Anda di halaman 1dari 30

1. Jelaskan anatomi dan fisologi dari telinga?

Organ Vestibuler :
Auris externa : auricula, meatus acusticus externa
Auris media : cavitas tympani, membran tympani, ossicula auditus,
tuba auditiva, adnea mastoidea, N.fcialis
Auris externa: Labyrinthus osseus (vestibulum, canalis
semisirkulares ossei, cochlea, meatus acusticus internus),
Labyrinthus membranaceus (labyrintus vestibularis
utriculus,sacculus, ductus semisirculare ; Labyrinthus cochlearis
ductus cochlearis)

ANATOMI

A. TELINGA LUAR
1/3 lateral dibentuk cartilago dan 2/3 medialnya tulang.
Dilapisi kulit dan glandula seruminase.
Struktur::
a) Auricula

b) meatus acusticus externus (liang telinga luar ),


terdiri dari:
-

pars cartilage : 1 cm

pars ossea

: 2 cm

Persarafan (sensorik) telinga luar:


1. Nervus auriculotemporalis
2. Nervus occipitalis minor
3. Nervus auricularis major
4. Ramus auricularis nervi vagi
5. Nervus facialis
Perdarahan telinga luar:
1. Arteria temporalis superficialis
2. Ramus auricularis profundus arteri maxillaris
3. Arteri auricularis posterior

B. TELINGA TENGAH
Dipisahkan dengan telinga luar oleh membran tympani
Organ- organ yang terdapat pada telinga tengah:

a) Membran tympany
b) Cavum tympany
c) Ossicula auditiva
d) Tuba auditiva
e) Adnexa mastoidea
f) Nervus facialis
Batas-batas :
a. Batas luar
:
membrane tympani
b. Batas depan
:
tuba eustachii
c. Batas bawah :
vena jugularis (bulbus jugularis)
d. Batas belakang :
aditus ad antrum (lubang yang
menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid),
kanalis fasialis pars vertikalis
e. Batas atas
:
tegmen timpani (meningen/otak)
f. Batas dalam
:
dari
atas
ke
bawah
kanalis
semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong
(oval window), tingkap bundar (round window) dan
promontorium.
MEMBRAN TYMPANI
Memisahkan cavum tympany dengan meatus acusticus
externus (m.a.e )
Membran tipis, semitransparan, bentuk oval, kedudukan
miring caudomedial, 50 derajat thd m.a.e
Terdiri
dari
tensa( inferior)
Dilekati oleh
medialnya

pars

flaccid(superior)

manubrium

malei

pada

dan

pars

permukaan

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus disebut Umbo.


Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) kea rah
bawah, yaitu pukul 7 untuk membrane timpani kiri dan pukul
5 untuk membrane timpani kanan.
Reflex cahaya adalah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh
membrane timpani, yaitu serabut sirkuler dan radier. Secara
klinis reflex ini dapat dinilai, misalnya bila reflex cahaya
mendatar, berarti terdapat gangguan pada tuba eustachii.
Membrane timpani dibagi menjadi 4 kuadran :
o Antero-superior
o Postero-superior
Untuk menyatakan letak
o Antero-inferior
perforasi
o Postero-inferior
Bila melakukan miringotomi atau parasentesis, dibuat insisi di
bagian postero-inferior, sesuai dengan arah serabut

CAVUM TYMPANI
Rongga berisi udara di dalam pars petrosa ossis temporalis.
Struktur : memiliki 4 dinding, atap dan dasar.
DINDING
Terdiri dari dinding lateral, medial, anterior dan posterior
Dinding lateral
Terisi membrane tympani dan cincin tulang tempat perlekatan
membrane tympani, pars squamosa os temporalis.
Terdapat bangunan chorda tympani, yang menyilang pars
flaccid
Dinding medial
Memisahkan cavum tympani dengan telinga dalam, terdapat
beberapa bangunan :
Fenestra vestibule, menuju telinga dalam
o Lateral
: basis stapedius
o Medial: perilymphe vestibuli
Fenestra cochlearis, medial, perilymphe dari ujung saluran
cochlea
Promontorium : dibentuk dari tonjolan bagian cochlea dan
mengandung serabut saraf dari plexus tympanicus.
Tonjolan dari canalis nervus facialis.
Dinding anterior
Terdapat bangunan :
Tuba auditiva (eustachii), fungsi untuk menyamakan
tekanan telinga tengah dan faring
Canalis untuk M. tensor tympanicus
Cabang-cabang arteri carotis interna
Dinding posterior
Terdapat bangunan :
Aditus dan antrum mastoideum
Eminentia pyramidalis (M. stapedius)
ATAP
Tegmen tympani (bagian dari os petrosum), memisahkan cavum
tympany dengan fosa crania media
DASAR
Memisahkan cavum tympany dari A. carotis interna dan V.
jugularis interna
Dibentuk oleh :
Lamina tympanica (os petrosum)
Fossa jugulare
Canalis caroticus

Nervus Jacobsen (cabang tympanica N.IX)

OSSICULA AUDITIVA
Malleus
Bagian-bagian :
Caput : bersendi dengan incus
Leher (collum mallei)
Manubrium
o Tempat insertion M. tensor tympanicum
o Melekat pada membrane tympani
Processus anterior : berhubungan dengan fissure
petrotympanicum
Processus lateralis : berhubungan dengan bagian atas
membrane tympani
Incus
Bagian-bagian :
Corpus
: bersendi dengan caput mallei
Crus longum : bersendi dengan caput stapedii
Crus brevis
:
berhubungan
dengan
recessus
epitympanicus
Stapes
Caput : bersendi dengan incus
Collum : tempat insertion M. stapedius
Crus : menghubungkan collum dengan basis
Basis : melekat pada fenestra ovalis
Persendian ossicula auditiva : articulation synovial

Fungsi : menghantarkan getaran suara ke telinga dalam

OTOT-OTOT
M. stapedius
Origo
Insertion
Persarafan

: pyramida pada dd posterior


: collum stapedii
: N. facialis
Fungsi : relaksasi basis stapedii di fenestra
ovalis, untuk mengurangi tegangan di
membrane tympani
M. tensor tympani
Origo
: pars cartilage tuba auditiva
Insertion
: manubrium mallei
Persarafan : cabang
N.
pterygoidi
medialis
(N.
mandibularis)
Fungsi :
menarik membrane tympani ke
dalam dan menekan basis stapedii pada
fenestra ovalis, sehingga membrane tympani
menjadi lebih tegang.

Tuba auditiva
Adnexa mastoidea
Nervus facialis
C. TELINGA DALAM
Berfungsi untuk pendengaran dan keseimbangan
Labyrinth ossea

Struktur ini letaknya di dalam pars petrosa ossis temporalis,


dilapisi periosteum dan mengandung cairan perilymphe. Di
dalamnya terdapat labyrinth membranacea yang terdiri dari 3
bagian :
1. Vestibulum
2. Cochlea
3. Canalis semicircularis

Vestibulum
1. Letaknya diantara cochlea (depan) dan canalis
semicircularis (belakang)
2. Isi
a. sacculus
b. utriculus
c. sebagian dari ductus endolymphaticus
Cochlea
Berfungsi dalam proses pendengaran dan keseimbangan
1. Berbentuk konus (seperti rumah keong)
2. Modiolus adalah tulang pusat, sebagai sumbu dimana
cochlea melingkar seperti spiralis
3. Isinya duktus cochlearis
4. Membrana basilaris membagi saluran didalam cochlea
menjadi dua (scala tympani dan scala vestibuli) dan saling
berhubungan di apeksnya.
5. Membrana vestibularis
Diantara membrana vestibularis dan membrana basilaris
terdapat spiral organ atau organ dari Corti

Canalis Semicircularis
Berfungsi dalam keseimbangan kinetik

Terdiri dari 3 buah canalis


1. Anterior
2. Posterior
3. Lateral
Semua canalis ini saling tegak lurus 90 derajat dan saling
tegak lurus satu dengan yang lain, dan terletak 45 derajat thd
bidang sagital
semua canalis berbentuk 2/3 lingkaran
pada satu ujungnya melebar membentuk ampula
Probost, rudolf et all.Otorhinolaryngology.Thiene.2006
Petunjuk Praktikum Anatomi

Struktur

Letak

Fungsi

Telinga luar
Pinna
telinga)

Meatus

Samping kiri kanan di Mengumpulkan


dan
bawah temporal.
memindahkan gelombang
suara ke telinga tengah.
(daun Lempeng
tulang Mengumpulkan
rawan
yang gelombang
suara
ke
terbungkus kulit dan memban
timpani
terletak di kedua sisi mengandung
rambutkepala.
rambut penyaring dan
menyekresikan
kotoran
telnga untu menangkap
partikel-partikel asing.
Saluran dari ekterior Bergetar secara sinkron

auditorius
ekternus

melalui

tuang dengan gelombang suara

(liang temporalis

telinga)

ke yangmengenainya

membran timpani.

menyebabkan
tulang

Telinga tegah

Maleus,
stapes

Rangkaian
tulang
yang dapat bergerak
yang
berjalan
melintasi
rongga
telinga tegah,maleus
melekat ke membran
timpani dan stapes
melekat pada jendela
oval.
inkus, Membran tipis di pintu
masuk
koklea,memisahkan
telinga tengah dengan

tulang-

pendengaran

telinga tengah bergetar.


Memindahkan
getaran
membran
timpani
ke
cairan di koklea,dalam
prosesnya
memperkuat
energi suara.

Bersilia secara sinkron


dengan getaran membran
timpani,serta
menimbulkangetaran

skala vestibule
Telinga
koklea

seperti
gelombang
di
perlimfa koklea dengan
frekuensi yang sama.
atas Tempat sistem sensorik
dan untuk mendengar
bawah

dalam: Kompartemen
koklea
kompartemen
koklea.
Jendela oval
Kompartemen tengah Bergetar bersama dengan
koklea.
getaran
stpes
yang
melekat
padanya.
Gerakan
jendela
oval
menyebabkan
perlimfa
koklea bergerak.
Skala vestibuli, Membentuk
lantai Mengandung
perlimfa
skala timpani
duktus koklearis.
yang dibuat bergerak oleh
gerakan jendela oval yang
didorang oleh getaran
tulang-tulang
telinga
tengah.
Duktus koklearis Terletak di bagian atas Memgandung endolimfa:
(skala media)

dan

di

sepanjang tempat

membran basilaris.

Membran

Membran

basilaris

yang

membran

basilaris.

stasioner Mengandung

tergantung

endolimfe:

di tempat

membran

atas organ korti dan basilaris.


tempat sel-sel rambut
reseptor
tertanam
dalamnya.

permukaan Mengandung sel rambut,


di reseptor
yang

untuk

suara,

mengeluarkan

potensial

reseptor

sewaktu terbekuk akibat


cairan di koklea.

Organ korti

Membran

tipis

yang Tempat

memisahkan
timpani

dari

rambut

skala reseptor

sel-sel

tertanam

di

telinga dalamnya menekuk dan

tengah.

membentuk

potensial

reseptor ketika membrane


basilaris

bergetar

terhadap

membran

tektorial yang stasioner.


Membran

Tiga

saluran Bergerak bersama dengan

tectorial

semisirkuler

yang getaran cairan di perilimfe

tersusun tiga dimensi untuk meredam tekanan


dalam

bidang-bidang di

dalam

koklea,

yang tegak lurus satu berperan


sama lain di dekat

di

tidak
dalam

penerimaan suara.

korteks jauh di dalam


Jendela bundar

tulang temporalis.
Struktur
seperti Tempat
kantong
antara

sistem

sensoris

rongga untuk keseimbangan dan


koklea

dan memberikan

kanalis semisirkularis.

yang

masukan

penting

untuk

mempertahankan
Telinga

dalam Terletak

(aparatus

utrikulus

vestibularis)

postur

dan keseimbangan.
disamping Mendeteksi:
akselarasi
(percepatan)

deselarasi

(perlambatan)

rotasional

atau angular.
Kanalis
sirkularis

semi

Mendeteksi: 1) perubahan
posisi

kepala

menjauhi

sumbu vertikal,

Utrikulus

2)
mengarahkan
akselarasi dan deselerasi
linear secara horizontal.
Mendeteksi: 1) perubahan

posisi kepala menjauhi


sumbu
horizontal,
2)
mengarahkan akselarasi
dan
deselerasi
linear
secara vertikal.

Sakulus

pinna : suatu pengumpul suara, sementara liang telinga krn


bentuk dan dimensinya, dpt sangat memperbesar suara dlm
rentang 2 4 kHz.
Telinga tengah : suatu alat penghilang hambatan antara udara
( lingk.kita) dan cairan ( telinga dalam)
Stapes : menghantarkan getaran suara lewat liang telinga dan
telinga tengah ke telinga dalam
Daun telinga : menampung gelombang suara yg datang
Liang telinga : meneruskan suara dari daun telinga ke membran
timpani
Membran timpani : menggetarkan tulang pendengaran
Rongga telinga : menjaga antara tekanan udara dlm dan luar
agar seimbang
Maleus, inkus : meneruskan getaran suara ke tingkap jorong
Tuba eustachii : saluran yg menghub antara rongga telinga dg
naso faring
Pengatur agar tekanan didalam rongga telinga sama dg tekanan
diluar
Sbg ventilasi agar selaput lendir dirongga telinga mendapat
cukup oksigen / airasi.
cochlea : menerima rangsang dari skala vestibuli dan skala
timpani untuk dianalisa dan dibawa ke otak
vestibulum dan kanal semi sirkularis : berguna sbg alat
keseimbangan
(ILMU PENYAKIT THT, FK UNDIP)

Fisiologi
Telinga luar
a. Auricula (pinna)

Lipatan menonjol tulang rawan berlapis kulit mengumpulkan


gelombang suara dan menylurkanny ke saluran telinga luar.
b. Meatus acusticus externus
Menyalurkan/ mneruskan suara ke canalis auditoris
eksternus.
Pada pintu masuk saluran telinga dijaga oleh rambut-rambut
halus. Kulit yang melapisi saluran mengandung kelenjar
keringat modifikasi yang menghsilkan serumen yang
berfungsi untuk menjebak partikel-partikel kecil asing. Baik
rambut-rambut halusmaupun serumen membantu mencegah
partikel di udara mencpai bagian dalam saluran telinga,
tempat partikel dapat menumpuk atau menciderai membran
timpani dan mengganggu pendengaran.
c. Canlis auditorius eksternus
Meneeruskan suara ke membran timpani.
d. Membran timpani
Sebagai resonator untuk mengubah gelombang udara
menjadi gelombang mekanik.
Membran timpani membentang merintangi pintu masuk
telinga tengah, bergetar ketika terkena gelombang suara.
Daerah-derah bertekanan tinggi dan rendah yang berselangseling dan ditimbulkan oleh gelombang suara menyebabkan
gendang telinga yang sangat peka melekuk ke dalam dan
keluar seiring dengan frekuensi gelombang suara.
Agar membran bebas bergerak ketika terkena suara, tekanan
udara istirahat di kedua sisi membran timpani harus sama.
-

Telinga tengah
a. Tuba auditorius (tuba eustachii)
Menghubungkan pharyng dengan cavu nasopharing, untuk :
Proteksi : melindungi dari kuman
Drainse : pengeluaran cairan
Aerofungsi : menyamakan tekanan luar dan dalam
Tuba eustachius dalam keadan normal tertutup, tetapi dpat
membuka oleh gerakan menguap, mengunyah, dan menelan.
Pembukaan ini memungkinkan tekanan udara di telinga
tengah menyamai tekanan atmosfer sehingga tekanan di
kedua sisi membran timpani setara.

b. Tulang pendengaran : maleus, incus, stapes


Berfungsi memperkuat gerakan mekanik dari membran
timpani untuk diteruskan ke foramen ovale pada koklea,
sehingga perilimfe pada skala vestibuli kan berkembang.
Telinga dalam
Bagian resepto pendengaran :
a. Koklea
Skala vestibuli mengandung perilimfe
Skala medi mengandung endolimfe
Skala timpani mengandung peri limfe
Organo corti

Mengandung sel-sel rambut yang merupakan reseptor


pendengaran di membran basilaris.
2. Jelaskan mekanisme dari mendengar ?
Getaran suar di tangkap oleh telinga yang dialirkan ke liang telinga
dan mengenai membran timpani, sehinga membran timpani bergetar.
Getaran ini di truskan ke tulang pendengaran yang berhubungan satu
sama lain. Selanjutnya stapes menggerakan perilimfe dalam skala
vestibuli kemudian getaran diteruskan melalui membran reissner yang
mendorong endolimfe dan membran basal ke arah bawah, perilimfe dala
skala timpani akan bergerak sehingga foramen rotundum terdorong
keluar.
Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan
ion Na menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang-cabang N.VIII yang
kemudian meneruskan rangsangan ke pusat sensorik pendengaran di
otak, melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.
3. Jelaskan mekanisme terbentuknya serumen?
Serumen adalah hasil dari produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa
yang terdapat dibagiankartilago liang telinga luar dan epitel kulit yang
terlepas dan pertikel debu, yang berguna untuk melicinkan dinding liang
telinga dan mencegah masuknya serangga kecil kedalam liang telinga.
Dalam keadaan normal serumen terdapat disepertiga luar
liang telinga karena kelenjar tersebuthanya ditemukan didaerah ini dan
keluar dengan sendirinya dari liang telinga akibat migrasiepitel kulit yang
bergerak dari arah membrane timpani menuju keluar serta dibantu oleh
gerakanrahang sewaktu mengunyah.
Serumen adalah substansi lengket berwarna kekuningan sampai
coklat, yang ada di liangtelinga.
Substansi tersebut adalah hasil produksi dari kelenjar minyak dan
modifikasi kelenjar keringat dinding telinga. Serumen tersebut terdiri dari
60% keratin*, 12-20% asam lemak*, alkohol,squalene*, dan 6-9%
kolesterol. Komposisi ini menentukan wujud serumen itu sendiri.
Serumen ini secara umum dibagi menjadi:
Tipe basah:
Serumen putih (White/Flaky Cerumen), sifatnya mudah larut bila diirigasi.
Serumen coklat (light-brown), sifatnya seperti jeli, lengket.
Tipe kering:
Serumen gelap/ hitam, sifatnya keras, biasanya erat menempel
pada dinding liang telinga bahkan menutup liang sehingga menimbulkan
gangguan pendengaran.Serumen tipe basah lebih dominan dibandingkan
tipe kering.
Faktor yang menyebabkan serumen terkumpul dan mengeras di liang telin
ga sehingga menyumbat, antara lain:
1). Dermatitis kronik liang telinga luar
2). Liang telinga sempit
3).Produksi serumen banyak dan kental

4). Adanya benda asing di liang telinga


5). Adanya eksostosis liang telinga
6). Serumen terdorong oleh jari tangan atau ujung handuk setelah mandi
atau kebiasaan mengorek telinga.
Gejala yang timbul akibat sumbatan serumen adalah pendengaran
berkurang. Rasa nyeri
timbulapabila serumen keras membatu dan menekan dinding liang telinga
. Telinga berdengung(tinitus), pusing (vertigo) bila serumen telah menekan
membrane timpani, kadang-kadang disertai batuk oleh karena
rangsangan nervus vagus melalui cabang aurikuler.
Penatalaksanaan disesuaikan dengan konsistensi serumen. Jika serumen le
mbek hanya dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada aplikator.
Serumen yang sudah keras dikeluarkan dengan cara dikait dengan alat
pengait. Serumen yang terlalu dalam (mendekati membranetimpani),
dikeluarkan dengan cara mengirigasi liang telinga.
Pada serumen yang keras membatu sebelum dikeluarkan harus
dilembekkan terlebih dahulu dengan karbol gliserin 10% tiga kali tiga tetes
sehari, selama tiga sampai lima hari, setelah itu dikait dengan alat pengait
atau diirigasi jika serumen telah terdorong jauh kedalam liang telinga.
4. Mengapa pasien mengeluh kurang pendengaran?

a.

Tuli dibagi menjadi tiga yaitu tuli konduktif, tuli sensoneural, dan
tuli campur. Pada tuli konduktif, terdapat gangguan hantaran
suara, disebabkan oleh kelainan atau penyakit di telinga luar
atau telinga tengah seperti infeksi (otitis media), sumbatan tuba
eustachius, tumor, dll. Sedangkan pada tuli sensoneural kelainan
terdapat pada cochlea, nervus VIII, atau pusat pendengaran oleh
karena tumor, radang, dll. Pada tuli campur biasanya merupakan
satu

penyakit

misalnya

radang

telinga

tengah

yang

berkomplikasi ke telinga dalam atau merupakan dua penyakit


yang berlainan seperti tumor pada N. VIII (tuli saraf) dengan
radang telinga tengah (tuli konduktif).
5. Mengapa terjadi nyeri saat ditarik aurikula, dan ditekan Tragusnyaa sakit
sampai dikepala, dan saat penderita menelan?

Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa
rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti
terbakar hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa
sakit sering merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering
merupakan gejala sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa
agaknya tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini

diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar


langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga
edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit
yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga
bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga
gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan kekulit dan
tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang
hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.
6. Apa hubungan pasien mengorek telinga kiri dengan cotton bud dengan
keluhan pasien?

Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara


membuang sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran
telinga. Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud (kapas
pembersih) bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa
mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga
kotoran menumpuk disana.
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan
penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau
berenang. Kulit yang basah dan lembut pada saluran telinga lebih
mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur.
7. Mengapa dokter menanyakan pasien sebelumnya batuk maupun pilek?

ISPA sebagai pencetus OMA mengganggu tuba peradangan


penumpukan sel radang pada anak tuba terbuka saat menelan
menguap, menghisap tuba anak lebh horizontal, pendek, lebar
shg memudahkan kuman masuk dalam telinga sering terjadi
peradangan
ILMU KESEHATAN THT FK UI
Perpindahan kuman dari hidung bisa masuk ke telinga :
Melalui secret yang terinfeksi kuman dari hidung kea rah telinga
melalui tuba dan bercampur dengan cairan pada telinga tengah
8. Mengapa dokter memberikan resep serumenolitik selama 2 hari, sebelum
dilakukan irigasi telinga serta obat antibiotik dan analgetik per oral?
9. Apa hubungan keluahan pada pasien dengan tidak ditemukan adanya
furunkel dan jamur di liang telinga?
10.Macam-macam infeksi pada telinga?

11.DD? ( etilogi, gejala klinis, penatalkasanaan,patogenesis, komplikasi?)


Otitis Eksterna
Otitis Eksterna
Definisi
Otitis Eksternal adalah infeksi atau inflamasi mukosa pada telinga luar
(meatus akustikus eksternus). Dapat bersifat akut atau kronis. Biasanya
penyakit ini diderita oleh orang-orang yang banyak beraktivitas di air
seperti pada perenang.
Etiopatogenesis
Faktor penyebab dari otitis eksterna adalah infeksi bakteri, virus, dan
jamur. Sedangkan yang menjadi faktor predisposisi adalah:
pH: perubahan pH menjadi basa akan menurunkan proteksi terhadap
infeksi.
Udara: keadaan yang hangat dan lembab, kuman dan jamur dapat mudah
tumbuh.
Trauma ringan: pada saat mengorek telinga atau karena berenang yang
menyebabkan perubahan kulit karena kena air.
Lapisan mukosa MAE terdiri dari berbagai kelenjar, seperti kelenjar
penghasil serumen yang berfungsi sebagai faktor pelembab dan
pertahanan pada saluran telinga luar terhadap serangga karena sifat yang
asam, debu dan bahan iritan lainya, pada kondisi dimana terlalu banyak
serumen yang ada pada liang telinga dapat menyebabkan suatu
penyempitan lumen mukosa, serumen yang terlalu banyak dapat
mengembang ketika tercampur dengan air. Hal ini menyebabkan kondisi
telinga luar menjadi lebih lembab dan pH meningkat, akibatnya terjadi
penurunan dari fungsi serumen itu sendiri sehingga memudahkan telinga
luar mengalami iritasi oleh benda asing atau infeksi oleh MO. Bahan iritan
yang dapat menyebabkan reaksi inflamasi pada telinga antara lain:
serangga, debu, bakteri, virus, dan jamur.
Terjadi infeksi mikroorganisme biasanya jika telinga yang awalnya sudah
teriritasi atau pertahanan serumennya menurun kemasukan air bisa saat
mandi atau berenang, bakteri penyebab infeksi disebabkan oleh infeksi
kuman Streptokokus, Stafilokokus dan Pseudomonas. Liang telinga
menjadi basah dan lembab yang merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri.
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara
membuang sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran
telinga. Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud (kapas
pembersih) bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa
mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga
kotoran menumpuk disana. Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan
serumen akan menyebabkan penimbunan air yang masuk ke dalam
saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah dan lembut pada
saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur.
Klasifikasi
Otitis eksterna terbagi menjadi akut, kronis, dan sesuai dengan klinis dan
kausa. Pembagianya adalah sebagai berikut:
1. Otitis Eksterna akut
Sirkumkripta/Furunkel

2.
3.
4.
5.
6.

Difus
Infeksi Kronis liang telinga
Otomikosis
Herpes Zoster otikus
Otitis Eksterna maligna
Keratosis Obturans dan Kolesteatoma Eksternal
Otitis Eksterna Sirkumkripta
Pengertian:
Telinga bagian luar memiliki adneksa kulit dengan kelenjar sebasea, folikel
rambut, dan kelenjar serumen. Otitis Eksterna sirkumskripta terjadi
apabila infeksi bermula dari kelenjar pilosebaseus di liang telinga yang
disebabkan oleh bakteri stafilokokus aureus dan stafilokokus
albus sehingga menyebabkan furunkel terutama di liang telinga di 1/3
luar. Sering timbul pada seseorang yang menderita diabetes.
Klinis:
Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit yang hebat
tidak dipengaruhi oleh ukuran furunkel, lebih lagi apabila daun telinga
disentuh nyeri semakin hebat. Nyeri terjadi akibat kulit liang telinga tidak
memiliki jaringan ikat longgar dibawahnya, sehingga penekanan langsung
pada perikondrium. Rasa nyeri timbul spontan bila membuka sendi
temporomandibula. Keluhan kurang pendengaran, bila furunkel menutup
liang telinga. Pembengkakan pada liang telinga tampak terlokalisir dengan
batas yang tegas.
Terapi:
Penatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta adalah:
Terapi furunkel tergantung keadaannya, bila sudah abses maka dapat
diaspirasi untuk mengeluarkan nanahnya. Apabila furunkel mengalami
penebalan maka dilakukan insisi, kemudian dipasang salir (drain) untuk
mengeluarkan nanahnya.
Pada stadium infiltrat diberikan tampon yang dibasahi dengan 10%
ichthamol dalam glycerine, diganti setiap hari. Pada stadium abses
dilakukan insisi pada abses dan tampon larutan rivanol 0,1%.
Lokal dapat dibelikan antibiotik topikal seperti Polymixim B atau
Bacitrasin, atau antiseptik Asam asetat 2-5% dalam alcohol 2%.
Biasanya tidak perlu diberikan antibiotik sistemik, Antibiotika diberikan
dengan pertimbangan infeksi yang cukup berat. Diberikan pada orang
dewasa Ampisillin 250 mg qid, Eritromisin 250 qid. Anak-anak diberikan
dosis 40-50 mg per kg BB.
Pemberian obat simptomatik yang dibutuhkan seperti Analgetik seperti
Parasetamol 500 mg, Antalgin 500 mg. Sedatif bila perlu.
Pada kasus-kasus berulang tidak lupa untuk mencari faktor sistemik yaitu
adanya penyakit diabetes melitus.
Otitis Eksterna Difusa
Pengertian:
Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat
infeksi bakteri. Umumnya bakteri penyebab yaitu Pseudomonas. Bakteri
penyebab lainnya yaitu Staphylococcus albus, Escheria coli, dan
sebagainya. Otitis media difus juga sering terjadi sekunder dari OMSK
atau OMA.

Klinis:
Sama dengan Sirkumkripta. Tampak 2/3 telinga luar kulit terlihat hiperemis
dan udem yang batasnya tidak jelas. Tidak terdapat furunkel (bisul).
Sering ditemukan nyeri tekan tragus, liang telinga tampak sempit,
pembesaran KGB, terdapat sekret yang berbau namun tidak bercampur
lendir (musin), bila disertai musin dapat berasal dari OMA atau OMSK.
Terapi:
Pengobatan dengan pembersihan liang telinga lalu memasukkan tampon
yang mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang
baik antara obat dengan kulit yang meradang. Dapat diberikan kompres
rivanol 1/1000 selama 2 hari.
Lokal dapat dibelikan antibiotik topikal seperti Polymixim B/kolistin,
neomisin, dan hidrokortison atau klorampenikol.
Bila infeksi sangat berat diperlukan obat antibiotika sistemik, bila terjadi
infeksi telinga tengah perlu diobati penyebabnya.
Otomikosis
Pengertian:
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di
daerah tersebut. Yang tersering ialah jamur Pityosporum, Aspergilus
niger, Actinomises kadang-kadang juga Kandida albicans.
Klinis:
Gejalanya biasanya berupa rasa gatal yang dominan dan rasa penuh di
liang telinga, dan sedikit nyeri, tetapi sering pula tanpa keluhan. Pada
pemeriksaan tampak filament jamur berwarna keputihan. Seringkali
terjadi infeksi jamur oleh karena trauma akibat mengorek telinga.
Terapi:
Pengobatannya dengan membersihkan liang telinga. Dapat diberikan
larutan asam asetat 2-5% dalam alkohol, larutan povidon iodin 5% yang
diteteskan ke telinga atau tetes telinga yang mengandung antibiotik dan
steroid yang diteteskan ke liang telinga biasanya dapat menyembuhkan.
Kadang-kadang diperlukan juga obat anti-jamur (sebagai salep) yang
diberikan secara topikal yang mengandung nistatin atau klotrimazol.
Komplikasi:
Komplikasi dari otomikosis dapat berupa perforasi membran timpani, otitis
media serosa dan osteitis meatus akustikus eksternus. Perforasi membran
timpani terjadi akibat terbentuknya trombosis mikotik pada pembuluh
darah membran timpani sehingga menyebabkan nekrosis pada pembuluh
darah.
Herpes Zoster Okutis
Pengertian:
Infeksi herpes zoster terjadi akibat reaktivasi virus varicella-zoster, yaitu
virus penyebab cacar air. Virus ini diam pada saraf bagian ganglion
genikulatum dan radik servikal bagian atas. dan bisa teraktivasi kembali
dan berjalan melalui serat saraf ke kulit dan menyebabkan lesi yang
terasa nyeri. Seringkali penyebab reaktivasi virus tidak diketahui, tetapi
terkadang kondisi ini bisa terjadi ketika sistem kekebalan tubuh melemah,

misalnya pada orang-orang dengan kanker, AIDS, atau memakai obat-obat


tertentu.
Klinis:
Gejala klinis pada telinga bagian luar dan di dalam saluran telinga
terbentuk lepuhan-lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) yang berjalan
sesuai satu atau lebih dermatom saraf cranial. Vesikel juga bisa terbentuk
di kulit wajah atau leher yang dipersarafi oleh saraf yang terinfeksi. bila
telah parah dapat terjadi paralisis otot wajah dan tuli sensorineural.
Terapi:
Penatalaksanaan untuk mengatasi gejala-gejala yang ada. Kortikosteroid
(misalnya Prednison) bisa diberikan untuk menghambat peradangan dan
pencegahan terjadinya sindroma ramsay hunt. Obat-obat anti-virus
misalnya Asiklovir 800 mg 5x1 selama 7 hari atau Valasiklovir bisa
membantu mengurangi durasi infeksi. Serangan vertigo bisa diredakan
dengan pemberian Diazepam, dan nyeri yang timbul bisa diatasi dengan
pemberian obat-obat pereda nyeri golongan opioid. Penderita yang
mengalami kelumpuhan lengkap pada otot wajah mungkin memerlukan
tindakan bedah untuk mengatasi tekanan pada saraf wajah (saraf ke VII),
misalnya dengan memperlebar lubang yang dilalui oleh saraf wajah.
Infeksi Kronis Liang Telinga
Pengertian:
Infeksi bakteri atau jamur yang tidak diobati dengan baik, iritasi yang
disebabkan cairan otitis media, trauma berulang, adanya benda asing,
penggunaan cetakan pada alat bantu dengar dapat menimbulkan radang
kronis
Klinis:
Terjadi stenosis atau penyempitan liang telinga karena ter bentuknya
jaringan parut (sikatriks).
Terapi:
Memerlukan operasi rekonstruksi liang telinga.
Keratosis obturans dan kolesteatoma
Pengertian:
Pada keratosis obturan ditemukan gumpalan epidermis di liang telinga
yang disebabkan oleh terbentuknya sel epitel yang berlebihan yang tidak
bermigrasi kearah telinga luar. Terjadi gumpalan epitel berkeratin yang
mendesak liang telinga sehingga menyebabkan keluhan tuli dan otalgia.
Terjadi erosi pada tulang pada liang telinga secara luas.
Kolesteatoma terjadi hampir sama tetapi erosi lebih terjadi pada daerah
posteroinferior, terjadi otore atau pengeluaran cairan dari telinga yang
menahun serta nyeri tumpul. Hal ini disebabkan oleh invasi kolesteatom
ke tulang yang menimbulkan periostieitis pendengaran dan membrane
timpani biasanya normal. Terjadi biasanya pada usia tua dan unilateral.
Klinis:
Pada pasien dengan keratosis obturans terdapat tuli konduksi akut, nyeri
yang akut dan berat, liang telinga yang lebih lebar, membrane timpani
yang utuh tapi menebal, dan jarang ditemukan sekresi dari telinga. Erosi

tulang yang sirkumferensial. Terjadi bilateral terutama pada usia muda


dengan bronkiektasi atau sinusitis.
Pada kolesteatoma terjadi pada usia tua tanpa riwayat penyakit terkait
seperti sinusitis, nyeri yang dialami tumpul dan menetap, terjadi pada
satu sisi telinga. Erosi tulang yang terjadi terlokalisir dengan nekrosis
tulang dan ditemukan otore.
Terapi:
Oleh karena keratosis obturans disebabkan oleh radang yang kronis serta
terjadi migrasi epitel maka perlu dilakukan pengeluaran gumpalan keratin
tersebut dan pembersihan debris secara berkala.
Pada kolesteatoma perlu dilakukan mastoidektomi untuk mengangkat
kolesteatom dan tulang yang nekrotik, tujuan dilakukan operasi adalah
untuk mencegah proses lanjut erosi tulang tersebut. Indikasi operasi
adalah bila telah terjadi erosi yang meluas bahkan sampai ke telinga
tengah, kelumpuhan saraf fasialis, terjadi fistel labirin, atau otore yang
berkepanjangan.
Bila kolesteatom masih kecil bisa diangkat dengan jaringan nekrotik
disekitar lalu diberikan pembersihan dengan antibiotic topical berkala.
Pemberian obat tetes telinga campuran alcohol atau gliserin H2O2 3%
selama seminggu 3x1.\ dapat menolong.
Otitis Eksterna Maligna
Pengetian:

Manifestasi Klinis
Gejala awal dari otitis eksterna adalah telinga terasa penuh dan dapat
terasa gatal. Kemudian liang telinga akan bengkak. Pada fase ini akan
terasa sakit sekali, dengan getaran atau penekanan pada daun telinga
atau bagian depan muara telinga (tragus) dapat memperberat rasa nyeri
ini. Pada tingkat lanjut, wajah pada sisi telinga yang terinfeksi dapat
membengkak dan menyebabkan pasien menjadi sulit membuka mulut
karena nyeri sekali.
Diagnosis
Anamnesis :
Rasa gatal sampai nyeri di dalam telinga. Rasa gatal dapat dirasakan
sampai tenggorok. Kadang-kadang disertai sedikit nyeri. Awalnya sekret
encer, bening, tetapi dapat berubah menjadi sekret kental purulen. Pada
bentuk kronik sekret tidak ada atau hanya sedikit atau berupa gumpalan,
berbau akibat bakteri saprofit ataupun jamur.
Pendengaran normal atau sedikit berkurang.
Pada furunkel MAE gejala yang paling dominan adalah nyeri telinga
(otalgi). Nyeri bertambah saat gerakan mengunyah atau bila telinga
disentuh.
Pemeriksaan :
MAE terisi sekret serus (alergi), purulen (infeksi kuman), keabu-abuan atau
kehitaman (jamur).
Kulit MAE edema, hiperemi merata sampai ke membrana timpani.
Pembesaran kelenjar regional: daerah servikal antero superior, parotis
atau retro aurikuler. Pada furunkel didapatkan edema, hiperemi pada

1.
2.
3.

4.
5.
6.

pars kartilagenus MAE, nyeri tarik aurikulum dan nyeri tekan tragus. Bila
edema hebat membran timpani dapat tidak tampak (Rukmini, 2005).
Penatalaksanaan
Antibiotik dalam bentuk salep (neomisin, Polimiksin B atau Basitrasin).
Antiseptik (asam asestat 2-5% dalam alkohol 2%) atau tampon iktiol
dalam liang telinga selama 2 hari.
Pemasangan tampon pita cm x 5 cm yang telah dibasahi dengan
larutan Burowi filtrata pada MAE. Tampon secukupnya, tidak boleh
diletakkan terlalu ke dalam (nyeri/bahaya melukai membran timpani, sulit
mengeluarkan).
Bila furunkel menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan
nanahnya.
Insisi bila dinding furunkel tebal, kemudian kemudian dipasang drain untuk
mengalirkan nanah.
Obat simptomatik : analgetik, obat penenang.

12.Cara penegakan diagnosis dari skenario?

Pemeriksaan dan Diagnosis Gangguan Pendengaran


Diagnosis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik atau otoskopi telinga,
hidung dan tenggorok, tes pendengarn, yaitu tes bisik, tes garputala dan
tes audiometri dan pemeriksaan penunjang. Tes bisik merupakan suatu
tes pendengaran dengan memberikan suara bisik berupa kata-kata
kepada telinga penderita dengan jarak tertentu. Hasil tes berupa jarak
pendengaran, yaitu jarak antara pemeriksa dan penderita di mana suara
bisik masih dapat didengar enam meter. Pada nilai normal tes berbisik
ialah 5/6 6/6.
Tes garputala merupakan tes kualitatif. Garputala 512 Hz tidak terlalu
dipengaruhi suara bising disekitarnya. Menurut Guyton dan Hall, cara
melakukan tes Rinne adalah penala digetarkan, tangkainya diletakkan di
prosesus mastoideus. Setelah tidak terdengar penala dipegang di depan
teling kira-kira 2 cm. Bila masih terdengar disebut Rinne positif. Bila
tidak terdengar disebut Rinne negatif.
Cara melakukan tes Weber adalah penala digetarkan dan tangkai
garputala diletakkan di garis tengah kepala (di vertex, dahi, pangkal
hidung, dan di dagu). Apabila bunyi garputala terdengar lebih keras pada
salah satu telinga disebut Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak
dapat dibedakan ke arah teling mana bunyi terdengar lebih keras disebut
Weber tidak ada lateralisasi.
Cara melakukan tes Schwabach adalah garputala digetarkan, tangkai
garputala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar
bunyi. Kemudian tangkai garputala segera dipindahkan pada prosesus
mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya normal. Bila
pemeriksa masih dapat mendengar disebut Schwabach memendek, bila
pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara
sebaliknya, yaitu garputala diletakkan pada prosesus mastoideus
pemeriksa lebih dulu. Bila penderita masih dapat mendengar bunyi
disebut Schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira
sama-sama mendengarnya disebut Schwabach sama dengan pemeriksa
(Medicastore, 2006).

Tes audiometri merupakan tes pendengaran dengan alat elektroakustik.


Tes ini meliputi audiometri nada murni dan audometri nada tutur.
Audiometri nada murni dapat mengukur nilai ambang hantaran udara dan
hantaran tulang

penderita dengan alat elektroakustik. Alat tersebut dapat menghasilkan


nada-nada tunggal dengan frekuensi dan intensitasnya yang dapat diukur.
Untuk mengukur nilai ambang hantaran udara penderita menerima suara
dari sumber suara lewat heaphone, sedangkan untuk mengukur hantaran
tulangnya penderita menerima suara dari sumber suara lewat vibrator.
Manfaat dari tes ini adalah dapat mengetahui keadaan fungsi
pendengaran masing-masing telinga secara kualitatif (pendengaran
normal, gangguan pendengaran jenis hantaran, gangguan pendengaran
jenis sensorineural, dan gangguan pendengaran jenis campuran). Dapat
mengetahui derajat kekurangan pendengaran secara kuantitatif (normal,
ringan, sedang, sedang berat, dan berat) (Bhargava, Bhargava dan Shah,
2002).

13.Pemeriksaan penunjang?

Inspeksi
Palpasi
Auskultasi:
Dengan Otoskopi : (melihat gendang telinga/MT)
MT: merah muda merah membara (rubor)
bulging (adanya pustulasi)
bercak kuning (daerah nekrosis) perforasi
Pemeriksaan dg. garpu tala:
adanya tuli hantaran (CHL)
- Rinne : positif , BC > AC
- Weber : lateralisasi ke yg sakit
- Scwabach : memanjang
Ilmu Penyakit THT FK UNDIP
Pemeriksaan otoskopi:

Stadium peradangan

Pada pemeriksaan tampak membran timpani suram atau kebiruan


dengan corakan pembuluh darah sepanjang maleus dan annulus.
Bila penyakit berlanjut, membran timpani menebal dan memerah.

Pars

tensa

mengembung

dan

bagianya

tak

jelas.

Hal

ini

menunjukkan bahwa membran timpani terancan perforasi.

Stadium supurasi

Pada

pemeriksaan

tampak

sekret

mukopurulen

yang

sering

berpulsasi, keluar melalui perforasi pada pars tensa membran


timpani. Bila dapat terlihat, tampak mukosa menebal, berwarna
merah dan lembut seperti beludru. Pada perforasi yang kecil
mungkin tampak mukosa yang edem menonjol keluar melalui
lubang perforasi dan sekret keluar dari tengahnya, biasa disebut
perforasi puting susu.

Stadium komplikasi

Tampak

dinding

postero

superior

liang

telinga

menggantung

(sagging). Gambaran membran timpani tidak jelas berbeda dengan


sebelumnya.
Penyakit THT, Kepala dan Leher, John Jacob Ballenger

Pemeriksaan rontgen mastoid : untuk melihat perluasan infeksi


dari telinga tengah ke daerah tulang mastoid, serta adanya
gambaran kolesteatoma.

Pemeriksaan CT scan kepala : untuk melihat kelainan di


intrakranial. Sebelum ada CT scan,

dilakukan pemeriksaan

angiografi dan pemeriksaan ventrikulografi untuk mendiagnosis


kelainan intrakranial. Tetapi, pemeriksaan ini sangat invasif.

Pungsi lumbal : diperlukan untuk melihat adanya infeksi di likuor


serebrospinal, susunan kimiawi, dan peninggian tekanan likuor,
serta untuk pemeriksaan mikroresistensi kuman. Pungsi lumbal
sebaiknya

tidak

dilakukan

bila

terdapat

tanda

tekanan

intrakranial yang tinggi, terutama bila terdapat sakit kepala yang


hebat, serta kesadaran yang menurun. Pada keadaan demikian
harus dikonsulkan ke dokter ahli saraf.

Pemeriksaan mikroresistensi kuman yang diambil dari sekret


telinga.

Panduan Penatalaksanaan Gawat Darurat Telinga Hidung


Tenggorok, FKUI.
14.Penatalaksanaan pasien?
15.Komplikasi
Macam-macam gangguan pendengaran

Gangguan Pendengaran
Definisi Gangguan Pendengaran
Menurut
Khabori
dan
menggambarkan kehilangan
telinga. Tingkat penurunan
ringan, sedang, sedang berat,

Khandekar,
gangguan
pendengaran
pendengaran di salah satu atau kedua
gangguan pendengaran terbagi menjadi
berat, dan sangat berat.

Klasifikasi Derajat Gangguan Pendengaran


Klasifikasi derajat gangguan pendengaran menurut International
Standard Organization (ISO) dan American Standard Association
(ASA)
Derajat
ISO
ASA
Gangguan
Pendengaran
Pendengaran
10-25 dB
10-15 dB
Normal
Ringan
26-40 dB
16-29 dB
Sedang
41-55 dB
30-44 dB
Sedang Berat
56-70 dB
45-59 dB
Berat
71-90 dB
60-79 dB
Sangat Berat
Lebih 90 dB
Lebih 80 dB

Jenis Gangguan Pendengaran


Ada tiga jenis gangguan pendengaran, yaitu konduktif, sensorineural, dan
campuran. Menurut Centers for Disease Control and Prevention pada
gangguan pendengaran konduktif terdapat masalah di dalam telinga luar
atau tengah, sedangkan pada gangguan pendengaran sensorineural
terdapat masalah di telinga bagian dalam dan saraf pendengaran.
Sedangkan, tuli campuran disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan
tuli sensorineural. Menurut WHO-SEARO (South East Asia Regional Office)
Intercountry Meeting (Colombo, 2002) faktor penyebab gangguan
pendengaran adalah otitis media suppuratif kronik (OMSK), tuli sejak lahir,
pemakaian obat ototoksik, pemaparan bising, dan serumen prop.

Gangguan Pendengaran Jenis Konduktif


Pada gangguan pendengaran jenis ini, transmisi gelombang suara tidak
dapat mencapai telinga dalam secara efektif. Ini disebabkan karena
beberapa gangguan atau lesi pada kanal telinga luar, rantai tulang
pendengaran, ruang telinga tengah, fenestra ovalis, fenestra rotunda, dan
tuba auditiva. Pada bentuk yang murni (tanpa komplikasi) biasanya tidak
ada kerusakan pada telinga dalam, maupun jalur persyarafan
pendengaran nervus vestibulokoklearis (N.VIII).
Gejala yang ditemui pada gangguan pendengaran jenis ini adalah seperti
berikut:
1. Ada riwayat keluarnya carian dari telinga atau riwayat infeksi telinga
sebelumnya.
2. Perasaan seperti ada cairan dalam telinga dan seolah-olah bergerak
dengan perubahan posisi kepala.
3. Dapat disertai tinitus (biasanya suara nada rendah atau mendengung).
4. Bila kedua telinga terkena, biasanya penderita berbicara dengan suara
lembut (soft voice) khususnya pada penderita otosklerosis.
5. Kadang-kadang penderita mendengar lebih jelas pada suasana ramai.
Menurut Lalwani, pada pemeriksaan fisik atau otoskopi, dijumpai ada
sekret dalam kanal telinga luar, perforasi gendang telinga, ataupun
keluarnya cairan dari telinga tengah. Kanal telinga luar atau selaput
gendang telinga tampak normal pada otosklerosis. Pada otosklerosis
terdapat gangguan pada rantai tulang pendengaran.
Pada tes fungsi pendengaran, yaitu tes bisik, dijumpai penderita tidak
dapat mendengar suara bisik pada jarak lima meter dan sukar mendengar
kata-kata yang mengandung nada rendah. Melalui tes garputala dijumpai
Rinne negatif. Dengan menggunakan garputala 250 Hz dijumpai hantaran
tulang lebih baik dari hantaran udara dan tes Weber didapati lateralisasi
ke arah yang sakit. Dengan menggunakan garputala 512 Hz, tes
Scwabach didapati Schwabach memanjang (Soepardi dan Iskandar, 2001).
Gangguan Pendengaran Jenis Sensorineural
Gangguan pendengaran jenis ini umumnya irreversibel. Gejala yang
ditemui pada gangguan pendengaran jenis ini adalah seperti berikut:
1. Bila gangguan pendengaran bilateral dan sudah diderita lama, suara
percakapan penderita biasanya lebih keras dan memberi kesan seperti
suasana yang tegang dibanding orang normal. Perbedaan ini lebih jelas

bila dibandingkan dengan suara yang lembut dari penderita gangguan


pendengaran jenis hantaran, khususnya otosklerosis.
2. Penderita lebih sukar mengartikan atau mendengar suara atau
percakapan dalam suasana gaduh dibanding suasana sunyi.
3. Terdapat riwayat trauma kepala, trauma akustik, riwayat pemakaian
obat-obat ototoksik, ataupun penyakit sistemik sebelumnya.
Menurut Soetirto, Hendarmin dan Bashiruddin, pada pemeriksaan fisik
atau otoskopi, kanal telinga luar maupun selaput gendang telinga tampak
normal. Pada tes fungsi pendengaran, yaitu tes bisik, dijumpai penderita
tidak dapat mendengar percakapan bisik pada jarak lima meter dan sukar
mendengar kata-kata yang mengundang nada tinggi (huruf konsonan).
Pada tes garputala Rinne positif, hantaran udara lebih baik dari pada
hantaran tulang. Tes Weber ada lateralisasi ke arah telinga sehat. Tes
Schwabach ada pemendekan hantaran tulang.
Gangguan Pendengaran Jenis Campuran
Gangguan jenis ini merupakan kombinasi dari gangguan pendengaran
jenis konduktif dan gangguan pendengaran jenis sensorineural. Mula-mula
gangguan pendengaran jenis ini adalah jenis hantaran (misalnya
otosklerosis), kemudian berkembang lebih lanjut menjadi gangguan
sensorineural. Dapat pula sebaliknya, mula-mula gangguan pendengaran
jenis sensorineural, lalu kemudian disertai dengan gangguan hantaran
(misalnya presbikusis), kemudian terkena infeksi otitis media. Kedua
gangguan tersebut dapat terjadi bersama-sama. Misalnya trauma kepala
yang berat sekaligus mengenai telinga tengah dan telinga dalam (Miyoso,
Mewengkang dan Aritomoyo, 1985).
Gejala yang timbul juga merupakan kombinasi dari kedua komponen
gejala gangguan pendengaran jenis hantaran dan sensorineural.
Pada pemeriksaan fisik atau otoskopi tanda-tanda yang dijumpai
sama seperti pada gangguan pendengaran jenis sensorineural. Pada
tes bisik dijumpai penderita tidak dapat mendengar suara bisik pada
jarak lima meter dan sukar mendengar kata-kata baik yang
mengandung nada rendah maupun nada tinggi. Tes garputala Rinne
negatif. Weber lateralisasi ke arah yang sehat. Schwabach
memendek (Bhargava, Bhargava and Shah, 2002).

Anda mungkin juga menyukai