PADA SEL
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Virologi
Disusun
Oleh :
Nelly
Erywaty Sitompul
153112620120018
153112620120019
153112620120074
153112620120091
153112620120094
Liliantasari
153112620120095
JURUSAN BIOMEDIK
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERISTAS NASIONAL
2016
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit,
radiasi matahari, dan polusi. Stres emosional atau fisiologis dapat juga terjadi
yang akan menjadi tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat.
Biasanya manusia dilindungi oleh sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan
tubuh, terutama makrofag, dan kelengkapan kebutuhan gizi untuk menjaga
kesehatan. Kelebihan tantangan negatif, bagaimanapun, dapat menekan sistem
pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit
fatal.
Pada infeksi virus akan menyebabkan berbagai macam mekanisme
imunologi spesifik maupun non-spesifik. Aktivasi dari sistem imun yang berbeda
dan durasi serta besarnya respon sistem imun tergantung dari bagaimana virus
tersebut berinteraksi dengan sel inang (pada saat daur sistolitik, steady-state, laten
dan atau pada saat infeksi yang terintegrasi) dan bagaimana virus itu meyebar
pada sel inang (secara lokal, hematogen primer, hematogen sekunder dan meyebar
melewati sistem saraf). Oleh karena itu, antigen virus dapat meyebar di berbagai
bagian tubuh tergantung pada rute penyebaran dan fase infeksinya. Infeksi lokal
pada permukan seperti mukosa dapat menimbulkan respon imun lokal (IgA) tetapi
belum tentu menimbulkan aktivitas sistem imunitas sistemik. Tubuh inang
memiliki beberapa fungsi yang dapat menghilangkan virus atau penyakit yang
disebabkan oleh virus.
Terdapat beberapa tahapan pada saat virus menginfeksi sel inangnya antara
lain penempelan, penetrasi, uncoating, replikasi, pemasangan virion baru, dan
penyebaran viron baru pada sel inang. Tahapan-tahapan tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya rangsangan imun pada tubuh inang dapat terjadi secara
humoral immunity atau Imunitas yang dimediasi oleh sel leukosit. Pada makalah
ini akan di jelaskan bagaimana strategi molekuler infeksi virus pada sel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Virus
Virus adalah parasit yang ukurannya sangat kecil dan tidak dapat
mereproduksi dengan sendirinya. Setelah menginfeksi sel inangnya, virus
dapat mengarahkan sel inangnya tersebut untuk menghasilkan lebih banyak
virus. Kebanyakan virus memiliki RNA atau DNA sebagai materi genetik.
Asam nukleat dapat berupa untai tunggal maupun untai ganda. Semua virus
menularkan partikel, yang disebut virion terdiri dari asam nukleat dan kulit
luarnya terbentuk dari protein.
2.2 Sifat Virus
Virus adalah mikroorganisme yang mengadakan replikasi di dalam sel
dan kadang-kadang memakai asam nukleat atau protein pejamu. Sifat virus
yang sangat khusus adalah:
1. Mengganggu sel khusus tanpa merusak. Virus yang tidak menyebabkan
kerusakan sel disebut virus non sitopatik (non cytopathic virus). Bila
terjadi kerusakan sel, maka hal ini akibat reaksi antigen antibodi. Virus ini
dapat menjadi persisten dan akhirnya menjadi kronik, sebagai contoh
adalah virus hepatitis B
2. Virus merusak sel atau mengganggu perkembangan sel kemudian
menghilang dari tubuh, dan virus seperti ini disebut virus sitopatik
(cytopathic virus), sebagai contoh infeksi virus HIV, infeksi hepatitis virus
lain, dan sebagainya.
3. Dapat menginfeksi jaringan tanpa menimbulkan respons inflamasi.
4. Dapat berkembang biak dalam sel pejamu tanpa merusak.
Dalam melawan sistem imun, virus secara kontinu mengganti struktur
permukaan antigennya melalui mekanisme antigenic drift dan antigenic shift,
seperti yang dilakukan oleh jenis virus influenza. Permukaan virus influenza
terdiri dari hemaglutinin, yang diperlukan untuk adesi ke sel saat infeksi, dan
2.3.1
Penempelan
Virus akan menempel ke reseptor spesifik pada membran sel inang
melalui protein yang ada pada capsid atau melalui glikoprotein yang
tertanam pada amplop virus (envelope). Kekhasan infeksi ini
menentukan sel inang yang dapat terinfeksi oleh virus tertentu.
2.3.2
meninggalkan kapsid luar sel. Virus tumbuhan dan hewan dapat masuk
melalui endositosis, di mana membran sel mengelilingi dan menelan
seluruh virus. Beberapa pembungkus virus masuk ke dalam sel ketika
amplop virus secara langusng menyatu dengan membran sel. Setelah
berada di dalam sel, kapsid virus terdegradasi dan asam nukleat virus
dilepaskan, yang kemudian tersedia untuk proses replikasi dan
transkripsi DNA/RNA virus dalam sel.
2.3.3
2.3.4
Rilis
Tahap terakhir dari replikasi virus adalah rilis dari virion baru yang
terdiri dari enzim yang dibutuhkan virus dalam replikasinya. Bagian dalam
virus terdapat materi genetik virus dapat berupa DNA atau RNA tergantung
dari tipe virusnya, ada yang berupa dsDNA, ssDNA, dsRNA dan ssRNA.
Secara umum proses infeksi virus secara molekuler adalah pelekatan
ke reseptor sel inang oleh membran selubung luar virus yang dapat
menyebabkan timbulnya respon imun spesifik terhadap protein struktural
yang terkandung dalam membran selubung luar virus. Sedangkan bagian
dalam virus yang berupa materi genetik (DNA atau RNA), segmen-segmen
materi genetik tersebut berperan dalam proses sintesis untaian materi genetik
guna membentuk virus yang baru.
Terdapat dua macam respon imun yang ditimbulkan oleh virus yaitu
respon imun spesifik dan respon imun non spesifik. Beberapa mekanisme
utama respons nonspesifik terhadap virus, yaitu :
1. Infeksi virus secara langsung yang akan merangsang produksi IFN oleh
sel-sel terinfeksi; IFN berfungsi menghambat replikasi virus
2. Sel NK mampu membunuh virus yang berada di dalam sel, walaupun virus
menghambat presentasi antigen dan ekspresi MHC klas I. IFN tipe I akan
meningkatkan kemampuan sel NK untuk memusnahkan virus yang berada
di dalam sel. Selain itu, aktivasi komplemen dan fagositosis akan
menghilangkan virus yang datang dari ekstraseluler dan sirkulasi.
Mekanisme respons imun spesifik ini mempunyai peran penting yaitu :
1. Menetralkan antigen virus dengan berbagai cara antara lain menghambat
perlekatan virus pada reseptor yang terdapat pada permukaan sel sehingga
virus tidak dapat menembus membran sel, dan dengan cara mengaktifkan
komplemen
yang
menyebabkan
agregasi
virus
sehingga
difagositosis
2. Melawan virus sitopatik yang dilepaskan dari sel yang lisis.
mudah
sarcoma telah berhasil menghambat ekspresi protein yang disandi oleh virus
tersebut (Agrawal 2010). Sampai saat ini, dikenal ada beberapa teknologi yang
dipergunakan untuk melakukan inaktivasi gen, diantaranya ASO, RNAi dan
ss-siRNA. Walaupun ketiga teknologi di atas memiliki persamaan tujuan
untuk melakukan inaktivasi gen, namun memiliki mekanisme yang berbedabeda dalam melakukan inaktivasi terhadap gen-gen target. Namun, secara
umum, prinsip kerja teknologi di atas dapat dijelaskan dengan
a.
b.
c.
meningkatkan
spesifisitasnya
dalam
melakukan
RNA
virus termasuk
RNA
untuk merobohkan
pregenomic
dari
replikatif
yang
mempengaruhi
kemampuan
sistem
BAB IV
KESIMPULAN
Infeksi virus pada sel inang terdiri dari penempelan, penetrasi, uncoating,
replikasi, pemasangan virion baru, dan penyebaran viron baru pada sel inang.
Virus akan menempel pada tempat tertentu di memberan sel, kemudian virus akan
memasukan virionnya (DNA/RNA) untuk memperbanyak diri dan menginfeksi
sel tersebut, di dalam sel akan terjadi perakitan virus baru dengan memlalui tahap
replikasi dan transkripsi DNA/RNA tergantung dari jenis virus yang menginfeksi,
hasil dari perakitan tersebut kemudian akan dikeluarkan/di rilis dari sel inang dan
siap untuk menginfeksi sel lainnya. Adanya kemajuan teknologi pada bidang
molekuler menghasilkan suatu produk yang dapat menginaktivasi sel yang
terinfeksi oleh virus dengan menggunakan asam nukelat sintetik yang akan
bekerja menghambatan translasi mRNA yang akan menyebabkan patogen tidak
mampu menghasilkan protein yang bersifat patogenik ataupun enzim yang
membantu proliferasi patogen pada ternak maupun manusia yang diinfeksi
DAFTAR PUSTAKA
Garjito, Tribowo. 2013. Virus Influenza H5N1: Biologi Molekuler dan Potensi
Penularnnya Ke Unggas dan Manusia. Jurnal Vektora. Vol V (2)