan baru bagi keberhasilan penanggulangan TB.
Enam elemen strategi WHO untuk menghentikan TB untuk 2006-2015 (WHO,
2009c): (1) Perluasan dan peningkatan DOTS berkualitas tinggi; (2) Mengatasi
TB/HIV, MDR-TB dan tantangan lainnya; (3) Penguatan sistem kesehatan; (4)
Pelibatan semua pemberi pelayanan kesehatan; (5) Pemberdayaan pasien dan
komunitas; (6) Mendorong dan meningkatkan penelitian.1,3
Pemantauan dan evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen yang
vital untuk menilai keberhasilan pelaksanan program penanggulangan TB.
Pemantauan yang dilakukan secara berkala dan kontinu berguna untuk mendeteksi
masalah secara dini dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan, agar
dapat dilakukan tindakan perbaikan segera. Selain itu evaluasi berguna untuk
menilai sejauh mana tujuan dan target yang telah ditetapkan sebelumnya telah
tercapai pada akhir suatu periode waktu. Evaluasi dilakukan setelah suatu periode
waktu tertentu, biasanya setiap 6 bulan hingga 1 tahun. Dalam mengukur
keberhasilan tersebut diperlukan indikator dan standar. Hasil evaluasi berguna
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengevaluasi pencapaian tujuan dan target program penemuan kasus TB
di Puskesmas Arut Selatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a.
b.
c.
1.4 Manfaat
1.4.1
kepada
masyarakat
tentang
penyakit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
2.1.1Gambaran Umum Puskesmas
Puskesmas
adalah
unit
pelaksana
teknis
dinas
kesehatan
kesehatan
yang
optimal.
Pembangunan
kesehatan
meliputi
upaya
untuk
meningkatkan
koordinasi,
memperjelas
pembangunan
dalam
wilayah
kecamatan,
meningkatkan
Timur
Barat
Selatan
A. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk Wilayah kerja Puskesmas Arut Selatan akhir
tahun 2013 per km sekitar 22 jiwa. Kelurahan yang terpadat penduduknya
adalah kelurahan Raja
sebesar 4355
10
kelurahan Raja Seberang 17 jiwa, kemudian saat itu desa Rangda 15 jiwa,
desa Kenambui 4 jiwa dan desa Sulung 7 jiwa.4
Grafik 2. Kepadatan Penduduk per KM Menurut Desa/Kelurahan Di
Wilayah
Puskesmas Arut Selatan Akhir Tahun 2013
B. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk disebabkan oleh adanya kelahiran,
kematian dan imigrasi. Pada akhir tahun 2012
Puskesmas Arut Selatan 10.885
penduduk di wilayah
11
NO
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
KELOMPOK
UMUR
(TAHUN)
2
<1
14
59
10 14
15 19
20 24
25 29
30 34
35 39
40 44
45 49
50 54
55 59
60 64
65 69
70 74
75+
PUSKESMAS
JUMLAH PENDUDUK
119
371
357
1323
482
454
432
421
411
298
257
249
235
116
111
39
38
105
324
314
1202
436
412
422
381
372
259
232
223
217
106
99
35
33
LAKI-LAKI
+PEREMPUAN
5
224
695
671
2525
918
866
854
802
783
557
489
472
452
222
210
74
71
5713
5172
10885
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
D. Sosial Ekonomi
Mata pencaharian penduduk diperhitungkan dengan prosentase:4
Petani/nelayan
: 50%
Pedagang
: 40%
Pegawai/buruh
: 10%
12
Sarana Kesehatan
: 18 buah
Sarana Pendidikan
: 28 buah
Sarana Ibadah
: 23 buah
Perkantoran
: 15 buah
TK dan PAUD
SD/MI
: 15 buah
SLTP
4 buah
SLTA
2 buah
8 buah
Puskesmas Induk
1 buah
1 buah
Posyandu
10 buah
4 buah
Poliklinik TNI-AD
1 buah
13
Rumah Bersalin/Bidan
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
Apotek
4 buah
Toko Obat
4 buah
1 buah
Optikal
2 buah
Mobil (Pusling)
1 buah
Sepeda Motor
8 buah
PLN
2400 watt
Telephon
1 buah
PDAM
1 buah
Komputer
5 unit
Laptop
Genset / generator
1 buah
LCD
No.
Nama
L/
BTA
Umur
Alamat
Bulan
14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Abd. Gafur
Abd. Syukur
Armanila
Lia Rahayu
Indah Lestari
Destri Aidi
Winda
Gt. Basri
Ade Supianur
Jainuri
Nor Fuad
Suharyono
P
L
L
P
P
P
P
P
L
L
L
L
L
3+
3+
1+
3+
2+
3+
3+
3+
3+
+1
1+
1+
29
38
56
25
15
15
22
52
17
26
25
51
Februari
April
Mei
Mei
Juni
Agustus
September
September
Oktober
November
November
November
15
16
17
19
20
21
OAT
2HRZE/4H3R3
Keterangan
- Penderita baru BTA (+)
- Penderita baru BTA (-)/Ro (+) yang
sakit berat
- Pendeerita ekstra paru berat
2.
3.
II
III
2HRZES/HRZE/
5H3R3E3
2HRZ/4H3R3
4.
IV
- H seumur hidup
sensitif + Quinolon
5.
Sisipan
HRZE
22
Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Kategori 3 : 2 HRZ/4H3R3
Sebagian besar penderita TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek
samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping. Oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting
dilakukan selama pengobatan. Pemantauan efek samping obat dapat dilakukan
dengan cara :
23
Promosi
Advokasi, kemitraan dan penyuluhan.
25
BAB III
METODE
1.1 Identifikasi Penyebab Masalah
Pada Profil Kesehatan Puskesmas Arut Selatan bulan Januari
Desember 2014 didapatkan cakupan pencapaian CDR (Case Detection
Rate) TB paru belum mencapai target yang ditetapkan. Masalah ini
selanjutnya akan dilakukan analisis untuk menentukan kemungkinan
penyebab
masalah
dengan
metode
pendekatan
sistem
(Input,
KELEBIHAN
KEKURANGAN
1. Pelatihan P2TB belum diperoleh
secara merata oleh tenaga kesehatan
2. Pemegang program TB belum
27
Material
Machine
b. Analisi Proses
Tabel 6. Analisi Proses Penyebab Masalah
PROSES
P1
(Perencanaan)
KELEBIHAN
KEKURANGAN
28
P2
(Pelaksanaan
&
Penggerakan)
P3
(Pengawasan
Penilaian &
Pengendalian)
1. Follow up tidak
maksimal.
2. Tidak ada komunikasi
dengan pihak lain (RS,
klinik,dll)
3. Pembinaan terhadap
Kader yang masih kurang
aktif sehingga kader
kurang mengetahui
tentang TB Paru
4. Kurang aktifnya promosi
dari pihak puskesmas.
1. Kurang ketatnya fungsi
pengawasan, penilaian &
pengendalian oleh oleh
koordinator program.
c. Analisis Lingkungan
Tabel 7. Analisis Lingkungan
LINGKUNGAN
KELEBIHAN
KEKURANGAN
Kelurahan
Terdapat kader
Posyandu disetiap
kelurahan
d. Outcome
Hasil kegiatan cakupan penemuan kasus TB paru sesuai Pedoman
Nasional Pengendalian Tuberkulosis Depkes RI di wilayah kerja Puskesmas Arut
Selatan bulan Januari Desember 2014 belum mencapai target.
2. Rumusan Kemungkinan Penyebab Masalah
Berdasarkan analisis input, proses dan lingungan di atas, rumusan
kemungkinan penyebab masalah tidak tercapainya target CDR (Case Detection
Rate) TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Arut Selatan adalah sebagai berikut.
29
a.
b.
c.
d.
pemerintah
e. Ketidaklengkapan antara data-base pencatatan dan pelaporan yang
tersedia pada komputer DKK dan data pencatatan dan pelaporan manual.
f. Program TB hanya mengandalkan Passive Case Finding (PCF) untuk
menjaring kasus TB
g. Follow up tidak maksimal.
h. Tidak terjalinnya komunikasi yang baik dengan pihak UPK lain (RS,
klinik,dll)
i. Kurang ketatnya fungsi pengawasan, penilaian & pengendalian oleh
koordinator program
j. Kurangnya pengetahuan dan keaktifan kader
k. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan (khususnya
masalah TB paru)
l. Tidak adanya kerjasama lintas sektoral seperti PKK,UPK swasta, dll.
Dari rumusan kemungkinan masalah seperti di atas, dapat
digambarkan dalam diagram fish bone sebagai berikut.
30
MAN
1. Pelatihan P2TB belum diperoleh secara
merata
2. Koordinator program yang belum
mendapatkan pelatihan P2TB
3. Kurang terlibatnya kader posyandu
4. Kesulitan suspek kasus mengeluarkan
INPUT
MONEY
Dana yang diturunkan
untuk kegiatan P2TB
sudah cukup
METHODE
1.Kerjasama antara institusi
pemerintah dan swasta yang masih
kurang baik
MATERIAL
Belum tersedianya media promosi
P2
PROSES
Kurang
ketatnya
fungsi
pengawa
san,
penilaian
&
P3
pengend
alian oleh
oleh
koordinat
LINGKUNGAN
or
program.
Tercapainy
a
Target
CDR TB
paru
1.Kurangnya pengetahuan dan
keaktifan kader
2.Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang
kesehatan (khususnya
masalah TB paru)
3.Tidak adanya kerjasama
lintas sektoral seperti
PKK,UPK swasta, dll
31
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
4.1.
32
No .
MASALAH
PEMECAHAN MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
4.2.
33
Nilai Kriteria
Hasil Akhir
34
2.
3.
4.
5.
Meningkatkan penyuluhan
kepada Kader tentang TB
Penyuluhan langsung
kepada masyarakat sekitar
Pemberian mukolitik
ekspektoran
Menyediakan media
promosi agar penduduk
memeriksakan diri ke
puskesmas bukan ke tempat
lainnya.
60
80
(MxIxV)/C
Prioritas
2
5
2
16
18
3
4
27
36
Tabel 10
Rencana Kegiatan Peningkatan Targert CDR TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Arut Selatan
No.
Tujuan
Sasaran
Waktu
Memberikan
penyuluhan
kepada kader
dan
masyarakat.
Meningkatk
an
pengetahua
n
masyarakat
dan
kesadaran
masyarakat
mengenai
penyakit TB
Seluruh
masyarak
at
di
wilayah
kerja
Puskesm
as
Arut
Selatan
Januari
s/d
Desemb
er 2015
2.
penjaringan kasus
ditingkatkan
melalui ACF
(Actife Case
Finding) dan
Deteksi Dini
Kasus TB oleh
kader Posyandu/
ibu-ibu PKK.
Meningkatk
an temuan
pasien baru
penderita
TB Paru
Seluruh
masyarak
at
di
wilayah
kerja
Puskesm
as
Arut
Selatan
3.
-pembuatan
Leaflet tentang
Meningkatk
an
pengetahua
1.
Kegiatan
Dana
Lokasi
Pelaksan
a
Metode
Tolak ukur
-Dana
PKM
-posyandu
balita
-posyandu
lansia
-posbindu
-sekolah
kelurahan
-dokter
-bidan
-perawat
-ceramah
-diskusi/
tanya
jawab
-terdapat
petugas
posyandu,
kader dan
masyarakat
yang aktif
dan mau
berkerjasam
a.
Januari
s/d
Desemb
er 2015
-Dana
PKM
perumaha
n
penduduk
-sekolah
-dokter
-bidan
-perawat
Swipping
-terdapat
peningkatan
jumlah
temuan
pasien baru
TB Paru
Seluruh
Januari
masyarak s/d
at
di Desemb
-Dana
PKM
-posyandu
-PKM
dokter
-bidan
Menyeba
rkan
Peningkatan
jumlah
kunjungan
37
TB paru
-pembuatan
reklame atau
spanduk tentang
TB Paru
n
masyarakat
dan
kesadaran
masyarakat
mengenai
penyakit TB
wilayah
er 2015
kerja
Puskesm
as
Arut
Selatan
Sponsor
-posbindu
-sekolah
kelurahan
-perawat
Leaflet
Menemp
el
spanduk
untuk
memeriksaka
n dahak.
38
BAB V
HASIL DAN DISKUSI
No.
1
2
3
4
5
6
Nama
Deasy Ika
Diajeng R
Gt. Basri
Nasrudin
A.E. Efendi
Sodikin
L/P
P
P
L
L
L
L
BTA
3+
3+
3+
3+
3+
3+
Umur
23
24
35
47
35
27
Alamat
Jl. P.Negara Rt.11
Jl. P. Negara Rt.11
Jl. P.Antasari
Jl. Pakunegara
Jl. P. Antasari
Jl. Pakunegara
Bulan
Januari
September
September
September
November
Desember
Dari hasil data diatas terjadi peningkatan CDR yang awalnya 52,17% menjadi
78,26%. Dari data diatas terbukti adanya peningkatan terhadap temuan pasien baru
dengan BTA positif. Dalam hal ini terdapat kekurangan yaitu upaya ini hanya dilakukan
di salah satu RS terdekat. Sebaiknya dilakukan juga permintaan data kepada RS swasta
lain ataupun kepada dokter praktek swasta.
Akan tetapi jika kita menggunakan perhitungan target berdasarkan dua kelurahan,
yaitu dengan target yang sudah dikurangi dari 23 orang menjadi 18 orang, maka target
39
yang telah dicapai dengan menggunakan usaha pengambialn data dari rumah sakit ialah
100%.
Dari prioritas masalah yang telah dijabarkan sebelumnya, penulis juga telah
melakukan upaya penyuluhan kepada kader-kader di puskesmas Arut Selatan. Dalam
upaya ini belum diketahui apakah terjadi perubahan yang signifikan terhadap jumlah
temuan pasien baru TB dengan BTA positif, dikarenakan upaya ini sebaiknya dilakukan
setiap bulan sekali dan di evaluasi setiap 6 bulan atau 1 tahun setelah program dilakukan.
Karena sebelum ini sangat jarang dilakukan penyuluhan tentang TB paru khususnya
masyarakat sekitar puskesmas Arut Selatan.
Dari pemecahan masalah yang berikutnya adalah dengan Active Case Finding, di
puskesmas Arut selatan sendiri upaya ini pernah dilakukan tetapi belum optimal.
Sebaiknya petugas puskesmas lebih aktif lagi dalam upaya ini, karena kemungkinan jika
program ini rutin dilakukan maka diharapkan akan meningkatkan jumlah temuan pasien
baru TB BTA positif. Metode ini dapat dilakukan dengan cara menanyakan kepada
kader-kader tentang masyarakat yang memiliki gejala-gejala TB paru. Jika sudah
ditemukan target yang ingin dikunjungi, maka sebaiknya dilakukan kunjungan rumah
kepada pasien tersebut.
Pemecahan dari prioritas masalah beikutnya adalah dengan melakukan media
promosi agar membuat masyarkat tertarik untuk memeriksakan diri ke puskesmas Arut
Selatan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara pembuatan leaflet dan spanduk dengan katakata yang menarik perhatian. Leaflet sendiri sebaiknya dibagikan kepada masyarakat
sekitar khususnya masyarakat yang memiliki gejala TB paru. Penulis sendiri sudah
melakukan upaya ini dengan membagikan leaflet kepada kader puskesmas Arut Selatan.
Tetapi upaya ini belum bisa menunjukkan hasil dengan cepat, karena sebaiknya evaluasi
ini dilakukan setiap 6 bulan atau satu tahun.
40
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Program pengendalian TB dengan telah berjalan di wilayah kerja Puskesmas
Arut Selatan. Tetapi pelaksanaan program pencapaian cakupan CDR TB
paru
tersebut belum mencapai target yang diharapkan. Penyebab utama adalah partisipasi
masyarakat, dokter, RS, dan tenaga kesehatan lainnya yang masih sangat rendah
dalam penemuan dan diagnosis kasus TB.
Penyebab lainnya adalah Penjaringan suspek TB hanya dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan (Passive Case Finding, PCF) serta rendahnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat tentang panyakit TB Paru.
Setelah melakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan
menggunakan metode Kriteria Matriks, maka didapatkan urutan perioritas alternatif
pemecahan penyebab masalah tidak tercapainya target CDR TB Paru di wilayah kerja
Puskemas Arut Selatan :
1. Meningkatkan penyuluhan kepada kader tentang TB paru dan penyuluhan
langsung kepada masyarakat sekitar.
2. Disarankan agar penjaringan kasus ditingkatkan melalui ACF (Actife Case
Finding) dan Deteksi Dini Kasus TB oleh kader Posyandu/ ibu-ibu PKK.
3. Dilakukan pembuatan Leaflet tentang TB paru, agar pasien atau penduduk tertarik
untuk membawa anggota keluarganya untuk memeriksakan diri dan melakukan
pembuatan reklame atau spanduk dengan kata-kata yang menarik agar penduduk
tertarik untuk memeriksakan diri.
Dengan adanya alternatif pemecahan masalah di atas, diharapkan mampu
meningkatkan pencapaian target CDR TB Paru di wilayah kerja Puskemas Arut
Selatan.
41
6.2 Saran
1. Disarankan agar penjaringan kasus ditingkatkan melalui ACF (Actife Case
Finding) dan Deteksi Dini Kasus TB oleh kader Posyandu/ ibu-ibu PKK dll.
2. Meningkatkan pengadaan penyuluhan tentang masalah TB Paru dan membuat
media promosi deteksi dini TB Paru
3. Disarankan agar dibuat upaya lintas Sektoral antara Puskesmas dengan rumah
sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
42
Pemberantasan
Tuberkulosis.
Dalam:
Tuberkulosis
Tinjauan
Pemukiman.
Pedoman
Penyakit
Tuberkulosis
dan
43
LAMPIRAN
44
45