PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan globalisasi saat ini dengan menggunakan sarana
teknologi di Indonesa sangat pesat. 1 Teknologi Informasi dan Komunikasi
adalah Terminologi (ilmu mengenai batasan atau definisi istilah) yang
mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan
informasi. Teknologi informasi menjadi sesuatu yang multitafsir karena
selain memberikan konstribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan,
dan peradaban manusia, sekaligus menjadi faktor yang penting dalam
perbuatan melawan hukum. Perubahan ini juga memberikan dampak yang
begitu besar terhadap transformasi nilai-nilai yang ada di dalam
masyarakat.2
Teknologi informasi memegang peran yang penting baik di masa kini,
maupun di masa yang akan datang.3 Pada masa modern ini perkembangan
komunikasi di internet memang begitu pesat.4 Seseorang dapat menjalin
sebuah interaksi sosial secara tidak langsung tanpa harus bertatap muka satu
sama lain. Hanya dengan mengakses internet atau online seseorang dapat
1
Anonim,2013, Pengaruh
kemajuan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
https://icssis.files.wordpress.com/2013/09/2013-02-29.pdf diakses pada tanggal 15 maret 2016
2
Budi Suharyanto, 2013, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cyber Crime) : Urgensi
Pengaturan dan Celah Hukumnya, Jakarta : Rajawali Pers, hlm 1.
3
Agus Raharjo, 2002, Cybercrime - Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan
Berteknologi, Bandung : Citra Aditya Bakti, hlm. 1
4
Ibid hlm 3
berkenalan satu sama lain, berdiskusi, bahkan menjalin relasi bisnis, itu
salah satu yang menjadi dampak posisif yang kita dapat menggunakan
internet maupun media sosial yang lain.5
Internet atau media sosial juga mempunyai banyak dampak negatif
yang juga perlu kita cermati bersama, Peringkat Indonesia dalam kejahatan
dunia maya (menggunakan internet) telah menggantikan posisi Ukraina
yang sebelumnya menduduki posisi pertama. Indonesia menempati
peringkat tertinggi dalam hal dunia maya. Data tersebut berasal dari
penilitian Verisign, Perusahaan yang memberikan pelayanan intilijen di
dunia maya yang berpusat di California Amerika Serikat.6
Berdasarkan data yang diperoleh dari APJII (Asosiasi Penyedia Jasa
internet Indonesia). Melalui Ketua Umum APJII Semuel A Pangerapan,
sepanjang tahun 2014 menunjukkan pengguna naik menjadi 88,1 juta atau
dengan kata lain penetrasi sekitar 34,9%.7 Sementara itu, berdasarkan data
dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menyatakan
bahwa pengguna internet di Indonesia hingga saat ini telah mencapai sekitar
82 juta orang. Dengan capaian tersebut, Indonesia berada pada peringkat ke8 di dunia.8 Sementara itu berdasarkan survei terbaru Baidu sekitar 59,9 juta
pengguna Internet di Indonesia mengakses dunia maya itu melalui ponsel
Maskun, 2013, Kejahatan Siber (Cyber Crime) Suatu Pengantar, Jakarta : Kencana, hlm.17
akses
via
smartphone.
10
11
Point g dan h no : se/06/X/2015 Surat Edaran Kapolri Penyebar Kebencian (hate speech)
kebencian
(hate speech).
(Hate Speech).
Ibid
13
surat
melakukan perbuatan yang dimaksud. Alas hak dapat lahir dari peraturan
perundang-undangan, perjanjian, atau alas hukum yang lain. Tanpa hak
juga mengandung makna menyalahgunakan atau melampaui wewenang
yang diberikan.
Kemajuan dan kecanggihan teknologi sangat berperan besar dalam
mendukung terjadinya kasus tindak pidana penyebar kebencian (hate
speech). Berbagai aplikasi social networking yang tersedia saat ini seperti
facebook dan twitter yang sangat mudah diakses oleh para users di seluruh
dunia khususnya di Indonesia sangat memungkinkan terjadinya tindak
pidana penyebar kebencian (hate speech).15 Karena setiap orang dapat
memanage dan mengolah akunnya masing - masing dengan bebas dan
mudah. Berbagai hal yang dapat dilakukan didalam social media, salah
satunya
adalah
para
users yang
dapat
update statusnya
dengan
15
Ibid
pasal - pasal yang telah tercantum dalam Undang-undang. Oleh karena itu
salah satunya contoh menurut informasi dan data yang diperoleh oleh
penulis yaitu kasus tindak pidana penyebar kebencian (hate speech) di
masyarakat terjadi di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur:
Bahwa di Kabupaten Situbondo ada beberapa kasus yang sangat
menyita perhatian, salah satunya kasus tindak pidana penyebar kebencian
(hate speech) karena kasus tersebut membawa beberapa nama pejabat
daerah yang tinggal di Kabupaten Situbondo, dan berakhir ancaman
pembunuhan. Sehingga tindak pidana penyebar kebencian (hate speech)
sangat membawa dampak buruk atau dampak negatif.
Seorang pegiat anti korupsi di Situbondo, Khalilur R Abdullah
Sahlawiy ditahan dan ditetapkan tersangka kasus pelangaran UU RI
nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE).Lilur dijerat kasus ITE karena melakukan ancaman pembunuhan
melalui SMS terhadap Amirul Mustafa, warga Lingkungan
Karangasem Kelurahan Patokan Kecamatan Situbondo. Penahanan
dilakukan setelah Lilur (sapaan akrab pegiat anti korupsi ini)
menjalani pemeriksaan di Kejaksaan Negeri (Kejari) Situbondo.
Penahanannya ini, dituding Lilur sangat kental dengan muatan politis,
lantaran sehari sebelumnya Lilur memimpin ratusan massa melakukan
demonstrasi menuntut dugaan kecurangan pelaksanaan pilkada
Situbondo. Kasus ini berawal dari menyebarnya sms mengandung
unsur penyebar kebencian (hate speech) dimana sms tersebut
berisikan tentang menjelekkannya tokoh agama di Situbondo, pejabat
Situbondo (Bupati, Kapolres, dan Dandim Situbondo) yang mengatas
namakannya (lilur). Dengan menyebarnya sms tersebut membuat lilur
marah karena ia tidak merasa mengirimkan dan menyebar luaskan sms
tersebut. Tanpa pikir panjang lilur menuduh Amirul Mustafa lah yang
menfitnah dirinya. Karena lilur merasa Amirul Mustafa adalah orang
yang sangat tahu dengan gerakan kelompoknya (lilur) dalam
memberantas korupsi, kemudian setelah Amir Mustofa, saya (lilur)
telpon dan peringati dengan keras agar tidak mengirim sms fitnah
tersebut tidak ada lagi orang lain yang mengatas namakan saya (lilur)
sms tersebut berhenti total, sehingga itu yang membuat lilur yakin
bahwa Amir Mustafa lah yang merupakan dalang dari menyebarnya
sms fitnah tersebut. Kemudian lilur dengan sengaja dan tanpa hak
16
Hasil wawancara kepada Kanit Pidana umum (Pidum) Iptu Sadali S.H yang menangani
kasus tindak pidana penyebar kebencian (hate speech) di Polres Situbondo
Ibid
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini antara lain :
1. Untuk memahami dan mengkaji apa saja faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya tindak pidana penyebar kebencian (Hate Speech) di Wilayah
Hukum Polres Situbondo
2. Untuk memahami dan mengkaji bagaimana upaya penegakan hukum
yang dilakukan oleh pihak Kepolisian Polres Situbondo dalam menangani
kasus tindak pidana penyebar kebencian (Hate Speech)
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis :
a) Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kegunaan untuk
perkembangan ilmu hukum khususnya hukum pidana.
b) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi serta pedoman
dalam penelitian hukum yang lain sesuai dengan bidang penelitian
yang penulis teliti.
2. Manfaat Praktis :
a) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai media informasi
bagi masyarakat atau praktisi hukum dan instansi terkait tentang
tindak pidana penyebaran kebencian (hate speech).
b) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan obyektif
kepada
pihak
Kepolisian
Resor
Situbondo
dalam
rangka
10
E. Kegunaan Penulisan
Penalitian ini diharapkan berguna dalam memahami tentang tindak
pidana penyebar kebencian (hate speech) yang dan menjadi solusi serta
pertimbangan obyektif dalam menyikapi kasus tindak pidana penyebar
kebencian (hate speech) yang dihadapi oleh Kepolisian Polres Situbondo.
Sehingga penelitian ini dapat digunakan dalam memberikan masukan kepada
pihak Kepolisian Polres Situbondo dalam rangka menanggulangi tindak
pindana penyebar kebencian (Hate Speech).
F. Metode Penelitian
Dalam rangka untuk memperoleh data yang valid terkait permasalahan
yang dikemukakan diatas, maka penulis menggunakan suatu metode
penulisan hukum yang meliputi :
1. Metode Pendekatan
Menurut Arnold Rose18 Metodelogi pada hakikatnya
memberikan pedoman, tentang cara - cara seorang penulis
mempelajari , menganalisa, dan memahami lingkungan
Soerjono Soekanto, 1986, Metode Penelitian Hukum, Cetakan Ketiga,UI Press Jakarta.
Hlm. 6
11
merugikan
atau
membahayakan
masyarakat
luas.
19
12
Dengan
dasar
pertimbangan
penulis
bahwa
Polres
yang
berkaitan
dengan
faktor-faktor
yang
13
b) Data sekunder
Data sekunder yaitu data pelengkap yang diperoleh secara
langsung dari literatur, laporan-laporan, dokumen-dokumen,
buku, majalah, buletin, peraturan perundang-undangan, maupun
berita-berita sajian media cetak yang berkaitan dengan masalah
penelitian yang dibahas, yaitu meliputi undang-undang :
1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945
2. Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.
3. Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Kitap Undangundang Hukum Acara Pidana.
4. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan
Diskriminasi Ras dan Etnis
5. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan
Konflik Sosial Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 tentang Teknis Penanganan
Konflik Sosial
c) Data tersier
Data tersier yaitu jenis data mengenai data-data tambahan
dalam peneletian ini yang penulis butuhkan untuk membantu
dalam proses penulisan proposal ini dan data tersebut bersifat
sebagai data penenunjang, diantaranya yaitu mengenai
14
15
disajikan
secara
deskriptif
yaitu
menjelaskan,
16
BAB II
BAB III
BAB IV
17