Anda di halaman 1dari 71

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Usaha Kecil (UK) atau biasa disebut dengan istilah small enterprise merupakan
kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan berperan dalam proses
peningkatan pendapatan masyarakat. Pemerintah mendorong pelaku Usaha Kecil
untuk terus tumbuh sehingga bisa lebih banyak menyerap tenaga kerja. Dengan
begitu, Usaha Kecil diharapkan dapat semakin berperan dalam menekan angka
pengangguran.
Pergeseran paradigma dalam persaingan bisnis modern ditandai oleh adanya
perubahan fokus persaingan dari persaingan antara perusahaan secara mandiri ke arah
persaingan antara jejaring bisnis. Kondisi ini memunculkan fenomena baru yang lebih
dikenal dengan era persaingan antara jejaring bisnis. Persaingan tersebut menuntut
para pengelolah bisnis untuk menciptakan model-model dan strategi baru dalam
pengelolaan jasa dan informasi agar tuntutan pelanggan yang semakin tinggi dapat
terpenuhi. Upaya memenuhi tuntutan pelanggan diharapkan para pelaku bisnis dapat
memahami bahwa harga murah, berkualitas, cepat, dan perbaikan internal usaha
tidaklah cukup. Karena itu pelanggan saat ini mulai menuntut aspek kecepatan respons
pasar.
Adanya persaingan bisnis yang semakin kompleks termasuk sektor jasa
pelayanan pencucian kendaraan jika dikelola dengan baik menjadi sumber penggerak
perekonomian daerah maupun nasional.
1

Ratno Purnomo (2010) menyatakan bahwa kesuksesan sebuah bisnis ditentukan


oleh Personality. Karena itu Titik Sartika (2004) menyatakan bahwa terdapat 4
(empat) pembagian sub pelaku usaha yang dapat menggambarkan kepribadian pelaku
usaha serta menggambarkan pula seberapa besar fokus dan kegigihan pelaku usaha di
dalam melakukan usahanya, yaitu:
(1) Livelihood Activities yaitu pelaku usaha yang masuk kategori ini pada umumnya
bertujuan mencari kesempatan kerja untuk mencari nafkah. Para pelaku
dikelompok ini tidak memiliki jiwa entrepreneurship. Kelompok ini disebut
sebagai sektor informal. Di Indonesia jumlah kategori ini adalah yang terbesar.
(2) Micro enterprise : Pelaku usaha ini lebih bersifat pengrajin dan tidak bersifat
entrepreneurship (kewiraswastaan). Jumlahnya pun relatif besar.
(3) Small Dynamic Enterprises: Pelaku usaha ini yang sering memiliki jiwa
entrepreneurship. Banyak pengusaha skala menengah dan besar yang tadinya
berasal dari kategori ini. Apabila dibina dengan baik maka sebagian dari
kategori ini akan masuk ke kategori empat. Jumlah kelompok ini jauh lebih kecil
dari jumlah yang masuk kategori satu dan dua. Kelompok ini sudah bisa
menerima pekerjaan sub-kontrak dan ekspor.
(4) Fast Moving Enterprises: ini adalah pelaku usaha yang memilki jiwa
entrepreneurship. Dari kelompok ini kemudian akan muncul usaha skala
menengah dan besar. Kelompok ini jumlahnya juga lebih sedikit dari kategori
satu dan dua.

Sukses tidaknya suatu usaha, tumbuh tidaknya suatu usaha pada akhirnya akan
ditentukan atau dipengaruhi oleh Personality pelaku usaha itu sendiri. Sehingga peran
Five Personality Trait model secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh
terhadap keberhasilan berwirausaha. Entrialgo, et al (2000) menyatakan bahwa
Personality individual berpengaruh signifikan terhadap kesuksesan organisasi bisnis
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Green, et al (1996) menyatakan bahwa
karakteristik individual seperti personality, motivasi, self efficay, locus of control, dan
risk taking dapat menentukan kesuksesan seorang entrepreneur dalam pengelolaan
bisnisnya.
Merujuk pada fakta empiris yang telah dikemukakan, dasar teori yang menjadi
pendukung pengujian model penelitian ini adalah David Krech dan Richard S.
Crutchfield (1969) dalam Kuntjojo menyatakan personality is the integration of all of
an individuals characteristics into a unique organization that determines, and is
modified by, his attemps at adaption to his continually changing environment.
Kemudian Adolf Heuken S.J. (1989) menyatakan pula bahwa personality adalah pola
menyeluruh semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang, baik jasmani,
mental, rohani, emosional sosial. Selain personality, mekanisme pengelolaan usaha
pun menjadi variabel yang diangkat dalam penelitian ini. Dasar teori yang diadopsi
untuk menguji pengaruh five personality trait model terhadap keberhasilan
berwirausaha adalah Syakhoza (2008) menyatakan bahwa suatu mekanisme tata
kelola organisasi yang baik dalam mengelola sumber daya organisasi secara efisien,
efektif, ekonomis dan produktif, memakai prinsip-prinsip terbuka, akuntabel,
pertanggung jawaban, kemandirian dan adil, dalam rangka mencapai tujuan

organisasi. Selain itu didukung pula oleh Turnbull Report (1999) yang dikutip Muh
Arief Efendi (2009) menyatakan bahwa corporate governance is a companys system
of internal control, which has as its principal aim the management of risks that are
significant to the fulfilment of its Business objective, with a view to safeguarding the
companys asset and enhancing overtime the value of the shareholders investment.
Pencucian kendaraan Kota Kendari dan Kota Bau-Bau adalah salah satu
penyedia

jasa

layanan

pencucian

kendaraan

yang

saat

ini

sangat

pesat

perkembangannya di Kota Kendari dan Kota Bau-Bau, dengan mengutamakan


pelayanan yang prima kepada pelanggan. Pencucian kendaraan Kota Kendari dan
Kota Bau-Bau telah memiliki berbagai fasilitas berupa peralatan pencucian yang
sudah modern yang semuanya baru, ruang tunggu yang nyaman dan berbagai fasilitas
pendukung lainnya bagi pelanggan, telah menjadikan daya saing antara para usaha
jasa pencucian kendaraan yang ada di Kota Kendari dan Kota Bau-Bau. Pencucian
kendaraan ini juga menawarkan harga yang menarik bagi pelanggan, yaitu
memberikan tarif harga yang murah yang dapat dijangkau sampai pada masyarakat
golongan ke bawah. Berikut ini disampaikan data perkembangan usaha yang bergerak
di sektor jasa pelayanan pencucian kendaraan di Kota Kendari dan Kota Bau-Bau
yang di sajikan pada Tabel 1.1
Tabel 1.1. Perkembangan Jasa Pelayanan Pencucian Kendaraan di Kota Kendari dan
Kota Bau-Bau
Usaha Jasa Pencucian Kendaraan (Unit)
Kendari

Bau-Bau

Jumlah

Perkembangan
(%)

2011

24

32

2012

28

10

38

18,75

Tahun

2013

33

12

45

18,42

2014

41

15

56

24,44

Jumlah

126

45

171

61,61

Rerata

31,5

11,25

42,75

15,40

Sumber: Pra-survei peneliti, Januari 2015


Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa tingkat perkembangan usaha jasa
pencucian kendaraan di Kota Kendari dan Kota Bau-Bau dalam kurung waktu empat
tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan rata-rata mencapai 15,40%. Kondisi
ini memberikan prospek yang baik ke depan dalam pengelolaan jasa usaha pencucian
kendaraan, selain ini di dukung pula oleh fakta bahwa permintaan penjualan
kendaraan baik motor maupun mobil di Kota Kendari dan Kota Bau-Bau cenderung
mengalami peningkatan. Kondisi ini dapat memberikan peluang/prospek yang baik
bagi pengemban usaha jasa pencucian kendaraan di Kota Kendari dan Kota Bau-Bau.
Dari uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh five
personality trait model terhadap keberhasilan berwirausaha pencucian kendaraan di
Kota Kendari dan Kota Bau-Bau.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan yang yang dirumuskan
dalam penelitian ini adalah: Apakah five personality trait model (neoroticism,
extraversion, agreeableness, openness, conscientiousness) berpengaruh terhadap
keberhasilan berwirausaha pencucian kendaraan di kota Kendari dan Bau-Bau?
1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menjelaskan pengaruh five


personality trait model (neoroticism, extraversion, agreeableness, openness,
conscientiousness) terhadap keberhasilan berwirausaha pencucian kendaraan di kota
Kendari dan Bau-Bau.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang di harapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Konstribusi kebijakan untuk memberikan masukan bagi pemerintah dalam upaya
meningkatkan usaha jasa pencucian kendaraan dalam penyusunan kebijakan di
masa yang akan datang.
2. Bagi pengusaha pncucian kendaraan sebagai masukan dan sebagai pengambil
kebijakan pengguna usaha dan pembinaan sumber daya manusia.
3. Dijadikan sebagai acuan dan perbandingan bagi peneliti lain dibidang yang
berhubungan five personality trait model dengan keberhasilan berwirausaha.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Five Personality Trait Model

Istilah kepribadian

dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan personality

(Kuntjojo, 2009). Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu persona, yang berarti
topeng dan personare, yang artinya menembus. Istilah topeng berkenaan dengan salah
satu atribut yang dipakai oleh para pemain sandiwara pada jaman Yunani kuno.
Dengan topeng yang dikenakan dan diperkuat dengan gerak-gerik dan apa yang
diucapkan, karakter dari tokoh yang diperankan tersebut dapat menembus keluar,
dalam arti dapat dipahami oleh para penonton.
Sejarah pengertian personality terdiri dari, kata persona yang semua berarti
topeng, kemudian diartikan sebagai pemainnya sendiri, yang memainkan peranan
seperti digambarkan dalam topeng tersebut. Dan sekarang ini istilah personality oleh
para ahli dipakai untuk menunjukkan suatu atribut tentang individu, atau untuk
menggambarkan apa, mengapa, dan bagaimana tingkah laku manusia. Para ahli yang
telah merumuskan definisi personality berdasarkan paradigma yang mereka yakini,
diantaranya: definisi yang dirumuskan oleh Allport dalam (Kuntjojo, 2009), yaitu:
Personality is the dynamic organization within the individual of those
psychophysical systems that determine his unique adjustments to his environment.
Pendapat Allport di atas bila diterjemahkan menjadi: personality adalah
organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya
yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. David Krech dan Richard S.
Crutchfield dalam Kuntjojo (2009) mendefinisikan Personality dalam bukunya yang
berjudul Elelemnts of Psychology merumuskan definsi Personality sebagai berikut:
Personality is the integration of all of an individuals characteristics into a unique
organization that determines, and is modified by, his attemps at adaption to his

continually changing environment. Adolf Heuken S.J. dkk. dalam Kuntjojo (2009)
menyatakan bahwa Personality adalah pola menyeluruh semua kemampuan,
perbuatan serta kebiasaan seseorang, baik jasmani, mental, rohani, emosional maupun
sosial. Semuanya ini telah ditatanya dalam caranya yang khas dan terwujud dalam
tingkah laku, dalam usahanya menjadi manusia yang dikehendakinya.
Berdasarkan definisi dari Allport, Kretch dan Crutchfield, serta Heuken dapat
7
disimpulkan pokok-pokok pengertian personality merupakan kesatuan yang
kompleks, yang terdiri dari aspek psikis, seperti: inteligensi, sifat, sikap, minat, citacita, aspek fisik, seperti: bentuk tubuh, dan kesehatan jasmani. Kesatuan dari kedua
aspek tersebut berinteraksi dengan lingkungannya yang mengalami perubahan secara
terus-menerus, dan terwujudlah pola tingkah laku yang khas atau unik. Salah satu teori
yang cukup popouler berkaitan dengan personality , yaitu Teori Big Five. Pertama
sekali diperkenalkan oleh Lewis R. Goldberg pada tahun 1981. Selain Goldberg,
terdapat 2 tokoh lagi yang mempelopori teori Big Five, yakni Robert McCrae dan Paul
Costa. Big Five digunakan untuk menggambarkan personality seorang individu yang
di deskripsikan dengan 5 indikator, yaitu :
1) Neoroticism (Kecerdasan Emosional), adalah menggambarkan kondisi emosional
seseorang, seperti masalah dengan emosi yang negatif, misalkan: rasa khawatir
dan rasa tidak aman. Secara emosional, seseorang yang memiliki tingkat
neoroticism yang rendah cenderung lebih gembira dan puas terhadap hidup
dibandingkan dengan orang yang memiliki tingkat neoroticism yang tinggi. Selain
memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, mereka juga
memiliki tingkat self-esteem yang rendah. Individu yang memiliki nilai yang

10

tinggi di neoroticism adalah kepribadian yang mudah mengalami kecemasan, rasa


marah, depresi, dan memiliki kecenderungan emotionally reactive.
2) Extraversion (Keterbukaan Komunikasi), faktor ini merupakan dimensi yang
penting dalam Personality dan interaksi sosial. Seseorang yang memiliki faktor
extraversion yang tinggi, akan berinteraksi dengan lebih banyak orang
dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat extraversion yang rendah. Dalam
berinteraksi, mereka dianggap sebagai orang-orang yang ramah. Extraversion
dicirikan dengan positif seperti memiliki antusiasme yang tinggi, senang bergaul,
memiliki emosi yang positif, energik, tertarik dengan banyak hal, ambisius,
workaholic juga ramah terhadap orang lain. Extraversion memiliki tingkat
motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama dan juga
dominan dalam lingkungannya. Extraversion dapat memprediksi perkembangan
dari hubungan sosial. Seseorang yang memiliki tingkat extraversion yang tinggi
dapat lebih cepat berteman daripada seseorang yang memiliki tingkat
extraversion yang rendah. Extraversion mudah termotivasi oleh perubahan,
variasi dalam hidup, tantangan dan mudah bosan. Sedangkan orang-orang dengan
tingkat extraversion rendah cenderung bersikap tenang dan menarik diri dari
lingkungannya.
3) Agreeableness (Keterbukaan Sosial), dapat disebut juga social adaptibility atau
likability yang mengindikasikan seseorang yang memiliki Personality yang selalu
mengalah, menghindari konflik dan memiliki kecenderungan perhatian terhadap
orang lain. Seseorang yang memiliki skor agreeableness yang tinggi digambarkan
sebagai seseorang yang memiliki sifat suka membantu, bekerja sama, dan

11

penyayang. Orang-orang dengan tingkat agreeableness yang rendah cenderung


untuk lebih agresif dan kurang kooperatif.
4) Openness (Keterbukaan Pengalaman), mengacu pada bagaimana seseorang
bersedia melakukan penyesuaian dan eksplorasi pada suatu ide atau situasi yang
baru demi kepentingannya sendiri. Openness mempunyai ciri kemampuan
imajninasi yang aktif dan inovatif dalam melahirkan ide-ide baru. Sedangkan
seseorang yang memiliki tingkat openness yang rendah menggambarkan pribadi
yang mempunyai pemikiran yang sempit, konservatif dan tidak menyukai adanya
perubahan.
5) Conscientiousness (Keterbukaan Hati), menggambarkan keteraturan atau selfdiscipline seseorang. Orang-orang tersebut biasanya digambarkan sebagai
seseorang yang tepat waktu, bertanggung jawab, dan fokus dalam mencapai
tujuan. Conscientiousness mendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan sosial,
berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma,
terencana, terorganisir, dan memprioritaskan tugas. Di sisi negatifnya ciri
kepribadian

ini

menjadi

sangat

perfeksionis,

kompulsif,

workaholic,

membosankan. Tingkat conscientiousness yang rendah menunjukan sikap


ceroboh, tidak terarah serta mudah teralih perhatiannya.

2.2 Konsep Keberhasilan Berwirausaha


Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktorfaktor internal meliputi hak kepemilikan, kemampuan/kompetensi dan insentif,

12

sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan.

Ibnoe Soedjono dalam Suryana

(2009), menyatakan karena kemampuan afektif mencakup sikap, nilai, aspirasi,


perasaan dan emosi yang semuanya sangat bergantung pada kondisi lingkungan yang
ada, maka dimensi kemampuan afektif dan kemampuan kognitif merupakan bagian
dari pendekatan kemampuan berwirausaha. Jadi kemampuan berwirausaha merupakan
fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam mengkobinasikan kreativitas, inovasi, kerja
keras, dan keberanian menghadapi risiko untuk memperoleh peluang.
1. Kewirausahaan (Entrepreneurship)
Istilah kewirausahaan (entrepreneurship) biasanya dikaitkan dengan kegiatan
bidang bisnis, oleh para ekonom, kewirausahaan cenderung dimaknai sebagai
kemauan menanggung risiko, menyediakan modal, mengambil keputusan dan
mengkoordinasikan faktor-faktor produksi. Hisrich, Peters dan Shepherd (2005)
memaknai kewirausahaan dalam tiga pengertian, pertama, kewirausahaan
melibatkan perilaku wirausaha yaitu: mengambil inisiatif, mengorganisir
mekanisme sosial dan ekonomi untuk merubah sumber daya dan situasi menjadi
lebih bermanfaat dan menguntungkan serta mengambil risiko dan kegagalan;
kedua, kewirausahaan adalah proses dinamis dalam menciptakan kekayaan dan
pengertian; ketiga, kewirausahaan adalah suatu proses menciptakan sesuatu yang
baru yang memiliki value/nilai dengan mencurahkan waktu dan usaha yang
diperlukan, mengambil risiko keuangan, psikis dan sosial, dan memperoleh hasil
dalam bentuk keuangan, kepuasan pribadi dan kebebasan.

13

Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,


kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses (Suryana 2003). Inti
dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda (create new and different) melalui berpikir kreatif dan inovatif. Kreatif
adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide / gagasan baru dan cara-cara
baru dalam memecahkan masalah dalam menemukan peluang. sedangkan inovasi
adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas yang dimiliki dalam rangka
memecahkan masalah dan menemukan peluang.

INPRES No. 4 Tahun 1995,

kewirausahaan didefinisikan sebagai semangat, perilaku dan kemampuan seseorang


dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,
menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka pelayanan yang lebih baik dan atau
memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sementara Bygrave, 1995 menyatakan
kewirausahaan muncul apabila seseorang berani mengembangkan usaha-usaha dan
ide-ide barunya.
2. Wirausaha (Entrepreneur)
Wirausaha

(entrepreneur)

sering

dikaitkan

dengan

kewirausahaan

(entrepreneurship), dalam arti kewirausahaan adalah suatu tindakan kemauan


menanggung

risiko,

menyediakan

modal,

mengambil

keputusan

dan

mengkoordinasikan faktor-faktor produksi, maka wirausaha mempunyai arti


seseorang yang berani mengambil resiko baik secara sosial, psikologi dan
keuangan untuk mendirikan dan mengoperasikan perusahaan kecil (Hisrich &
Peters, 1992). Sementara Prawirokusumo (1997) menyatakan wirausaha adalah

14

mereka yang melakukan usaha-usaha kreatif dan inovatif dengan jalan


mengembangkan ide dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang dan
perbaikan hidup.
Joko Susilo (2011), seorang wirausahawan itu punya ciri atau karakter yang
terangkum dalam kata Action A = Action, Action atau tindakan adalah karakter
wirausaha. Menjadi wirausaha berarti mau mengambil inisiatif, mau melakukan
Action,

mau

mengambil

tindakan

untuk

mengambil

peluang

yang

ada.Wirausahawan bukan sosok yang mudah berdiam diri. Mereka mengutamakan


tindakan dalam kesehariannya.

C= Creative, Wirausahawan itu sosok kreatif.

Mereka mampu menciptakan /mengembangkan sesuatu yang mungkin sebelumnya


dianggap biasa atau bahkan mustahil oleh banyak orang. Kreativitas tersebut
membuatnya berhasil membuat nilai tambah dalam apapun yang digelutinya.
Masalah mampu diubahnya menjadi peluang. Mereka juga kreatif untuk
menghadapi tantangan usaha yang dihadapi. Tantangan yang kian besar justru
memompa semangatnya untuk lebih kreatif dalam menghadapi tantangan usaha. T
= Trust, Wirausahawan memegang trust sebagai prinsip hidupnya. Dalam
pengertian keluar diri, trust berarti tekad untuk memegang kepercayaan konsumen.
Mereka sadar, kepercayaan adalah modal utama dalam bisnis. Kedalam diri, trust
berarti percaya pada dirinya, pada apa yang di-Action-kannya. Wirausahawan
punya rasa percaya diri untuk melakukan Action. I = Independent, Independent
atau kemandirian menjadi jiwa wirausahawan. Mereka ingin bebas, ingin mengatur
hidupnya sesuai yang dia mau. Wirausaha mandiri ingin bekerja untuk dirinya
sendiri. Mereka mau mewujudkan impian-impiannya lewat usaha mandirinya itu.

15

Kemandirian tersebut juga membuatnya sadar akan resiko yang mungkin terjadi,
dan dia siap menanggungnya sebab telah memilih jalan wirausaha. O =
Opportunity, Opportunity atau kejelian melihat peluang/kesempatan adalah ciri
wirausahawan. Di mana dia temukan ide-ide bisnis yang bisa menjadi peluang
bisnis baru. Kejeliannya melihat peluang tersebut bukan saja menghasilkan uang
bagi dirinya sendiri, tapi banyak orang lainnya. N = No Quit, Wirausahawan sejati
tak pernah menyerah. Mereka tak pernah berhenti Action. Kegagalan tak pernah
dianggapnya sebagai kegagalan. Setiap kali jatuh, dengan cepat mereka bangkit
dan Action lagi. Mereka percaya kesuksesan itu pasti akan datang.
Wirausaha adalah kegiatan memindahkan sumber daya ekonomi dari
kawasan produktivitas rendah ke kawasan produktivitas yang lebih tinggi dengan
hasil yang lebih besar Drucker (1985). Jadi wirausaha adalah kemampuan
seseorang untuk menciptakan sesuatu yang tadinya biasa-biasa saja

menjadi

sesuatu yang bernilai lebih dengan menerapkan konsep manajemen dan teknik
manajemen standarisasi produk, perancangan proses dan peralatan dan dengan
mendasarkan pelatihan pada analisis pekerjaan yang akan dilakukan serta
menerapkan standar yang diinginkan sehingga meningkatkan hasil sumber daya
yang ada dan menciptakan pasar serta pelanggan baru. Berdasar pendapat Drucker
dapat di kemukakan bahwa tidak semua usaha baru, kecil dan mandiri sebagai
wirausaha, akan tetapi kemampuan meningkatkan produktivitaslah yang disebut
sebagai wirausaha. Kao (1995) juga menyebutkan wirausaha sebagai suatu proses
yaitu suatu proses menciptakan sesuatu yang baru (kreasi baru) membuat sesuatu

16

yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi), tujuannya adalah tercapainya
kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi masyarakat.
Dari pendapat Drucker dan Kao tersebut dapat di kemukakan bahwa
keberhasilan seorang wirausahawan sangat ditentukan oleh produktivitas usaha
yang dapat dicapai dan kemampuannya untuk meningkatkan produktivitas secara
terus menerus, baik usaha yang baru dimulai maupun yang sedang berkembang.
Walaupun pengertian wirausaha dari beberapa ahli berbeda-beda, namun semua
tersebut

mempunyai

pengertian

yang

sama

yaitu

tentang

adanya

pembaharuan/peningkatan nilai, mengorganisir, penambahan finansial, kepuasan


pribadi dan pengambilan resiko.
3. Jiwa dan Sikap Kewirausahaan
Meredith et al. (2002) mengemukakan nilai hakiki penting dari wirausaha
adalah:
1) Percaya diri (self confidence)
2) Berorientasi tugas dan hasil
3) Keberanian mengambil resiko
4) Kepemimpinan
5) Berorientasi ke masa depan
6) Kreatif dan inovasi

17

Everett E. Hagen (2006),

kewirausahaan adalah berpikir dan bertindak

sesuatu yang baru atau berpikir sesuatu yang lama dengan cara-cara baru. Ciri-ciri
innovational personality adalah:
1) Openness to experience, terbuka terhadap pengalaman
2) Creative imagination, kreatif dan penuh imajinasi
3) Confidence and content in ones own evaluation, memiliki keyakinan atas
penilaian dirinya dan mempunyai pendirian yang teguh.
4) Satisfaction in facing and attacking problems and in resolving confusion or
inconsistency, memiliki kepuasan dalam menghadapi dan memecahkan masalah.
5) Has a duty or responsibility to achieve, memiliki tugas dan rasa tanggung jawab
untuk berprestasi.
6) Integence and energetic, memiliki kecerdasan dan energik.
Buchari Alma (2003) menjelaskan bahwa jalan menuju wirausaha sukses
sebagai berikut:
1) Mau kerja keras
2) Bekerja sama penampilan yang baik
3) Yakin
4) Pandai membuat keputusan

18

5) Mau menambah ilmu pengetahuan


6) Ambisi untuk maju
7) Pandai berkomunikasi
Steinhoff dan Burgess (1989), menyatakan bahwa ada beberapa ciri-ciri yang
menentukan keberhasilan seseorang dalam berwirausaha adalah:
1) Memiliki kemampuan mengidentifikasi suatu pencapaian sasaran (goal) atau
kejelian (vision) dalam usaha.
2) Kemampuan untuk mengambil resiko keuangan dan waktu.
3) Memiliki kemampuan di bidang perencanaan, pengorganisasian dan
4) pelaksanaan.
5) Bekerja keras dan melakukan sesuatu yang diperlukan untuk mau dan mampu
mencapai keberhasilan.
6) Mampu menjalin hubungan baik dengan pelanggan, pemasok, bank dan lainnya.
Lambing dan Kuelh (2000), menyatakan beberapa ciri-ciri wirausaha sebagai
berikut:
1) Gemar berusaha
2) Tegar walaupun gagal

19

3) Percaya diri
4) Memiliki self determination dan locus of control
5) Mengelola resiko
6) Perubahan dipandang sebagai kesempatan
7) Toleran terhadap banyaknya pilihan
8) Inisiatif dan memiliki need for echievement,
9) Kreatif
10) Perfeksionis
11) Memiliki pandangan luas
12) Waktu adalah berharga
13) Memiliki motivasi yang kuat.
Dari pandangan beberapa ahli di atas dapat dijelaskan bahwa jiwa
kewirausahaan harus dimiliki seseorang yang berwirausaha dengan menciptakan
tindakan kreatif dari tidak ada menjadi ada atau dari yang biasa-biasa menjadi
sesuatu yang mempunyai nilai lebih. Di samping itu seorang wirausahawan harus
memiliki visi, komitmen dan konsistensi dalam pelaksanaannya.
Tabel 2.1. Daftar Ciri, Jiwa dan Sikap Kewirausahaan
Ciri Ciri

Jiwa dan Sikap Kewirausahaan

20

Percaya diri

Keyakinan, ketergantungan, individualis, optimis

Berorientasi tugas Kebutuhan akan persepsi, berorientasi laba,ketekunan dan


dan hasil
ketabahan, tekat kerja keras, mempunyai dorongan
(motivasi) kuat, energi dan inisiatif.
Pengambil risiko

Kemampuan mengambil resiko, suka pada tantangan

Kepemimpinan

Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan


orang lain, dan dapat menanggapi saran dan kritik

Keorisinalan

Inovatif, punya banyak sumber, serba bisa dan mengetahui


banyak hal.

Berorientasi
masa depan

ke Pandangan ke depan dan perspektif.

Sumber: Geoffrey G. Meredith et al. (2003)


4. Menumbuhkan Jiwa dan Potensi Kewirausahaan
Seseorang yang sukses dalam menjalankan usaha sebagai wirausahawan
adalah biasanya mereka yang memiliki kompetensi dalam berusaha, memiliki
tindakan yang kreatif, memiliki motivasi yang tinggi dan berani mengambil resiko
untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. Suryana (2003) menjelaskan kemampuan
yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan yang ingin sukses adalah:
1) Managerial skill, merupakan keterampilan dalam mengelola usaha merupakan
bekal yang harus dimiliki seorang wirausahawan. Seorang wirausahawan harus
mampu merencanakan, mengelola, menggerakkan dan mengawasi, sumber daya
yang dimilikinya agar usaha yang dijalankan bisa mencapai tujuan yang
diharapkan. Untuk memiliki keterampilan dalam mengelola usaha ini, bisa
didapat dari jalur formal atau informal. Jalur formal bisa ditempuh dari
pendidikan di sekolah baik kejuruan maupun perguruan tinggi, sedangkan jalur

21

informal dapat diperoleh dari seminar-seminar, pelatihan, pengalamanpengalaman dan autodidak.


2) Conceptual skill,

adalah kemampuan merumuskan tujuan, kebijakan dan

strategi dalam berusaha. Kemampuan ini tercermin dalam perilaku usahawan,


misalnya

keterampilan

dalam mengambil

keputusan, pemahaman

dan

penyerapan informasi yang kompleks, serta daya inovasi yang tinggi.


3) Human skill, (kemampuan memahami, mengerti, berkomunikasi dan berelasi)
yaitu kemampuan ini adalah kemampuan memahami, mengerti, berkomunikasi
dan berelasi dengan orang lain ataupun dengan kelompok lain. Misalnya dalam
konteks kepercayaan dan kerja sama, penggunaan koneksi, kemampuan
berorganisasi, keterampilan berkomunikasi dan hubungan antar pribadi.
4) Decision making skill, (kemampuan merumuskan masalah dan mengambil
keputusan). Sebagai seorang wirausaha, sering kali dihadapkan pada kondisi
ketidakpastian. Berbagai permasalahan biasanya bermunculan, pada keadaan
seperti ini seorang wirausahawan dituntut untuk mampu menganalisis situasi
dan merumuskannya untuk mendapatkan jalan keluar atau pemecahan masalah
yang dihadapi. Walau banyak alternatif jalan keluar untuk memecahkan masalah
namun seorang wirausahawan harus pandai memilah dan memilih alternatif
mana yang tepat dipakai untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Agar tidak
salah menentukan alternatif,

sebelum mengambil keputusan, seorang

wirausahawan harus mampu mengelola informasi sebagai bahan dasar dalam


pengambilan keputusan. Keterampilan mengambil keputusan dapat dipelajari

22

dan dibangun melalui pendidikan formal maupun informal seperti pelatihan,


simulasi dan dari pengalaman pribadi maupun dari pengalaman orang lain.
5) Time managerial skill, (kemampuan mengatur dan menggunakan waktu).
Seorang wirausahawan harus mampu mengatur waktu, keterampilan mengelola
waktu dapat memperlancar pelaksanaan pekerjaan serta mempermudah dalam
mengontrol semua rencana rencana yang akan dilakukan untuk pengembangan
usaha. Beberapa pakar psikologi mengatakan bahwa salah satu penyebab
sumber stres adalah ketidakmampuan seseorang dalam mengatur waktu dalam
pekerjaan. Ketidakmampuan mengatur waktu membuat pekerjaan banyak yang
tertunda penyelesaiannya sehingga membuat pekerjaan semakin menumpuk.

5. Kemitraan Usaha
Istilah mitra adalah bisa diartikan sebagai kawan kerja, pasangan kerja, rekan
kerja. Jadi kemitraan adalah hubungan kerja sama yang dilakukan oleh dua pihak
atau beberapa pihak dalam jangka waktu tertentu untuk mendapatkan hasil atau
keuntungan bersama. Undang-undang nomor 9 tahun 1995 pasal 1 angka 8 yang
dimaksud kemitraan adalah kerja sama usaha antara usaha kecil dengan usaha
menengah atau dengan usaha besar disertai dengan pembinaan dan pengembangan
oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperlihatkan prinsip saling

23

memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Begitu juga dalam


peraturan pemerintah nomor 44 tahun 1997 pasal 1 angka 1, disebutkan kemitraan
adalah kerja sama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau usaha
besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan
saling menguntungkan. Berkaitan dengan kemitraan seperti yang telah disebutkan
di atas, maka kemitraan itu mengandung unsur-unsur pokok yang merupakan kerja
sama usaha dengan prinsip saling menguntungkan, saling memperkuat dan saling
memerlukan yaitu:
1) Kerja sama usaha, landasan dalam kerja sama ini adalah adanya kesejajaran
kedudukan dalam menjalin hubungan. Jadi baik Usaha Kecil, Usaha Menengah
dan Usaha Besar mempunyai kedudukan yang setara dengan hak dan kewajiban
timbal balik sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
2) Hubungan antara usaha kecil, menengah dan usaha besar. Dengan
dibangunnya kemitraan antara Usaha Kecil, Usaha Menengah dan Usaha Besar,
diharapkan usaha besar maupun usaha menengah dapat melakukan pembinaanpembinaan pada usaha kecil agar pengusaha kecil dapat lebih berdaya dan
tangguh dalam menjalankan usaha, sehingga kesejahteraan dapat dirasakan oleh
semua kalangan pengusaha.
3) Pembinaan dan Pengembangan, yang membedakan hubungan kemitraan
dengan hubungan dagang biasa adalah adanya pembinaan-pembinaan dari
pengusaha menengah atau pengusaha besar ke pengusaha kecil yang tidak
ditemui pada hubungan dagang biasa. Bentuk pembinaan dalam kemitraan

24

antara lain pembinaan dalam akses modal, manajemen usaha, manajemen


produksi, manajemen mutu, sumber daya manusia (SDM), dan pembinaan
dalam aspek institusi kelembagaan serta alokasi serta investasi.
4) Prinsip saling menguntungkan, memperkuat dan membutuhkan, uraian dari
ketiga prinsip tersebut adalah:
a. Prinsip saling menguntungkan, tujuan dari kemitraan adalah

win-win

solution partnership, kesadaran dan saling menguntungkan. Namun bukan


berarti para mitra harus memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama, tetapi
lebih utama pada kesetaraan berdasarkan peran masing-masing partner.
b. Prinsip saling memperkuat, salah satu tujuan yang diharapkan dengan
melakukan mitra dengan orang lain adalah untuk mendapatkan nilai tambah
pada masing-masing partner. Nilai tambah ini selain diwujudkan dalam
bentuk nilai ekonomi seperti peningkatan modal dan keuntungan namun juga
meningkatkan nilai tambah non ekonomis, misalnya peningkatan kemampuan
dalam manajemen, penguasaan teknologi dan kepuasan lainnya.
c. Prinsip saling memerlukan, tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi dan
dimiliki oleh wirausaha, ada hal-hal yang dapat dipenuhi dengan cara
melakukan mitra dengan wirausaha yang lain. Sehingga dapat memperoleh
suatu keunggulan- keunggulan baru yang dapat menghasilkan sinergi yang
berdampak pada adanya efisiensi, turunnya biaya produksi dan teraturnya
manajemen. Penerapan dalam kemitraan, bagi pengusaha besar dapat
menghemat tenaga dalam mencapai target tertentu dengan menggunakan

25

tenaga pengusaha kecil dan pengusaha kecil dapat meningkatkan dan


memasok hasil produksinya ke pengusaha besar.
Kewirausahaan adalah proses dinamis untuk menciptakan nilai tambah atas
barang atau jasa serta kemakmuran. Nilai tambah dan kemakmuran ini diciptakan oleh
wirausaha yang memiliki keberanian menanggung resiko, menghabiskan waktu dan
menyediakan berbagai produk barang dan jasa. Sukses atau berhasil adalah sebuah
perjalanan, bukan tujuan. Seorang wirausaha sukses setiap mencapai target, sasaran
atau impian akan selalu membuat impian-impian baru yang dapat memacu semangat
baru dalam berusaha. Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi oleh
sifat dan kepribadiannya. The officer of Advocacy of Small Business Administration
(1989) yang dikutip oleh Dun Steinhoff dan Burgess (1993) mengemukakan bahwa
wirausaha yang berhasil pada umumnya memiliki sifat-sifat kepribadian sebagai
berikut:
1) Memiliki kepercayaan diri untuk dapat bekerja keras secara independen dan berani
menghadapi risiko untuk memperoleh hasil.
2) Memiliki kemampuan berorganisasi, dapat mengatur tujuan, berorientasi hasil dan
tanggung jawab terhadap kerja keras.
3) Kreatif dan mampu melihat peluang yang ada dalam kewirausahaan.
4) Menikmati tantangan dan mencari kepuasan pribadi dalam memperoleh ide.
Dun Steinhoff dan John F. Burgess, menambahkan seorang wirausaha yang
sukses harus memiliki ide atau visi bisnis yang jelas serta kemauan dan keberanian

26

untuk menghadapi resiko, baik waktu maupun uang. Selain itu

Timmons dan

McClelland (1961) dan Zimmerer (1996) menyatakan sikap dan perilaku wirausaha
yang berhasil adalah:
1) Commitment and determination, memiliki komitmen dan tekat yang bulat untuk
mencurahkan semua perhatian terhadap usaha. Sikap yang setengah hati
mengakibatkan besarnya kemungkinan untuk gagal dalam berwirausaha.
2) Desire for responsibility, memiliki rasa tanggung jawab dalam mengendalikan
sumber daya yang digunakan dan keberhasilan berwirausaha. Oleh karena itu
wirausaha akan mawas diri secara internal.
3) Opportunity obsession, berambisi untuk mencari peluang, keberhasilan wirausaha
selalu diukur dengan keberhasilan untuk mencapai tujuan. Pencapaian tujuan
terjadi apabila terdapat peluang.
4) Tolerance for risk, ambiguity, and uncertainty, tahan terhadap resiko dan
ketidakpastian. Wirausaha harus belajar mengelola resiko dengan cara
mentransfernya ke pihak lain seperti bank, investor, konsumen, pemasok dan lainlain. Wirausaha yang berhasil memiliki toleransi terhadap pandangan yang
berbeda dan ketidakpastian.
5) Self confidence (percaya diri), wirausaha cenderung optimis dan memiliki
keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk berhasil.
6) Creativity and flexibility, berdaya cipta dan luwes, salah satu kunci penting
adalah kemampuan untuk menghadapi perubahan permintaan. Kekakuan dalam

27

menghadapi perubahan ekonomi dunia yang serba cepat sering kali membawa
kegagalan. Kemampuan untuk menanggapi perubahan yang cepat dan fleksibel
tentu memerlukan relatif yang tinggi.
7) Desire for immediate feedback, selalu memerlukan umpan balik dengan segera.
Wirausaha selalu ingin mengetahui hasil dari apa yang telah dikerjakannya. Oleh
karena itu, dalam memperbaiki kinerjanya wirausaha selalu memiliki kemauan
untuk menggunakan ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya dan belajar dari
kegagalan.
8) High level of energy, memiliki tingkat energi yang tinggi. Wirausaha yang
berhasil biasanya memiliki daya juang yang lebih tinggi di banding kebanyakan
orang, sehingga ia lebih suka bekerja keras walaupun dalam waktu yang relatif
lama.
9) Motivation to excel, memiliki dorongan untuk selalu unggul. Wirausaha yang
berhasil selalu ingin lebih unggul dan berhasil dalam mengerjakan apa yang
dilakukannya dengan melebihi standar yang ada. Motivasi ini muncul dari dalam
diri (internal) dan jarang dari eksternal.
10) Orientation to the future, yaitu berorientasi pada masa depan. Untuk tumbuh dan
berkembang, wirausaha berpandangan jauh ke masa depan yang lebih baik.
11) Willingness to learn from failure, yaitu selalu belajar dari kegagalan. Wirausaha
yang berhasil tidak pernah takut akan kegagalan, Ia selalu memfokuskan pada
keberhasilan.

28

12) Leadership ability, yaitu kemampuan dalam kepemimpinan. Wirausaha yang


berhasil memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruh tanpa kekuatan serta
harus memiliki taktik mediator dan negosiator dari pada diktator.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan tersebut,

dapat ditarik makna

bahwa keberhasilan seorang wirausaha menurut Zimmerer (1996) ditentukan oleh: (1)
Kemampuan dan kemauan, (2) Tekat yang kuat dan kerja keras, (3) Mengenal peluang
yang ada dan berusaha meraihnya ketika ada kesempatan. Sementara yang
menyebabkan kegagalan adalah: (1) Tidak kompeten, (2) Kurang pengalaman, (3)
Kurang dapat mengendalikan keuangan, (4) Gagal dalam perencanaan, (5) Lokasi
yang kurang memadai, (6) Kurangnya pengawasan/kontrol, (7) Sikap yang kurang
sungguh-sungguh dan (8) Ketidakmampuan dalam melakukan

keberhasilan

berwirausaha dalam penelitian ini dicerminkan dengan kemampuan mengambil


inisiatif, menciptakan peluang, menjaga kepercayaan konsumen, kemandirian dalam
berusaha, kejelian melihat peluang dan ulet/tidak pernah menyerah sehingga dapat
memperoleh hasil dalam berupa keuangan dan kesejahteraan diadopsi dari Zimmerer
(1996); Drago dan Clement (1999), Rashid (peralihan/transisi kewirausahaan. Dengan
demikian indicator pengukuran 2003), Russell (2000); Riyanti (2002); Rohmat (2011)
dan Nuraeni Kadir (2014).
2.3 Penelitian Terdahulu
Hasil penenelitian terdahulu yang relevan dan menjadi rujukan dalam penelitian
ini sebagai berikut:

29

1. Ratno Purnomo (2010) dengan judul: Pengaruh personality, Sel-Efficacy, dan


Locus of Control Terhadap Persepsi Kinerja Usaha Skala Kecil Dan Menengah.
Hasil penelitian yang ini menunjukan bahwa kesuksesan pelaku Usaha Skala
Kecil dan Menengah ditentukan oleh kepribadian agreeableness dan self-efficacy
yang dimiliki para pelaku usaha. Penulis hanya mengambil variabel kepribadian
dari penelitian diatas sebagai kajian empiris.
2. Rohmat (2011) dengan judul: Kinerja Usaha Kecil Berbasis Strategi Bisnis,
Budaya Organisasi, dan Kepribadian Pemilik (Studi Pada Pelaku Usaha Kecil di
Kabupaten Magetan, Pacitan, Ponorogo). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
kepribadian pelaku Usaha Kecil memiliki pengaruh yang kuat terhadap proses
perencanaan strategi usaha. Penulis hanya mengambil variabel kepribadian dari
penelitian diatas sebagai kajian empiris.
3. Nuraeni Kadir (2014) dengan judul: The Influences of the Performance of the
Owners Business And Personality-Based Small and Medium Enterprises: A
Study on SMEs in Sengkang Regency. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
kepribadian berpengaruh terhadap pemilihan strategi usaha. Penulis hanya
mengambil variabel kepribadian dari penelitian diatas sebagai kajian empiris.

2.4 Pengaruh five Personality Trait Model Pada Keberhasilan Berwirausaha


Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian terdahulu, maka hubungan antara
variabel yang dikaji dalam penelitian ini sebagian besar peneliti telah membuktikan
bahwa kepribadian (personality) mampu meningkatkan keberhasilan usaha. Taormina

30

dan Lao (2007) menyatakan bahwa kesuksesan sebuah bisnis ditentukan oleh
karakteristik individual. Selain itu, Entrialgo, et al (2000) menyatakan bahwa
kepribadian individual berpengaruh signifikan terhadap kesuksesan organisasi bisnis
UMKM. Green, et al (1996) menyatakan bahwa karakteristik individual seperti
kepribadian, motivasi, self-efficacy, locus of control dan risk taking dapat menentukan
kesuksesan seorang entrepeneur dalam pengelolaan bisnisnya. Selanjutnya dukungan
hasil penelitian terdahulu Nuraeni Kadir (2014), Rohmat (2011) dan Ratno Purnomo
(2010) menemukan bahwa kepribadian (personality) berpengaruh signifikan terhadap
peningkaan kinerja atau keberhasilan usaha.
2.5 Kerangka Pikir
Paradigma pemikiran terhadap five personality trait model dan keberhasilan
berwirausaha menjadi dasar perancangan alur pikir penelitian ini. Kerangka pikir studi
ini dibangun berdasarkan masalah dan tujuan studi, kajian empirik, dan teoritis
sebagai landasan untuk merumuskan masalah, tujuan, dan hipotesis. Kerangka pikir
diawali dari studi teoritik yaitu mengkaji teori yang relevan dengan kajian studi ini
yaitu: five personality trait model dan keberhasilan berwirausaha. Merujuk pada
kajian teoritis dan empiris dalam penelitian ini didesain dengan menggunakan dua
variabel yaitu: five personality trait model dan keberhasilan berwirausaha. Dengan
dasar pengujian dari kedua konstruk tersebut peneliti mencoba mengembangkan
kerangka pikir penelitian ini. Pengukuran masing-masing variabel dan hubungan
antara variabel dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

31

Berdasarkan pengertian personality dan dasar pengujian hubungan five


personality trait model maka pengukuran variabel ini terdiri dari lima indikator, yaitu:
(1) neoroticism atau keterbukaan emosi, (2) extraversion atau keterbukaan
komunikasi, (3) agreeableness atau keterbukaan sosial, (4) openness atau keterbukaan
pengalaman, dan (5)conscientiousness atau keterbukaan hati yang diadopsi dari Lewis
R. Goldberg, Robert McCrae, dan Paul Costa (1981). Dukungan kajian empiris yang
melandasi pengujian kepribadian (personality) terhadap keberhasilan berwirausaha
yakni penelitian yang dilakukan oleh Ratno Parnomo (2010) dalam penelitiannya
menunjukan

bahwa

kesuksesan

pelaku

usaha

ditentukan

oleh

personality

agreeableness dan self-efficacy yang dimiliki oleh para pelaku usaha. Rohmat (2011)
menyatakan bahwa personality pelaku usaha kecil memiliki pengaruh yang kuat
terhadap keberhasilan usaha.
Keberhasilan dalam berwirausaha pada seseorang dipengaruhi oleh banyak
faktor yang bisa berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar diri pengusaha.
Faktor dari dalam diri bisa berupa motivasi, percaya diri, kreativitas dan inovasi,
keberanian mengambil resiko dan lain-lain. Sedangkan faktor dari luar diri bisa
berasal dari lingkungan sosial, lingkungan keluarga, budaya anutan, kebijakan
pemerintah dan lain-lain.

Steinhoff & Burgess (1993), mengemukakan beberapa

karakteristik yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan berwirausaha adalah


seseorang harus mempunyai ide, mempunyai kemauan dan keberanian untuk
menghadapi resiko baik waktu maupun uang, selain semangat kerja dan kerja keras
seorang wirausahawan harus mengembangkan hubungan baik dengan mitra usaha
maupun semua pihak yang terkait dengan kepentingan usahanya.

32

Konsisten dengan temuan penelitian Steinhoff & Burgess, peneliti lain Kim
(dalam Meng & Liang, 1996) mengungkapkan bahwa 78% wirausaha yang berhasil
menyatakan memiliki sistem jaringan kerja yang baik. Temuan ini menjelaskan bahwa
proses membangun dan mempertahankan hsubungan positif dengan pihak-pihak di
dalam dan di luar organisasi memang sangat diperlukan demi keberhasilan usaha skala
kecil dalam lingkungan usaha yang sangat kompleks. Sementara Duncan (dalam
Meng & Liang, 1996) menyatakan bahwa unsur terpenting di balik keberhasilan usaha
adalah keterampilan wirausaha untuk mengenali pasar dan mengembangkan usaha di
pasar tersebut.
Seorang wirausahawan harus memiliki sikap mental dan jiwa yang selalu aktif
atau kreatif berdaya, bercipta, berkarsa dan bersahaja dalam berusaha untuk dapat
meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya atau kiprahnya. Seorang yang
memiliki jiwa dan sikap wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah
dicapainya. Dari waktu ke waktu, hari demi hari, Minggu demi Minggu selalu mencari
peluang untuk meningkatkan usaha dan kehidupannya. Ia selalu berkreasi dan
berinovasi tanpa berhenti, karena dengan berkreasi dan berinovasilah semua peluang
dapat diperolehnya.
Indikator

pengukuran

keberhasilan

berwirausaha

dalam

penelitian

ini

dicerminkan dengan kemampuan mengambil inisiatif, menciptakan peluang, menjaga


kepercayaan konsumen, kemandirian dalam berusaha, kejelian melihat peluang dan
ulet/tidak pernah menyerah sehingga dapat memperoleh hasil dalam berupa keuangan
dan kesejahteraan diadopsi dari Zimmerer (1996); Drago dan Clement (1999), Rashid
(2003), Russell (2000); Riyanti (2002); Rohmat (2011) dan Nuraeni Kadir (2014).

33

Berdasarkan kajian terhadap teori dan penelitian empiris yang telah dilakukan
sebelumnya, maka kerangka konseptual ini dalam penelitian ini dapat disajikan pada
Gambar 2.1 berikut:

Usaha Jasa Pencucian


Kendaraan di Kota Kendari
Five Personality Trait Model
Keberhasilan Berwirausaha
Dan Bau-Bau
KE. Kecerdasan Emosional
(Neoroticism)
AK. Keterbukaan Komunikasi
(Extraversion)
KS. Keterbukaan Sosial
(Agreeableness)
KP. Keterbukaan Pengalaman

KB1. Mengambil inisiatif


KB2. Menciptakan peluang
KB3. Memelihara kepercaan
konsumen
KB4. Kemandirian
KB5. Kejelian melihat peluang
KB6. Ulet/tidak gampang
menyerah

34

Pengaruh Five Personality Trait Model


Pendekatan Analisis Deskripsi, CFA Dan Regresi Bivariat

Kesimpulan Dan Saran


Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
2.6 Hipotesis Peneliian
Berdasarkan pemaparan kerangka pikir maka diajukan hipotesis penelitian ini
bahwa semakin baik five personality trait model dapat meningkatkan kebehasilan
berwirausaha secara nyata pada usaha jasa pencucian kendaraan di kota Kendari dan
Bau-Bau.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan hubungan
kausal antar variabel melalui pengujian hipotesis, dengan demikian maka pendekatan

35

penelitian ini adalah verifikasi dan penjelasan (explanatory research). Alasan yang
mendasari menggunakan explanatory research karena tujuan penelitian ini
menjelaskan dan menguji secara empiris pengaruh five Personality trait model
terhadap keberhasilan berwirausaha pada jasa pencucian kendaraan di Kota Kendari
dan Bau-Bau. Selain itu penelitian ini termasuk kategori penelitian survei karena
dalam pengumpulan data yang pokok menggunakan kuisioner.
Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan
menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data. Pada umumnya unit analisis
penelitian survei adalah individu (Sugiyono, 2010). Selanjutnya juga akan dilakukan
wawancara guna melengkapi data/informasi pendukung yang dibutuhkan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kota Kendari dan kota Bau-Bau pada jasa pencucian
kendaraan. Karena itu obyek penelitian ini pada usaha jasa pencucian kendaraan,
dengan unit analisis adalah para pemilik atau pengelola usaha dengan pertimbangan:
penguasaan lapangan, biaya, waktu dan kemudahan memperoleh data. Kemudian
waktu penelitian ini direncanakan setelah ujian proposal dan disetujui oleh komisi
pembimbing.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

31

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh para pemilik atau pengelola usaha
jasa pencucian kendaraan di Kota Kendari dan Bau-Bau yang berjumlah sebanyak 56

36

orang pemilik usaha. Adapun jumlah pemilik usaha jasa penguncian kendaraan di
kota Kendari dan Bau-Bau tersebut sebagai berikut:

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

A. Kota Kendari (41 Pemilik Usaha)


Kaori Madani
15. Raya
Mega Bintang
16. Bataz "Racing Team"
Jasmine
17. Buza Salju
Dhasat Lapiaza
18. Marechu
Salsabila
19. Hari
Surya
20. Kamara
Saranani
21. Morina Motoclean
STM
22. Cunk
Kumbohu
23. Mega
Madani
24. Bintang Seroja
Pandawa Setya
25. Seroja 1
Pandawa Saranani 26. Tiga Putra
Car Wash Aemj
27. Cuci Motor Salju
Vivin
28. Tipulu

1.
2.
3.
4.
5.

B. Kota Bau-Bau (15 Pemilik Usaha)


Car Wash
6.
Dafa Steam
Flaminggo
7.
108 Steam
Tugu Steam
8.
85 Steam
Fadli Steam
9.
Anan Car Wash
81 Steam
10. Pit Stop Car Wash

29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.

Agung
Benu- Benua
Salon Motor Nur
Pasar Buah
ICM
Pitstop Car Wash
Sentul Car Wash
Auto D&A
Ken Car wash
Roda Salju
Aisyah Car Wash
Tumara
Marechu

11.
12.
13.
14.
15.

Agung Steam
Dafa Steam
Rizar Steam
Ardan Steam
Rutan steam

Karena jumlah populasi dalam penelitian ini relatif kecil maka semua populasi
sebanyak 56 orang di jadikan sampel penelitian. Dengan demikian maka dalam
penelitian ini teknik penarikan sampel adalah sampel jenuh (sensus) yaitu sebanyak
56 responden yaitu para pemilik pengelola usaha jasa pencucian kendaraan di Kota
Kendari dan Bau-Bau.
3.4 Jenis dan Sumber Data Penelitian

37

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden atau yang
menjadi sampel penelitian ini. Data primer meliputi data pernyataan responden
terhadap five personality trait model terhadap keberhasilan berwirausaha. Data
primer ini diperoleh dari para responden dengan menyebar kuisioner secara
langsung kepada para responden.
2. Data sekunder yaitu data berupa dokumen-dokumen penunjang seperti
gambaran umum organisasi, jumlah usaha jasa pencucian kendaraan, dan datadata dokumentasi lainnya yang relevan dengan penelitian ini. Sumber data
sekunder diperoleh dari penggelola usaha jasa pencucian kendaraan di kota
kendari dan Bau-Bau.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data penelitian ini digunakan metode survei dengan cara
sebagai berikut:
1. Kuisioner yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan daftar
pernyataan yang diberikan kepada responden untuk mengukur variabel-variabel
yang di teliti
2. Wawancara, dilakukan dengan menghubungi sebagian responden yang dianggap
memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam memberikan penjelasan
terhadap kajian penelitian ini agar mendapatkan informasi yang lebih lengkap

38

untuk analisa data dalam penelitian ini. Peneliti mengutamakan pengambilan data
wawancara dengan responden agar diketahui five personality trait model terhadap
keberhasilan Berwirausaha.
3. Dokumentasi, di lakukan sebagai bukti pendukung mengenai keberhasilan usaha
pencucian kendaraan yang berkaitan dengan five personality trait model dari
pemilik usaha dari segi pelayanan dan hasil pencucian kendaraan.

3.6 Metode Pengelolahan Data


Pengukuran data dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi responden terhadap obyek
(Nazir, 2009). Penggunaan skala Likert karena pertimbangan sebagai berikut: (1)
mempunyai banyak kemudahan; (2) mempunyai reabiliti yang tinggi dalam
mengurutkan subyek berdasarkan presepsi; (3) flexibel dibanding teknik yang lain;
dan (4) aplikatif pada berbagai situasi. Pedoman untuk pengukuran semua variabel
adalah dengan menggunakan 5 point Likert scale, di mana jika terdapat jawaban
dengan bobot rendah maka diberikan skor 1 (satu) dan seterusnya sehingga jawaban
yang berbobot tinggi diberi skor 5 (lima). Kategori dari masing-masing jawaban
dengan kriteria sebagai berikut: Sangat Baik/Sangat setuju (skor 5); Baik/Setuju (skor
4); Netral (skor 3); Tidak Baik/Tidak Setuju (skor 2); Sangat Tidak Baik/Sangat Tidak
Setuju (skor 1) Malhotra, 2010 dan Cooper & Sehindler, 2003.
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

39

Pengujian instrumen dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah instrumen


yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi syarat-syarat alat ukur yang baik atau
sesuai dengan standar metode penelitian. Mengingat pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner, maka keseriusan atau kesungguhan responden
dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan merupakan unsur penting dalam penelitian.
Keabsahan atau kesahihan data sangat ditentukan oleh instrumen yang digunakan.
Instrumen dikatakan baik apabila memenuhi tiga persyaratan utama yaitu: (1)
valid atau sahih, (2) reliabel atau andal, dan (3) praktis oleh Cooper dan Sehindler,
2003. Bilamana alat ukur yang digunakan tidak valid atau tidak dapat dipercaya dan
tidak andal atau reliabel, maka hasil penelitian tidak akan menggambarkan keadaan
yang sesungguhnya. Karena itu, untuk menguji kuisioner sebagai instrumen penelitian
maka digunakan uji validitas (test of validity) dan uji reliabilitas (test of reliability).
3.7.1

Uji Validitas Instrumen (Test of Validity)


Instrumen dalam penelitian ini dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur

apa yang ingin diukur dan dapat mengungkapkan data dan variabel-variabel yang
diteliti secara konsisten. Validitas merupakan ukuran yang berhubungan dengan
tingkat akurasi yang dicapai oleh indikator dalam mengukur atas apa yang seharusnya
diukur. Uji validitas adalah ketepatan skala atas pengukuran instrumen yang
digunakan dengan maksud untuk menjamin alat ukur yang digunakan cocok dengan
obyek yang diukur.
Validitas merupakan arti seberapa besar ketepatan dan kecermatan alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya. Instrumen dapat dikatakan mempunyai validitas

40

tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil
ukur yang sesuai dengan pengukuran. Instrumen tersebut dikatakan valid jika dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur (Supranto, 2005). Pengujian validitas
instrumen yaitu menghitung koefisien korelasi antara skor item dan skor totalnya
dengan taraf signifikansi 95%.
Validitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur betul betul mengukur apa yang perlu diukur. Untuk itu dilakukan analisis item dengan
metode korelasi product moment pearson. Uji validitas dengan metode ini dilakukan
dengan cara mengkorelasikan skor jawaban yang diperoleh pada masing-masing item
dengan skor total dari keseluruhan item. Koefisien korelasi yang tinggi menunjukkan
kesesuaian antara fungsi item dengan fungsi ukur secara keseluruhan atau instrumen
tersebut valid. Validitas dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi product
moment dengan kriteria pengujian pada instrumen yang dikatakan valid jika nilai r
0,30 (cut of point) Sugiyono (2010).
3.7.2

Uji Reliabilitas Instrumen (Test of Reliabilit)


Uji reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-

indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai di mana masing-masing


indikator variabel mengidentifikasikan sebuah faktor laten yang umum. Uji
reliabilitas

bertujuan

untuk

mengetahui

keandalan

alat

ukur

atau untuk

mengetahui konsistensi alat ukur jika digunakan untuk mengukur obyek yang
sama lebih dari sekali. Dengan kata lain uji reliabilitas ini dapat diartikan sebagai
tingkat kepercayaan terhadap hasil pengukuran.

41

Pengujian reliabilitas dilakukan terhadap item pernyataan yang

digunakan

dalam penelitian ini adalah dengan metode Alpha Cronbach. Nilai batas (cut of
point) yang diterima untuk tingkat Alpha Cronbach adalah 0,60 walaupun ini
bukan merupakan standar absolut oleh Uma Sekaran (2003). Instrumen dianggap
telah memiliki tingkat keandalan yang dapat diterima, jika nilai koefisien reliabilitas
yang terukur adalah 0,60. Instrumen dikatakan reliabel jika dapat digunakan untuk
mengukur variabel berulang kali yang akan menghasilkan data yang sama atau hanya
sedikit bervariasi (Supranto, 2005).
Uji validitas dan reliabilitas instrumen, sebelum angket digunakan dalam
pengumpulan data, maka dilakukan pengujian terhadap validitas dan reliabilitas.
Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen, secara rinci dapat dilihat pada Lampiran
5. Rekapitulasi hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen terhadap item pernyataan
atas indikator variabel dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Hasil Pengujian Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Indikator Variabel

Kecerdasan Emosional
(KE)

Keterbukaan Komunikasi
(KK)
Keterbukaan Sosial (KS)

Item

Koefisien
Korelasi

Sig

Hasil

Cronbach's
Alpha

Hasil

KE 1

0,417*

0.019

Valid

0.857

Reliabel

KE 2

0,717**

0.000

Valid

KK 1

0,834**

0.000

Valid

KK 2

0,624**

0.000

Valid

KS 1

0,608**

0.000

Valid

KS 2

0,602**

0.000

Valid

42

KP 1

0,551**

0.001

Valid

KP 2

0,632**

0.000

Valid

KH 1

0,821**

0.000

Valid

KH 2

0,780**

0.000

Valid

KB1. Mengambil inisiatif

0,702**

0.000

Valid

KB2. Menciptakan peluang

0,763**

0.000

Valid

KB3. Memelihara kepercaan


konsumen

0,678**

0.000

Valid

Keterbukaan Pengalaman
(KP)

Keterbukaan Hati (KH)

0.787
KB4. Kemandirian

0,676

**

0.000

Valid

KB5. Kejelian melihat peluang

0,557**

0.001

Valid

KB6. Ulet/tidak gampang


menyerah

0,858**

0.000

Valid

Reliabel

Sumber: Hasil pengolahan data SPSS ( Lampiran 5)


Berdasarkan hasil rekapitulasi uji validitas dan uji reliabilitas instrumen pada
Tabel 3.1 menunjukkan bahwa seluruh variabel penelitian adalah valid karena
koefisien korelasi semua indikator lebih besar dari 0,30 dan Cronbachs Alpha lebih
besar dari 0,60 yang berarti semua item yang dijadikan instrumen dapat dipercaya
keandalannya. Dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh item
pernyataan yang digunakan untuk pengukuran variabel-variabel yang dianalisis dalam
penelitian ini yakni five personality trait model dan kerberhasilan wirausaha adalah
valid dan reliabel. Dengan demikian koesioner yang digunakan dapat dinyatakan valid
dan dipercaya atau memiliki tingkat keandalan yang dapat di terima sebagai instrumen
dan analisis data selanjutnya.

43

3.8 Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan yaitu deskriptif dan analisis statistika
inferensial yaitu Confimatory Factor Analysis (CFA) kemudian dilanjutkan dengan
regresi bivariat dengan menggunakan sofware SPSS dan MS Excel.
3.8.1

Analisis Deskriptif
Analisis deskripsi bertujuan untuk menginterpretasikan mengenai argumen

responden terhadap pilihan pernyataan dan distribusi frekuensi pernyataan responden


dari data yang telah dikumpulkan. Dalam penelitian ini jawaban responden
dikategorikan dalam lima kategori dengan menggunakan skala Likert. Masing-masing
skala mempunyai gradasi penilaian dari sangat rendah ke sangat tinggi yang
dituangkan dalam pilihan jawaban instrumen (angket). Kemudian mendeskripsikan
masing-masing variabel penelitian, karakteristik responden maupun gambaran umum
obyek penelitian dalam bentuk alasan terhadap pernyataan responden, jumlah, ratarata, dan persentase.
3.8.2

Analisis Statistika Inferesial


Analisis statistika inferesial yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

Confimatory Factor Analysis (CFA) dan analisis regresi bivariat sebagai berikut:
1. Confimatory Factor Analysis (CFA)
Analisis faktor konfimatori digunakan dalam penelitian ini adalah untuk
mempermudah interpretasi hasil analisis, sehingga didapatkan informasi yang realistis
dan sangat berguna dan untuk mengetahui indikator yang dominan dalam

44

merefleksikan konstruk atau variabel laten yakni five personality trait model terhadap
kerberhasilan wirausaha secara terpisah sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan
penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya.
Alasan menggunakan analisis faktor konfirmatori (CFA) adalah: (1) Konstruk
yang didesain dalam penelitian ini berupa variabel laten, di mana variabel-variabel
tersebut diukur berdasarkan indikator (item), sehingga data yang diperoleh adalah data
setiap indikator. Dengan demikian CFA cocok digunakan untuk mengekstraksi
variabel laten dari indikator; (2) Variabel laten yang didesain dalam penelitian ini
pengukurannya berdasarkan teori dan kajian empiris yang bersifat reflektif dengan
menggunakan instrumen berupa angket, karena itu CFA sangat seefektif digunakan
untuk pengujian validitas konstruk dan pemeriksaan validitas instrumen penelitian
(Angket); (3) CFA berguna untuk mendapatkan data variabel laten (berupa skor
faktor) sebagai data input dari analisis regresi.
Analisis faktor konfirmatori dilakukan terhadap indikator setiap variabel
sehingga dapat diperoleh skor faktor dari variabel laten, di mana skor faktor variabel
tersebut akan dipakai untuk penentuan koefisien setiap variabel dalam analisis regresi
bivariat selanjutnya. Prosedur analisis faktor dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara sebagai berikut: merumuskan masalah, menentukan jumlah faktor yang layak
dalam merefleksikan variabel laten berdasarkan indikator pengukurannya, interpretasi
faktor, penentuan skor faktor dan ketepatan model, (Malhotra, 2010).
2. Analisis Regresi Bivariat

45

Analisis statistika inferesial Regresi bivariat bertujuan untuk menguji dan


menjelaskan hubungan variabel penelitian ini. Alasan penggunaan analisis Multivariat
Regresi Berganda karena: (1) input data dalam pengolahan merupakan hasil
perhitungan rata-rata dan perkalian bobot skor jawaban responden dari setiap item
pernyataan atau indikator variabel (skor faktor); (2) penelitian ini pengukurannya
dengan menggunakan skala sikap atau tanggapan responden karena itu hasil estimasi
perlu distandardized, (3) regresi bivariat merupakan teknik analisis multivariat yang
memungkinkan dilakukan analisis serangkaian dari beberapa variabel secara parsial
maupun simultan sehingga memberikan efisiensi secara statistik; (4) penelitian ini
dilakukan untuk melihat pengaruh kausal antara five personality trait model terhadap
keberhasilan berwirausaha. Dengan demikian analisis regresi bivariat cocok
digunakan dalam pengujian hiptesis pada penelitian ini.
Analisis statistika inferesial regresi bivariat dalam penelitian ini yang dilakukan
untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas five personality trait model
terhadap keberhasilan berwirausaha dengan model persamaan:
Y = (X) + ei
di mana :
Y

= Keberhasilan usaha

= Five personality trait model

= Regression weight (koefisien regresi standardized beta)

ei

= Kesalahan pengukuran (galat) (Ghozali 2008 dan Solimun 2010)

46

Berdasarkan fakta yang menjadi temuan dalam penelitian ini, maka pengujian
hipotesis bertujuan untuk menjawab apakah hipotesis yang diajukan diterima atau
ditolak. Taraf signifikasi estimasi parameter pengujian hipotesis ditetapkan 95% atau
= 0,05. Dengan demikian pengujian hipotesis didasarkan atas nilai probabilitas
dengan ketentuan:
1. Apabila < = 0,05, maka hipotesis yang diajukan diterima artinya terdapat
pengaruh signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
2. Apabila > = 0,05, hipotesis yang diajukan ditolak artinya tidak terdapat
pengaruh signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Selanjutnya dalam penelitian ini penerapan pengujian hipotesis dari analisis
regresi multivariate dilakukan dengan cara (Gujarati, 2005) yaitu:
a. Menghitung Koefisien Determinansi (Rsquare)
Perhitungan Rsquare dilakukan untuk mengukur pengaruh five personality
trait model terhadap keberhasilan wirausaha Nilai Rsquare berkisar antara 0-1.
Bila nilai Rsquare mendekati 1, maka variabel bebas mempunyai akurasi model
hubungan yang akurat terhadap variabel terikat.
b. Uji F
Uji F dilakukan untuk menguji pengaruh variabel-variabel bebas serentak
terhadap variabel terikat (Gujarati, 2005), dengan rumus secara matematis sebagai
berikut:

47

Di mana : F

R / K 1
(1 R 2 ) (n k )

= pendekatan distribusi probabilitas

= variabel bebas

R2 = koefisien korelasi
n

= ukuran sampel

c. Uji t
Uji t dilakukan untuk menguji pengaruh variabel-variabel bebas secara parsial
terhadap variabel terikat (Gujarati, 2005), dengan rumus:
Di mana: bi = koefisien regresi

bi
Sbi

Sbi = standard error koefisien regresi

3.9 Defenisi Operasional Variabel Penelitian


Definisi operasional variabel penelitian ini adalah:
1. Five personality trait model yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mencakup
pola sifat dan sikap yang melekat pada setiap pelaku usaha jasa pencucian
kendaraan di kota Kendari dan Bau-bau yang diukur melalui indikator yaitu: (1)
keterbukaan emosi, (2) keterbukaan komunikasi, (3) keterbukaan sosial, (4)
keterbukaan terhadap pengalaman baru, (5) keterbukaan hati. Defenisi operasional
dari pengukuran variabel Five personality trait model yaitu:

48

1) Kecerdasan emosional (neoroticism), adalah tanggapan pengelolah usaha atas


perasaan cemas dan kwatir dalam menghadapi kendala usaha serta kemampuan
mengendalikan emosional ketika menghadapi masalah.
2) Keterbukaan komunikasi (extraversion), adalah presepsi pengelolah jasa
pencucian kendaraan presepsi pengelolah jasa pencucian kendaraan atas
kemampuan komunikasi dan menjalin hubungan yang baik dengan sesama rekan
pelaku usaha pencucian kendaraan.
3) Keterbukaan sosial (agreeableness) yaitu kemampuan menjalin kerja sama
dengan memberikan perhatian penuh terhadap pelanggan dan berupaya untuk
menghindari kondisi yang menimbulkan konflik dalam pengelolahaan usaha.
4) Keterbukaan pengalaman (openness), adalah tanggapan para pelaku usaha atas
kemampuan menerima berbagai inovasi yang berhubungan dengan usaha
pencucian kendaraan dan menghasilkan ide yang baru.
5) Keterbukaan hati

(conscientiousness), adalah presepsi para pelaku usaha

pencucian kendaraan atas kemampuan untuk bertanggung jaawab pada usaha


yang sedang dijalani dan fokus dalam menyelesaikan setiap target usaha.
2. Keberhasilan berwirausaha, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan dalam berusaha yang dicerminkan dengan kemampuan mengambil
inisiatif, menciptakan peluang, menjaga kepercayaan konsumen, kemandirian
dalam berusaha, kejelian melihat peluang dan ulet/tidak pernah menyerah sehingga
dapat memperoleh hasil dalam berupa keuangan dan kesejahteraan. Pengukuran

49

variabel keberhasilan berwirausaha terdiri dari enam item pernyataan yaitu: (1)
Mengambil inisiatif,

(2) Menciptakan peluang, (3) Memelihara kepercayaan

konsumen, (4) Kemandirian dalam berusaha, (5) Kejelian melihat peluang, (6)
Ulet/tidak gampang menyerah.
Lebih jelasnya dari definisi operasional variabel dan penjabaran atas pengukuran
variabel disajikan pada Tabel berikut:
Tabel 3.2 Penjabaran Variabel, Indikator, Sumber Acuan, dan Skala Pengukuran
Indikator

Variabel

1. Keterbukaan emosi
2. Keterbukaan informasi
Five personality
trait model

3. Keterbukaan sosial
4. Keterbukaan pengalaman
5. Keterbukaan hati

Sumber Acuan

Skala
Pengukuran

Kabir & Xuexi


Huo (2009)
Ratno Purnomo
(2010)
Rohmat (2011)

Likert
(10 item
pernyataan)

Nuraeni Kadir
(2014)

1. Mengambil inisiatif
2. Menciptakan peluang
3. Memegang kepercayaan
Keberhasilan
Berwirausaha

konsumen
4. Kemandirian berusaha
5. Kejelian melihat peluang
6. Ulet/tidak gampang
menyerah

Mc Clelland
(1965), Zimmerer
(1996)
Steinhoff &
burges (1993)

Likert
(12 item
pernyataan)

50

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menyajikan hasil penelitian dan pembahasan dengan
tujuan memberikan informasi tentang gambaran umum, karateristik responden,
deskripsi variabel, analisi model penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
Peluang usaha jasa pencucian kendaraan bisa jadi adalah salah satu usaha yang
relative tidak beresiko tinggi. Apalagi dengan jumlah sepeda motor atau mobil
seperti ini makin bertambah, ditambah cuaca yang sering berubah dan budaya orangorang di sekitar kita, maka membuka bisnis jasa cuci motor dan mobil merupakan
alternative yang cukup menjanjikan. Mungkin kita sering terlintas dengan jasa
pencucian kendaraan sepertinya sudah banyak tapi ingat jika kita ingin bersaing sama
mereka tidak terlalu sulit yang penting adalah mengkatkan kepuasan pelaggan.
Jasa pencucian kendaraan rata-rata buka jam 08.00-17.00, secara teknik ada
beberapa langkah-langkah yang perlu di perhatikan ketika ingin membuka uasaha jasa
pencucian kendaraan yaitu:
1. Segmen pasar, dalam usaha pencucian kendaraan ini adalah pemilik kendaraan
motor maupun mobil di perkotaan.
2. Permodalan, modal yang di perlukan Jika melihat secara kasar sepertinya diluar
modal tempat maka untuk pencucian mobil sekitar Rp. 70 juta ini hanya untuk
membeli perangkat yang diperlukan seperti 3 hidrolik mobil, kompresor, jet

51

steam, vacuum cleaner, shampo, semir ban, selang spiral, drum air, kanebo, sikat,
lap dan lain-lain. Modal awal dalam jasa pencucian motor sekitar Rp 11.000.000,hanya untuk membeli perangkat yang di perlukan seprti hidrolik, kompresor,
water steam (2 gun), shampo, semir ban, selang spiral, drum air, kanebo, sikat,
lap dan lain-lain.
3. Penentuan lokasi, sangat menentukan kesuksesan usaha pencucian kendaraan
sehingga pemilihan lokasi harus dilakukan44secara hati-hati. Penentuan lokasi ini,
dapat membeli tanah yang masih kosong dan berada di tengah-tengah kota.
4. Keunggulan, dalam faktor ini usaha jasa pencucian kendaraan harus
memperhatikan keunggulan untuk dapat memuaskan pelanggan yang ada yaitu :
a. Bersih, sudah tentu namanya jasa mencuci motor dan mobil ya harus bersih
dalam jasa jasa pencucian kendaraan .
b. Cepat dan bersih dalam melakukan jasa pencucian kendaraan. Sehingga
pelanggan tidak lama menunggunya.
c. Nyaman artinya jelas tidak serta merta bisa mencuci dimana saja, tapi
seringkali sambil pilih-pilih tempat yang nyaman. Nyaman selama menunggu
selesainya motor atau mobilnya dicuci. Nyaman itu maksudnya juga bisa
duduk dengan satai dan akan lebih enak bila ditempat itu juga disediakan
makanan dan minuman, minimal semacam teh botol.
5.

Keuntungan, yang diperoleh Perhitungan kasar harga cuci motor sekarang


berkisar antara Rp. 10.000 Rp. 20.000, cuci mobil pribadi sekarang berkisar

52

antara Rp. 40.000 Rp 55.000, jadi untuk harga cuci motor bisa di perhitungkan
rata-rata Rp. 15 .000 per-unit, untuk harga cuci mobil pribadi bisa di perhitungkan
rata-rata Rp 45.000 per-unit, Jika dalam sehari kira-kira mencuci motor sekitar 20
unit berarti : Rp 15.000 x 20 = 300.000, mencuci mobil pribadi sekitar 40 unit
berarti : Rp. 45.000 x 40 = Rp. 1.800.000. dan gaji karyawan untuk pencucian
motor kepada 1 orang karyawan sejumlah Rp. 5.000/motor dan pencucian mobil
kepada 1 orang karyawan sejumlah Rp. 250.000/bulan
4.2 Karateristik Responden
Responden yang menjadi sampel penelitian ini adalah para pemilik atau
pengelolah pencucian kendaraan di kota Kendari dan Bau-bau yang berjumlah sebajak
56 orang pemilik atau pengelolah, namun sampai akhir penelitian responden yang
mengembalikan angket kuisioner dan yang mengisi secara lengkap sebanyak 31
orang, Sehingga sampel yang di olah hanya sebanyak 31 orang. Dengan demikian
karateristik responden bertujuan untuk mendeskripsikan responden yanng di jadikan
sampel menurut: jenis kelamin, umur, pendidikan, pengalaman usaha, jumlah
tanggungan. Jadi karateristik responden di sajikan sebagai berikut :
Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Karateristik Responden Penelitian
Karakteristik Responden

Frekwensi (orang)

Persentase (%)

Laki-Laki

29

93,55

Perempuan

6,45

20-25

12

38,71

26-30

11

35,48

Jenis Kelamin
Umur (Tahun)

53

31-35

16,13

36-40

6,45

41-45

3,23

SMA/Sederajat

26

83,87

Sarjana

16,13

1-5

23

74,19

6-10

16,13

11-20

9,68

0-1

21

67,74

2-3

22,58

4-5

9,68

Pendidikan

Pengalaman Usaha

Jumlah Tanggungan

Sumber: data primer diolah (Lampiran 2)


Karateristik berdasarkan jenis kelamin pada Tabel 4.1 tampak bahwa mayorittas
responden adalah laki-laki dari hasil penelitian ini menunjukan dari 31 orang yang
merupakan responden terbanyak adalah laki-laki sebanyak 29 orang atau (93,55%)
dan perempuan 2 orang atau (6,45%). Kondisi ini wajar karena dalam pelaksanaan
tugas dan fungsi karena usaha pencuncan jasa kendaraan membutuhkan kemampuan
fisik. Ada tugas-tugas tertentu yang hasilnya akan lebih baik jika dikerjakan oleh
pegawai laki-laki jika dibandingkan dengan pekerjaan perempuan dan sebaliknya.
Fakta ini didukung oleh pendapat Robbins (2003) menyatakan tidak ada perbedaan
konsisten antara laki-laki dan perempuan dalam kemampuan memecahkan masalah,
keterampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas atau kemampuan

54

belajar. Namun studi-studi psikologis telah menemukan bahwa kaum perempuan lebih
bersedia untuk mematuhi wewenang dan pria lebih agresif.
Berdasarkan umur merupakan salah satu faktor yang dapt mempengaruhi baik
dalam berpikir dan bertindak, bahkan dalam menentukan pilihan juga. Berdasarkan
data yang di peroleh dari hasil penelitian menunjukan bahwa usia rata-rata responden
penelitian ini berkisar antara 20-45 tahun. Distribusi umur responden mayoritas
berusia 20-25 tahun yaitu sebanyak 12 orang atau (38,71%) kemudian di susul dengan
responden yang berumur 26-30 tahun sebanyak 11 orang atau (35,48%) selanjutnya
responden yang berumur 31-35 tahun sebanyak 5 0rang atau (16,13%) kemudian yang
berumur 36-40 tahun sebanyak 2 orang atau (6,45%) dan yang berumur 41-45 tahun
sebanyak 1 orang atau (3,23%). Kondisi ini dapat di artikan bahwa mayoritas
responden penelitian ini bisa di katakan masih dalam usia produktif. Hasil ini sesuai
pendapat Robbins (2003) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan
produktivitas merosot dengan semakin tua usia seseorang atau semakin tua seorang
pekerja semakin kecil kemungkinan produktivitasnya dalam bekerja. Selanjutnya,
Robbins (2003) menyatakan semakin tua seseorang makin tinggi komitmennya
terhadap organisasi, hal ini disebabkan karena kesempatan induvidu untuk
mendapatkan pekerjaan lain menjadi lebih terbatas sejalan dengan meningkatnya usia.
Keterbatasan tersebut dipihak lain dapat meningkatkan persepsi yang lebih positif
mengenai atasan sehingga dapat meningkatkan motivasi dan profesionalisme kerja
pegawai.
Tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi kemapuan dan tingkat
kepercayaan diri seorang dalam melaksanakan pekerjaannya maupun aktifitas lainnya.

55

Pemilik atau pengelolah dengan pendidikan lebih tinggi akan lebih mampu
melaksanaakan pekerjaannya daripa pasa pendidikan yang lebih rendah. Tingkat
pendidikan responden pada penelitian ini terdiri dari SMA dan strata satu. Hasil
penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan
(SMA) sebanyak 26 orang atau (83,87%) kemudian sarjana (S1) yaitu sebanyak 5
orang atau (16,13%). Sehingga dapat diartikan kalau pendidikan SMA dalam usaha
pencucian kendaraan lebih banyak dari pada sarjana (S1). Hasil ini sesuai dengan
pendapat Ravianto (1985) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja adalah pendidikan, dimana semakin tinggi pendidikan maka
kinerja akan semakin meningkat.
Pengalaman usaha yang sudah lama dapat menimbulkan kepercayaan diri yang
tinggi dan pemahaman deskripsi pekerjaan yang baik. Hasil penelitian ini pengalaman
usaha dari seluruh responden terbanyak rata-rata 1-5 tahun sebanyak 23 orang atau
(74,19%), selanjutnya 6-10 tahun sebanyak 5 orang atau (16,13%) dan akhirnya
pengalaman usaha kerja 11-20 tahun sebanyak 3 orang atau (9,68%).
4.3 Deskripsi Variabel Penelitian
Penelitian dilakukan pada para pemilik atau pengelolah usaha di kota Kendari
dan Bau-bau dengan jumlah sampel 56 responden. Namun sampai akhir penelitian ini
respoenden yang mengembalikan kuesioner dengan mengisis secara lengkap sebanyak
31 responden atau (55,36%). Dalam penelitian ini di lakukan penyebaran kusioner di
kota Kendari sebanyak 30 kuisioner dan kuisioner yang kembali atau telah di isi oleh
responden sebanyak 26 kuisioner dan untuk kota Bau-bau kuisioner yang di sebar

56

sebanyak 10 kuisioner dan kuisioner yang kembali sebanyak 5 kuisioner. Dengan


demikian secara metodologis layak untuk dilakukan pengujian dan pembahasan hasil
penelitian ini. Karena itu deskripsi variabel penelitian ini bertujuan untuk
menginterpretasikan makna masing-masing indikator variabel peryataan penelitian
berdasarkan distribusi frekuensi, persantase dan rerata jawaban responden. Dimana
rentang skala pengukuran responden di mulai dari satu sampai lima yang artinya di
mulai dari sangat sangat tidak setuju/rendah sampai sangat setuju/tinggi.
4.3.1

Deskripsi Variabel Five Peronality Trait Model


Pengukuran variabel kepribadian dalam penelitian ini terdiri dari lima indikator

yaitu : (1) neoroticism atau keterbukaan emosi, (2) extraversion atau keterbukaan
komunikasi, (3) agreeableness atau keterbukaan sosial, (4) openness atau keterbukaan
pengalaman, dan (5) conscientiousness atau keterbukaan hati. Hasil deskripsi variabel
Five Peronality Trait Model dapat disajikan pada Tabel di bawah ini:

Tabel 4.2 Deskripsi Variabel Five Peronality Trait Model

57

Sumber: Data Primer (Angket, April 2015)


Berdasarkan Tabel 4.2 hasil penelitian ini menunjukan bahwa jawaban
responden atas variabel personality adalah sebesar 4,17 atau berada pada interval
baik, sehingga menunjukan bahwa personality pengelola usaha jasa pencucian
kendaraan di Kota Kendari dan Bau-Bau sudah sangat baik dalam mendukung
keberhasilan berwirausaha. Adapun variabel five personality Trait Model di ukur
dengan lima indikator yang terdiri dari sepuluh item pernyataan yaitu:
1. Kecerdasan Emosional (Neoroticism), berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan sebagian besar tanggapan responden yang di teliti menyatakan sangat
setuju atas pernyataan mengenai keterbukaan emosi dengan nilai rata-rata
tanggapan responden terhadap indikator ini yaitu sebesar 3,93. Artinya keterbukaan
emosi yang dicerminkan melalui perasaan cemas serta kwatir dalam menghadapi
kendala usaha dan kemampuan mengendalikan emosional ketika menghadapi
masalah usaha telah dilaksanakan dengan baik oleh para pemilik atau pengelolah
pencucian kendaraan di kota Kendari dan Bau-bau.

58

2. Keterbukaan Komunikasi (Extraversion), Hasil penelitian ini menunjukan


bahwa sebagian besar tanggapan responden menyatakan sangat setuju atas
keterbukaan komunikasi dengan nilai rerata sebesar 4,21. Artinya keterbukaaan
emosi telah dilaksanakan dengan baik oleh para pemilik atau pengelolah pencucian
kendaraan di kota Kendari dan Bau-bau yang dibuktikan kemampuan komunikasi
dan menjalin hubungan yang baik dengan sesama rekan pelaku usaha pencucian
kendaraan.
3. Keterbukaan Sosial (Agreeableness), hasil penelitian diketahui sebagian besar
responden menyatakan sangat setuju atas indikator keterbukaan sosial dengan nilai
rerata sebesar 4,22. Artinya keterbukaan sosial yang direfleksikan melalui
kemampuan menjalin kerja sama dengan memberikan perhatian penuh terhadap
pelanggan dan berupaya untuk menghindari kondisi yang dapat menimbulkan
konflik dalam pengelolahaan usaha telah dilaksanakan oleh para pemilik atau
pengelolah pencucian kendaraan di kota Kendari dan Bau-bau.
4. Keterbukaan Pengalaman (Openness), Hasil penelitian yang telah dilakukan
diketahui mayoritas responden yang di teliti menyatakan sangat setuju atas
indikator pertayaan mengenai keterbukaan pengalaman dengan nilai rerata sebesar
4,22. Kondisi ini dapat diartikan bahwa keterbukaan pengalaman yang
dideskripsikan melalui kemampuan menerima berbagai inovasi yang berhubungan
dengan usaha pencucian kendaraan dan menghasilkan ide yang baru telah
terlaksana dengan baik oleh para pemilik atau pengelolah pencucian kendaraan di
kota Kendari dan Bau-bau.

59

5. Keterbukaan Hati (Conscientiousness), hasil penelitian ternyata sebagian besar


responden yang di teliti menyatakan sangat setuju atas indikator keterbukaan hati
dibuktikan dengan nilai rerata sebesar 43,5. Artinya keterbukaan hati yang
dideskripsikan melalui kemampuan untuk bertanggung jaawab pada usaha yang
sedang dijalani dan fokus dalam menyelesaikan setiap target usaha telah
dilaksanakan oleh para pemilik atau pengelolah pencucian kendaraan di kota
Kendari dan Bau-bau berhasil dalam menjalankan usaha pencucian kendaraan.

4.3.2

Deskripsi Variabel Keberhasilan Berwirausaha


Deskripsi variabel keberhasilan berwirausaha dalam penelitian ini difokuskan

pada kemampuan dalam berusaha para pemilik atau pengelolah pencucian kendaraan
di kota Kendari dan Bau-bau sehingga dapat memperoleh hasil berupa keuangan dan
kesejahteraan. Pengukuran variabel keberhasilan berwirausaha terdiri dari enam item
pernyataan yaitu: (1) Mengambil inisiatif, (2) Menciptakan peluang, (3) Memelihara
kepercayaan konsumen, (4) Kemandirian dalam berusaha, (5) Kejelian melihat
peluang, (6) Ulet/tidak gampang menyerah. Hasil deskripsi variabel Five keberhasilan
berwirausaha dapat disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Deskripsi Variabel Keberhasilan Berwirausaha

60

Sumber : Data Primer (Angket, April 2015)


Tabel 4.3 menunjukan bahwa mayoritas responden memberikan pernyataan baik
atas variabel keberhasilan usaha dengan nilai rerata sebesar 4,33. Artinya dalam
pencapaian keberhasilan usaha oleh para pemilik atau pengelolah pencucian
kendaraan di kota Kendari dan Bau-bau dapat dicermikan melalui kemampuan
mengambil inisiatif, menciptakan peluang, menjaga kepercayaan konsumen,
kemandirian

dalam berusaha, kejelian melihat peluang dan ulet/tidak pernah

menyerah. Jika dicermati dari penilaian responden menunjukkan bahwa indikator


ulet/tidak pernah menyerah memiliki skor rata-rata tertinggi yang diikuti oleh
kemandirian

dalam berusaha, kejelian melihat peluang, kemampuan mengambil

inisiatif, menciptakan peluang dan yang terkecil menurut penilaian responden adalah
menjaga kepercayaan konsumen. Jika dicermati dari kondisi empiris yang sebenarnya
variabel keberhasilan berwira usaha berdasarkan penilaian responden berada pada
interval yang sudah baik.
4.4

Hasil Analisis Faktor

61

Hasil analisis faktor dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya
setiap indikator dalam merefleksikan variabel atau konstruk laten. Berdasarkan hasil
analisis faktor model pengukuran variabel five personality trait model terhadap
keberhasilan berwirausaha pada Tabel 4.4 diperoleh kelima indikator pengukuran
yang meliputi: kecerdasan emosional (neoroticism),
(extraversion),

keterbukaan

sosial

(agreeableness)

keterbukaan komunikasi
keterbukaan

pengalaman

(openness), keterbukaan hati (conscientiousness) adalah valid dalam merefleksikan


pengukuran variabel five personality trait model karena mempunyai nilai eigenvalues
2,758> 1 atau persentase kumulatif 55,164%. Hasil pengujian dapat pula dibuktikan
dengan nilai estimasi loading faktor ke lima indikator variabel personality secara
keseluruhan memiliki nilai loading faktor 0,60. Hasil ini mencerminkan bahwa
korelasi antara kelima indikator variabel secara keseluruhan signifikan dalam
merefleksikan variabel personality. Rekapitulasi nilai estimasi faktor loading dan
eigenvalues masing-masing indikator variabel penelitian ini secara lengkap disajikan
pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Analisis Faktor
Variabel
penelitian

Five
Personality
Trait Model
(X)

Indikator

Faktor
Loading

X1Kecerdasan Emosional (Neoroticism)

0,631

X2 Keterbukaan Komunikasi (Extraversion)

0,833

X3 Keterbukaan Sosial (Agreeableness)

0,669

X4 . Keterbukaan Pengalaman (Openness)

0,704

X5 Keterbukaan Hati (Conscientiousness)

0,850

Eigenvalues

2,758

62

Y1 Mengambil inisiatif

0,715

Y2 Menciptakan peluang

0,758

Keberhasilan Y3 Memelihara kepercaan konsumen


Berwirausaha
(Y)
Y4 Kemandirian

0,663
3,049
0,669

Y5 Kejelian melihat peluang

0,538

Y6 Ulet/tidak gampang menyerah

0,887

Sumber: hasil olahan data primer (Lampiran 6)


Hasil analisis faktor pada Tabel 4.4 diketahui nilai estimasi loading faktor pada
indikator five personality trait model yang terbesar adalah indikator keterbukaan hati
(conscientiousness) sebesar 0,850, kemudian diikuti oleh indikator keterbukan
komunikasi (ekstraversion)

sebesar 0,833, keterbukaan pengalaman (openness)

sebesar 0,704, dan keterbukaan sosial (agreeableness) sebesar 0,669 dan yang terkecil
adalah indikator kecerdasan emosional (neoroticism) sebesar 0,631. Hasil ini
mengkorfimasi bahwa indikator keterbukaan hati yang diukur melalui kemampuan
untuk bertanggung jaawab pada usaha yang sedang dijalani dan fokus dalam
menyelesaikan setiap target usaha merupakan indikator paling penting atau dominan
dalam merefleksikan variabel five personality trait model.
Model pengukuran variabel keberhasilan berwirausaha diketahui dari enam
indikator pengukuran yang meliputi: mengambil inisiatif, menciptakan peluang,
memelihara kepercaan konsumen, kemandirian, kejelian melihat peluang, dan
ulet/tidak gampang menyerah mempunyai nilai eigenvalues 3,049> 1 atau persentase
kumulatif 50,813%. Artinya dari keenam indikator pengukuran keberhasilan usaha

63

adalah valid untuk digunakan dalam merefleksikan pengukuran variabel keberhasilan


berwirausaha. Dibuktikan dengan nilai estimasi outer loading keenam indikator
variabel secara keseluruhan memiliki nilai lebih besar dari 0,60 dan nilai p-value
signifikan pada = 0,05. Mencerminkan bahwa korelasi antara keenam indikator
positif dan signifikan dalam merefleksikan variabel keberhasilan berwirausaha.
Hasil analisis data jika dicermati dari nilai loading faktor yang diperoleh
indikator Ulet/tidak gampang menyerah dipandang/kuat dalam merefleksikan variabel
keberhasilan berwirausaha. Nilai estimasi loading faktor pada indikator Ulet/tidak
gampang menyerah paling besar diantara ke lima indikator lainnya yakni sebesar
0,887, menyuul menciptakan peluang 0,758, mengambil inisiatif 0,715, kemandirian
0,669, memelihara kepercaan konsumen 0,663 dan nilai estimasi faktor loading
terkecil adalah indikator kejelian melihat peluang 0,538. Hasil ini menjelaskan bahwa
indikator ulet/tidak gampang menyerah yaitu tekad yang tidak pernah menyerah dalam
menghadapi kendala usaha merupakan indikator paling penting/kuat dalam
merefleksikan variabel keberhasilan berwirausaha.
4.5

Analisis Regresi Bivariat


Pada pembahasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa untuk dapat menjawab

permasalahan dan hipotesis yang diajukkan dalam penelitian ini. yaitu pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat baik secara simultan maupun parsial dilakukan
dengan

analisis

bivariatregression.

Ringkasan

hasil

perhitungan

bivariatregression dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.5


Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Analisis BivariatRegression

analisis

64

Variabel Penelitian

Five
personality
trait

Keberhasilan
berwirausaha

Standardized
Cofficient

thitung

Sig. t

Hasil

0.794

7.043

0.000

Signifikan

0,794

Fhitung

49,609

R-Square

0,631

Sig. F

= 0,000

SEE

1,425

Sampel

= 31 orang

Sumber: Olah data primer dengan software SPSS


Berdasarkan hasil analisis regresi bivariat pada tabel 4.5 diperoleh persamaan
regresi sebagai berikut: Y = 0,794X1 + 0,874. Dari persamaan di atas dan hasil
analisis data dapat diinterpretasikan bahwa nilai R sebesar 0,794 menunjukkan bahwa
korelasi variabel five personality trait model terhadap keberhasilam berwirausaha
adalah cukup kuat karena nilai standar 0,50. Selanjutnya nilai koefisien determinasi
(R2) = 0,631. Artinya bahwa semua variabel yang dianalisis sebesar 63,10%.
Keragaman variabel personality terhadap keberhasilan berwirausaha dapat di jelaskan
oleh model sebesar 63,10 % dan sisanya 36,90% dijelaskan oleh variabel lain di luar
model variabel penelitian ini. Dapat disimpulkan bahwa dari nilai koefisien
determinasi (R2) model penelitian ini memiliki akurasi atau ketepatan model yang
cukup baik karena nilainya lebih kecil dari 60%.
Hasil pengujian pengaruh five personality trait model terhadap keberhasilam
berwirausaha berpengaruh positif dan signifikan dapat dibuktikan dengan nilai
estimate koefisien 0,794. Koefisien jalur baik bertanda positif memiliki arti hubungan

65

antara five personality trait model terhadap keberhasilam berwirausaha adalah searah.
Kemudian dapat pula dibuktikan dengan nilai (t-statistik) sebesar 7,043 dengan nilai
probabilitas (p-value) sebesar 0,000 < = 0.000. Hasil pengujian hipotesis
membuktikan bahwa semakin baik five personality trait model, maka keberhasilam
berwirausaha semakin meningkat. Artinya peningkatan five personality trait model
searah dan berpengaruh nyata terhadap peningkatan keberhasilam berwirausaha para
pelaku usaha jasa pencucian kendaraan di kota Kendari dan Bau-bau, sehingga
hipotesis yang diajukkan dapat diterima atau didukung oleh fakta.
4.6

Pembahasan Hasil Penelitian


Kajian terhadap pengaruh five personality trait model terhadap keberhasilan

berwirausaha bahwa kepribadian (personality) yang baik mampu meningkatkan


keberhasilan berwirausaha. bahwa kepribadian (personality) penelitian ini adalah
mencakup pola dan sikap yang melekat pada setiap pelaku usaha kecil. Indikator yang
digunakan dalam pekuran kepribadian adalah kecerdasan emosional (neoroticism),
keterbukaan komunikasi (extraversion),

keterbukaan sosial (agreeableness)

keterbukaan pengalaman (openness), keterbukaan hati (conscientiousness).


Berdasarkan fakta di lapangan deskripsi karateristik responden mayoritas
memiliki usia yang produktif, dengan tingkat pendidikan yang memadai yakni
mayoritas SMA/sederajat serta di dukung dengan pengalaman usaha mayoritas sudah
tiga tahun ke atas. Selanjutnya hasil penelitian diketahui bahwa deskripsi karakteristik
responden sebagian besar laki-laki dengan kelompok usia secara teeoritis tergolong
dalam usia produktif. Kondisi ini sesuai dengan pendapat Nimran (2004) yang

66

mengatakan bahwa meskipun tidak banyak bukti yang menguatkan anggapan adanya
perbedaan tingkat kesetiaan antara laki-laki dan perempuan, namun jenis kelamin
merupakan karakteristik penting yang menentukan perbedaan dalam bentuk perilaku
khususnya perempuan yang berkeluarga dan memiliki anak.
Berdasarkan nilai rerata (mean) keberhasilan usaha menurut persepsi responden
indikator ulet/tidak pernah menyerah dipandang paling prioritas atau didahulukan
dalam pelaksanaannya dibandingkan dengan kemandirian dalam berusaha, kejelian
melihat peluang, kemampuan mengambil inisiatif, menciptakan peluang dan menjaga
kepercayaan konsumen. Kondisi tersebut didukung pula oleh hasil pengukuran (nilai
estimasi outer loading) yang menunjukan bahwa indikator ulet/tidak gampang
menyerah yaitu tekad yang tidak pernah menyerah dalam menghadapi kendala usaha
merupakan indikator paling penting/kuat dalam merefleksikan variabel keberhasilan
berwirausaha.
Fakta di lapangan berdasarkan deskripsi variabel menunjukkan kondisi empiris
penilaian responden terhadap setiap indikator variabel five personality trait model
mayoritas menyatakan sudah baik. Artinya mayoritas responden mempersepsikan
sudah baik dalam pelaksanaan five personality trait model dalam bekerja pada usaha
jasa pencucian kendaraan di kota Kendari dan Bau-bau difokuskan pada indikator
kecerdasan

emosional

(neoroticism),

keterbukaan

komunikasi

(extraversion),

keterbukaan sosial (agreeableness) keterbukaan pengalaman (openness), keterbukaan


hati (conscientiousness). Penilaian responden menunjukkan bahwa indikator
keterbukaan hati yang diukur melalui kemampuan untuk bertanggung jawab pada
usaha yang sedang dijalani dan fokus dalam menyelesaikan setiap target usaha

67

memiliki nilai rerata tertinggi. Karena itu persepsi responden terhadap five personality
trait model yang dipandang paling diprioritaskan atau didahulukan dalam
pelaksanaannya adalah indikator keterbukaan hati. Fakta ini juga didukung oleh hasil
pengujian model pengukuran nilai estimasi loading yang dipandang paling
kuat/penting dalam merefleksikan five personality trait model yaitu indikator
keterbukaan hati. Artinya variabel five personality trait model berdasarkan hasil
pengujian lebih banyak direfeksikan oleh indikator keterbukaan hati, begitu pula fakta
empiris bahwa yang dijadikan sebagai pertimbangan yang utama atau prioritas dalam
penerapannya karena menurut penilaian responden yang didahulukan dalam
pelaksanaannya five personality trait model yaitu indikator keterbukaan hati.
Hasil uji hipotesis pengaruh five personality trait model terhadap keberhasilan
berwirausaha dapat dibuktikan dengan nilai estimate koefisien jalur menunjukkan
adanya pengaruh positif dan signifikan. Hasil pengujian membuktikan bahwa semakin
five personality trait model, maka keberhasilan berwirausaha semakin meningkat.
Artinya peningkatan five personality trait model searah dan nyata terhadap
peningkatan keberhasilan berwirausaha, dengan kata lain hasil penelitian ini
mencerminkan bahwa five personality trait model yang baik mampu mendukung
perubahan pada peningkatan keberhasilan berwirausaha.
Hasil penelitian ini diperoleh bahwa pengukuran variabel five personality trait
lebih banyak direfleksikan oleh indikator keterbukaan hati, sementara keberhasilan
berwirausaha lebih banyak direfleksikan oleh indikator ulet/tidak gampang menyerah.
Hasil penelitian ini menunjukkan keterbukaan hati yang diukur melalui kemampuan
untuk bertanggung jawab pada usaha yang sedang dijalani dan fokus dalam

68

menyelesaikan setiap target usaha yang merupakan refleksi dari pelaksanaan five
personality trait model sangat menentukan keuletan/tidak gampang menyerah yaitu
tekad yang tidak pernah menyerah dalam menghadapi kendala usaha yang merupakan
cerminan keberhasilan berwirausaha.
Hasil penelitian ini

mendukung penelitian yang dilakukan Nuraeni Kadir

(2014), Rohmat (2011) dan Ratno Purnomo (2010) menemukan bahwa kepribadian
(personality) berpengaruh signifikan terhadap peningkaan kinerja atau keberhasilan
usaha. Selanjutnya hasil penelitian ini membuktikan kebenaran teori yang dikemukkan
oleh Green, et al (1996), Entrialgo, et al (2000), dan Taormina dan Lao (2007)
menyatakan bahwa kesuksesan sebuah bisnis ditentukan oleh karakteristik individual
atau kepribadian individual berpengaruh signifikan terhadap kesuksesan seorang
entrepeneur dalam pengelolaan bisnisnya.

69

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian hipotesis, hasil pembahasan dapat dikemukakan
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini menunjukan sebagian besar responden menyatakan sudah baik
dalam pelaksanaan five personality trait model dan keberhasilam berwirausaha jasa
pencucian kendaraan di kota Kendari dan Bau-Bau. Hasil penelitian ini diketahui
bahwa five personality trait model yang tinggi dapat memberikan kontribusi nyata
atau signifikan pada peningkatan keberhasilam berwirausaha.
2. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa pengukuran variabel five personality trait
lebih banyak direfleksikan oleh indikator keterbukaan hati, sementara keberhasilan

70

berwirausaha adalah indikator ulet/tidak gampang menyerah. Artinya keterbukaan


hati yang diukur melalui kemampuan untuk bertanggung jawab pada usaha yang
sedang dijalani dan fokus dalam menyelesaikan setiap target usaha sangat
menentukan peningkatan keuletan yaitu tekad yang tidak pernah menyerah dalam
menghadapi kendala usaha yang merupakan cerminan keberhasilan berwirausaha.
5.2 Saran-Saran
Berdasarkan Kesimpulan hasil penelitian di atas, maka penulis mengajukan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Pemberdayaan yang dilakukan terhadap pelaku jasa pencucian kendaraan di kota
Kendari dan Bau-bau sebaiknya di mulai dari mental atau pribadinya, karena dari
hasil

pengolahan

menunjukan

keterbukaan

emosi

(neuroticism)

yang

mencerminkan kemampuan pelaku pemilik/pengelolah usaha dalam mengelolah


emosionalnya memiliki nilai terendah sehingga penggunaan mental di harapkan
61
para pelaku usaha dapat lebih siap menghadapi
fluktuasi dalam dunia usaha.
2. Bagi peneliti selanjutnya sangat disarankan untuk melakukan penelitian diluar
variabel personality yang dapat mempengaruhi keberhasilan berwirausaha yang
digunakan dalam penelitian ini mengingat terdapat variabel lain yang
mempengaruhi keberhasilan.

71

Anda mungkin juga menyukai