PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Usaha Kecil (UK) atau biasa disebut dengan istilah small enterprise merupakan
kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan berperan dalam proses
peningkatan pendapatan masyarakat. Pemerintah mendorong pelaku Usaha Kecil
untuk terus tumbuh sehingga bisa lebih banyak menyerap tenaga kerja. Dengan
begitu, Usaha Kecil diharapkan dapat semakin berperan dalam menekan angka
pengangguran.
Pergeseran paradigma dalam persaingan bisnis modern ditandai oleh adanya
perubahan fokus persaingan dari persaingan antara perusahaan secara mandiri ke arah
persaingan antara jejaring bisnis. Kondisi ini memunculkan fenomena baru yang lebih
dikenal dengan era persaingan antara jejaring bisnis. Persaingan tersebut menuntut
para pengelolah bisnis untuk menciptakan model-model dan strategi baru dalam
pengelolaan jasa dan informasi agar tuntutan pelanggan yang semakin tinggi dapat
terpenuhi. Upaya memenuhi tuntutan pelanggan diharapkan para pelaku bisnis dapat
memahami bahwa harga murah, berkualitas, cepat, dan perbaikan internal usaha
tidaklah cukup. Karena itu pelanggan saat ini mulai menuntut aspek kecepatan respons
pasar.
Adanya persaingan bisnis yang semakin kompleks termasuk sektor jasa
pelayanan pencucian kendaraan jika dikelola dengan baik menjadi sumber penggerak
perekonomian daerah maupun nasional.
1
Sukses tidaknya suatu usaha, tumbuh tidaknya suatu usaha pada akhirnya akan
ditentukan atau dipengaruhi oleh Personality pelaku usaha itu sendiri. Sehingga peran
Five Personality Trait model secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh
terhadap keberhasilan berwirausaha. Entrialgo, et al (2000) menyatakan bahwa
Personality individual berpengaruh signifikan terhadap kesuksesan organisasi bisnis
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Green, et al (1996) menyatakan bahwa
karakteristik individual seperti personality, motivasi, self efficay, locus of control, dan
risk taking dapat menentukan kesuksesan seorang entrepreneur dalam pengelolaan
bisnisnya.
Merujuk pada fakta empiris yang telah dikemukakan, dasar teori yang menjadi
pendukung pengujian model penelitian ini adalah David Krech dan Richard S.
Crutchfield (1969) dalam Kuntjojo menyatakan personality is the integration of all of
an individuals characteristics into a unique organization that determines, and is
modified by, his attemps at adaption to his continually changing environment.
Kemudian Adolf Heuken S.J. (1989) menyatakan pula bahwa personality adalah pola
menyeluruh semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang, baik jasmani,
mental, rohani, emosional sosial. Selain personality, mekanisme pengelolaan usaha
pun menjadi variabel yang diangkat dalam penelitian ini. Dasar teori yang diadopsi
untuk menguji pengaruh five personality trait model terhadap keberhasilan
berwirausaha adalah Syakhoza (2008) menyatakan bahwa suatu mekanisme tata
kelola organisasi yang baik dalam mengelola sumber daya organisasi secara efisien,
efektif, ekonomis dan produktif, memakai prinsip-prinsip terbuka, akuntabel,
pertanggung jawaban, kemandirian dan adil, dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Selain itu didukung pula oleh Turnbull Report (1999) yang dikutip Muh
Arief Efendi (2009) menyatakan bahwa corporate governance is a companys system
of internal control, which has as its principal aim the management of risks that are
significant to the fulfilment of its Business objective, with a view to safeguarding the
companys asset and enhancing overtime the value of the shareholders investment.
Pencucian kendaraan Kota Kendari dan Kota Bau-Bau adalah salah satu
penyedia
jasa
layanan
pencucian
kendaraan
yang
saat
ini
sangat
pesat
Bau-Bau
Jumlah
Perkembangan
(%)
2011
24
32
2012
28
10
38
18,75
Tahun
2013
33
12
45
18,42
2014
41
15
56
24,44
Jumlah
126
45
171
61,61
Rerata
31,5
11,25
42,75
15,40
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Five Personality Trait Model
Istilah kepribadian
(Kuntjojo, 2009). Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu persona, yang berarti
topeng dan personare, yang artinya menembus. Istilah topeng berkenaan dengan salah
satu atribut yang dipakai oleh para pemain sandiwara pada jaman Yunani kuno.
Dengan topeng yang dikenakan dan diperkuat dengan gerak-gerik dan apa yang
diucapkan, karakter dari tokoh yang diperankan tersebut dapat menembus keluar,
dalam arti dapat dipahami oleh para penonton.
Sejarah pengertian personality terdiri dari, kata persona yang semua berarti
topeng, kemudian diartikan sebagai pemainnya sendiri, yang memainkan peranan
seperti digambarkan dalam topeng tersebut. Dan sekarang ini istilah personality oleh
para ahli dipakai untuk menunjukkan suatu atribut tentang individu, atau untuk
menggambarkan apa, mengapa, dan bagaimana tingkah laku manusia. Para ahli yang
telah merumuskan definisi personality berdasarkan paradigma yang mereka yakini,
diantaranya: definisi yang dirumuskan oleh Allport dalam (Kuntjojo, 2009), yaitu:
Personality is the dynamic organization within the individual of those
psychophysical systems that determine his unique adjustments to his environment.
Pendapat Allport di atas bila diterjemahkan menjadi: personality adalah
organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya
yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. David Krech dan Richard S.
Crutchfield dalam Kuntjojo (2009) mendefinisikan Personality dalam bukunya yang
berjudul Elelemnts of Psychology merumuskan definsi Personality sebagai berikut:
Personality is the integration of all of an individuals characteristics into a unique
organization that determines, and is modified by, his attemps at adaption to his
continually changing environment. Adolf Heuken S.J. dkk. dalam Kuntjojo (2009)
menyatakan bahwa Personality adalah pola menyeluruh semua kemampuan,
perbuatan serta kebiasaan seseorang, baik jasmani, mental, rohani, emosional maupun
sosial. Semuanya ini telah ditatanya dalam caranya yang khas dan terwujud dalam
tingkah laku, dalam usahanya menjadi manusia yang dikehendakinya.
Berdasarkan definisi dari Allport, Kretch dan Crutchfield, serta Heuken dapat
7
disimpulkan pokok-pokok pengertian personality merupakan kesatuan yang
kompleks, yang terdiri dari aspek psikis, seperti: inteligensi, sifat, sikap, minat, citacita, aspek fisik, seperti: bentuk tubuh, dan kesehatan jasmani. Kesatuan dari kedua
aspek tersebut berinteraksi dengan lingkungannya yang mengalami perubahan secara
terus-menerus, dan terwujudlah pola tingkah laku yang khas atau unik. Salah satu teori
yang cukup popouler berkaitan dengan personality , yaitu Teori Big Five. Pertama
sekali diperkenalkan oleh Lewis R. Goldberg pada tahun 1981. Selain Goldberg,
terdapat 2 tokoh lagi yang mempelopori teori Big Five, yakni Robert McCrae dan Paul
Costa. Big Five digunakan untuk menggambarkan personality seorang individu yang
di deskripsikan dengan 5 indikator, yaitu :
1) Neoroticism (Kecerdasan Emosional), adalah menggambarkan kondisi emosional
seseorang, seperti masalah dengan emosi yang negatif, misalkan: rasa khawatir
dan rasa tidak aman. Secara emosional, seseorang yang memiliki tingkat
neoroticism yang rendah cenderung lebih gembira dan puas terhadap hidup
dibandingkan dengan orang yang memiliki tingkat neoroticism yang tinggi. Selain
memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, mereka juga
memiliki tingkat self-esteem yang rendah. Individu yang memiliki nilai yang
10
11
ini
menjadi
sangat
perfeksionis,
kompulsif,
workaholic,
12
13
(entrepreneur)
sering
dikaitkan
dengan
kewirausahaan
risiko,
menyediakan
modal,
mengambil
keputusan
dan
14
mau
mengambil
tindakan
untuk
mengambil
peluang
yang
15
Kemandirian tersebut juga membuatnya sadar akan resiko yang mungkin terjadi,
dan dia siap menanggungnya sebab telah memilih jalan wirausaha. O =
Opportunity, Opportunity atau kejelian melihat peluang/kesempatan adalah ciri
wirausahawan. Di mana dia temukan ide-ide bisnis yang bisa menjadi peluang
bisnis baru. Kejeliannya melihat peluang tersebut bukan saja menghasilkan uang
bagi dirinya sendiri, tapi banyak orang lainnya. N = No Quit, Wirausahawan sejati
tak pernah menyerah. Mereka tak pernah berhenti Action. Kegagalan tak pernah
dianggapnya sebagai kegagalan. Setiap kali jatuh, dengan cepat mereka bangkit
dan Action lagi. Mereka percaya kesuksesan itu pasti akan datang.
Wirausaha adalah kegiatan memindahkan sumber daya ekonomi dari
kawasan produktivitas rendah ke kawasan produktivitas yang lebih tinggi dengan
hasil yang lebih besar Drucker (1985). Jadi wirausaha adalah kemampuan
seseorang untuk menciptakan sesuatu yang tadinya biasa-biasa saja
menjadi
sesuatu yang bernilai lebih dengan menerapkan konsep manajemen dan teknik
manajemen standarisasi produk, perancangan proses dan peralatan dan dengan
mendasarkan pelatihan pada analisis pekerjaan yang akan dilakukan serta
menerapkan standar yang diinginkan sehingga meningkatkan hasil sumber daya
yang ada dan menciptakan pasar serta pelanggan baru. Berdasar pendapat Drucker
dapat di kemukakan bahwa tidak semua usaha baru, kecil dan mandiri sebagai
wirausaha, akan tetapi kemampuan meningkatkan produktivitaslah yang disebut
sebagai wirausaha. Kao (1995) juga menyebutkan wirausaha sebagai suatu proses
yaitu suatu proses menciptakan sesuatu yang baru (kreasi baru) membuat sesuatu
16
yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi), tujuannya adalah tercapainya
kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi masyarakat.
Dari pendapat Drucker dan Kao tersebut dapat di kemukakan bahwa
keberhasilan seorang wirausahawan sangat ditentukan oleh produktivitas usaha
yang dapat dicapai dan kemampuannya untuk meningkatkan produktivitas secara
terus menerus, baik usaha yang baru dimulai maupun yang sedang berkembang.
Walaupun pengertian wirausaha dari beberapa ahli berbeda-beda, namun semua
tersebut
mempunyai
pengertian
yang
sama
yaitu
tentang
adanya
17
sesuatu yang baru atau berpikir sesuatu yang lama dengan cara-cara baru. Ciri-ciri
innovational personality adalah:
1) Openness to experience, terbuka terhadap pengalaman
2) Creative imagination, kreatif dan penuh imajinasi
3) Confidence and content in ones own evaluation, memiliki keyakinan atas
penilaian dirinya dan mempunyai pendirian yang teguh.
4) Satisfaction in facing and attacking problems and in resolving confusion or
inconsistency, memiliki kepuasan dalam menghadapi dan memecahkan masalah.
5) Has a duty or responsibility to achieve, memiliki tugas dan rasa tanggung jawab
untuk berprestasi.
6) Integence and energetic, memiliki kecerdasan dan energik.
Buchari Alma (2003) menjelaskan bahwa jalan menuju wirausaha sukses
sebagai berikut:
1) Mau kerja keras
2) Bekerja sama penampilan yang baik
3) Yakin
4) Pandai membuat keputusan
18
19
3) Percaya diri
4) Memiliki self determination dan locus of control
5) Mengelola resiko
6) Perubahan dipandang sebagai kesempatan
7) Toleran terhadap banyaknya pilihan
8) Inisiatif dan memiliki need for echievement,
9) Kreatif
10) Perfeksionis
11) Memiliki pandangan luas
12) Waktu adalah berharga
13) Memiliki motivasi yang kuat.
Dari pandangan beberapa ahli di atas dapat dijelaskan bahwa jiwa
kewirausahaan harus dimiliki seseorang yang berwirausaha dengan menciptakan
tindakan kreatif dari tidak ada menjadi ada atau dari yang biasa-biasa menjadi
sesuatu yang mempunyai nilai lebih. Di samping itu seorang wirausahawan harus
memiliki visi, komitmen dan konsistensi dalam pelaksanaannya.
Tabel 2.1. Daftar Ciri, Jiwa dan Sikap Kewirausahaan
Ciri Ciri
20
Percaya diri
Kepemimpinan
Keorisinalan
Berorientasi
masa depan
21
keterampilan
dalam mengambil
keputusan, pemahaman
dan
22
5. Kemitraan Usaha
Istilah mitra adalah bisa diartikan sebagai kawan kerja, pasangan kerja, rekan
kerja. Jadi kemitraan adalah hubungan kerja sama yang dilakukan oleh dua pihak
atau beberapa pihak dalam jangka waktu tertentu untuk mendapatkan hasil atau
keuntungan bersama. Undang-undang nomor 9 tahun 1995 pasal 1 angka 8 yang
dimaksud kemitraan adalah kerja sama usaha antara usaha kecil dengan usaha
menengah atau dengan usaha besar disertai dengan pembinaan dan pengembangan
oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperlihatkan prinsip saling
23
24
win-win
25
26
Timmons dan
McClelland (1961) dan Zimmerer (1996) menyatakan sikap dan perilaku wirausaha
yang berhasil adalah:
1) Commitment and determination, memiliki komitmen dan tekat yang bulat untuk
mencurahkan semua perhatian terhadap usaha. Sikap yang setengah hati
mengakibatkan besarnya kemungkinan untuk gagal dalam berwirausaha.
2) Desire for responsibility, memiliki rasa tanggung jawab dalam mengendalikan
sumber daya yang digunakan dan keberhasilan berwirausaha. Oleh karena itu
wirausaha akan mawas diri secara internal.
3) Opportunity obsession, berambisi untuk mencari peluang, keberhasilan wirausaha
selalu diukur dengan keberhasilan untuk mencapai tujuan. Pencapaian tujuan
terjadi apabila terdapat peluang.
4) Tolerance for risk, ambiguity, and uncertainty, tahan terhadap resiko dan
ketidakpastian. Wirausaha harus belajar mengelola resiko dengan cara
mentransfernya ke pihak lain seperti bank, investor, konsumen, pemasok dan lainlain. Wirausaha yang berhasil memiliki toleransi terhadap pandangan yang
berbeda dan ketidakpastian.
5) Self confidence (percaya diri), wirausaha cenderung optimis dan memiliki
keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk berhasil.
6) Creativity and flexibility, berdaya cipta dan luwes, salah satu kunci penting
adalah kemampuan untuk menghadapi perubahan permintaan. Kekakuan dalam
27
menghadapi perubahan ekonomi dunia yang serba cepat sering kali membawa
kegagalan. Kemampuan untuk menanggapi perubahan yang cepat dan fleksibel
tentu memerlukan relatif yang tinggi.
7) Desire for immediate feedback, selalu memerlukan umpan balik dengan segera.
Wirausaha selalu ingin mengetahui hasil dari apa yang telah dikerjakannya. Oleh
karena itu, dalam memperbaiki kinerjanya wirausaha selalu memiliki kemauan
untuk menggunakan ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya dan belajar dari
kegagalan.
8) High level of energy, memiliki tingkat energi yang tinggi. Wirausaha yang
berhasil biasanya memiliki daya juang yang lebih tinggi di banding kebanyakan
orang, sehingga ia lebih suka bekerja keras walaupun dalam waktu yang relatif
lama.
9) Motivation to excel, memiliki dorongan untuk selalu unggul. Wirausaha yang
berhasil selalu ingin lebih unggul dan berhasil dalam mengerjakan apa yang
dilakukannya dengan melebihi standar yang ada. Motivasi ini muncul dari dalam
diri (internal) dan jarang dari eksternal.
10) Orientation to the future, yaitu berorientasi pada masa depan. Untuk tumbuh dan
berkembang, wirausaha berpandangan jauh ke masa depan yang lebih baik.
11) Willingness to learn from failure, yaitu selalu belajar dari kegagalan. Wirausaha
yang berhasil tidak pernah takut akan kegagalan, Ia selalu memfokuskan pada
keberhasilan.
28
bahwa keberhasilan seorang wirausaha menurut Zimmerer (1996) ditentukan oleh: (1)
Kemampuan dan kemauan, (2) Tekat yang kuat dan kerja keras, (3) Mengenal peluang
yang ada dan berusaha meraihnya ketika ada kesempatan. Sementara yang
menyebabkan kegagalan adalah: (1) Tidak kompeten, (2) Kurang pengalaman, (3)
Kurang dapat mengendalikan keuangan, (4) Gagal dalam perencanaan, (5) Lokasi
yang kurang memadai, (6) Kurangnya pengawasan/kontrol, (7) Sikap yang kurang
sungguh-sungguh dan (8) Ketidakmampuan dalam melakukan
keberhasilan
29
30
dan Lao (2007) menyatakan bahwa kesuksesan sebuah bisnis ditentukan oleh
karakteristik individual. Selain itu, Entrialgo, et al (2000) menyatakan bahwa
kepribadian individual berpengaruh signifikan terhadap kesuksesan organisasi bisnis
UMKM. Green, et al (1996) menyatakan bahwa karakteristik individual seperti
kepribadian, motivasi, self-efficacy, locus of control dan risk taking dapat menentukan
kesuksesan seorang entrepeneur dalam pengelolaan bisnisnya. Selanjutnya dukungan
hasil penelitian terdahulu Nuraeni Kadir (2014), Rohmat (2011) dan Ratno Purnomo
(2010) menemukan bahwa kepribadian (personality) berpengaruh signifikan terhadap
peningkaan kinerja atau keberhasilan usaha.
2.5 Kerangka Pikir
Paradigma pemikiran terhadap five personality trait model dan keberhasilan
berwirausaha menjadi dasar perancangan alur pikir penelitian ini. Kerangka pikir studi
ini dibangun berdasarkan masalah dan tujuan studi, kajian empirik, dan teoritis
sebagai landasan untuk merumuskan masalah, tujuan, dan hipotesis. Kerangka pikir
diawali dari studi teoritik yaitu mengkaji teori yang relevan dengan kajian studi ini
yaitu: five personality trait model dan keberhasilan berwirausaha. Merujuk pada
kajian teoritis dan empiris dalam penelitian ini didesain dengan menggunakan dua
variabel yaitu: five personality trait model dan keberhasilan berwirausaha. Dengan
dasar pengujian dari kedua konstruk tersebut peneliti mencoba mengembangkan
kerangka pikir penelitian ini. Pengukuran masing-masing variabel dan hubungan
antara variabel dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
31
bahwa
kesuksesan
pelaku
usaha
ditentukan
oleh
personality
agreeableness dan self-efficacy yang dimiliki oleh para pelaku usaha. Rohmat (2011)
menyatakan bahwa personality pelaku usaha kecil memiliki pengaruh yang kuat
terhadap keberhasilan usaha.
Keberhasilan dalam berwirausaha pada seseorang dipengaruhi oleh banyak
faktor yang bisa berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar diri pengusaha.
Faktor dari dalam diri bisa berupa motivasi, percaya diri, kreativitas dan inovasi,
keberanian mengambil resiko dan lain-lain. Sedangkan faktor dari luar diri bisa
berasal dari lingkungan sosial, lingkungan keluarga, budaya anutan, kebijakan
pemerintah dan lain-lain.
32
Konsisten dengan temuan penelitian Steinhoff & Burgess, peneliti lain Kim
(dalam Meng & Liang, 1996) mengungkapkan bahwa 78% wirausaha yang berhasil
menyatakan memiliki sistem jaringan kerja yang baik. Temuan ini menjelaskan bahwa
proses membangun dan mempertahankan hsubungan positif dengan pihak-pihak di
dalam dan di luar organisasi memang sangat diperlukan demi keberhasilan usaha skala
kecil dalam lingkungan usaha yang sangat kompleks. Sementara Duncan (dalam
Meng & Liang, 1996) menyatakan bahwa unsur terpenting di balik keberhasilan usaha
adalah keterampilan wirausaha untuk mengenali pasar dan mengembangkan usaha di
pasar tersebut.
Seorang wirausahawan harus memiliki sikap mental dan jiwa yang selalu aktif
atau kreatif berdaya, bercipta, berkarsa dan bersahaja dalam berusaha untuk dapat
meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya atau kiprahnya. Seorang yang
memiliki jiwa dan sikap wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah
dicapainya. Dari waktu ke waktu, hari demi hari, Minggu demi Minggu selalu mencari
peluang untuk meningkatkan usaha dan kehidupannya. Ia selalu berkreasi dan
berinovasi tanpa berhenti, karena dengan berkreasi dan berinovasilah semua peluang
dapat diperolehnya.
Indikator
pengukuran
keberhasilan
berwirausaha
dalam
penelitian
ini
33
Berdasarkan kajian terhadap teori dan penelitian empiris yang telah dilakukan
sebelumnya, maka kerangka konseptual ini dalam penelitian ini dapat disajikan pada
Gambar 2.1 berikut:
34
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan hubungan
kausal antar variabel melalui pengujian hipotesis, dengan demikian maka pendekatan
35
penelitian ini adalah verifikasi dan penjelasan (explanatory research). Alasan yang
mendasari menggunakan explanatory research karena tujuan penelitian ini
menjelaskan dan menguji secara empiris pengaruh five Personality trait model
terhadap keberhasilan berwirausaha pada jasa pencucian kendaraan di Kota Kendari
dan Bau-Bau. Selain itu penelitian ini termasuk kategori penelitian survei karena
dalam pengumpulan data yang pokok menggunakan kuisioner.
Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan
menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data. Pada umumnya unit analisis
penelitian survei adalah individu (Sugiyono, 2010). Selanjutnya juga akan dilakukan
wawancara guna melengkapi data/informasi pendukung yang dibutuhkan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kota Kendari dan kota Bau-Bau pada jasa pencucian
kendaraan. Karena itu obyek penelitian ini pada usaha jasa pencucian kendaraan,
dengan unit analisis adalah para pemilik atau pengelola usaha dengan pertimbangan:
penguasaan lapangan, biaya, waktu dan kemudahan memperoleh data. Kemudian
waktu penelitian ini direncanakan setelah ujian proposal dan disetujui oleh komisi
pembimbing.
31
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh para pemilik atau pengelola usaha
jasa pencucian kendaraan di Kota Kendari dan Bau-Bau yang berjumlah sebanyak 56
36
orang pemilik usaha. Adapun jumlah pemilik usaha jasa penguncian kendaraan di
kota Kendari dan Bau-Bau tersebut sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
1.
2.
3.
4.
5.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
Agung
Benu- Benua
Salon Motor Nur
Pasar Buah
ICM
Pitstop Car Wash
Sentul Car Wash
Auto D&A
Ken Car wash
Roda Salju
Aisyah Car Wash
Tumara
Marechu
11.
12.
13.
14.
15.
Agung Steam
Dafa Steam
Rizar Steam
Ardan Steam
Rutan steam
Karena jumlah populasi dalam penelitian ini relatif kecil maka semua populasi
sebanyak 56 orang di jadikan sampel penelitian. Dengan demikian maka dalam
penelitian ini teknik penarikan sampel adalah sampel jenuh (sensus) yaitu sebanyak
56 responden yaitu para pemilik pengelola usaha jasa pencucian kendaraan di Kota
Kendari dan Bau-Bau.
3.4 Jenis dan Sumber Data Penelitian
37
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden atau yang
menjadi sampel penelitian ini. Data primer meliputi data pernyataan responden
terhadap five personality trait model terhadap keberhasilan berwirausaha. Data
primer ini diperoleh dari para responden dengan menyebar kuisioner secara
langsung kepada para responden.
2. Data sekunder yaitu data berupa dokumen-dokumen penunjang seperti
gambaran umum organisasi, jumlah usaha jasa pencucian kendaraan, dan datadata dokumentasi lainnya yang relevan dengan penelitian ini. Sumber data
sekunder diperoleh dari penggelola usaha jasa pencucian kendaraan di kota
kendari dan Bau-Bau.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data penelitian ini digunakan metode survei dengan cara
sebagai berikut:
1. Kuisioner yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan daftar
pernyataan yang diberikan kepada responden untuk mengukur variabel-variabel
yang di teliti
2. Wawancara, dilakukan dengan menghubungi sebagian responden yang dianggap
memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam memberikan penjelasan
terhadap kajian penelitian ini agar mendapatkan informasi yang lebih lengkap
38
untuk analisa data dalam penelitian ini. Peneliti mengutamakan pengambilan data
wawancara dengan responden agar diketahui five personality trait model terhadap
keberhasilan Berwirausaha.
3. Dokumentasi, di lakukan sebagai bukti pendukung mengenai keberhasilan usaha
pencucian kendaraan yang berkaitan dengan five personality trait model dari
pemilik usaha dari segi pelayanan dan hasil pencucian kendaraan.
39
apa yang ingin diukur dan dapat mengungkapkan data dan variabel-variabel yang
diteliti secara konsisten. Validitas merupakan ukuran yang berhubungan dengan
tingkat akurasi yang dicapai oleh indikator dalam mengukur atas apa yang seharusnya
diukur. Uji validitas adalah ketepatan skala atas pengukuran instrumen yang
digunakan dengan maksud untuk menjamin alat ukur yang digunakan cocok dengan
obyek yang diukur.
Validitas merupakan arti seberapa besar ketepatan dan kecermatan alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya. Instrumen dapat dikatakan mempunyai validitas
40
tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang sesuai dengan pengukuran. Instrumen tersebut dikatakan valid jika dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur (Supranto, 2005). Pengujian validitas
instrumen yaitu menghitung koefisien korelasi antara skor item dan skor totalnya
dengan taraf signifikansi 95%.
Validitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur betul betul mengukur apa yang perlu diukur. Untuk itu dilakukan analisis item dengan
metode korelasi product moment pearson. Uji validitas dengan metode ini dilakukan
dengan cara mengkorelasikan skor jawaban yang diperoleh pada masing-masing item
dengan skor total dari keseluruhan item. Koefisien korelasi yang tinggi menunjukkan
kesesuaian antara fungsi item dengan fungsi ukur secara keseluruhan atau instrumen
tersebut valid. Validitas dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi product
moment dengan kriteria pengujian pada instrumen yang dikatakan valid jika nilai r
0,30 (cut of point) Sugiyono (2010).
3.7.2
bertujuan
untuk
mengetahui
keandalan
alat
ukur
atau untuk
mengetahui konsistensi alat ukur jika digunakan untuk mengukur obyek yang
sama lebih dari sekali. Dengan kata lain uji reliabilitas ini dapat diartikan sebagai
tingkat kepercayaan terhadap hasil pengukuran.
41
digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan metode Alpha Cronbach. Nilai batas (cut of
point) yang diterima untuk tingkat Alpha Cronbach adalah 0,60 walaupun ini
bukan merupakan standar absolut oleh Uma Sekaran (2003). Instrumen dianggap
telah memiliki tingkat keandalan yang dapat diterima, jika nilai koefisien reliabilitas
yang terukur adalah 0,60. Instrumen dikatakan reliabel jika dapat digunakan untuk
mengukur variabel berulang kali yang akan menghasilkan data yang sama atau hanya
sedikit bervariasi (Supranto, 2005).
Uji validitas dan reliabilitas instrumen, sebelum angket digunakan dalam
pengumpulan data, maka dilakukan pengujian terhadap validitas dan reliabilitas.
Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen, secara rinci dapat dilihat pada Lampiran
5. Rekapitulasi hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen terhadap item pernyataan
atas indikator variabel dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Hasil Pengujian Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Indikator Variabel
Kecerdasan Emosional
(KE)
Keterbukaan Komunikasi
(KK)
Keterbukaan Sosial (KS)
Item
Koefisien
Korelasi
Sig
Hasil
Cronbach's
Alpha
Hasil
KE 1
0,417*
0.019
Valid
0.857
Reliabel
KE 2
0,717**
0.000
Valid
KK 1
0,834**
0.000
Valid
KK 2
0,624**
0.000
Valid
KS 1
0,608**
0.000
Valid
KS 2
0,602**
0.000
Valid
42
KP 1
0,551**
0.001
Valid
KP 2
0,632**
0.000
Valid
KH 1
0,821**
0.000
Valid
KH 2
0,780**
0.000
Valid
0,702**
0.000
Valid
0,763**
0.000
Valid
0,678**
0.000
Valid
Keterbukaan Pengalaman
(KP)
0.787
KB4. Kemandirian
0,676
**
0.000
Valid
0,557**
0.001
Valid
0,858**
0.000
Valid
Reliabel
43
Analisis Deskriptif
Analisis deskripsi bertujuan untuk menginterpretasikan mengenai argumen
Confimatory Factor Analysis (CFA) dan analisis regresi bivariat sebagai berikut:
1. Confimatory Factor Analysis (CFA)
Analisis faktor konfimatori digunakan dalam penelitian ini adalah untuk
mempermudah interpretasi hasil analisis, sehingga didapatkan informasi yang realistis
dan sangat berguna dan untuk mengetahui indikator yang dominan dalam
44
merefleksikan konstruk atau variabel laten yakni five personality trait model terhadap
kerberhasilan wirausaha secara terpisah sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan
penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya.
Alasan menggunakan analisis faktor konfirmatori (CFA) adalah: (1) Konstruk
yang didesain dalam penelitian ini berupa variabel laten, di mana variabel-variabel
tersebut diukur berdasarkan indikator (item), sehingga data yang diperoleh adalah data
setiap indikator. Dengan demikian CFA cocok digunakan untuk mengekstraksi
variabel laten dari indikator; (2) Variabel laten yang didesain dalam penelitian ini
pengukurannya berdasarkan teori dan kajian empiris yang bersifat reflektif dengan
menggunakan instrumen berupa angket, karena itu CFA sangat seefektif digunakan
untuk pengujian validitas konstruk dan pemeriksaan validitas instrumen penelitian
(Angket); (3) CFA berguna untuk mendapatkan data variabel laten (berupa skor
faktor) sebagai data input dari analisis regresi.
Analisis faktor konfirmatori dilakukan terhadap indikator setiap variabel
sehingga dapat diperoleh skor faktor dari variabel laten, di mana skor faktor variabel
tersebut akan dipakai untuk penentuan koefisien setiap variabel dalam analisis regresi
bivariat selanjutnya. Prosedur analisis faktor dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara sebagai berikut: merumuskan masalah, menentukan jumlah faktor yang layak
dalam merefleksikan variabel laten berdasarkan indikator pengukurannya, interpretasi
faktor, penentuan skor faktor dan ketepatan model, (Malhotra, 2010).
2. Analisis Regresi Bivariat
45
= Keberhasilan usaha
ei
46
Berdasarkan fakta yang menjadi temuan dalam penelitian ini, maka pengujian
hipotesis bertujuan untuk menjawab apakah hipotesis yang diajukan diterima atau
ditolak. Taraf signifikasi estimasi parameter pengujian hipotesis ditetapkan 95% atau
= 0,05. Dengan demikian pengujian hipotesis didasarkan atas nilai probabilitas
dengan ketentuan:
1. Apabila < = 0,05, maka hipotesis yang diajukan diterima artinya terdapat
pengaruh signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
2. Apabila > = 0,05, hipotesis yang diajukan ditolak artinya tidak terdapat
pengaruh signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Selanjutnya dalam penelitian ini penerapan pengujian hipotesis dari analisis
regresi multivariate dilakukan dengan cara (Gujarati, 2005) yaitu:
a. Menghitung Koefisien Determinansi (Rsquare)
Perhitungan Rsquare dilakukan untuk mengukur pengaruh five personality
trait model terhadap keberhasilan wirausaha Nilai Rsquare berkisar antara 0-1.
Bila nilai Rsquare mendekati 1, maka variabel bebas mempunyai akurasi model
hubungan yang akurat terhadap variabel terikat.
b. Uji F
Uji F dilakukan untuk menguji pengaruh variabel-variabel bebas serentak
terhadap variabel terikat (Gujarati, 2005), dengan rumus secara matematis sebagai
berikut:
47
Di mana : F
R / K 1
(1 R 2 ) (n k )
= variabel bebas
R2 = koefisien korelasi
n
= ukuran sampel
c. Uji t
Uji t dilakukan untuk menguji pengaruh variabel-variabel bebas secara parsial
terhadap variabel terikat (Gujarati, 2005), dengan rumus:
Di mana: bi = koefisien regresi
bi
Sbi
48
49
variabel keberhasilan berwirausaha terdiri dari enam item pernyataan yaitu: (1)
Mengambil inisiatif,
konsumen, (4) Kemandirian dalam berusaha, (5) Kejelian melihat peluang, (6)
Ulet/tidak gampang menyerah.
Lebih jelasnya dari definisi operasional variabel dan penjabaran atas pengukuran
variabel disajikan pada Tabel berikut:
Tabel 3.2 Penjabaran Variabel, Indikator, Sumber Acuan, dan Skala Pengukuran
Indikator
Variabel
1. Keterbukaan emosi
2. Keterbukaan informasi
Five personality
trait model
3. Keterbukaan sosial
4. Keterbukaan pengalaman
5. Keterbukaan hati
Sumber Acuan
Skala
Pengukuran
Likert
(10 item
pernyataan)
Nuraeni Kadir
(2014)
1. Mengambil inisiatif
2. Menciptakan peluang
3. Memegang kepercayaan
Keberhasilan
Berwirausaha
konsumen
4. Kemandirian berusaha
5. Kejelian melihat peluang
6. Ulet/tidak gampang
menyerah
Mc Clelland
(1965), Zimmerer
(1996)
Steinhoff &
burges (1993)
Likert
(12 item
pernyataan)
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menyajikan hasil penelitian dan pembahasan dengan
tujuan memberikan informasi tentang gambaran umum, karateristik responden,
deskripsi variabel, analisi model penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
Peluang usaha jasa pencucian kendaraan bisa jadi adalah salah satu usaha yang
relative tidak beresiko tinggi. Apalagi dengan jumlah sepeda motor atau mobil
seperti ini makin bertambah, ditambah cuaca yang sering berubah dan budaya orangorang di sekitar kita, maka membuka bisnis jasa cuci motor dan mobil merupakan
alternative yang cukup menjanjikan. Mungkin kita sering terlintas dengan jasa
pencucian kendaraan sepertinya sudah banyak tapi ingat jika kita ingin bersaing sama
mereka tidak terlalu sulit yang penting adalah mengkatkan kepuasan pelaggan.
Jasa pencucian kendaraan rata-rata buka jam 08.00-17.00, secara teknik ada
beberapa langkah-langkah yang perlu di perhatikan ketika ingin membuka uasaha jasa
pencucian kendaraan yaitu:
1. Segmen pasar, dalam usaha pencucian kendaraan ini adalah pemilik kendaraan
motor maupun mobil di perkotaan.
2. Permodalan, modal yang di perlukan Jika melihat secara kasar sepertinya diluar
modal tempat maka untuk pencucian mobil sekitar Rp. 70 juta ini hanya untuk
membeli perangkat yang diperlukan seperti 3 hidrolik mobil, kompresor, jet
51
steam, vacuum cleaner, shampo, semir ban, selang spiral, drum air, kanebo, sikat,
lap dan lain-lain. Modal awal dalam jasa pencucian motor sekitar Rp 11.000.000,hanya untuk membeli perangkat yang di perlukan seprti hidrolik, kompresor,
water steam (2 gun), shampo, semir ban, selang spiral, drum air, kanebo, sikat,
lap dan lain-lain.
3. Penentuan lokasi, sangat menentukan kesuksesan usaha pencucian kendaraan
sehingga pemilihan lokasi harus dilakukan44secara hati-hati. Penentuan lokasi ini,
dapat membeli tanah yang masih kosong dan berada di tengah-tengah kota.
4. Keunggulan, dalam faktor ini usaha jasa pencucian kendaraan harus
memperhatikan keunggulan untuk dapat memuaskan pelanggan yang ada yaitu :
a. Bersih, sudah tentu namanya jasa mencuci motor dan mobil ya harus bersih
dalam jasa jasa pencucian kendaraan .
b. Cepat dan bersih dalam melakukan jasa pencucian kendaraan. Sehingga
pelanggan tidak lama menunggunya.
c. Nyaman artinya jelas tidak serta merta bisa mencuci dimana saja, tapi
seringkali sambil pilih-pilih tempat yang nyaman. Nyaman selama menunggu
selesainya motor atau mobilnya dicuci. Nyaman itu maksudnya juga bisa
duduk dengan satai dan akan lebih enak bila ditempat itu juga disediakan
makanan dan minuman, minimal semacam teh botol.
5.
52
antara Rp. 40.000 Rp 55.000, jadi untuk harga cuci motor bisa di perhitungkan
rata-rata Rp. 15 .000 per-unit, untuk harga cuci mobil pribadi bisa di perhitungkan
rata-rata Rp 45.000 per-unit, Jika dalam sehari kira-kira mencuci motor sekitar 20
unit berarti : Rp 15.000 x 20 = 300.000, mencuci mobil pribadi sekitar 40 unit
berarti : Rp. 45.000 x 40 = Rp. 1.800.000. dan gaji karyawan untuk pencucian
motor kepada 1 orang karyawan sejumlah Rp. 5.000/motor dan pencucian mobil
kepada 1 orang karyawan sejumlah Rp. 250.000/bulan
4.2 Karateristik Responden
Responden yang menjadi sampel penelitian ini adalah para pemilik atau
pengelolah pencucian kendaraan di kota Kendari dan Bau-bau yang berjumlah sebajak
56 orang pemilik atau pengelolah, namun sampai akhir penelitian responden yang
mengembalikan angket kuisioner dan yang mengisi secara lengkap sebanyak 31
orang, Sehingga sampel yang di olah hanya sebanyak 31 orang. Dengan demikian
karateristik responden bertujuan untuk mendeskripsikan responden yanng di jadikan
sampel menurut: jenis kelamin, umur, pendidikan, pengalaman usaha, jumlah
tanggungan. Jadi karateristik responden di sajikan sebagai berikut :
Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Karateristik Responden Penelitian
Karakteristik Responden
Frekwensi (orang)
Persentase (%)
Laki-Laki
29
93,55
Perempuan
6,45
20-25
12
38,71
26-30
11
35,48
Jenis Kelamin
Umur (Tahun)
53
31-35
16,13
36-40
6,45
41-45
3,23
SMA/Sederajat
26
83,87
Sarjana
16,13
1-5
23
74,19
6-10
16,13
11-20
9,68
0-1
21
67,74
2-3
22,58
4-5
9,68
Pendidikan
Pengalaman Usaha
Jumlah Tanggungan
54
belajar. Namun studi-studi psikologis telah menemukan bahwa kaum perempuan lebih
bersedia untuk mematuhi wewenang dan pria lebih agresif.
Berdasarkan umur merupakan salah satu faktor yang dapt mempengaruhi baik
dalam berpikir dan bertindak, bahkan dalam menentukan pilihan juga. Berdasarkan
data yang di peroleh dari hasil penelitian menunjukan bahwa usia rata-rata responden
penelitian ini berkisar antara 20-45 tahun. Distribusi umur responden mayoritas
berusia 20-25 tahun yaitu sebanyak 12 orang atau (38,71%) kemudian di susul dengan
responden yang berumur 26-30 tahun sebanyak 11 orang atau (35,48%) selanjutnya
responden yang berumur 31-35 tahun sebanyak 5 0rang atau (16,13%) kemudian yang
berumur 36-40 tahun sebanyak 2 orang atau (6,45%) dan yang berumur 41-45 tahun
sebanyak 1 orang atau (3,23%). Kondisi ini dapat di artikan bahwa mayoritas
responden penelitian ini bisa di katakan masih dalam usia produktif. Hasil ini sesuai
pendapat Robbins (2003) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan
produktivitas merosot dengan semakin tua usia seseorang atau semakin tua seorang
pekerja semakin kecil kemungkinan produktivitasnya dalam bekerja. Selanjutnya,
Robbins (2003) menyatakan semakin tua seseorang makin tinggi komitmennya
terhadap organisasi, hal ini disebabkan karena kesempatan induvidu untuk
mendapatkan pekerjaan lain menjadi lebih terbatas sejalan dengan meningkatnya usia.
Keterbatasan tersebut dipihak lain dapat meningkatkan persepsi yang lebih positif
mengenai atasan sehingga dapat meningkatkan motivasi dan profesionalisme kerja
pegawai.
Tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi kemapuan dan tingkat
kepercayaan diri seorang dalam melaksanakan pekerjaannya maupun aktifitas lainnya.
55
Pemilik atau pengelolah dengan pendidikan lebih tinggi akan lebih mampu
melaksanaakan pekerjaannya daripa pasa pendidikan yang lebih rendah. Tingkat
pendidikan responden pada penelitian ini terdiri dari SMA dan strata satu. Hasil
penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan
(SMA) sebanyak 26 orang atau (83,87%) kemudian sarjana (S1) yaitu sebanyak 5
orang atau (16,13%). Sehingga dapat diartikan kalau pendidikan SMA dalam usaha
pencucian kendaraan lebih banyak dari pada sarjana (S1). Hasil ini sesuai dengan
pendapat Ravianto (1985) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja adalah pendidikan, dimana semakin tinggi pendidikan maka
kinerja akan semakin meningkat.
Pengalaman usaha yang sudah lama dapat menimbulkan kepercayaan diri yang
tinggi dan pemahaman deskripsi pekerjaan yang baik. Hasil penelitian ini pengalaman
usaha dari seluruh responden terbanyak rata-rata 1-5 tahun sebanyak 23 orang atau
(74,19%), selanjutnya 6-10 tahun sebanyak 5 orang atau (16,13%) dan akhirnya
pengalaman usaha kerja 11-20 tahun sebanyak 3 orang atau (9,68%).
4.3 Deskripsi Variabel Penelitian
Penelitian dilakukan pada para pemilik atau pengelolah usaha di kota Kendari
dan Bau-bau dengan jumlah sampel 56 responden. Namun sampai akhir penelitian ini
respoenden yang mengembalikan kuesioner dengan mengisis secara lengkap sebanyak
31 responden atau (55,36%). Dalam penelitian ini di lakukan penyebaran kusioner di
kota Kendari sebanyak 30 kuisioner dan kuisioner yang kembali atau telah di isi oleh
responden sebanyak 26 kuisioner dan untuk kota Bau-bau kuisioner yang di sebar
56
yaitu : (1) neoroticism atau keterbukaan emosi, (2) extraversion atau keterbukaan
komunikasi, (3) agreeableness atau keterbukaan sosial, (4) openness atau keterbukaan
pengalaman, dan (5) conscientiousness atau keterbukaan hati. Hasil deskripsi variabel
Five Peronality Trait Model dapat disajikan pada Tabel di bawah ini:
57
58
59
4.3.2
pada kemampuan dalam berusaha para pemilik atau pengelolah pencucian kendaraan
di kota Kendari dan Bau-bau sehingga dapat memperoleh hasil berupa keuangan dan
kesejahteraan. Pengukuran variabel keberhasilan berwirausaha terdiri dari enam item
pernyataan yaitu: (1) Mengambil inisiatif, (2) Menciptakan peluang, (3) Memelihara
kepercayaan konsumen, (4) Kemandirian dalam berusaha, (5) Kejelian melihat
peluang, (6) Ulet/tidak gampang menyerah. Hasil deskripsi variabel Five keberhasilan
berwirausaha dapat disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Deskripsi Variabel Keberhasilan Berwirausaha
60
inisiatif, menciptakan peluang dan yang terkecil menurut penilaian responden adalah
menjaga kepercayaan konsumen. Jika dicermati dari kondisi empiris yang sebenarnya
variabel keberhasilan berwira usaha berdasarkan penilaian responden berada pada
interval yang sudah baik.
4.4
61
Hasil analisis faktor dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya
setiap indikator dalam merefleksikan variabel atau konstruk laten. Berdasarkan hasil
analisis faktor model pengukuran variabel five personality trait model terhadap
keberhasilan berwirausaha pada Tabel 4.4 diperoleh kelima indikator pengukuran
yang meliputi: kecerdasan emosional (neoroticism),
(extraversion),
keterbukaan
sosial
(agreeableness)
keterbukaan komunikasi
keterbukaan
pengalaman
Five
Personality
Trait Model
(X)
Indikator
Faktor
Loading
0,631
0,833
0,669
0,704
0,850
Eigenvalues
2,758
62
Y1 Mengambil inisiatif
0,715
Y2 Menciptakan peluang
0,758
0,663
3,049
0,669
0,538
0,887
sebesar 0,704, dan keterbukaan sosial (agreeableness) sebesar 0,669 dan yang terkecil
adalah indikator kecerdasan emosional (neoroticism) sebesar 0,631. Hasil ini
mengkorfimasi bahwa indikator keterbukaan hati yang diukur melalui kemampuan
untuk bertanggung jaawab pada usaha yang sedang dijalani dan fokus dalam
menyelesaikan setiap target usaha merupakan indikator paling penting atau dominan
dalam merefleksikan variabel five personality trait model.
Model pengukuran variabel keberhasilan berwirausaha diketahui dari enam
indikator pengukuran yang meliputi: mengambil inisiatif, menciptakan peluang,
memelihara kepercaan konsumen, kemandirian, kejelian melihat peluang, dan
ulet/tidak gampang menyerah mempunyai nilai eigenvalues 3,049> 1 atau persentase
kumulatif 50,813%. Artinya dari keenam indikator pengukuran keberhasilan usaha
63
permasalahan dan hipotesis yang diajukkan dalam penelitian ini. yaitu pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat baik secara simultan maupun parsial dilakukan
dengan
analisis
bivariatregression.
Ringkasan
hasil
perhitungan
analisis
64
Variabel Penelitian
Five
personality
trait
Keberhasilan
berwirausaha
Standardized
Cofficient
thitung
Sig. t
Hasil
0.794
7.043
0.000
Signifikan
0,794
Fhitung
49,609
R-Square
0,631
Sig. F
= 0,000
SEE
1,425
Sampel
= 31 orang
65
antara five personality trait model terhadap keberhasilam berwirausaha adalah searah.
Kemudian dapat pula dibuktikan dengan nilai (t-statistik) sebesar 7,043 dengan nilai
probabilitas (p-value) sebesar 0,000 < = 0.000. Hasil pengujian hipotesis
membuktikan bahwa semakin baik five personality trait model, maka keberhasilam
berwirausaha semakin meningkat. Artinya peningkatan five personality trait model
searah dan berpengaruh nyata terhadap peningkatan keberhasilam berwirausaha para
pelaku usaha jasa pencucian kendaraan di kota Kendari dan Bau-bau, sehingga
hipotesis yang diajukkan dapat diterima atau didukung oleh fakta.
4.6
66
mengatakan bahwa meskipun tidak banyak bukti yang menguatkan anggapan adanya
perbedaan tingkat kesetiaan antara laki-laki dan perempuan, namun jenis kelamin
merupakan karakteristik penting yang menentukan perbedaan dalam bentuk perilaku
khususnya perempuan yang berkeluarga dan memiliki anak.
Berdasarkan nilai rerata (mean) keberhasilan usaha menurut persepsi responden
indikator ulet/tidak pernah menyerah dipandang paling prioritas atau didahulukan
dalam pelaksanaannya dibandingkan dengan kemandirian dalam berusaha, kejelian
melihat peluang, kemampuan mengambil inisiatif, menciptakan peluang dan menjaga
kepercayaan konsumen. Kondisi tersebut didukung pula oleh hasil pengukuran (nilai
estimasi outer loading) yang menunjukan bahwa indikator ulet/tidak gampang
menyerah yaitu tekad yang tidak pernah menyerah dalam menghadapi kendala usaha
merupakan indikator paling penting/kuat dalam merefleksikan variabel keberhasilan
berwirausaha.
Fakta di lapangan berdasarkan deskripsi variabel menunjukkan kondisi empiris
penilaian responden terhadap setiap indikator variabel five personality trait model
mayoritas menyatakan sudah baik. Artinya mayoritas responden mempersepsikan
sudah baik dalam pelaksanaan five personality trait model dalam bekerja pada usaha
jasa pencucian kendaraan di kota Kendari dan Bau-bau difokuskan pada indikator
kecerdasan
emosional
(neoroticism),
keterbukaan
komunikasi
(extraversion),
67
memiliki nilai rerata tertinggi. Karena itu persepsi responden terhadap five personality
trait model yang dipandang paling diprioritaskan atau didahulukan dalam
pelaksanaannya adalah indikator keterbukaan hati. Fakta ini juga didukung oleh hasil
pengujian model pengukuran nilai estimasi loading yang dipandang paling
kuat/penting dalam merefleksikan five personality trait model yaitu indikator
keterbukaan hati. Artinya variabel five personality trait model berdasarkan hasil
pengujian lebih banyak direfeksikan oleh indikator keterbukaan hati, begitu pula fakta
empiris bahwa yang dijadikan sebagai pertimbangan yang utama atau prioritas dalam
penerapannya karena menurut penilaian responden yang didahulukan dalam
pelaksanaannya five personality trait model yaitu indikator keterbukaan hati.
Hasil uji hipotesis pengaruh five personality trait model terhadap keberhasilan
berwirausaha dapat dibuktikan dengan nilai estimate koefisien jalur menunjukkan
adanya pengaruh positif dan signifikan. Hasil pengujian membuktikan bahwa semakin
five personality trait model, maka keberhasilan berwirausaha semakin meningkat.
Artinya peningkatan five personality trait model searah dan nyata terhadap
peningkatan keberhasilan berwirausaha, dengan kata lain hasil penelitian ini
mencerminkan bahwa five personality trait model yang baik mampu mendukung
perubahan pada peningkatan keberhasilan berwirausaha.
Hasil penelitian ini diperoleh bahwa pengukuran variabel five personality trait
lebih banyak direfleksikan oleh indikator keterbukaan hati, sementara keberhasilan
berwirausaha lebih banyak direfleksikan oleh indikator ulet/tidak gampang menyerah.
Hasil penelitian ini menunjukkan keterbukaan hati yang diukur melalui kemampuan
untuk bertanggung jawab pada usaha yang sedang dijalani dan fokus dalam
68
menyelesaikan setiap target usaha yang merupakan refleksi dari pelaksanaan five
personality trait model sangat menentukan keuletan/tidak gampang menyerah yaitu
tekad yang tidak pernah menyerah dalam menghadapi kendala usaha yang merupakan
cerminan keberhasilan berwirausaha.
Hasil penelitian ini
(2014), Rohmat (2011) dan Ratno Purnomo (2010) menemukan bahwa kepribadian
(personality) berpengaruh signifikan terhadap peningkaan kinerja atau keberhasilan
usaha. Selanjutnya hasil penelitian ini membuktikan kebenaran teori yang dikemukkan
oleh Green, et al (1996), Entrialgo, et al (2000), dan Taormina dan Lao (2007)
menyatakan bahwa kesuksesan sebuah bisnis ditentukan oleh karakteristik individual
atau kepribadian individual berpengaruh signifikan terhadap kesuksesan seorang
entrepeneur dalam pengelolaan bisnisnya.
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian hipotesis, hasil pembahasan dapat dikemukakan
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini menunjukan sebagian besar responden menyatakan sudah baik
dalam pelaksanaan five personality trait model dan keberhasilam berwirausaha jasa
pencucian kendaraan di kota Kendari dan Bau-Bau. Hasil penelitian ini diketahui
bahwa five personality trait model yang tinggi dapat memberikan kontribusi nyata
atau signifikan pada peningkatan keberhasilam berwirausaha.
2. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa pengukuran variabel five personality trait
lebih banyak direfleksikan oleh indikator keterbukaan hati, sementara keberhasilan
70
pengolahan
menunjukan
keterbukaan
emosi
(neuroticism)
yang
71