Abstrak
Pelaksanaan penelitian menggunakan metode ekstraksi dengan memvariasikan waktu operasi (30 ; 60 ;
90 ; 120 menit), temperatur pemanasan (60oC ; 70oC ; 80oC) dan jenis pelarut yaitu asam klorida dan
asam asetat. Kulit jeruk bali yang telah kering dan dihaluskan, di ekstraksi sesuai variabel yang
ditentukan lalu bahan disaring dengan kertas saring dalam keadaan suhu kamar. Filtrat dari hasil
penyaringan ditambah dengan etanol 96% dengan perbandingan volume 1: 1 sehingga terbentuk endapan.
Setelah itu, endapan dikeringkan dalam oven pada suhu 45oC selama 24 jam. Pektin kering ditimbang
sebagai hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar metoksil pektin yaitu 8,74 %, dengan
rendemen pektin 7,83 % - 26,70 % untuk ekstraksi dengan asam klorida dan 4,99 % - 19,84 % untuk
ekstraksi dengan asam asetat, kadar air sebesar 14,6 %, kadar abu sebesar 3,4 %, berat ekivalen 2083,33,
kadar asam galakturonat 58,08 %, dan derajat esterifikasi 85,44 %. Kadar pektin terbaik yang dihasilkan
sebesar 26,70 % diperoleh dari ekstraksi dengan asam klorida 0,2 N dan waktu = 120 menit, temperatur =
80oC
Kata kunci: ekstraksi, jeruk bali, pektin
Abstract
The research are using extraction method by varying operation time (30 ; 60; 90 ; 120 minutes), heating
temperature (60oC ; 70oC ; 80oC), acetic acid and chloride acid solvent. Extraction did for dried and
refined in certain variable screened while in room temperature conditions. Add 96% of ethanol to filtrate
with 1:1 volume ratio until the sediment appear. And then dried at 45 oC in the oven for 24 hours. Dried
pectin weighed as a product. The result, showed that the percentage of metoxyl is 8.74 %, with % yield
of pectin 7.83 % - 26.70 % for extraction with chroride acid and 4.99 % - 19.84 % for extraction with
acetic acid, percentage of water 14.6 %, percentage of ash 3.4 %, equivalent of mass 2083.33, percentage
galacturonic acid 58.08 %, and degree of esterification 85.44 %. The best result pectin percentage is
26.70% when condition extraction of chroride acid 0.2 N and time = 120 minutes, temperature 80oC.
Keywords: extraction, citrus maxima, pectin
1.
PENDAHULUAN
Page 1
Page 2
Asam pektinat
Asam pektinat merupakan senyawa
yang biasa disebut dengan pektin (Winarno,
1983). Senyawa ini merupakan poligalakturonat
yang sebagian gugus karboksilnya teresterifikasi
secara enzimatik didalam tanaman oleh enzim
pektase. Pembentukan ester metil didalam
molekul asam pektinat membuat senyawa ini
terdispersi di dalam air . (Pigman, 1946).
Page 3
b.
3.
Protopektin
Protopektin
merupakan
senyawa
pektat yang terdapat pada bagian hijau tanaman
atau pada buah yang belum masak ( Winarno,
1983 ). Protopektin tidak larut didalam air karena
kehadiran garam kalsium atau magnesium yang
tidak larut. Penyebab lain ketidaklarutan
protopektin adalah karena berikatan dengan
selulosa atau beberapa polisakarida dengan berat
molekul tinggi yang tidak larut (Pigman, 1946).
Protopektin dapat dibuat menjadi pektin yang
larut dalam air dengan cara mengekstraksinya
dalam larutan asam panas. (Wong, 1989).
Protopektin
merupakan
senyawa
pektat yang terdapat pada bagian hijau tanaman
atau pada buah yang belum masak ( Winarno,
1983 ). Protopektin tidak larut didalam air karena
kehadiran garam kalsium atau magnesium yang
tidak larut. Penyebab lain ketidaklarutan
protopektin adalah karena berikatan dengan
selulosa atau beberapa polisakarida dengan berat
molekul tinggi yang tidak larut (Pigman, 1946).
Protopektin dapat dibuat menjadi pektin yang
larut dalam air dengan cara mengekstraksinya
dalam larutan asam panas. (Wong, 1989).
Manfaat pektin
a. Industri makanan dan minuman
Dalam industri makanan, pektin sering
digunakan sebagai :
1. Bahan pemberi tekstur yang baik pada
roti dan keju.
2. Bahan pengental dan stabilizer pada
minuman sari buah.
3. Bahan pokok pembuatan gel, selai dan
mamalade.
4. Bahan pengawet pada produk susu yang
akan menstabilkan keasaman susu.
5. Mengontrol pembentukan kristal es
pada pembuatan es krim dan dapat
mempertahankan warna dan aroma es
krim tersebut. (Muhidin, 2003)
Page 4
2.
Industri farmasi
Dalam industri farmasi, pektin sering
digunakan sebagai :
1. Pengemulsi bagi preparat cair dan sirup.
2. Obat diare pada bayi dan anak anak
seperti dextrimaltose, kapoec, nipektin
dan intestisan.
3. Obat penawar racun logam.
4. Bahan penurun daya racun dan
menaikkan daya larut obat obatan..
5. Bahan kombinasi untuk memperpanjang
kerja hormon dan antibiotika.
6. Bahan pelapis perban untuk menyerap
kotoran dan jaringan yang rusak atau
hancur sehingga luka tetap bersih dan
cepat sembuh.
7. Bahan hemostatik, oral atau injeksi
untuk mencegah pendarahan.
METODOLOGI
Prosedur Penelitian
Isolasi Pektin
a. Penyediaan Sampel
Untuk sampel diambil kulit jeruk bali
selanjutnya kulit jeruk tersebut dibersihkan
kemudian dikeringkan dibawah sinar
matahari selama 3 hari. Kulit jeruk yang
telah kering kemudian dicincang dan
dihaluskan.
b. Ekstraksi Sampel
Sebanyak 50 gram sampel yang sudah
ditambah air 500 ml lalu ditambahkan
pelarut HCl 0,2 N . Kemudian dipanaskan
pada suhu yang ditentukan (60oC ,70oC,
80oC) selama waktu yang ditetapkan(30 ,
60, 90, 120 menit). Selanjutnya dilakukan
penyaringan dengan menggunakan kain
blacu dan filtrat diambil. Filtrat ini disebut
filtrate pektin.
c. Pengendapan Pektin
Filtrat hasil penyaringan dituang kedalam
gelas beker . Filtrat didinginkan lalu
ditambahkan
alkohol
96%
dengan
perbandingan volume 1:1 dan diendapkan
selama 24 jam. Endapan dipisahkan dari
larutan dengan penyaringan dengan
menggunakan kertas saring dan dicuci lagi
dengan etanol 96% untuk menghilangkan
sisa asam.
d. Gel pektin kemudian dikeringkan dalam
oven pada temperatur 45oC selama 24 jam.
Gel pektin yang telah kering kemudian
ditimbang dan dicatat beratnya.
e. Langkah a d diulang kembali untuk jenis
pelarut asam asetat.
Analisa Pektin
a. Yield pektin
Pektin kering yang diperoleh ditimbang
beratnya untuk diketahui banyaknya pektin
yang dapat di ekstraksi.
% yield pektin =
x 100
%
b. Berat Ekivalen ( BE )
Pektin sebanyak 0,5 gram dibasahi 2 ml
etanol 96 % dan dilarutkan didalam 40 ml
aquadest yang berisi 1 gram NaCl. Larutan
hasil campuran ditetesi dengan indikator
fenolftalein sebanyak 5 tetes dan ditritasi
dengan NaOH 0,1 N sampai terjadi
perubahan warna, volume titrasi dicatat.
Untuk menentukan berat ekivalen digunakan
rumus :
Berat Ekivalen =
c. Kadar Metoksil
Larutan netral dari penentuan berat ekivalen (
BE ) ditambah 25 ml larutan NaOH 0,2 N
diaduk dan dibiarkan selama 30 menit pada
suhu kamar pada keadaan tertutup. Kemudian
ditambahkan 25 ml larutan HCl 0,2 N dan
ditetesi dengan fenolftalein sebanyak 5 tetes
kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1
N sampai terjadi perubahan volume titran.
% Metoksil =
x 100 %
d. Kadar Asam Galakturonat
Pengaruh kadar asam galakturonat dihitung
dari mili ekivalen ( mek ) NaOH yang
diperoleh dari penentuan bilangan ekivalen
dan kadar metoksil.
Kandungan asam galakturonat =
x 100 %
e. Kadar Air
0,25 gram sampel dalam cawan porselen
dikeringkan dalam oven pada suhu 100oC
sampai 105oC selama 3 jam. Kemudian
didinginkan
dan
ditimbang.
Sampel
dipanaskan lagi dalam oven selama 30 menit
lalu didinginkan dan ditimbang.
% Air =
x100 %
f. Kadar Abu
0,25 gram pektin diletakkan dalam crucible +
tutup. Lalu dimasukkan dalam furnace pada
suhu 600oC selama 90 menit, lalu abu
didinginkan sampai temperature kamar dan
ditimbang beratnya.
% abu =
x 100 %
g. Derajat esterifikasi
Pengukuran derajat esterifikasi dihitung dari
kadar metoksil dan kadar asam galakturonat
yang dihasilkan.
% Esterifikasi=
x100 %
3.
Yield Pektin
Pektin dalam jaringan tanaman terdapat
sebagai protopektin yang tidak larut dalam air
(insoluble) karena berada sebagai garam kalsium
dan magnesium. Oleh karena itu, dilakukan
hidrolisis protopektin dalam air yang diasamkan
untuk mengubah protopektin menjadi pektin
yang bersifat larut dalam air, dimana ion H + pada
air akan menggantikan ion kalsium dan ion
magnesium pada molekul protopektin.
Kandungan ion hidrogen yang lebih
banyak menyebabkan laju hidrolisis protopektin
semakin cepat karena akan menambah seringnya
tabrakan antar molekul molekul yang berarti
kemungkinan tabrakan yang berhasil sehingga
pektin yang diperoleh akan bertambah.
Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan
yield pektin yang berbeda beda pada setiap
perlakuan yang diberikan. Pada percobaan ini,
jumlah perlakuan sebanyak 24 sampel dengan
menggunakan tiga variabel yaitu jenis pelarut,
temperatur pemanasan, dan waktu kontak antara
bahan yang di ekstraksi dengan pelarut.
Perbandingan hasil percobaan pada setiap
perlakuan dapat kita dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Yield Pektin Yang Terbentuk dengan
pelarut Asam Klorida
Variabel
Yield Pektin
(% berat kering)
Suhu
Waktu
(0C)
(menit)
60
30
7,8260
60
10,5304
90
13,1786
120
16,1784
70
30
10,6740
60
13,9132
90
16,8544
120
19,2663
80
30
12,5943
60
16,9548
90
21,2986
120
26,6954
Page 5
Page 6
Page 7
Derajat
esterifikasi
merupakan
persentase jumlah residu asam D-galakturonat
yang gugus karboksilnya teresterifikasi dengan
etanol (Whistler dan Daniel, 1985). Semakin
tinggi derajat esterifikasi maka kemampuan
pembentukan gel semakin baik. Dari hasil
analisa, pektin kulit jeruk bali (Citrus Maxima)
memiliki derajat esterifikasi sebesar 85,44 %.
EU
WHO
FDA
USP
IPPA
Kadar Air
Max 12%
Max 12%
Max 12%
Max 10%
Max 12%
Min 65%
Min 65%
Min 65%
Min 74%
Min 65%
Kadar Metoksil
Min 6.7%
4.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Bernard. 2005. Pembudidayaan Jeruk di pot
dan di kebun. Agromedia Pustaka :
Jakarta.
Food
Chemical Codex.
http://arjournals.annual
1996.
Pektins.
Page 8