Anda di halaman 1dari 14

STRATEGI MOLEKULER INFEKSI VIRUS

PADA SEL
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Virologi

Disusun

Oleh :

Nelly

Erywaty Sitompul
153112620120018

Alliza Rizky Ayu

153112620120019

Annisa Nurul Chaerani

153112620120074

Ria Sri Rahayu

153112620120091

Irma Anggela Lubis

153112620120094

Liliantasari

153112620120095

JURUSAN BIOMEDIK
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERISTAS NASIONAL

2016
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Virus

2.2 Sifat-sifat Virus 2


2.3 Infeksi Virus Pada Sel Inang
2.3.1 Penempelan

2.3.2 Penetrasi dan Uncoating

2.3.3 Replikasi dan Perakitan 5


2.3.4 Rilis

2.4 Strategi Molekuler Infeksi Virus Pada Sel

2.4 Teknologi Molekuler Infeksi Virus Pada Sel

2.5 Inaktivasi Gen Penyebab Penyakit Dengan Asam Nukleat Sintetik

BAB III PEMBAHASAN .................................................................................... 9


BAB IV KESIMPULAN .................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................12

BAB I
PENDAHULUAN

Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit,
radiasi matahari, dan polusi. Stres emosional atau fisiologis dapat juga terjadi
yang akan menjadi tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat.
Biasanya manusia dilindungi oleh sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan
tubuh, terutama makrofag, dan kelengkapan kebutuhan gizi untuk menjaga
kesehatan. Kelebihan tantangan negatif, bagaimanapun, dapat menekan sistem
pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit
fatal.
Pada infeksi virus akan menyebabkan berbagai macam mekanisme
imunologi spesifik maupun non-spesifik. Aktivasi dari sistem imun yang berbeda
dan durasi serta besarnya respon sistem imun tergantung dari bagaimana virus
tersebut berinteraksi dengan sel inang (pada saat daur sistolitik, steady-state, laten
dan atau pada saat infeksi yang terintegrasi) dan bagaimana virus itu meyebar
pada sel inang (secara lokal, hematogen primer, hematogen sekunder dan meyebar
melewati sistem saraf). Oleh karena itu, antigen virus dapat meyebar di berbagai
bagian tubuh tergantung pada rute penyebaran dan fase infeksinya. Infeksi lokal
pada permukan seperti mukosa dapat menimbulkan respon imun lokal (IgA) tetapi
belum tentu menimbulkan aktivitas sistem imunitas sistemik. Tubuh inang
memiliki beberapa fungsi yang dapat menghilangkan virus atau penyakit yang
disebabkan oleh virus.
Terdapat beberapa tahapan pada saat virus menginfeksi sel inangnya antara
lain penempelan, penetrasi, uncoating, replikasi, pemasangan virion baru, dan
penyebaran viron baru pada sel inang. Tahapan-tahapan tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya rangsangan imun pada tubuh inang dapat terjadi secara

humoral immunity atau Imunitas yang dimediasi oleh sel leukosit. Pada makalah
ini akan di jelaskan bagaimana strategi molekuler infeksi virus pada sel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Virus
Virus adalah parasit yang ukurannya sangat kecil dan tidak dapat
mereproduksi dengan sendirinya. Setelah menginfeksi sel inangnya, virus
dapat mengarahkan sel inangnya tersebut untuk menghasilkan lebih banyak
virus. Kebanyakan virus memiliki RNA atau DNA sebagai materi genetik.
Asam nukleat dapat berupa untai tunggal maupun untai ganda. Semua virus
menularkan partikel, yang disebut virion terdiri dari asam nukleat dan kulit
luarnya terbentuk dari protein.
2.2 Sifat Virus
Virus adalah mikroorganisme yang mengadakan replikasi di dalam sel
dan kadang-kadang memakai asam nukleat atau protein pejamu. Sifat virus
yang sangat khusus adalah:
1. Mengganggu sel khusus tanpa merusak. Virus yang tidak menyebabkan
kerusakan sel disebut virus non sitopatik (non cytopathic virus). Bila
terjadi kerusakan sel, maka hal ini akibat reaksi antigen antibodi. Virus ini
dapat menjadi persisten dan akhirnya menjadi kronik, sebagai contoh
adalah virus hepatitis B
2. Virus merusak sel atau mengganggu perkembangan sel kemudian
menghilang dari tubuh, dan virus seperti ini disebut virus sitopatik
(cytopathic virus), sebagai contoh infeksi virus HIV, infeksi hepatitis virus
lain, dan sebagainya.
3. Dapat menginfeksi jaringan tanpa menimbulkan respons inflamasi.
4. Dapat berkembang biak dalam sel pejamu tanpa merusak.
Dalam melawan sistem imun, virus secara kontinu mengganti struktur
permukaan antigennya melalui mekanisme antigenic drift dan antigenic shift,
seperti yang dilakukan oleh jenis virus influenza. Permukaan virus influenza
terdiri dari hemaglutinin, yang diperlukan untuk adesi ke sel saat infeksi, dan

neuramidase, yang diperlukan untuk menghasilkan bentuk virus baru dari


permukaan asam sialik dari sel yang terinfeksi. Hemaglutinin lebih penting
dalam hal pembentukan imunitas pelindung. Perubahan minor dari antigen
hemagglutinin terjadi melalui titik mutasi di genom virus (drift), namun
perubahan mayor terjadi melalui perubahan seluruh material genetik (shift).
2.3 Infeksi Virus pada Sel Inang
Virus dapat menginfeksi sel inangnya dengan cara bereplikasi di dalam sel
tersebut. Siklus replikasi virus dapat menyebabkan perubahan biokimia
maupun struktur dari sel inang yang mana dapat menyebabkan kerusakan dari
sel tersebut. Perubahan yang terjadi pada sel disebut sitopatik (menyebabkan
kerusakan sel). Beberapa sel yang terinfeksi, contohnya infeksi yang
disebabkan oleh virus flu umumnya dikenal sebagai rhinovirus, dimana sel
yang terinfeksi akan lisis dan mati atau terjadi apoptosis (bunuh diri sel) dan
kemudian melepaskan semua virion progeni, atau pada sel yang terinfeksi
virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) akan menginfeksi sel yang
berperan dalam sistem imun kemudian sel tersebut ditinggalkan dengan cara
budding, dimana pada saat budding sel yang terinfeksi tidak lisis dan tidak
segera di bunuh. Namun, kerusakan pada sel akan mengakibatkan sel tidak
dapat berfungsi dengan normal. Sebagian besar infeksi virus dimulai dari
beberapa tahap antara lain :
1. Penempelan
2. Penetrasi dan Uncoating
3. Replikasi
4. Perakitan
5. Rilis

(Gambar 1. Contoh Infeksi Virus Flu Pada Sel Inang)

2.3.1

Penempelan
Virus akan menempel ke reseptor spesifik pada membran sel inang
melalui protein yang ada pada capsid atau melalui glikoprotein yang
tertanam pada amplop virus (envelope). Kekhasan infeksi ini
menentukan sel inang yang dapat terinfeksi oleh virus tertentu.

2.3.2

Penetrasi dan Uncoating


Asam nukleat dari bakteriofag memasuki sel inang, dan

meninggalkan kapsid luar sel. Virus tumbuhan dan hewan dapat masuk
melalui endositosis, di mana membran sel mengelilingi dan menelan
seluruh virus. Beberapa pembungkus virus masuk ke dalam sel ketika
amplop virus secara langusng menyatu dengan membran sel. Setelah
berada di dalam sel, kapsid virus terdegradasi dan asam nukleat virus
dilepaskan, yang kemudian tersedia untuk proses replikasi dan
transkripsi DNA/RNA virus dalam sel.

2.3.3

Replikasi dan Perakitan


Mekanisme replikasi tergantung pada genom virus. virus DNA

biasanya menggunakan protein sel inang dan enzim untuk membuat


DNA tambahan yang ditranskripsi ke messenger RNA (mRNA), yang
kemudian digunakan untuk mengarahkan sintesis protein. Virus RNA
biasanya menggunakan inti RNA sebagai template untuk sintesis RNA
genom virus dan mRNA. Viral mRNA mengarahkan sel inang untuk
mensintesis enzim virus dan protein kapsid, dan untuk merakit virion
baru. Tentu saja, ada pengecualian untuk pola ini. Jika sel inang tidak
menyediakan enzim yang diperlukan untuk replikasi virus, gen virus
menyediakan informasi untuk mengarahkan sintesis protein yang
hilang. Retrovirus, seperti HIV, memiliki genom RNA yang harus
terbalik ditranskripsi menjadi DNA, yang kemudian dimasukkan ke
dalam genom sel inang.

2.3.4

Rilis
Tahap terakhir dari replikasi virus adalah rilis dari virion baru yang

diproduksi di organisme inang. Mereka kemudian dapat menginfeksi


sel-sel yang berdekatan dan ulangi siklus replikasi. Seperti yang telah
Anda pelajari, beberapa virus yang dilepaskan ketika sel inang mati,
sementara virus lainnya dapat meninggalkan sel yang terinfeksi oleh
tunas melalui membran tanpa langsung membunuh sel.
2.4 Strategi Molekuler Infeksi Virus pada Sel
Virus terdiri dari bagian luar dan bagian dalam, bagian luar virus
terdiri dari kapsid atau selubung luar yang disusun oleh berbagai macam
protein yang terdiri dari berbagai macam protein struktural dan non struktural.
Protein struktural berfungsi sebagai menjaga kestabilan virus dan berperan
dalam perlekatan virus pada sel inangnya, sedangkan protein non-struktural

terdiri dari enzim yang dibutuhkan virus dalam replikasinya. Bagian dalam
virus terdapat materi genetik virus dapat berupa DNA atau RNA tergantung
dari tipe virusnya, ada yang berupa dsDNA, ssDNA, dsRNA dan ssRNA.
Secara umum proses infeksi virus secara molekuler adalah pelekatan
ke reseptor sel inang oleh membran selubung luar virus yang dapat
menyebabkan timbulnya respon imun spesifik terhadap protein struktural
yang terkandung dalam membran selubung luar virus. Sedangkan bagian
dalam virus yang berupa materi genetik (DNA atau RNA), segmen-segmen
materi genetik tersebut berperan dalam proses sintesis untaian materi genetik
guna membentuk virus yang baru.
Terdapat dua macam respon imun yang ditimbulkan oleh virus yaitu
respon imun spesifik dan respon imun non spesifik. Beberapa mekanisme
utama respons nonspesifik terhadap virus, yaitu :
1. Infeksi virus secara langsung yang akan merangsang produksi IFN oleh
sel-sel terinfeksi; IFN berfungsi menghambat replikasi virus
2. Sel NK mampu membunuh virus yang berada di dalam sel, walaupun virus
menghambat presentasi antigen dan ekspresi MHC klas I. IFN tipe I akan
meningkatkan kemampuan sel NK untuk memusnahkan virus yang berada
di dalam sel. Selain itu, aktivasi komplemen dan fagositosis akan
menghilangkan virus yang datang dari ekstraseluler dan sirkulasi.
Mekanisme respons imun spesifik ini mempunyai peran penting yaitu :
1. Menetralkan antigen virus dengan berbagai cara antara lain menghambat
perlekatan virus pada reseptor yang terdapat pada permukaan sel sehingga
virus tidak dapat menembus membran sel, dan dengan cara mengaktifkan
komplemen

yang

menyebabkan

agregasi

virus

sehingga

difagositosis
2. Melawan virus sitopatik yang dilepaskan dari sel yang lisis.

mudah

2.5 Teknologi Molekuler Terhadap Infeksi Virus


Inaktivasi Gen merupakan salah satu strategi yang sangat menjanjikan
dan dinilai akan efektif yang bertujuan guna mencegah ekspresi gen patogen
(Infeski virus). Adanya kesulitan untuk membuat obat berukuran kecil yang
dapat bekerja secara efektif dan selektif terhadap beberapa protein sekaligus
interaksi antar protein, telah mendorong berbagai upaya untuk menemukan
obat-obat baru dengan target langsung pada pre-mRNA maupun mRNA.
Dalam biologi molekuler, mRNA merupakan sumber informasi yang dibawa
dari DNA untuk ditranslasi menjadi asam-asam amino yang akhirnya menjadi
protein (Brodersen & Voinnet 2006; Yu et al. 2012). Penghambatan translasi
mRNA akan menyebabkan patogen tidak mampu menghasilkan protein yang
bersifat patogenik ataupun enzim yang membantu proliferasi patogen pada
ternak maupun manusia yang diinfeksi.
2.6 Inaktivasi Gen Penyebab Penyakit Dengan Asam Nukleat Sintetik
Secara umum, konsep inaktivasi gen menggunakan asam nukleat
sintetik terdiri dari beberapa tahap. Pada tahap awal, dimulai dengan
penentuan DNA ataupun RNA target, yang dilanjutkan dengan sintesis asam
nukleat dengan urutan yang komplemen terhadap urutan DNA/RNA target
(Dias & Stein 2002). Setelah itu, asam nukleat tersebut dimasukkan dengan
teknik transfeksi ke dalam sel yang diikuti dengan pengukuran ekspresi gen
serta pemeriksaan fenotif yang dihasilkan (Watts & Corey 2012). Tersedianya
beberapa bahan komersial yang menjadi pembawa asam nukleotida masuk ke
dalam sel, seperti FuGene HD Transfection dari Promega, sangat
mempermudah berbagai riset untuk inaktivasi maupun ekspresi gen-gen
tertentu pada sel (Ali 2012b). Konsep penghambatan ekspresi protein
menggunakan asam nukleat sintetik ini diperkenalkan pada tahun 1978 oleh
Zamenik. Pada percobaannya, penggunaan oligonukleotida sintetik yang
sangat sederhana dengan sekuen yang komplemen terhadap RNA virus Rous

sarcoma telah berhasil menghambat ekspresi protein yang disandi oleh virus
tersebut (Agrawal 2010). Sampai saat ini, dikenal ada beberapa teknologi yang
dipergunakan untuk melakukan inaktivasi gen, diantaranya ASO, RNAi dan
ss-siRNA. Walaupun ketiga teknologi di atas memiliki persamaan tujuan
untuk melakukan inaktivasi gen, namun memiliki mekanisme yang berbedabeda dalam melakukan inaktivasi terhadap gen-gen target. Namun, secara
umum, prinsip kerja teknologi di atas dapat dijelaskan dengan
a.

Antisense oligonucleotide adalah DNA rantai tunggal berukuran


antara 13-25 pasang basa (biasanya 20 pasang basa) yang dibuat
dengan urutan yang komplemen terhadap mRNA yang menjadi target

b.

di dalam sel, sehingga terjadi hibridisasi.


RNA interference merupakan teknik menghambat atau mencegah
ekspresi gen melalui pemanfaatan sifat komplemen (berpasangan)
RNA dengan potongan nukleotida atau RNA berukuran pendek

c.

(sekitar 21-23 nukleotida).


ss-siRNA merupakan RNA pendek berantai tunggal yang telah
dimodifikasi untuk Muhamad Ali: Pengendalian Penyakit pada Ternak
Menggunakan Teknologi Molekuler Inaktivasi Gen ASO, RNAi dan
ss-siRNA 45

meningkatkan

spesifisitasnya

dalam

melakukan

penempelan pada mRNA target. Lima et al. (2012) dan Yu et al.


(2012) melaporkan bahwa teknologi ini memiliki potensi 100 kali
lipat dan selektifitas 30 kali lipat dibandingkan dengan miRNA
maupun siRNA yang tidak dimodifikasi. Kerja ss-siRNA memiliki
mekanisme yang sama dengan RNAi dengan bantuan enzim AGO.
Pada manusia beberapa strategi molekuler di gunakan untuk mengobati
penyakit seperti penyakit Hepatitis Virus, Terapi RNA interferensi (RNAi)
memiliki potensi untuk mengobati infeksi

virus hepatitis B (HBV)

dengan cara yang berbeda. Menggunakan RNAi


ekspresi

RNA

virus termasuk

RNA

untuk merobohkan

pregenomic

dari

replikatif

intermediet berasal, sehingga mengurangi produksi virus, dan protein virus

yang

menyebabkan penyakit dan

mempengaruhi

kemampuan

sistem

kekebalan tubuh untuk menghilangkan virus.


BAB III
PEMBAHASAN

Secara umum proses infeksi virus secara molekuler adalah pelekatan ke


reseptor sel inag oleh membran selubung luar virus yang dapat menyebabkan
timbulnya respon imun spesifik terhadap protein struktural yang terkandung
dalam membran selubung luar virus. Sedangkan bagian dalam virus yang berupa
materi genetik (DNA atau RNA), segmen-segmen materi genetik tersebut
berperan dalam proses sintesis untaian materi genetik guna membentuk virus yang
baru. Infeksi virus akan menyebabkan berbagai macam mekanisme imunologi
spesifik maupun non-spesifik. Aktivasi dari sistem imun yang berbeda dan durasi
serta besarnya respon sistem imun tergantung dari bagaimana virus tersebut
berinteraksi dengan sel inang dan bagaimana virus itu meyebar pada sel inang.
Terdapat beberapa tahapan pada saat virus menginfeksi sel inangnya antara lain
penempelan, penetrasi, uncoating, replikasi, pemasangan virion baru, dan
penyebaran viron baru pada sel inang.
Terrdapat suatu teknologi molekuler terhadap infeksi virus pada sel dengan
menggunakan cara inaktivasi sel dengan menggunakan asam nukelat sintetik,
dengan tahap-tahapan sebagai berikut:
a. Antisense oligonucleotide adalah DNA rantai tunggal berukuran antara 13-25
pasang basa (biasanya 20 pasang basa) yang dibuat dengan urutan yang
komplemen terhadap mRNA yang menjadi target di dalam sel, sehingga
terjadi hibridisasi.
b. RNA interference merupakan teknik menghambat atau mencegah ekspresi
gen melalui pemanfaatan sifat komplemen (berpasangan) RNA dengan
potongan nukleotida atau RNA berukuran pendek (sekitar 21-23 nukleotida).

c. ss-siRNA merupakan RNA pendek berantai tunggal yang telah dimodifikasi


untuk Muhamad Ali: Pengendalian Penyakit pada Ternak Menggunakan
Teknologi Molekuler Inaktivasi Gen ASO, RNAi dan ss-siRNA 45
meningkatkan spesifisitasnya dalam melakukan penempelan pada mRNA
target. Lima et al. (2012) dan Yu et al. (2012) melaporkan bahwa teknologi ini
memiliki potensi 100 kali lipat dan selektifitas 30 kali lipat dibandingkan
dengan miRNA maupun siRNA yang tidak dimodifikasi. Kerja ss-siRNA
memiliki mekanisme yang sama dengan RNAi dengan bantuan enzim AGO.

BAB IV
KESIMPULAN

Infeksi virus pada sel inang terdiri dari penempelan, penetrasi, uncoating,
replikasi, pemasangan virion baru, dan penyebaran viron baru pada sel inang.
Virus akan menempel pada tempat tertentu di memberan sel, kemudian virus akan
memasukan virionnya (DNA/RNA) untuk memperbanyak diri dan menginfeksi
sel tersebut, di dalam sel akan terjadi perakitan virus baru dengan memlalui tahap
replikasi dan transkripsi DNA/RNA tergantung dari jenis virus yang menginfeksi,
hasil dari perakitan tersebut kemudian akan dikeluarkan/di rilis dari sel inang dan
siap untuk menginfeksi sel lainnya. Adanya kemajuan teknologi pada bidang
molekuler menghasilkan suatu produk yang dapat menginaktivasi sel yang
terinfeksi oleh virus dengan menggunakan asam nukelat sintetik yang akan
bekerja menghambatan translasi mRNA yang akan menyebabkan patogen tidak
mampu menghasilkan protein yang bersifat patogenik ataupun enzim yang
membantu proliferasi patogen pada ternak maupun manusia yang diinfeksi

DAFTAR PUSTAKA

Baron, S et al. 1996. Medical Microbiology 4th Edition. Galveston: The


University of Texas Medical Branch
Boundless. Steps of Virus Infections. Boundless Biology. Boundless from
https://www.boundless.com/biology/textbooks/boundless-biology
textbook/viruses-21/virus-infections-and-hosts-137/steps-of-virusinfections-552-11762/ di akses tanggal 7 Oktober 2016

Ali Muhammad, 2014, Pengendalian Penyakit pada Ternak Menggunakan


Teknologi Molekuler Inaktivasi Gen ASO, RNAi dan ss-siRNA,
Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas Peternakan,
Universitas Mataram, Jl. Majapahit No. 62, Mataram

Garjito, Tribowo. 2013. Virus Influenza H5N1: Biologi Molekuler dan Potensi
Penularnnya Ke Unggas dan Manusia. Jurnal Vektora. Vol V (2)

Anda mungkin juga menyukai