BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan kepustakaan mengenai sejarah kehidupan manusia, dapat diketahui
bahwa hubungan antara manusia dan sumber daya air sudah terjalin dari berabad-abad
yang lalu.
Beberapa hal penting yang menyebabkan eratnya hubungan manusia dengan sumber
daya air dapat disebutkan antara lain :
a. Kebutuhan manusia akan kebutuhan makanan nabati
b. Kebutuhan manusia akan kenyamanan dan keamanan hidupnya
Kenyataan sejarah pun kemudian membuktikan, bahwa manusia yang tidak bisa
bersahabat dan melestarikan keberadaan sumber daya air yang ada, akan surut dan
runtuh kejayaannya. Kehancuran tersebut disebabkan oleh bencana yang ditimbulkan
oleh perilaku sungai, tetapi bukan karena itu saja. Proses akibat menurunnya fungsi
sumber daya air sungai merupakan salah satu faktor kehancuran karena hal ini dapat
mematikan beberapa sarana dan prasarana yang pentting bagi kehidupan manusia.
1.2. Beberapa Pengertian
a.
Daerah Pengaliran adalah daerah pada pengaliran Sungai (DPS), dimana apabila
terjadi peristiwa-peristiwa alam dan perubahan hidro-klimatologi akan mempengaruhi
pengaliran pada sungai tersebut.
b.
Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah / daerah yang memperoleh air dari satu
jaringan irigasi yang terdiri dari saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier, saluran
kuarter.
c.
d.
1.
2.
Irigasi teknik berarti mengalirkan air secara buatan untuk keperluan pertanian,
membagi-bagikan diantara ladang atau sawah secara teratur dan kemudian membuangnya
setelah dimanfaatkan dengan baik.
f.
Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan yang
diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pangambilan, pembagian,
pemberian, dan penggunaannya.
g.
Petak irigasi adalah peta lahan yang memperoleh air irigasi dari satu jaringan irigasi.
h.
Saluran primer adalah saluran yang membawa air dari bangunan utama sampai
bangunan bagi.
i.
Saluran sekunder adalah saluran yang membawa air dari bangunan bagi pada saluran
primer sampai bangunan bagi / bangunan sadap terakhir.
j.
k.
Penyediaan irigasi adalah penentuan banyaknya air yang dapat dipergunakan untuk
menunjang pertanian.
l.
Pembagian air irigasi adalah penyaluran air yang dilaksanakan oleh pihak yang
berwenang dalam eksploitasi pada jaringan irigasi utama hingga ke petak irigasi tersier.
m.
Pemberian air irigasi adalah air irigasi dari jaringan utama ke petak tersier.
n.
Penggunaan air irigasi adalah pemanfaatan air irigasi di tingkat usaha tani.
1.3. Tujuan dan Manfaat Irigasi
Tujuan dari irigasi pada suatu daerah adalah upaya untuk penyediaan dan
pengaturan air untuk menunjang pertanian dari sumber air ke daerah yang membutuhkan
dan mendistribusikan secara teknis dan sistematis. Dengan demikian diharapkan tanah
menjadi subur dan terjaga kelembabannya, selain tujuan utama tersebut masih ada tujuan
lainnya, sehingga jenis air yang dibutuhkan juga berbeda-beda.
Manfaat suatu sistem irigasi adalah :
1. Untuk membasahi tanah, ditujukan hanya untuk daerah yang curah hujannya kurang /
tidak menentu.
2. Untuk mengatur pembasahan tanah, yang mana nantinya agar daerah pertanian dapat
dialiri air sepanjang waktu.
3. Untuk menyuburkan tanah, yang berguna untuk mengalirkan air yang mengandung
lumpur.
4. Untuk menggelontorkan air di kota, yang mana nantinya sampah-sampah digelontor
ke tempat tukuan tertentu / kelapangan-lapangan yang tersedia.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang
jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawahtanah, irigasi pompa dan irigasi
rawa. Semua proses kehidupan dan kejadian di dalam tanah yang merupakan tempat
media pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak sebagai
pelaku (subjek) atau air sebagai media (objek). Proses-proses utama yang menciptakan
kesuburan tanah atau sebaliknya yang mendorong degradasi tanah hanya dapat
berlangsung apabila terdapat kehadiran air. Oleh karena itu, tepat kalau dikatakan air
merupakan sumber kehidupan.
2.2 Kualitas Air Irigasi
Tidak semua air cocok untuk dipergunakan bagi kebutuhan air irigasi. Air yang
dinyatakan kurang baik untuk air irigasi biasanya mengandung :
Bahan kimia yang beracun bagi tumbuhan atau orang yang mengkonsumsi
tumbuhan itu
Bahan kimia yang bereaksi dengan tanah yang kurang baik
Tingkat keasaman air (Ph)
Tingkat kegaraman air
Bakteri yang membahayakan orang atau binatang yang mengkonsumsi tumbuhan
subur.
Terdapat banyak endapan yang memerlukan lebih banyak biaya dari penduduk
Tersedianya tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor untuk menggarap
tanah
Perlu memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia cukup waktu untuk
menanam padi sawah atau padi ladang kedua
Faktor-faktor tersebut saling berkaitan, kondisi social budaya yang ada
keadaan
cuaca
dan
cara
pemanfaatannya,
maka
dapat
dilaksanakan penanaman tanaman yang tepat untuk periode yang tepat dan sesuai
dengan keadaan tanah. Cuaca dapat digunakan untuk rasionalisasi penentuan laju
evaporasi dan evapotranspirasi. Hal ini sangat bergantung pada jumlah jam
penyinaran matahari dan radiasi matahari.
4. Tekstur tanah
Selain membutuhkan air, tanaman juga membutuhkan tempat untuk tumbuh
yang dalam irigasi teknik dinamakan tanah.Tanah yang baik untuk usaha pertanian
adalah tanah yang mudah dikerjakan dan bersifat produktif serta subur.Tanah yang
baik tersebut member kesempatan pada akar tanaman untuk tumbuh dengan
mudah, menjamin sirkulasi air dan udara serta baik pada zona perakaran dan
secara relative memiliki persediaan hara dan kelembaban tanah yang cukup.
2.6 Tujuan dan Manfaat Irigasi
Tujuan irigasi adalah upaya untuk penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian mulai dari sumber air sampai ke daerah yang membutuhkan dan
mendistribusikannya secara teknis dan sistematis.
Manfaat sistem irigasi, antara lain :
1. Untuk membasahi tanah, yaitu membantu pembasahan tanah pada daerah yang curah
hujannya kurang atau tidak menentu.
2. Untuk mengatur pembasahan tanah, yaitu agar daerah pertanian dapat diairi
sepanjang waktu baik musim kemarau maupun musim hujan.
3. Untuk menyuburkan tanah, yaitu mengalirkan air yang mengandung lumpur pada
daerah pertanian sehingga tanah dapat menerima unsur-unsur penyubur.
4. Untuk penggelontoran air di kota, yaitu dengan menggunakan air irigasi, sampah di
kota digelontorkan ke tempat yang telah disediakan.
2.7 Tahap-tahap Pengerjaan Irigasi Teknis
Tahap-tahap yang diperlukan dalam merencanakan suatu irigasi adalah :
1. Survey daerah yang akan diairi
Untuk membuat rencana yang tepat diperlukan peta yang mencantumkan keadaan
horisontal dan vertikal dari daerah yang bersangkutan.
2. Penyelidikan tentang keadaan tanah
demi selapis.
Irigasi Sisir
Bentuk lain untuk memperoleh suatu lapisan air yangtipis. Sistem ini harus
Dimana :
Q
= debit ( m3/det )
Cd
= koefisien debit
Cv
= koefisien kecepatan datang 1
g
= percepatan gravitasi ( m/det2 )
b
= lebar pintu (m)
h
= tinggi air di atas balok (m)
2. Pintu sorong
Kelebihan kelebihan yang dimiliki :
- Tinggi muka air hulu dapat dikontrol dengan tepat
- Pintu bilas kuat dan sederhana
- Sedimen yang diangkut oleh saluran hulu dapat melewati pintu
bilas
AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)
10
= 0,6
= 0,85
Dimana :
Q
= debit ( m3/det )
Cd
= koefisien debit
Cv
= koefisien kecepatan datang 1
g
= percepatan gravitasi ( m/det2 )
b
= lebar pintu (m)
h
= tinggi air di atas balok (m)
11
G
ambar 4. Bangunan-bangunan Pengatur Muka Air
12
Jika kemiringan lapangan lebih besar dari kemiringan maksimum saluran yang
diijinkan, maka saluran harus dibagi menjadi beberapa ruas yang dihubungkan
dengan :
1. Bangunan terjun
Ada 2 tipe, yakni :
a. Bangunan terjun tegak
Umumnya dipakai untuk tinggi terjunan antara 0,5 sampai 1,5 m.
Tinggi terjun maksimum
1,5 m untuk Q < 2,5 m3det
0,75 m untuk Q > 2,5 m3/det
Bangunan terjun mempunyai 4 fungsional, yakni:
1. Bagian pengontrol aliran
Yaitu bagian sebelah udik dimana aliran menjadi super kritis.
2. Bagian pembawa
Yaitu bagian dimana air dialirkan ke elevasi yang lebih rendah.
3. Bagian peredam energy
Yaitu tempat dimana energy diredam.
4. Bagian peralihan
Yaitu bagian di sebelah hilir bangunan terjun yang memerlukan
perlindungan untuk mencegah erosi.
H 1=h1 +
v2
2g
Dimana :
Q
= debit ( m3/det )
Cd
= 0,93 + H1/L
g
= percepatan gravitasi ( m/det2 )
L
= panjang pengontrol
b. Bangunan terjun miring
AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)
13
H 1=h1 +
v2
2g
Dimana :
Q
= debit ( m3/det )
Cd
= 0,93 + H1/L
g
= percepatan gravitasi ( m/det2 )
L
= panjang pengontrol
2. Bangunan silang
Bangunan silang adalah bangunan yang membawa air buangan atau air
hujan dari saluran atas ke saluran bawah melalui suatu hambatan alam,
misalnya sungai, jalan, buit dan sebagainya.Saluran pada umunya melintas
pada bawah saluran.
Macam-macam bangunan silang :
1. Sipon
Sipon adalah bangunan yang membawa air lewat bawah jalan, melalui
sungai atau saluran pembuang yang dalam.Antara saluran dan sipon pada
pemasukan dan pengeluaran diperlukan pengaliran yang cocok.Agar sipon
dapat berfungsi dengan baik, maka sipon tidak boleh dimasuki udara.
Mulut sipon sebaiknya dibawah permukaan air hulu.Kedalaman air di atas
sisi atas sipon dari permukaan air tergantung dari kemiringan dan ukuran
sipon.
Pada sipon kecepatan harus dibuat setinggi mungkin sesuai dengan
kehilangan energi maksimum yang diijinkan agar tidak terjadi endapan
lumpur.
Perencaan hidrolis sipon harus mempertimbangkan kecepatan aliran,
kehilangan pada peralihan masuk, kehilangan akibat gesekan, kehilangan
pada bagian siku sipon, serta kehilangan pada peralihan keluar.
AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)
14
2. Gorong-gorong
Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air
melewati jalan bawah air lainnya. Gorong-gorong mempunyai potongan
melintang yang lebih kecil daripada luas.
Gambar 8. Alat Ukur Ambang Lebar dengan Mulut Pemasukan yang Dibulatkan
15
16
Tabel
0,62
0,167
0,065
0,665
0,218
0,386
0,055
0,69
0,14
0,495
0,049
0,715
0,1
0,575
0,044
0,735
0,08
0,62
10
0,04
0,75
Tabel 2. Nilai pada alat ukur Crump de Gruyter
Pemilihan tipe alat ukur debit untuk suatu daerah irigasi didasarkan pada :
1. Kecocokan bangunan untuk keperluan pengukur debit.
2. Ketelitian pengukuran di lapangan.
3. Bangunan kokoh, sederhana dan ekonomis.
4. Rumus debit sederhana dan teliti.
5. Eksploitasi dan pembacaan papan duga mudah.
6. Pemeliharaan sederhana dan murah.
AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)
17
18
19
BAB III
KRITERIA
3.1. Perencanaan Peta Petak Irigasi
Peta petak bertujuan menggambarkan dan mewujudkan lokasi serta arah dan
saluran, jalan, batas petak irigasi, daerah yang dapat dialiri, dan tidak dapat dialiri serta
seluruh jaringan drainasenya.
Menurut batas petak irigasi dibagi menjadi 4 petak :
a. Petak Primer
b. Petak Sekunder
c. Petak Tersier
d. Petak Kuarter
Langkah-langkah pembuatan petak irigasi :
1. Mewarnai petak
2. Menentukan letak lokasi bendung
3. Perencanaan saluran primer, sekunder, tersier, dan kuarter
4. Menentukan bangunan pengatur muka air
5. Cara pemberian warna :
a. Sungai
: Merah
b. Desa
: Hijau Muda
c. Jalan
: Hitam
d. Rawa
: Ungu
e. Kuburan
: Coklat Muda
f. Saluran Primer
: Biru Tua
g. Saluran Sekunder
: Pink
h. Saluran Tersier
: Hijau Tua
i. Saluran Kuarter
: Coklat Tua
j. Petak Primer
: Biru Tua
k. Petak Sekunder
: Pink
l. Petak Tersier
: Hijau Tua
m. Petak Kuarter
: Ungu
20
Bangunan utama bendung, rumah pompa diberi nama kampung atau sungai
terdekat dengan indeks.
ii.
Saluran induk diberi nama sesuai dengan nama sungai atau kampung terdekat dan
diberi indeks.
iii.
Bangunan diberi nama sesuai dengan nama saluran di hulunya dan diberi indeks.
iv.
Didalam petak tersier diberi kotak yang berisi nama, nomor, bangunan, arah, luas
daerah, debit air.
Nama Saluran
Luas Petak (A)
Debit (Q)
ii.
Skala horisontal 1 : 50
iii.
Skala vertikal 1 : 50
iv.
v.
Diberi nomor profil, jarak langsung, tinggi tanah, tinggi muka, tinggi dasar
saluran, dan dimensi saluran.
vi.
21
22
BAB IV
RUMUS-RUMUS
4.1. Rumus-rumus yang digunakan :
1. Menghitung besar debit air
dimana :
Q
= kebutuhan air tiap detik (lt/ det)
A
= luas daerah yang diairi (ha)
i
= kebutuhan air normal (lt/ det/ ha)
c
= koefisien lengkung tegal (tabel 4)
2. Menghitung luas penampang saluran
F
= luas penampang melintang saluran (m2)
Q
= debit rencana (m3/ det)
V
= kecepatan rencana (m/ det)
3. Menghitung tinggi saluran
dimana :
dimana :
h
= tinggi air pada saluran (m)
Q
= debit rencana (m3/ det)
V
= kecepatan rencana (m/det)
m
= kemiringan talud
n
= perbandingan antara b dan h
4. Menghitung lebar saluran
dimana :
b
n
h
dimana :
23
dimana :
P
b
h
m
dimana :
R
F
P
dimana :
I
V
k
R
24
Nama Saluran
CP1 ka
Luas ( A )
157,8
0,975
1,105
lt/ det/ ha
Vr
0,257
m/det
b:h
Kemiringan talud
1:1
didapat m = 1
2200
ha
Debit Saluran ( Q )
Q = i c A
= 1,105 0,975 157,8
= 170 lt/ det
= 0,170 m3/ det
Luas Penampang Basah Saluran (F)
F =
Q
V
0,170
0,257
= 0,662 m2
Tinggi Saluran (h)
h
F
( m+n )
0,662
( 1+ 1 )
= 0,575 m
Lebar Saluran ( b )
b = m h
= 1 0,575
AYUNI KRESNADIYANTI PUTRI (1121016)
25
= 0,575+ ( 2 0,575 1 +1 )
2
= 2,202 m
Jari-jari Hidrolik (R)
R =
F
P
0,662
2,202
= 0,3 m
Koefisien Kekasaran Strickler (k)
Q = 0,170 m3/det, jadi k = 35 (didapat dari tabel Koefisien Kekasaran Stickler)
Kemiringan Dasar Saluran (I)
2 /3
1/ 2
V = k R I
2
[ ]
[ ]
V
I =
k R3
0,257
35 0,3 3
= 2,68 10-4
Kehilangan Energi ( h )
I=
h=
h
L
I L
4
2,68 10 2200
26
27
Nama Saluran
Bendung - C P1
Debit ( Q )
1,780
+21,433
0,414
1,080
2,159
0,10
m3/det
Perhitungan:
1. Elevasi di saluran
Elevasi muka air hilir
2. Elevasi di pintu
Tipe pintu yang digunakan adalah pintu CDG.
Debit (Q) = 1,780 m3/det
Diasumsikan Kehilangan tinggi energi pada pintu (hp)
Qmax
Qmin
1,780
60 x 1,780
= 0,2 50 m
= 1,667
= 1,594 . bh3/2
=>
H=
hp
0,2
0,313
= 0,639 m
28
1,594 .0,639 2
= 2,186 m
= 2,186 0 m
= 3,497 m2
F
bp
3,497
2,186
= 1,6006m
Elevasi M.A udik pintu
29
30
31
: 0,509 m/det
Lebar (bp)
: 2,186 m
Debit (Q)
: 1,780 m3/det
: 1,600 m
:1
Lebar (b)
: 2,159 m
hp
: 0,2 m
Qmax
Qmin
1,780
60 x 1,780
:
= 1,667
=>
h1 =
hp = 0,2 m
hp
h2
0,2
0,313
= 0,639 m
= h1 + (v/2g)
H1
H1
= 0,652 m
(Ok)
= y1 h1
p1
= 1,600 0,639
p1
= 0,961 m
32
10 p1 = 10 x 0,961
10 p1 = 9,610 m
Tinggi Air Ambang Setelah Pintu (p2)
p2
1
6
x p1
p2
1
6
x 0,961
p2
= 0,160 m
= h 2 + p2
y2
= 0,639 + 0,160
y2
= 0,799 m
= k x h1
= 0,352 x 0,639
= 0,225 m
= 0,63 x h1
ymax
= 0,63 x 0,639
ymax
= 0,403 m
(Ok)
= K x h1
ymin
= 0,352 x 0,639
33
= 0,225 m
( y > ymin )
(Ok)
= 1,592 x bp x hp3/2
hp3/2
Q
1,594 x bp
hp
hp
= 0,640 m
L > h1 max
2
1,780
(
)
1,594 x 2,186
=>
L = 2 x 0,639 = 1,278 m
34
: RII
Lebar (bp)
Tinggi air (h*)
Kecepatan (v)
: 0,255 m/det
: 0,5 m
Debit (Q)
: 1,301 m
= 1,71 x n x bp x hr3/2
hr3/2
hr
= 0,335 m
= hr + 0,208
= 0,335 + 0,208
= 0,543 m
= h* tr hr
= 1,301 0,543 0,335
= 0,423 m
W = 0,390 m
+20,8
93
+20,125
+19,70
2
1 :10
35
: RII
Lebar (bp)
Tinggi air (h*)
Kecepatan (v)
: 0,257 m/det
: 0,5 m
Debit (Q)
: 1,323 m
= 1,71 x n x bp x hr3/2
hr3/2
hr
= 0,341 m
= hr + 0,208
= 0,341 + 0,208
= 0,549 m
= h* tr hr
= 1,323 0,549 0,341
= 0,433 m
+21,498
+21,388
+20,608
+20,175
1 :10
36
: 0,501 m/det
Lebar (bp)
: 2,029 m
Debit (Q)
: 1,530 m3/det
: 1,505 m
:1
Lebar (b)
: 2,018 m
hp
: 0,19 m
Qmax
Qmin
1,530
60 x 1,530
:
= 1,667
=>
h1 =
hp = 0,19 m
hp
h2
0,19
0,313
= 0,607 m
= h1 + (v/2g)
H1
H1
= 0,618 m
(Ok)
= y1 h1
p1
= 1,505 0,607
p1
= 0,898 m
37
10 p1 = 10 x 0,898
10 p1 = 8,98 m
Tinggi Air Ambang Setelah Pintu (p2)
p2
1
6
x p1
p2
1
6
x 0,898
p2
= 0,150 m
= h 2 + p2
y2
= 0,417 + 0,150
y2
= 0,567 m
= k x h1
= 0,352 x 0,607
= 0,214 m
= 0,63 x h1
ymax
= 0,63 x 0,607
ymax
= 0,382 m
(Ok)
= K x h1
38
= 0,352 x 0,607
ymin
= 0,214 m
( y > ymin )
(Ok)
= 1,594 x bp x hp3/2
hp3/2
Q
1,594 x bp
hp
hp
= 0,607 m
L > h1 max
2
1,530
)
1,594 x 2,029
=>
L = 2 x 0,607 = 1,214 m
39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil Perancangan Irigasi dan Bangunan Air dapat disimpulkan bahwa :
1. Jumlah saluran primer 1 buah, saluran sekunder 2 buah, saluran tersier 1 buah,
saluran kuarter 1 buah.
2. Jumlah petak primer 2 buah, petak sekunder 7 buah, petak tersier 2 buah, saluran
kuarter 2 buah.
3. Debit terbesar terletak pada saluran Bendung CP1dengan debit sebesar 1,780
m3/det, sedangkan debit terkecil saluran terletak pada CP1S2T1 CP1S2T1K1
dengan debit sebesar 0,30 m3/det.
4. Luas petak terbesar terletak pada petak CP1S2T1 ki seluas 159,6 ha dan luas petak
terkecil terletak pada petak CP1S2T1K1 ka seluas 150,5 ha.
5. Jenis pintu yang digunakan adalah Pintu Romijn dan Pintu Crump de Gruyter.
5.2. Saran
Ketelitian dalam pengerjaan perancangan ini sangat diperlukan, agar data yang
dihasilkan cukup akurat. Saran untuk perencanaan irigasi dan bangunan air untuk
selanjutnya , antara lain: rencanakan petak- petak seefisien mungkin, pilih bentuk petak
dengan bentuk yang mudah dihitung, tinjau letak petak terhadap kontur dengan baik dan
teliti , serta cari dan hitung data seakurat mungkin.
40
DAFTAR PUSTAKA
Buku STANDARD PERENCANAAN IRIGASI KP-02 & KP-04, Departemen Pekerjaan
Umum Direktorat Jenderal Pengairan
ISBN: 979-8382-463. Irigasi dan Bangunan Air. Gunadarma
Catatan Kuliah Irigasi & Bangunan Air
41
LAMPIRAN
42
TABEL 4
PEDOMAN UNTUK MENENTUKAN UKURAN SALURAN
IRIGASI
JG. DIPAKAI DITABEL
DIREKTORAT
IRIGASI
4.3
PERBANDINAGAN
Hubungan Q dan
KECEPATAN
Tinggi
AIR ( Jagaan
V)
Untk Tnh
(sumber : ISBN 979-8382-463)
b:h
Lmpng Biasa
(m)
( m/dtk )
( m/dtk )
0.000 - 0.050
0.050 - 0.150
Q
0.150 - 0.300
0.300 - 0.400
0.400 - 0.500
( m/dtk )
0.500 - 0.750
0.750 - 1.500
1.500 - 3.000
3.000 - 4.500
4.500 - 6.000
6.000 - 7.500
7.500 - 9.000 0 0,30
7.500 - 9.000
9.000 - 11.00
11.00 - 15.00 0,30 0,50
15.00 - 25.00
25.00 - 40.00
40.00 - 80.00 0,50 1,50
1
1
1
1
1.5
1.5
2
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
6
8
10
12
SERONGAN
( TALUD )
Untk Tnh Lmpng
Biasa
Minimum 0.25
1 1
Minimum 0.25
1 1
Tinggi Jagaan
0.25 - 0.30
1 1
0.30 - 0.35
1 1
0.35 - 0.40
1 1
(m)
0.40 - 0.45
1 1
0.45 - 0.50
1 1
0.50 - 0.55
1 1
0.55 - 0.60
1 1
0.60 - 0.65
1 1
0.65 - 0.70
1 1
0.30
0.70
1 1
0.70
1 1
0.70
1 1
0.40 1 1
0.70
0.70
1 2
0.75
1 2
0.80
0.50 1 2
1,50 15,00
0.60
15,00 25,00
0.75
> 25,00
1.00
43
TABEL 8
KARAKTERISTIK ALAT UKUR ROMINJ STANDAR
IV
(m) (minimum)
0,50
0,50
0,75
1,00
1,25
1,5
aman maks.
pada muka
cana, H1 (m)
0,33
0,50
0,50
0,50
0,50
0,5
maks. Pada
air rencana
) (maksimum)
160
300
450
600
750
90
0,08
0,11
0,11
0,11
0,11
0,1
0,81 + V
1,15 + V
1,15 + V
1,15 + V
1,15 + V
ngan tinggi
(z)
i dasar
ah muka
cana (m)
44
1,15
CP1
CP1S1
CP1S2
CP1S2T1
CP1S2T1K1
45