Anda di halaman 1dari 45

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan kepustakaan mengenai sejarah kehidupan manusia, dapat diketahui
bahwa hubungan antara manusia dan sumber daya air sudah terjalin dari berabad-abad
yang lalu.
Beberapa hal penting yang menyebabkan eratnya hubungan manusia dengan sumber
daya air dapat disebutkan antara lain :
a. Kebutuhan manusia akan kebutuhan makanan nabati
b. Kebutuhan manusia akan kenyamanan dan keamanan hidupnya
Kenyataan sejarah pun kemudian membuktikan, bahwa manusia yang tidak bisa
bersahabat dan melestarikan keberadaan sumber daya air yang ada, akan surut dan
runtuh kejayaannya. Kehancuran tersebut disebabkan oleh bencana yang ditimbulkan
oleh perilaku sungai, tetapi bukan karena itu saja. Proses akibat menurunnya fungsi
sumber daya air sungai merupakan salah satu faktor kehancuran karena hal ini dapat
mematikan beberapa sarana dan prasarana yang pentting bagi kehidupan manusia.
1.2. Beberapa Pengertian
a.

Daerah Pengaliran adalah daerah pada pengaliran Sungai (DPS), dimana apabila
terjadi peristiwa-peristiwa alam dan perubahan hidro-klimatologi akan mempengaruhi
pengaliran pada sungai tersebut.

b.

Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah / daerah yang memperoleh air dari satu
jaringan irigasi yang terdiri dari saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier, saluran
kuarter.

c.

Daerah potensial adalah daerah yang mempunyai kemungkinan baik untuk


dikembangkan.

d.
1.

Irigasi mempunyai 2 pengertian, yaitu :


Pengertian luas
Irigasi adalah merupakan suatu usaha untuk memberi air pada tanah yang biasanya
untuk menunjang pertanian.

2.

Pengertian yang sempit


Irigasi adalah merupakan pemberian air dengan menggunakan saluransaluran
pengaliran.

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


e.

Irigasi teknik berarti mengalirkan air secara buatan untuk keperluan pertanian,
membagi-bagikan diantara ladang atau sawah secara teratur dan kemudian membuangnya
setelah dimanfaatkan dengan baik.

f.

Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan yang
diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pangambilan, pembagian,
pemberian, dan penggunaannya.

g.

Petak irigasi adalah peta lahan yang memperoleh air irigasi dari satu jaringan irigasi.

h.

Saluran primer adalah saluran yang membawa air dari bangunan utama sampai
bangunan bagi.

i.

Saluran sekunder adalah saluran yang membawa air dari bangunan bagi pada saluran
primer sampai bangunan bagi / bangunan sadap terakhir.

j.

Saluran tersier adalah saluran yang berfungsi mengairi petak tersier.

k.

Penyediaan irigasi adalah penentuan banyaknya air yang dapat dipergunakan untuk
menunjang pertanian.

l.

Pembagian air irigasi adalah penyaluran air yang dilaksanakan oleh pihak yang
berwenang dalam eksploitasi pada jaringan irigasi utama hingga ke petak irigasi tersier.

m.

Pemberian air irigasi adalah air irigasi dari jaringan utama ke petak tersier.

n.

Penggunaan air irigasi adalah pemanfaatan air irigasi di tingkat usaha tani.
1.3. Tujuan dan Manfaat Irigasi
Tujuan dari irigasi pada suatu daerah adalah upaya untuk penyediaan dan
pengaturan air untuk menunjang pertanian dari sumber air ke daerah yang membutuhkan
dan mendistribusikan secara teknis dan sistematis. Dengan demikian diharapkan tanah
menjadi subur dan terjaga kelembabannya, selain tujuan utama tersebut masih ada tujuan
lainnya, sehingga jenis air yang dibutuhkan juga berbeda-beda.
Manfaat suatu sistem irigasi adalah :
1. Untuk membasahi tanah, ditujukan hanya untuk daerah yang curah hujannya kurang /
tidak menentu.
2. Untuk mengatur pembasahan tanah, yang mana nantinya agar daerah pertanian dapat
dialiri air sepanjang waktu.
3. Untuk menyuburkan tanah, yang berguna untuk mengalirkan air yang mengandung
lumpur.
4. Untuk menggelontorkan air di kota, yang mana nantinya sampah-sampah digelontor
ke tempat tukuan tertentu / kelapangan-lapangan yang tersedia.

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


5. Untuk mengatur suhu tanah, karena tanaman hanya dapat tumbuh dengan baik bila
suhunya optimum, tidak terlalu tinggi atau rendah.
Berdasarkan percobaan didapat suhu terbaik antara 33 - 37 C.
6. Katamasi yaitu termasuk perbaikan tanah dengan meninggikan tanah yang rendah dan
endapan lumpur yang dilepas oleh air.

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang
jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawahtanah, irigasi pompa dan irigasi
rawa. Semua proses kehidupan dan kejadian di dalam tanah yang merupakan tempat
media pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak sebagai
pelaku (subjek) atau air sebagai media (objek). Proses-proses utama yang menciptakan
kesuburan tanah atau sebaliknya yang mendorong degradasi tanah hanya dapat
berlangsung apabila terdapat kehadiran air. Oleh karena itu, tepat kalau dikatakan air
merupakan sumber kehidupan.
2.2 Kualitas Air Irigasi
Tidak semua air cocok untuk dipergunakan bagi kebutuhan air irigasi. Air yang
dinyatakan kurang baik untuk air irigasi biasanya mengandung :

Bahan kimia yang beracun bagi tumbuhan atau orang yang mengkonsumsi

tumbuhan itu
Bahan kimia yang bereaksi dengan tanah yang kurang baik
Tingkat keasaman air (Ph)
Tingkat kegaraman air
Bakteri yang membahayakan orang atau binatang yang mengkonsumsi tumbuhan

yang diairi dengan air tersebut


2.3 Sistem Irigasi dan Klasifikasi Jaringan Irigasi
Dalam perkembangannya, irigasi dibagi menjadi 3 tipe yaitu :
1. Irigasi Sistem Gravitasi
Irigasi gravitasi merupakan sistem irigasi yang telah lama dikenal dan diterapkan
dalam kegiatan usaha tani, sumber air diambil dari air yang ada di permukaan
bumi yaitu dari sungai, waduk, dan danau di dataran tinggi.
2. Irigasi Sistem Pompa
Sistem ini bisa dipertimbangkan apabila pengambilan secara gravitatif ternyata
tidak layak dari segi ekonomi maupun teknik, namun cara ini membutuhkan
modal kecil namun memerlukan biaya eksploitasi yang besar.
3. Irigasi Pasang-Surut
Irigasi pasang-surut adalah suatu tipe irigasi yang memanfaatkan pengempangan
air sungai akibat peristiwa pasang-surut air laut.
Ditinjau dari cara pengaturan, pengukuran aliran air, dan fasilitasnya, irigasi
dibedakan menjadi tiga tingkatan.
1. Jaringan Irigasi Sederhana
AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


Pembagian air tidak diukur atau diatur dengan bangunan air tetapi didasarkan
pada petak sawah yang memerlukan sehingga air akan lebih mengalir ke saluran
pembuangan.
Kelemahan :
- Ada pemborosan air karena umumnya jaringan ini terletak di daerah yang
tinggi. Air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang
-

subur.
Terdapat banyak endapan yang memerlukan lebih banyak biaya dari penduduk

karena tiap desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri.


- Bangunan penangkap air ini sifatnya tidak permanen maka umurnya pendek.
2. Jaringan Irigasi Semi Teknis
Pada jaringan ini bangunan bendungnya terletak di sungai lengkap dengan
pintu pengambilan. Beberapa bangunan permanen sudah dibangun.
Bangunan pengambilan dipakai untuk melayani atau mengairi daerah yang lebih
luas daripada daerah layan sederhana.
3. Jaringan Irigasi Teknis
Prinsip jaringan ini adalah pemisahan antara saluran pembawa dan saluran
pembuang. Ini berarti bahwa baik saluran pembawa maupun saluran pembuang
bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing.Saluran pembawa mengalirkan
air irigasi ke sawah-sawah dan saluran pembuang mengalirkan kelebihan air
sawah ke saluran pembuang.
Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah petak
tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang umumnya
berkisar antara 50-100 ha kadang-kadang sampai 150 ha.
Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah.Kelebihan air di
tamping didalam suatu jaringan saluran pembuang tersier dan kuarter dan
selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang sekunder dan kuarter.
Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsip di atas adalah cara
pembagian air yang paling efisien dengan mempertimbangkan waktu-waktu
merosotnya persediaan air serta kebutuhan petani. Jaringan irigasi teknis
memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran, pembagian air irigasi dan
pembuangan air lebih efisien.

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

Sumber : Standar Perencanaan Irigasi KP 01


Tabel 1. Klasifikasi Jaringan Irigasi
2.4 Faktor-faktor yang Menentukan Kebutuhan Air Sawah
Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman dengan
memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi air
tanah.
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan air sawah untuk padi :
1. Penyiapan lahan
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan air irigasi
pada suatu proyek irigasi. Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya
kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah :
a. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan
lahan
b. Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan
Faktor-faktor penting yang menentukan lamanya jangka waktu penyiapan lahan
adalah :
-

Tersedianya tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor untuk menggarap

tanah
Perlu memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia cukup waktu untuk
menanam padi sawah atau padi ladang kedua
Faktor-faktor tersebut saling berkaitan, kondisi social budaya yang ada

didaerah penanaman padi akan mempengaruhi lamanya waktu yang diperlukan


untuk penyiapan lahan. Untuk daerah irigasi baru, jangka waktu penyiapan lahan
akan ditetapkan berdasarkan kebiasaan yang berlaku didaerah-daerah didekatnya.
Sebagai pedoman diambil jangka waktu 1,5 bulan untuk menyelesaikan penyiapan
lahan diseluruh petak tersier.
2. Penggunaan konsumtif
Penggunaan konsumtif adalah jumlah air yang dipakai oleh tanaman untuk
proses fotosintesis dari tanaman tersebut. Penggunaan konsumtif dihitung dengan
rumus berikut :
Etc = Kc .Eto
AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


Dimana :
Etc = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
Eto = evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari)
Kc = koefisien tanaman
3. Perkolasi dan rembesan
Laju perkolasi sangat tergantung kepada sifat-sifat tanah.Pada tanah lempung
berat dengan karakteristik pengolahan yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 13 mm/hari. Pada tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bias lebih tinggi. Dari
hasil-hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan, besarnya laju
perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk pengelolaan tanah dapat ditetapkan
dan dianjurkan pemakaiannya.Untuk menetukan laju perkolasi tinggi muka air
tanah juga harus diperhitungkan.Perembesan terjadi akibat meresapnya air melalui
tanggul bawah.
4. Pergantian lapisan tanah
Penggantian lapisan air dilakukan setelah pemupukan.Penggantian lapisan air
dilakukan menurut kebutuhan.Jika tidak ada penjadwalan semacam itu, lakukan
penggantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm selama sebulan dan dua
bulan setelah transplantasi.
5. Curah hujan efektif
Untuk irigasi padi, curah hujan efektif bulanan diambil 70% dari curah hujan
minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahun.
Re = 0,7 x 0,5 Rs
Dimana :
Re = curah hujan efektif (mm/hari)
Rs = curah hujan minimum dengan periode ulang 5 tahun (mm)
Kebutuhan air di sawah dinyatakan dalam mm/hari atau lt/det/ha.Kebutuhan air
belum termasuk efisiensi di jaringan utama dan tersier.Efisiensi dihitung dalam
kebutuhan pengambilan air irigasi.
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air
Kebutuhan air tanaman dipengaruhi oleh evaporasi dan transpirasi. Faktor yang
mempengaruhi kebutuhan air tanaman :
1. Topografi
Keadaan topografi mempengaruhi kebutuhan air tanaman. Untuk lahan yang
miring memerlukan kebutuhan air yang lebih banyak daripada lahan yang datar
karena air akan lebih cepat mengalir menjadi aliran permukaan dan hanya sedikit
yang mengalami infiltrasi, dengan kata lain kehilangan air di lahan miring lebih
besar.
2. Hidrologi

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


Jumlah contoh hujan mempengaruhi kebutuhan air.Makin banyak curah
hujannya, maka makin sedikit kebutuhan air tanaman.Hal ini disebabkan karena
hujan efektif menjadi besar.
3. Klimatologi
Keadaan cuaca adalah salah satu syarat yang penting untuk pengelolaan
pertanian.Tanaman tidak dapat bertahan dalam cuaca yang buruk. Dengan
memperhatikan

keadaan

cuaca

dan

cara

pemanfaatannya,

maka

dapat

dilaksanakan penanaman tanaman yang tepat untuk periode yang tepat dan sesuai
dengan keadaan tanah. Cuaca dapat digunakan untuk rasionalisasi penentuan laju
evaporasi dan evapotranspirasi. Hal ini sangat bergantung pada jumlah jam
penyinaran matahari dan radiasi matahari.
4. Tekstur tanah
Selain membutuhkan air, tanaman juga membutuhkan tempat untuk tumbuh
yang dalam irigasi teknik dinamakan tanah.Tanah yang baik untuk usaha pertanian
adalah tanah yang mudah dikerjakan dan bersifat produktif serta subur.Tanah yang
baik tersebut member kesempatan pada akar tanaman untuk tumbuh dengan
mudah, menjamin sirkulasi air dan udara serta baik pada zona perakaran dan
secara relative memiliki persediaan hara dan kelembaban tanah yang cukup.
2.6 Tujuan dan Manfaat Irigasi
Tujuan irigasi adalah upaya untuk penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian mulai dari sumber air sampai ke daerah yang membutuhkan dan
mendistribusikannya secara teknis dan sistematis.
Manfaat sistem irigasi, antara lain :
1. Untuk membasahi tanah, yaitu membantu pembasahan tanah pada daerah yang curah
hujannya kurang atau tidak menentu.
2. Untuk mengatur pembasahan tanah, yaitu agar daerah pertanian dapat diairi
sepanjang waktu baik musim kemarau maupun musim hujan.
3. Untuk menyuburkan tanah, yaitu mengalirkan air yang mengandung lumpur pada
daerah pertanian sehingga tanah dapat menerima unsur-unsur penyubur.
4. Untuk penggelontoran air di kota, yaitu dengan menggunakan air irigasi, sampah di
kota digelontorkan ke tempat yang telah disediakan.
2.7 Tahap-tahap Pengerjaan Irigasi Teknis
Tahap-tahap yang diperlukan dalam merencanakan suatu irigasi adalah :
1. Survey daerah yang akan diairi
Untuk membuat rencana yang tepat diperlukan peta yang mencantumkan keadaan
horisontal dan vertikal dari daerah yang bersangkutan.
2. Penyelidikan tentang keadaan tanah

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


Sebelum merencanakan suatu bangunan irigasi untuk suatu daerah yang belum
dibuka, perlu diselidiki apakah tanahnya cocok untuk pertanian, serta apakah hasil
pertanian itu sepadan dengan biaya yang dikeluarkan.
3. Ketentuan aliran sungai
Untuk membuat bendung dalam sungai perlu diketahui debit maksimum yang
menetukan ukuran bangunan tersebut. Di sungai yang bersangkutan hendaknya
dilakukan pengukuran debit yang luas sekali untuk mengetahui jumlah air yang dapat
digunakan untuk pengairan selama musim kemarau. Debit suatu air yang dapat
ditentukan dengan pengukuran arus dan pengamatan papan duga. Kemudian dengan
data yang diperoleh dapat ditentukan lengkung pengairan.
4. Pengamatan curah hujan
Untuk mengetahui banyak air yang diharapkan sebagai tambahan untuk air irigasi
maka didirikan stasiun-stasiun hujan dengan teratur dan tersebar di seluruh lapangan.
5. Menentukan sistem irigasi
Sistem yang dipakai tergantung iklim, jenis pertanian dan keadaan tanah.
Sistem-sistem irigasi tersebut :
Irigasi Petak
Irigasi dengan jalan menggenangi suatu daerah. Area dibagi atas petak-petak

dengan luas menurut situasi daerahnya.


Irigasi Lereng
Adalah irigasi yang diberikan pada suatu daerah dengan lereng agak terjal
atau agak rata. Pemberian air dilakukan dengan cara mengalirkan air selapis

demi selapis.
Irigasi Sisir
Bentuk lain untuk memperoleh suatu lapisan air yangtipis. Sistem ini harus

diterapkan pada tanah yang datar dan lapangan harus diratakan.


Irigasi Teras
Irigasi teras yaitu pengairannya dengan mengalirkan air dari petak di atas ke

petak di bawahnya, dilengkapi dengan saluran-saluran.


6. Menentukan area tanah yang dapat diairi dan letak bangunan irigasi
Dengan melihat situasi dan data-data hasil survey area tanah yang dapat diairi serta
letak bangunan irigasi yang akan mengairi daerah tersebut. Dalam hal ini
dipertimbangkan juga segi ekonomis, sebab menyangkut hal yang luas dan kompleks
7. Perhitungan-perhitungan
Luas daerah pertanian
Jumlah dan dimensi bangunan irigasi
Jumlah tanah timbunan dan galian
Jumlah air yang dibutuhkan
2.8 Bendung
AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


Bendung atau bendung gerak dipakai untuk meninggikan muka iar di sungai sampai
pada ketinggian yang diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak
tersier. Ketinggian itu akan menentukan luas daerah yang diairi (command area).
Bendung gerak adalah bangunan yang dilengkapi dengan pintu yang dapat dibuka
untuk mengalirkan air pada waktu terjadi banjir besar dan ditutup apabila aliran kecil.
Di Indonesia, bendung adalah bangunan yang paling umum dipakai untuk
membelokan air sungai untuk keperluan irigasi.
2.9 Klasifikasi Bangunan Irigasi
Bangunan irigasi terdiri dari :
1. Bangunan bagi adalah bangunan yang terletak pada saluran primer yang membagi
ke saluran sekunder atau bangunan pada saluran sekunder yang membagi air ke
saluran sekunder yang lain. Bangunan bagi dilengkapi dengan pintu dan alat ukur.
2. Bangunan sadap adalah bangunan yang terletak di saluran primer atau sekunder
yang membagi air ke saluran tersier.
3. Bangunan bagi sadap adalah bangunan yang berupa bangunan bagi dan bersama
itu pula sebagai bangunan sadap . Bangunan ini merupakan kombinasi antara
bangunan bagi dan sadap.
4. Bangunan pengatur tinggi muka air
- Pada saluran yang mempunyai kemiringan hampir mendekati kemiringan
medan/lapangan dibagi jadi 2 tipe :
a. Bangunan yang dapat mengendalikan tinggi muka air
1. Pintu skotbalk adalah susunan balok-balok persegi yang terlepas satu
sama lain. Pengalirannya merupakan pengaliran tidak sempurna. Lebar
skot balk ditetapkan dengan mengambil kehilangan tekanan z = 0,05 m
dan skot balk dilepaskan seluruhnya.
2 2
Q=C d . C v . .
g . b .h 3/ 2
3 3

Dimana :
Q
= debit ( m3/det )
Cd
= koefisien debit
Cv
= koefisien kecepatan datang 1
g
= percepatan gravitasi ( m/det2 )
b
= lebar pintu (m)
h
= tinggi air di atas balok (m)
2. Pintu sorong
Kelebihan kelebihan yang dimiliki :
- Tinggi muka air hulu dapat dikontrol dengan tepat
- Pintu bilas kuat dan sederhana
- Sedimen yang diangkut oleh saluran hulu dapat melewati pintu
bilas
AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

10

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


Kerugian dari pintu sorong adalah :
- Benda benda hanyut dapat tersangkut di pintu
Perencanaan hidrolis :
- Untuk aliran sempurna :
Q= . b . a .(2. g . h1 )0,5 dengan
-

Untuk aliran tidak sempurna :


Q= . b . a .(2. g . z)0,5 dengan

= 0,6
= 0,85

Gambar 1. Aliran di Bawah Pintu Sorong dengan Dasar Horisontal


b. Bangunan yang hanya mempengaruhi tinggi muka air
1. Mercu tetap
Keuntungan yang dimiliki :
- Tidak ada masalah dengan benda hanyut
- Konstruksi kuat, tidak mudah rusak
- Dapat dibuat untuk melewatkan sedimen
Kelemahan yang dimiliki :
- Tidak dapat dipakai untuk mengendalikan muka air di saluran
- Tidak dapat dipakai untuk mengendalikan debit
Perencanaan hidrolis :
2 2
Q=C d . C v . .
g . b .h 3/ 2
3 3

Dimana :
Q
= debit ( m3/det )
Cd
= koefisien debit
Cv
= koefisien kecepatan datang 1
g
= percepatan gravitasi ( m/det2 )
b
= lebar pintu (m)
h
= tinggi air di atas balok (m)

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

11

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

Gambar 2. Bentuk bentuk Mercu


2. Celah kontrol trapesium
Bangunan ini biasa dibuat diudik bangunan terjun/bangunan got
miring untuk menghindari turun naiknya muka air di saluran.

Gambar 3. Sketsa Dimensi untuk Celah Kontrol

G
ambar 4. Bangunan-bangunan Pengatur Muka Air

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

12

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


-

Jika kemiringan lapangan lebih besar dari kemiringan maksimum saluran yang
diijinkan, maka saluran harus dibagi menjadi beberapa ruas yang dihubungkan
dengan :
1. Bangunan terjun
Ada 2 tipe, yakni :
a. Bangunan terjun tegak
Umumnya dipakai untuk tinggi terjunan antara 0,5 sampai 1,5 m.
Tinggi terjun maksimum
1,5 m untuk Q < 2,5 m3det
0,75 m untuk Q > 2,5 m3/det
Bangunan terjun mempunyai 4 fungsional, yakni:
1. Bagian pengontrol aliran
Yaitu bagian sebelah udik dimana aliran menjadi super kritis.
2. Bagian pembawa
Yaitu bagian dimana air dialirkan ke elevasi yang lebih rendah.
3. Bagian peredam energy
Yaitu tempat dimana energy diredam.
4. Bagian peralihan
Yaitu bagian di sebelah hilir bangunan terjun yang memerlukan
perlindungan untuk mencegah erosi.

Gambar 5. Bangunan Terjun Tegak


Perencanaan Hidrolis :
2 2
Q=C d . .
g . b . H 13 /2
3 3

H 1=h1 +

v2
2g

Dimana :
Q
= debit ( m3/det )
Cd
= 0,93 + H1/L
g
= percepatan gravitasi ( m/det2 )
L
= panjang pengontrol
b. Bangunan terjun miring
AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

13

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


Umumnya dipakai untuk tinggi terjunan 1,5 sampai 4,5 m.

Gambar 6. Bangunan Terjun Miring


Perencanaan Hidrolis :
2 2
Q=C d . .
g . b . H 13 /2
3 3

H 1=h1 +

v2
2g

Dimana :
Q
= debit ( m3/det )
Cd
= 0,93 + H1/L
g
= percepatan gravitasi ( m/det2 )
L
= panjang pengontrol
2. Bangunan silang
Bangunan silang adalah bangunan yang membawa air buangan atau air
hujan dari saluran atas ke saluran bawah melalui suatu hambatan alam,
misalnya sungai, jalan, buit dan sebagainya.Saluran pada umunya melintas
pada bawah saluran.
Macam-macam bangunan silang :
1. Sipon
Sipon adalah bangunan yang membawa air lewat bawah jalan, melalui
sungai atau saluran pembuang yang dalam.Antara saluran dan sipon pada
pemasukan dan pengeluaran diperlukan pengaliran yang cocok.Agar sipon
dapat berfungsi dengan baik, maka sipon tidak boleh dimasuki udara.
Mulut sipon sebaiknya dibawah permukaan air hulu.Kedalaman air di atas
sisi atas sipon dari permukaan air tergantung dari kemiringan dan ukuran
sipon.
Pada sipon kecepatan harus dibuat setinggi mungkin sesuai dengan
kehilangan energi maksimum yang diijinkan agar tidak terjadi endapan
lumpur.
Perencaan hidrolis sipon harus mempertimbangkan kecepatan aliran,
kehilangan pada peralihan masuk, kehilangan akibat gesekan, kehilangan
pada bagian siku sipon, serta kehilangan pada peralihan keluar.
AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

14

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

2. Gorong-gorong
Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air
melewati jalan bawah air lainnya. Gorong-gorong mempunyai potongan
melintang yang lebih kecil daripada luas.

Gambar 7. Gorong-gorong Beton Bertulang


3. Talang
4. Alur pembuang
5. Bangunan Pengukur Debit
Agar pengelolaan air irigasi menjadi efektif maka debit harus diukur dan diatur pada
udik saluran primerm cabang saluran sekunder, dan pada bangunan sadap.
Bangunan pengukur debit yang dianjurkan yakni :
1. Alat ukur ambang lebar

Gambar 8. Alat Ukur Ambang Lebar dengan Mulut Pemasukan yang Dibulatkan

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

15

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

Gambar 9. Alat Ukur Ambang Lebar dengan Pemasukan Bermuka Datar


dan Peralihan Penyempitan
2. Alat ukur Romjin
Alat ukur Romjin dibagi menjadi 3 jenis. Kelebihan alat ukur ini adalah :
- Pintu ini bisa mengukur dan mengatur debit.
- Dapat membilas endapan sedimen halus.
- Kehilangan tinggi energy relatif kecil.
- Ketelitian cukup baik.
- Eksploitasi mudah.
Sedangkan kekurangan alat ukur ini adalah :
- Pembuatan rumit dan mahal.
- Pintu ini membutuhkan muka air yang tinggi di saluran udik.
- Biaya pemeliharaan mahal.
- Pintu ini dapat disalahgunakan dengan membuka pintu bawah.
- Peka terhadap fluktuasi muka air.

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

16

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


Gambar 10. Perencanaan Mercu Alat Ukur Romijn
3. Alat ukur Crump de Gryuter
Adalah alat ukur lebar panjang yang dilengkapi dengan pintu vertical.

Gambar 11. Perencanaan yang Dianjurkan untuk Alat Ukur Crump de


Gruyter

Tabel

0,62

0,167

0,065

0,665

0,218

0,386

0,055

0,69

0,14

0,495

0,049

0,715

0,1

0,575

0,044

0,735

0,08

0,62
10
0,04
0,75
Tabel 2. Nilai pada alat ukur Crump de Gruyter

Pemilihan tipe alat ukur debit untuk suatu daerah irigasi didasarkan pada :
1. Kecocokan bangunan untuk keperluan pengukur debit.
2. Ketelitian pengukuran di lapangan.
3. Bangunan kokoh, sederhana dan ekonomis.
4. Rumus debit sederhana dan teliti.
5. Eksploitasi dan pembacaan papan duga mudah.
6. Pemeliharaan sederhana dan murah.
AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

17

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


7. Cocok dengan kondisi setempat dan dapat diterima oleh petani.
6. Tipe-tipe Alat Ukur Debit
Alat ukur yang dipakai :
a. Pintu Romijn
Pintu Romijn adalah alat ukur yang bias digerakan untuk mengatur dan
mengukur debit di dalam saluran irigasi. Mercunya dibuat dari pelat baja dan
dihubungkan dengan alat pengangkat.
Pintu berasal langsung dari pabrikasi, dibuat menurut lebar yang ada.Pintu
besi yang dilengkapi dengan stang pengangkut.
b. Pintu Crump de Gruyter (CDG)
Alat ukur Crump de Gruyter adalah alat ukur leher panjang yang dipasangi
pintu gerak vertical. Alat ukur ini biasanya digunakan pada saluran yang muka
airnya selalu mengalami fluktuasi atau pada saluran yang mempunyai muka air
rendah. Debit maksimum yang dapat melalui satu pintu 900 liter/detik.

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

18

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


Cara perhitungan pintu CDG :

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

19

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

BAB III
KRITERIA
3.1. Perencanaan Peta Petak Irigasi

Peta petak bertujuan menggambarkan dan mewujudkan lokasi serta arah dan
saluran, jalan, batas petak irigasi, daerah yang dapat dialiri, dan tidak dapat dialiri serta
seluruh jaringan drainasenya.
Menurut batas petak irigasi dibagi menjadi 4 petak :
a. Petak Primer
b. Petak Sekunder
c. Petak Tersier
d. Petak Kuarter
Langkah-langkah pembuatan petak irigasi :
1. Mewarnai petak
2. Menentukan letak lokasi bendung
3. Perencanaan saluran primer, sekunder, tersier, dan kuarter
4. Menentukan bangunan pengatur muka air
5. Cara pemberian warna :
a. Sungai

: Merah

b. Desa

: Hijau Muda

c. Jalan

: Hitam

d. Rawa

: Ungu

e. Kuburan

: Coklat Muda

f. Saluran Primer

: Biru Tua

g. Saluran Sekunder

: Pink

h. Saluran Tersier

: Hijau Tua

i. Saluran Kuarter

: Coklat Tua

j. Petak Primer

: Biru Tua

k. Petak Sekunder

: Pink

l. Petak Tersier

: Hijau Tua

m. Petak Kuarter

: Ungu

6. Pembagian luas petak tersier antara 145 ha sampai 160 ha.


7. Pemberian warna untuk petak primer dan sekunder harus berbeda.

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

20

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


8. Nomenklatur adalah nama petunjuk (indeks) yang jelas dan singkat dari suatu objek
sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan eksploitasi dan pemeliharaan dari
tiap-tiap bagian dari jaringan irigasi.
Syarat-syarat menentukan indeks :
a. Sebaiknya terdiri dari satu huruf.
b. Huruf ini dapat menyatakan petak saluran dan bangunan.
c. Letak objek dan saluran beserta arahnya.
d. Jenis saluran pemberi / pembuang.
e. Jenis petak sekunder atau primer.
Cara pemberian nama :
i.

Bangunan utama bendung, rumah pompa diberi nama kampung atau sungai
terdekat dengan indeks.

ii.

Saluran induk diberi nama sesuai dengan nama sungai atau kampung terdekat dan
diberi indeks.

iii.

Bangunan diberi nama sesuai dengan nama saluran di hulunya dan diberi indeks.

iv.

Didalam petak tersier diberi kotak yang berisi nama, nomor, bangunan, arah, luas
daerah, debit air.
Nama Saluran
Luas Petak (A)
Debit (Q)

Menurut profil memanjang saluran induk berketentuan :


i.

Saluran induk pilih

ii.

Skala horisontal 1 : 50

iii.

Skala vertikal 1 : 50

iv.

Penampang melintang 1 : 100

v.

Diberi nomor profil, jarak langsung, tinggi tanah, tinggi muka, tinggi dasar
saluran, dan dimensi saluran.

vi.

Dimensi saluran dan perhitungan taraf muka air harus dicantumkan.

3.2. Perencanaan Bangunan Bagi Sadap


1. Bangunan Bagi, adalah bangunan yang terletak pada saluran primer yang membagi
air ke saluran sekunder atau dari saluran sekunder-sekunder lainnya.
2. Bangunan Sadap, adalah bangunan yang terletak pada saluran primer atau saluran
sekunder yang memberi kepada saluran tersier.
AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

21

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


3. Bangunan Bagi Sadap, adalah bangunan kombinasi dari bangunan bagi dan
bangunan sadap.
4. Pintu dan Alat Ukur
a. Pintu terbuat dari
Susunan kayu yang satu sama lain terlepas.
Pintu kayu atau besi yang dilengkapi stang pengangkut.
b. Alat ukur yang dipakai
Pintu Romijn ( R ).
Pintu Crump De Gruyter ( CDG ).

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

22

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

BAB IV
RUMUS-RUMUS
4.1. Rumus-rumus yang digunakan :
1. Menghitung besar debit air

dimana :

Q
= kebutuhan air tiap detik (lt/ det)
A
= luas daerah yang diairi (ha)
i
= kebutuhan air normal (lt/ det/ ha)
c
= koefisien lengkung tegal (tabel 4)
2. Menghitung luas penampang saluran

F
= luas penampang melintang saluran (m2)
Q
= debit rencana (m3/ det)
V
= kecepatan rencana (m/ det)
3. Menghitung tinggi saluran
dimana :

dimana :

h
= tinggi air pada saluran (m)
Q
= debit rencana (m3/ det)
V
= kecepatan rencana (m/det)
m
= kemiringan talud
n
= perbandingan antara b dan h
4. Menghitung lebar saluran

dimana :

b
n
h

= lebar saluran (m)


= perbandingan antara b dan h
= tinggi saluran (m)

5. Menentukan tinggi jagaan saluran bentuk trapezium

dimana :

= tinggi jagaan saluran bentuk trapesium (m)

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

23

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


d
h

= tinggi jagaan saluran (m)


= tinggi saluran rencana (m)

6. Menghitung keliling hidrolik

dimana :

P
b
h
m

= keliling basah penampang melintang (m)


= lebar saluran rencana (m)
= tinggi saluran rencana (m)
= kemiringan talud

7. Menghitung jari-jari hidrolik

dimana :

R
F
P

= jari-jari hidrolik (m)


= luas penampang melintang saluran (m2)
= keliling basah penampang melintang (m)

8. Menghitung kemiringan saluran

dimana :

I
V
k
R

= kemiringan dasar saluran (m)


= kecepatan rencana (m/det)
= koefisien kekasaran strickler
= jari-jari hidrolik (m)

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

24

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


4.2. Contoh Perhitungan Dimensi Saluran :
Diketahui :

Nama Saluran

CP1 ka

Luas ( A )

157,8

0,975

1,105

lt/ det/ ha

Vr

0,257

m/det

b:h

Kemiringan talud

1:1

didapat m = 1

2200

ha

Debit Saluran ( Q )
Q = i c A
= 1,105 0,975 157,8
= 170 lt/ det
= 0,170 m3/ det
Luas Penampang Basah Saluran (F)
F =

Q
V
0,170
0,257

= 0,662 m2
Tinggi Saluran (h)
h

F
( m+n )
0,662
( 1+ 1 )

= 0,575 m
Lebar Saluran ( b )
b = m h
= 1 0,575
AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

25

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


= 0,575 m
Keliling Hidrolik (P)
2
P = b+ ( 2 h m +1 )

= 0,575+ ( 2 0,575 1 +1 )
2

= 2,202 m
Jari-jari Hidrolik (R)
R =

F
P
0,662
2,202

= 0,3 m
Koefisien Kekasaran Strickler (k)
Q = 0,170 m3/det, jadi k = 35 (didapat dari tabel Koefisien Kekasaran Stickler)
Kemiringan Dasar Saluran (I)
2 /3
1/ 2
V = k R I
2

[ ]
[ ]
V

I =

k R3

0,257

35 0,3 3

= 2,68 10-4
Kehilangan Energi ( h )
I=
h=

h
L
I L
4

2,68 10 2200

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

26

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


= 0,589 m
Koefisien Tinggi Jagaan Saluran ( w )
Q = 0,170 m3/det, jadi w = 0,40 m (didapat dari tabel Tinggi Jagaan Minimum Untuk
Saluran Tanah)
w = w h = 0,30 0,575 = 0,173 m

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

27

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


4.3. Contoh Perhitungan Kebutuhan Taraf Muka Air (TMA) di Saluran :
Diket :

Nama Saluran

Bendung - C P1

Debit ( Q )

1,780

Elevasi Muka Air Hulu

+21,433

Kehilangan Energi (h)

0,414

Tinggi permukaan air (h)

1,080

Lebar Saluran (b)

2,159

Tinggi air genangan padi

0,10

m3/det

Perhitungan:
1. Elevasi di saluran
Elevasi muka air hilir

= Elevasi muka air hulu h


= 21,433 0,414
= 21,019 m

Elevasi dasar saluran Hulu

= Elevasi muka air hulu h


= 21,433 1,08
= 20,353 m

Elevasi dasar saluran hilir

= Elevasi muka air hilir h


= 21,019 1,08
= 19,940 m

2. Elevasi di pintu
Tipe pintu yang digunakan adalah pintu CDG.
Debit (Q) = 1,780 m3/det
Diasumsikan Kehilangan tinggi energi pada pintu (hp)

Qmax
Qmin

1,780
60 x 1,780

= 0,2 50 m

= 1,667

dari grafik didapat = 0,313 dan k = 0,352


hp
h1

= 1,594 . bh3/2

=>

H=

hp

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

0,2
0,313

= 0,639 m

28

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


1,780
bp

1,594 .0,639 2

= 2,186 m

Lebar pintu dengan pembatas (bp)

= 2,186 0 m

Luas penampang (F)

= 3,497 m2

Perubahan tinggi M.A pintu (h*)

F
bp

3,497
2,186

= 1,6006m
Elevasi M.A udik pintu

= Perubahan tinggi M.A pintu + Elevasi M.A


dasar saluran
= 1,600 + 19,940
= 21,539 m

Elevasi M.A hilir pintu

= Elevasi M.A udikpintu hp


= 21,539 0,2
= 21,339 m

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

29

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

30

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

31

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


Contoh Perhitungan Pintu CDG :
Bendung CP1
Tipe Pintu

: Crump De Gruyter Kecepatan (v)

: 0,509 m/det

Lebar (bp)

: 2,186 m

Debit (Q)

: 1,780 m3/det

Tinggi air (h*)

: 1,600 m

Jumlah Pintu (n)

:1

Lebar (b)

: 2,159 m

hp

: 0,2 m

Tinggi Air diatas ambang udik saluran

Qmax
Qmin

1,780
60 x 1,780

:
= 1,667

dari grafik didapat = 0,313 dan k = 0,352


Pintu Crump de Gruyter
hp
h1

=>

h1 =

hp = 0,2 m
hp

h2

= h1 hp = 0,639 0,2 = 0,439 m

0,2
0,313

= 0,639 m

Tinggi Energi di Atas Pintu (H1) :


H1

= h1 + (v/2g)

H1

= 0,639 + (0,509 / (2 x 9,81))

H1

= 0,652 m

Tinggi Muka Air Sebelum Pintu (y1)


y1

= h* = 1,600 m => y1 > h1

1,600 m > 0,639 m

(Ok)

Tinggi Ambang Sebelum Pintu (p1)


p1

= y1 h1

p1

= 1,600 0,639

p1

= 0,961 m

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

32

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

Peralihan Penyempitan ( 10~20 ) p1

Panjang peralihan diambil 10 p1

10 p1 = 10 x 0,961
10 p1 = 9,610 m
Tinggi Air Ambang Setelah Pintu (p2)
p2

1
6

x p1

p2

1
6

x 0,961

p2

= 0,160 m

Tinggi Muka Air Setelah Pintu (y2)


y2

= h 2 + p2

y2

= 0,639 + 0,160

y2

= 0,799 m

Bukaan Pintu (y)


y

= k x h1

= 0,352 x 0,639

= 0,225 m

Bukaan Pintu Max (ymax)


ymax

= 0,63 x h1

ymax

= 0,63 x 0,639

ymax

= 0,403 m

(ymax > hp)

(Ok)

Bukaan Pintu Minimum (ymin)


ymin

= K x h1

ymin

= 0,352 x 0,639

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

33

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


ymin

= 0,225 m

( y > ymin )

(Ok)

Tinggi Pintu CdG (hp)


Q

= 1,592 x bp x hp3/2

hp3/2

Q
1,594 x bp

hp

hp

= 0,640 m

L > h1 max

2
1,780
(
)
1,594 x 2,186

=>

L = 2 x 0,639 = 1,278 m

Sketsa Pintu Bendung CP1

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

34

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


Contoh Perhitungan Pintu Romijn :
Saluran CP1 ki
Tipe Pintu

: RII

Lebar (bp)
Tinggi air (h*)

QRII = 300 lt/det

Kecepatan (v)

: 0,255 m/det

: 0,5 m

Debit (Q)

: 0,166 m3/det < QRII

: 1,301 m

Jumlah Pintu (n) : 1

Tinggi Muka Air diatas ambang (hr) :


Q

= 1,71 x n x bp x hr3/2

hr3/2

hr

= 0,335 m

Tinggi Pintu (tr)


tr

= hr + 0,208
= 0,335 + 0,208
= 0,543 m

Tinggi/ Lebar Tumit (d*)


d*

= h* tr hr
= 1,301 0,543 0,335
= 0,423 m

Tinggi saluran dinaikkan 0,423 m.


+21,003

W = 0,390 m

+20,8
93

+20,125
+19,70
2

1 :10

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

35

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


Sketsa Saluran CP1 Ki
Saluran CP1 ka
Tipe Pintu

: RII

Lebar (bp)
Tinggi air (h*)

QRII = 300 lt/det

Kecepatan (v)

: 0,257 m/det

: 0,5 m

Debit (Q)

: 0,170 m3/det < QRII

: 1,323 m

Jumlah Pintu (n) : 1

Tinggi Muka Air diatas ambang (hr) :


Q

= 1,71 x n x bp x hr3/2

hr3/2

hr

= 0,341 m

Tinggi Pintu (tr)


tr

= hr + 0,208
= 0,341 + 0,208
= 0,549 m

Tinggi/ Lebar Tumit (d*)


d*

= h* tr hr
= 1,323 0,549 0,341
= 0,433 m

Tinggi saluran dinaikkan 0,433 m.


W = 0,397 m

+21,498

+21,388

+20,608
+20,175

1 :10

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

36

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


Sketsa Saluran CP1 Ka
Saluran CP1 CP1S1
Tipe Pintu

: Crump De Gruyter Kecepatan (v)

: 0,501 m/det

Lebar (bp)

: 2,029 m

Debit (Q)

: 1,530 m3/det

Tinggi air (h*)

: 1,505 m

Jumlah Pintu (n)

:1

Lebar (b)

: 2,018 m

hp

: 0,19 m

Tinggi Air diatas ambang udik saluran

Qmax
Qmin

1,530
60 x 1,530

:
= 1,667

dari grafik didapat = 0,313 dan k = 0,352


Pintu Crump de Gruyter
hp
h1

=>

h1 =

hp = 0,19 m
hp

h2

= h1 hp = 0,607 0,19 = 0,417 m

0,19
0,313

= 0,607 m

Tinggi Energi di Atas Pintu (H1) :


H1

= h1 + (v/2g)

H1

= 0,607 + (0,501 / (2 x 9,81))

H1

= 0,618 m

Tinggi Muka Air Sebelum Pintu (y1)


y1

= h* = 1,505 m => y1 > h1

1,505 m > 0,607 m

(Ok)

Tinggi Ambang Sebelum Pintu (p1)


p1

= y1 h1

p1

= 1,505 0,607

p1

= 0,898 m

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

37

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

Peralihan Penyempitan ( 10~20 ) p1

Panjang peralihan diambil 10 p1

10 p1 = 10 x 0,898
10 p1 = 8,98 m
Tinggi Air Ambang Setelah Pintu (p2)
p2

1
6

x p1

p2

1
6

x 0,898

p2

= 0,150 m

Tinggi Muka Air Setelah Pintu (y2)


y2

= h 2 + p2

y2

= 0,417 + 0,150

y2

= 0,567 m

Bukaan Pintu (y)


y

= k x h1

= 0,352 x 0,607

= 0,214 m

Bukaan Pintu Max (ymax)


ymax

= 0,63 x h1

ymax

= 0,63 x 0,607

ymax

= 0,382 m

(ymax > hp)

(Ok)

Bukaan Pintu Minimum (ymin)


ymin

= K x h1

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

38

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


ymin

= 0,352 x 0,607

ymin

= 0,214 m

( y > ymin )

(Ok)

Tinggi Pintu CdG (hp)


Q

= 1,594 x bp x hp3/2

hp3/2

Q
1,594 x bp

hp

hp

= 0,607 m

L > h1 max

2
1,530
)
1,594 x 2,029

=>

L = 2 x 0,607 = 1,214 m

Sketsa Pintu Saluran CP1 CP1S1

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

39

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil Perancangan Irigasi dan Bangunan Air dapat disimpulkan bahwa :
1. Jumlah saluran primer 1 buah, saluran sekunder 2 buah, saluran tersier 1 buah,
saluran kuarter 1 buah.
2. Jumlah petak primer 2 buah, petak sekunder 7 buah, petak tersier 2 buah, saluran
kuarter 2 buah.
3. Debit terbesar terletak pada saluran Bendung CP1dengan debit sebesar 1,780
m3/det, sedangkan debit terkecil saluran terletak pada CP1S2T1 CP1S2T1K1
dengan debit sebesar 0,30 m3/det.
4. Luas petak terbesar terletak pada petak CP1S2T1 ki seluas 159,6 ha dan luas petak
terkecil terletak pada petak CP1S2T1K1 ka seluas 150,5 ha.
5. Jenis pintu yang digunakan adalah Pintu Romijn dan Pintu Crump de Gruyter.
5.2. Saran
Ketelitian dalam pengerjaan perancangan ini sangat diperlukan, agar data yang
dihasilkan cukup akurat. Saran untuk perencanaan irigasi dan bangunan air untuk
selanjutnya , antara lain: rencanakan petak- petak seefisien mungkin, pilih bentuk petak
dengan bentuk yang mudah dihitung, tinjau letak petak terhadap kontur dengan baik dan
teliti , serta cari dan hitung data seakurat mungkin.

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

40

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

DAFTAR PUSTAKA
Buku STANDARD PERENCANAAN IRIGASI KP-02 & KP-04, Departemen Pekerjaan
Umum Direktorat Jenderal Pengairan
ISBN: 979-8382-463. Irigasi dan Bangunan Air. Gunadarma
Catatan Kuliah Irigasi & Bangunan Air

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

41

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

LAMPIRAN

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

42

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

TABEL 4
PEDOMAN UNTUK MENENTUKAN UKURAN SALURAN
IRIGASI
JG. DIPAKAI DITABEL
DIREKTORAT
IRIGASI
4.3
PERBANDINAGAN
Hubungan Q dan

KECEPATAN

Tinggi
AIR ( Jagaan
V)

Untk Tnh
(sumber : ISBN 979-8382-463)
b:h
Lmpng Biasa
(m)
( m/dtk )

( m/dtk )
0.000 - 0.050
0.050 - 0.150
Q
0.150 - 0.300
0.300 - 0.400
0.400 - 0.500
( m/dtk )
0.500 - 0.750
0.750 - 1.500
1.500 - 3.000
3.000 - 4.500
4.500 - 6.000
6.000 - 7.500
7.500 - 9.000 0 0,30
7.500 - 9.000
9.000 - 11.00
11.00 - 15.00 0,30 0,50
15.00 - 25.00
25.00 - 40.00
40.00 - 80.00 0,50 1,50

1
1
1
1
1.5
1.5
2
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
6
8
10
12

SERONGAN
( TALUD )
Untk Tnh Lmpng
Biasa

Minimum 0.25
1 1
Minimum 0.25
1 1
Tinggi Jagaan
0.25 - 0.30
1 1
0.30 - 0.35
1 1
0.35 - 0.40
1 1
(m)
0.40 - 0.45
1 1
0.45 - 0.50
1 1
0.50 - 0.55
1 1
0.55 - 0.60
1 1
0.60 - 0.65
1 1
0.65 - 0.70
1 1
0.30
0.70
1 1
0.70
1 1
0.70
1 1
0.40 1 1
0.70
0.70
1 2
0.75
1 2
0.80
0.50 1 2

1,50 15,00

0.60

15,00 25,00

0.75

> 25,00

1.00

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

43

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

TABEL 8
KARAKTERISTIK ALAT UKUR ROMINJ STANDAR

TIPE ROMIJN STANDAR


II
III

IV

(m) (minimum)

0,50

0,50

0,75

1,00

1,25

1,5

aman maks.
pada muka
cana, H1 (m)

0,33

0,50

0,50

0,50

0,50

0,5

maks. Pada
air rencana
) (maksimum)

160

300

450

600

750

90

0,08

0,11

0,11

0,11

0,11

0,1

0,81 + V

1,15 + V

1,15 + V

1,15 + V

1,15 + V

ngan tinggi
(z)

i dasar
ah muka
cana (m)

rian = 0,18 x H maks

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

44

1,15

PERANCANGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


Skema Jaringan Perencanaan Irigasi Cipunegara :

CP1

CP1S1

CP1S2

CP1S2T1

CP1S2T1K1

AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)

45

Anda mungkin juga menyukai