PENDAHULUAN
Departemen Agama Republik Indonesia, al-Quran dan Terjemahnya (Surabaya: AlHidayah, 1998), 644.
2
3
tinggal kelas beberapa kali dan lain sebagainya. Oleh karena itu untuk
mencegah dampak yang ditimbulkan dari kesulitan belajar sangatlah
diperlukan.
Terkait dengan paparan di atas dan berdasarkan penjajakan awal di
lapangan terdapat fakta bahwa di MI Maarif Ngrupit Jenangan Ponorogo
terdapat masalah yang berkaitan dengan kesulitan belajar siswa pada mata
pelajaran bahasa Inggris kelas II yaitu siswa mengalami kesulitan dalam hal
4
5
B. Fokus Penelitian
1. Penelitian ini difokuskan pada prestasi belajar Bahasa Inggris siswa
kelas II Madrasah Ibtidaiyah Maarif Ngrupit Jenangan Ponorogo.
2. Penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor yang menyebabkan siswa
kelas II Madrasah Ibtidaiyah Maarif Ngrupit Jenangan Ponorogo
mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Bahasa Inggris.
3. Penelitian ini difokuskan pada upaya guru dalam mengatasi kelas II
Madrasah Ibtidaiyah Ngrupit Jenangan Ponorogo yang mengalami
kesulitan belajar pada mata pelajaran Bahasa Inggris.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
D. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Maarif Ngrupit
Jenangan Ponorogo ini mempunyai tujuan:
1. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan prestasi belajar Bahasa Inggris
siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Ngrupit Jenangan Ponorogo.
2. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor apa yang menyebabkan siwa kelas
II Madrasah Ibtidaiyah Ngrupit Jenangan Ponorogo mengalami
kesulitan belajar pada mata pelajaran Bahasa Inggris.
3. Untuk mendeskripsikan upaya guru dalam mengatasi siswa yang
mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Bahasa Inggris di
kelas II Madrasah Ibtidaiyah Ngrupit Jenangan Ponorogo.
E. Manfaat Penelian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan sumbangan
pemikiran dalam memecahkan masalah yang dapat dikembangkan lebih
lanjut oleh pemerhati pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi akademis, penelitian ini dapat menjadi sumbangan keilmuan
untuk kemudian dijadikan sumber data bagi penelitian lebih lanjut.
b. Bagi
lembaga
sekolah
yang
bersangkutan,
sebagai
bahan
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a. Pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis
kualitatif
b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini
dimaksudkan untuk menyimpulkan informasi mengenai status gejala
yang ada yaitu keadaan gejala menurut apa adanya saat penelitian
8
diadakan.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai partisipan penuh
dengan melakukan pengamatan berperan serta yaitu peneliti melakukan
interaksi sosial dengan subjek dalam waktu yang lama dan selama itu,
data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis.
3. Lokasi Penelitian
Peneliti memilih MI Maarif Ngrupit Jenangan Ponorogo sebagai
tempat penelitian. Pemilihan lembaga ini dikarenakan ada kesesuaian
dengan topik yang peneliti pilih. Dengan pemilihan lokasi ini, peneliti
berharap menemukan hal-hal yang bermakna dan baru.
4. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah tambahan, seperti dokumen dan lainnya.
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:
a. Manusia, yang meliputi Suharno, S.Pd.I selaku kepala madrasah dan
Jumrotus Subianah, S.Pd.I guru mata pelajaran Bahasa Inggris Kelas
II.
b. Non manusia, yang meliputi dokumen dan buku-buku yang relevan
dengan penelitian ini.
b. Wawancara
Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu,
percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.
10
wawancara
dilakukan kepada:
1) Kepala sekolah, yaitu untuk mendapatkan informasi tentang data
umum sekolah
2) Guru mata pelajaran Bahasa Inggris, yaitu untuk memperoleh
informasi tentang kemampuan belajar siswa.
3) Siswa kelas II MI Maarif Ngrupit Jenangan Ponorogo Tahun
Pelajaran 2008/2009.
10
10
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, ledger, agenda dan sebagainya.
11
untuk
12
a. Reduksi Data
Yaitu
merangkum,
memilih
hal-hal
yang
pokok,
11
b. Display Data
Yaitu menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, grafik matrik, network dan chart. Bila
pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama
penelitian, maka pola tersebut mudah menjadi pola yang baku yang
selanjutnya akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian.
c. Penarikan Kesimpulan
Setelah melalui proses reduksi data dan display data peneliti
kemudian membuat kesimpulan. Bila kesimpulan tersebut didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti ke lapangan
mengumpulkan
data,
maka
kesimpulan
tersebut
merupakan
memperoleh
data-data
yang
kredibel
peneliti
13
13
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda.
14
8. Tahapan-Tahapan Penelitian
Dalam proses pelaksanaan penelitian peneliti melalui tahapantahapan penelitian sebagai berikut:
a. Tahap pra lapangan, yang meliputi: menyusun rancangan penelitian,
memilih lapangan penelitian, mengurus perijinan, menjajaki dan
menilai
keadaan
lapangan,
memilih
informan,
menyiapkan
perlengkapan penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan yang meliputi: memahami latar penelitian
dan mempersiapkan diri, memasuki lapangan dan berperan serta
sambil mengumpulkan data.
c. Tahap analisis data yang meliputi: analisis selama dan setelah
pengumpulan data
d. Tahap penulisan laporan
G. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan penyusunan skripsi, maka pembahasan dalam
laporan penelitian yang akan disusun dikelompokkan menjadi lima bab
yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub yang berkaitan dengan
sistematika sebagai berikut:
14
Ibid.
Bab IV berisi analisa data mengenai prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran bahasa Inggris di kelas II MI Maarif Ngrupit Jenangan Ponorogo,
faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar, upaya
guru dalam mengatasi siswa yang mengalami kesulitan belajar pada mata
pelajaran Bahasa Inggris di kelas II MI Maarif Ngrupit Jenangan
Ponorogo.
Bab V berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II
KESULITAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
BAHASA INGGRIS
A. Kesulitan Belajar
1. Pengertian Belajar
Aktifitas belajar di sekolah merupakan inti dari proses pendidikan
di sekolah. Belajar merupakan alat utama bagi peserta didik dalam
mencapai tujuan pembelajaran sebagai unsur proses pendidikan di
15
sekolah.
16
adalah
suatu
perubahan
didalam
kepribadian
yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.
b. Morgan, dalam buku Introduction to Psycology (1978) menyatakan
bahwa Belajar adalah sikap perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.
c. Gagne, dalam buku The Condition of Learning (1977) menyatakan
bahwa Belajar terjadi apabila situasi stimulus bersama dengan isi
ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya
15
17
proses
psikologis
dasar
yang
mencakup
pemahaman
dan
17
Ibid, 146.
belajar
18
lebih
didefinisikan
sebagai
gangguan
19
(berdasarkan
dinyatakan dalam
ukuran
kriteria
keberhasilan
seperti
yang
18
21
22
21
23
Mungkin murid yang selalu berusaha dengan giat tapi nilai yang
dicapai selalu rendah.
c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar, ia selalu
tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas sesuai
dengan waktu yang tersedia.
d. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh,
menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
e. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos,
datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu
23
20
24
siswa
sendiri-sendiri
yang
meliputi
gangguan
atau
24
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 183.
25
25
Ibid.
Jika sudut pandang diarahkan pada aspek lainnya, maka faktorfaktor penyebab kesulitan belajar anak didik dapa dibagi menjadi factor
anak didik, sekolah, keluarga, dan masyarakat sekitar.
26
26
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 202-205.
b. Faktor sekolah
Sebagai lembaga pendidikan yang setiap hari anak didik
datangi tentu saja mempunyai dampak yang besar bagi anak didik.
Kesemuanya dan ketenangan anak didik dalam belajar akan
ditentukan sampai sejauh mana kondisi dan sistem sosial di sekolah
dalam menyediakan lingkungan sekolah yang dianggap dapat
menimbulkan kesulitan belajar bagi anak didik antara lain:
1) Pribadi dan kualitas guru yang kurang baik.
2) Alat atau media yang kurang memadai. Alat pelajaran yang
kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik.
Terutama pelajaran yang bersifat praktikum. Kurangnya alat
laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan dalam belajar.
3) Fasilitas fisik sekolah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan
tidak terpelihara dengan baik.
4) Suasana sekolah yang kurang menyenangkan. Misalnya suasana
bising sehingga anak didik sukar konsentrasi dalam belajar.
5) Waktu sekolah dan disiplin yang kurang. Belajar di pagi hari akan
lebih baik hasilnya daripada belajar di sore hari. Disiplin yang
kurang juga merugikan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
c. Faktor keluarga
Faktor dalam keluarga yang menjadi penyebab kesulitan
belajar anak didik sebagai berikut:
27
kesulitan belajar.
27
28
Ibid., 207.
Ibid., 209-210.
31
Remaja
31
32
32
Ibid., 250.
33
a. Pengumpulan data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar
diperlukan banyak informasi. Dalam pengumpulan data dapat
dipergunakan berbagai metode, diantaranya adalah; observasi, case
study, melakukan tes (baik IQ maupun tes prestasi atau sachievement
test) dan lain-lain.
b. Pengolahan data
Semua data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara
pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak. Dalam
pengelolaan data, langkah yang dapat ditempuh antara lain adalah
identifikasi kasus, membandingkan antara kasus, membandingkan
dengan hasil tes, dan menarik kesimpulan.
c. Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan (penentuan mengenai hasil dari
pengolahan data). Dalam rangka diagnosis ini biasanya diperlukan
berbagai bantuan tenaga ahli, misalnya dokter, spikologi, psikiater,
guru dan orang tua siswa.
33
M. Dalyono,............250-254.
d. Prognosis
Prognosis artinya ramalan. Apa yang telah ditetapkan dalam
tahap diagnosis akan menjadi dasar utama dalam menyusun dan
menetapkan ramalan mengenai bantuan apa yang harus diberikan
kepadanya untuk membantu mengatasi masalahnya.
e. Treatment (perlakuan)
Treatment adalah pemberian bantuan kepada anak yang
mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah
disusun pada tahap prognosis. Bentuk treatment yang mungkin dapat
diberikan diantaranya melalui pengajaran remedial. Pengajaran
remedial atau pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk bantuan
yang diberikan kepada seorang atau sekelompok siswa yang
menghadapi masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka. Dalam
hal ini bentuk kesalahan yang paling pokok berupa kesalahan
pengertian, dan tidak menguasai konsep-konsep dasar. Apabila
kesalahan-kesalahan
itu
diperbaiki,
maka
siswa
mempunyai
34
dapat
Priyanto dan Erman Anti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 1999), 284.
35
f. Evaluasi
Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
treatment yang telah diberikan di atas berhasil dengan baik, artinya
ada kemajuan, atau bahkan gagal sama sekali. Alat yang digunakan
untuk evaluasi ini dapat berupa tes prestasi (Achievement test).
36
dengan
keadaan
bahwa
karakteristik-karakteristik
dari
reaksi
asli,
kematangan,
atau
perubahan-perubahan
sementara dari organisme.
37
pendidikan
formal
maupun
informal
dan
yang
secara
bahasa
Inggris
adalah
proses
individu
memperoleh kemampuan
35
untuk
36
37
30
38
Mata
39
local
40
Tujuan pengajaran
pada waktu yang lalu berpusat pada pendidik atau guru. Sedangkan
tujuan pengajaran dewasa ini selalu berpusat pada peserta didik atau
siswa.
Dengan berpusatnya tujuan pengajaran pada peserta didik, maka
keberhasilan proses belajar mengajar lebih banyak dinilai dari seberapa
jauh perubahan-perubahan perilaku yang diinginkan telah terjadi pada
diri
siswa.
41
42
38
31
dilandasi
oleh
asumsi-asumsi
dasar
kebahasaan
yang
43
44
45
43
http://robertsumardi.wordpress.com/2008/09/10/implikasiPendekatanAndragogis dalam
PembelajaranBahasaInggris.
44
Abdul Mujib, Perencanaan Pembelajaran (Bandung: remaja Rosdakarya, 2007), 135.
45
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka
Setia,1999), 52.
d. Field Study
Siswa belajar bahasa Inggris dari benda-benda dan kehidupan
di sekitarnya. Hal yang terbaik dapat dilakukan guru untuk mengajak
siswa
belajar
secara
otentik
dan
bermakna
adalah
dengan
46
e. Active Learning
Beberapa asumsi metode pembelajaran active learning yaitu:
1) Siswa atau anak didik adalah subjek inti dalam proses
pembelajaran,
sehingga
merekalah
yang
aktif
dengan
47
46
47
http://www.undiksha.ac.id/marhaeni/index.php?md=artikel&act=view&mi=9
http://www.scribel.com/doc/8142002/Metode-pembeljaran-bahasa inggris.
48
(mendengarkan),
yaitu
kompetensi
siswa
dalam
mendengarkan
d.
49
48
49
Tim Penyusun, KTSP Madrasah Ibtidaiyah Maarif Ngrupit Jenangan Ponorogo, 209.
Ibid.
tersebut. Berbagai masalah dan faktor yang melatar belakangi mengapa hasil
yang dicapai belum sesuai yang diharapkan.
Salah satu cara pemerintah dalam meningkatkan kemampuan siswa
dalam berbahasa Inggris adalah memperkenalkan bahasa Inggris lebih dini,
yaitu dimulai dari Sekolah Dasar. Program ini dilaksanakan berdasarkan
pada kurikulum 1994 untuk Sekolah Dasar. Secara resmi kebijakan tentang
memasukkan pelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar sesuai dengan
kebijakan Depdikbud RI No. 0487/1992, Bab VIII, yang menyatakan bahwa
sekolah dasar dapat menambah mata pelajaran dalam kurikulumnya, asalkan
pelajaran itu tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional.
Kemudian, kebijakan ini disusul oleh SK Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan
No.
060/U/1993
tanggal
25
Februari
1993
tentang
50
51
50
http://pbingfkipunlam.wordpress.com/2008/10/21/kendala-pengajaran-bahasa-inggris- disekolah-dasar.
51
http://hi-in.facebook.com/topic.php?uid=113921160879&topic=9863Usia Belajar
Bahasa
Dasar berdasarkan pertimbangan dan kebutuhan situasi dan kondisi baik dari
orang
tua
maupun
lingkungan
masyarakat
itu
sendiri.
Dalam
52
52
http://pbingfkipunlam.wordpress.com/2008/10/21/kendala-pengajaran-bahasa-inggris- disekolah-dasar.
40
kerja dan karir di masa yang akan datang. Oleh karena mengutip pendapat
Pennycook (1995:40) bahwa bahasa Inggris telah menjadi suatu alat yang
sangat menentukan bagi kelanjutan pendidikan, pekerjaan serta status sosial
masyarakat.
Akhirnya kesimpulan utama alasan pengajaran bahasa Inggris
diadakan di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtdaiyah ialah untuk memberikan
pengetahuan penguasaan kosa kata yang banyak sehingga apabila siswa
melanjutkan jenjang pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi mereka
tidak akan mengalami kesulitan. Oleh karena itu fokus utama dalam
pengajaran bahasa Inggris ini ialah penguasaan kosa kata. Dengan
menguasai kosa kata yang banyak maka para siswa dapat dengan mudah
menguasai keterampilan bahasa yang lain.53
53
Ibid.
BAB III
UPAYA GURU DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS
II DI MI MAARIF NGRUPIT JENANGAN PONOROGO
TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009
(1957-1967)
b. Imam Supardi
(1967-1992)
(1992-2006)
d. Suharno, S.Pd.I
(2007-Sekarang)
Tabel 3.1
Mata Pelajaran Yang Diajarkan di MI Maarif Ngrupit
No
Komponen
1
A
1
2
3
4
5
6
7
8
B
Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam
a. Quran Hadits
b. Aqidah Akhlak
c. Fiqih
d. Sejarah Kebudayaan Islam
e. Bahasa Arab
Pendidikan Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
Matematika
Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Sosial
Seni Budaya dan Ketrampilan
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan
Mulok :
a. Bahasa Jawa
b. Bahasa Inggris
c. Aswaja / Ke NU-an
Pengembangan Diri
Jumlah
Alokasi waktu
Kelas
2 3 4 5
P
E
N
D
E
K
A
T
A
N
T
E
M
A
T
I
K
2
2
2
2
2
2
2
5
5
4
3
2
2
2
2
2
2
2
2
5
5
4
3
2
2
2
2
2
2
2
2
5
5
4
3
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
1
35 36 38 40 40 40
guru
terlampir).
Kelas
I
II
III
IV
V
VI
Jumlah
Laki-Laki
21
12
13
18
7
18
89
Perempuan
8
12
11
14
15
11
71
Jumlah
29
24
24
32
22
29
160
Tabel 3.3
Sarana Prasarana MI Maarif Ngrupit Jenangan Ponorogo
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jenis Bangunan
Ruang Kepala Sekolah dan Guru
Ruang Kelas
Ruang Perpustakaan
Ruang UKS
Ruang Komputer
Ruang Kamar Mandi
Ruang Dapur
Kantin
Tempat Parkir
Gudang
Jumlah
1
6
1
1
1
2
1
1
1
1
Kondisi
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
B. Data Khusus
1. Prestasi Belajar Bahasa Inggris Siswa Kelas II MI Maarif Ngrupit
Prestasi belajar berbahasa seseorang tidak akan terasah dengan
baik jika dirinya sendiri tidak termotivasi untuk belajar dan belajar. Sama
halnya yang terjadi di MI Maarif Ngrupit. Prestasi belajar Bahasa
Inggris siswa kelas II MI Maarif Ngrupit dapat diketahui dari hasil
wawancara sebagai berikut:
Prestasi belajar bahasa Inggris siswa kelas II MI Maarif Ngrupit
54
Jenangan masih biasa-biasa saja.
Ada juga anak didik yang cepat memahami ketika guru sedang
mengajar bahasa Inggris, ada juga yang biasa dan yang lamban.
Hal ini disebabkan karena tingkat kecerdasan siswa di kelas II MI
55
Maarif Ngrupit ini berbeda-beda.
54
55
50
61
Tabel 3.4
Jenis Kesulitan Belajar Bahasa Inggris
No
Jenis Kesulitan
1.
Jumlah
siswa
9
10
13
15
12
10
11
18
11
19
65
66
67
70
memberikan
program
remedial
secara
individu
untuk
BAB IV
ANALISA DATA TENTANG UPAYA GURU DALAM MENGATASI
KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
BAHASA INGGRIS KELAS II DI MI MAARIF NGRUPIT TAHUN
PELAJARAN 2008/2009
kapasitas atau kemampuan dalam program pelajaran time allowed dan atau
tingkat perkembangannya.
Meskipun sudah termasuk kategori mata pelajaran dapat dikatakan
bahwa PBM bahasa Inggris di MI Maarif Ngrupit Ponorogo belum
mencapai tingkatan optimal. Dalam kenyataan, sebagian besar siswa kelas II
yang mengaku mengalami kesulitan belajar bahasa Inggris, baik dalam
keterampilan listening, reading, writing dan speaking.
Dalam hal listening kesulitan yang dialami adalah siswa kurang bisa
memahami perkataan dan mendengarkan apabila gurunya melafalkan suatu
kata ataupun kalimat dikarenakan perhatian mereka bercabang.
Dalam hal writing, siswa sering sekali menulis kata-kata dalam
bahasa Inggris tersebut sesuai dengan apa yang dilafalkan oleh gurunya atau
yang mereka dengarkan, sehingga tulisannya mereka anggap sama seperti
tulisan dalam bahasa Indonesia pada umumnya.
Sementara itu dalam hal reading kesulitan yang mereka alami tidak
jauh berbeda dengan keterampilan writing, mereka sering sekali membaca
apa adanya sesuai tulisan yang ada di dalam teks.
Dalam hal speaking, kesulitan yang dialami siswa yaitu siswa kurang
bisa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris, selain sering lupa
dengan kata-kata yang akan diucapkan pada saat akan berkomunikasi,
mereka juga jarang sekali menggunakan bahasa tersebut dalam keseharian
mereka dan menganggap bahasa Inggris sangat sulit untuk dipelajari.
kosa
kata
bahasa
Inggris
yang
dimilikinya
untuk
seolah-
60
kesulitan belajar yang dialami siswa tersebut, apakah karena metode belajar
yang kurang baik, pengaturan waktu belajar yang kurang efektif, minat dan
perhatian yang kurang dalam mata pelajaran, ataukah karena penyebab yang
lain. Dengan cara ini, guru dapat mencari solusi untuk mengatasi kesulitan
belajar tersebut.
Diantara solusi yang dicoba dilakukan adalah memberikan perhatian
khusus kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar, membantu siswa
melalui bimbingan belajar individual atau kelompok dengan mendorong
siswa untuk belajar aktif, dan memberikan tugas-tugas tambahan kepada
siswa yang mengalami kesulitan belajar. Penulis berpendapat bahwa usahausaha tersebut akan lebih efektif jika guru memberikan motivasi belajar
kepada siswa bahwa dirinya mampu menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
Guru juga dapat bersikap lebih akrab dan bersahabat dengan siswa. Motivasi
dan sikap bersahabat guru akan membuat harga diri siswa meningkat dan
minatnya terhadap pelajaran bahasa Inggris ikut meningkat.
Penulis juga berpandangan bahwa variasi metode mengajar dapat
menjadi salah satu langkah agar siswa tidak cepat merasa bosan. Dengan
metode yang berbeda, siswa akan lebih tertarik dan bersemangat terhadap
materi pelajaran. Selain itu, penulis memandang penting dilakukannya
evaluasi terhadap hasil belajar siswa yang mengalami kesulitan belajar,
sehingga dapat diketahui apakah upaya guru dalam membantu siswa yang
mengalami kesulitan belajar tersebut berhasil atau tidak.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Upaya Guru dalam Mengatasi
Kesulitan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kelas II di MI
Ma'arif Ngrupit Jenangan Ponorogo Tahun Pelajaran 2008/2009 dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Prestasi belajar Bahasa Inggris siswa kelas II MI Ma'arif Ngrupit
Jenangan Ponorogo tergolong sedang. Dari data yang peneliti lakukan
terdapat beberapa siswa yang masih mengalami kesulitan dalam belajar
bahasa Inggris. Kesulitan yang dialami siswa meliputi kesulitan dalam
hal membaca (reading), menulis (writing), mendengarkan (listening) dan
berbicara (speaking).
2. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar bahasa Inggris
siswa kelas II MI Ma'arif Ngrupit adalah: kurangnya motivasi belajar
dalam diri siswa sendiri, IQ yang kurang baik, rendahnya pemusatan
perhatian siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung, kurangnya
perhatian atau motivasi orang tua terhadap anak didik, keterbatasan
waktu saat proses belajar mengajar bahasa Inggris, dan kurangnya sarana
dan prasarana yang ada di sekolah.
3. Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan belajar bahasa
Inggris siswa kelas II MI Ma'arif
menggunakan
berbagai
macam
metode
dalam
mengajar,
guru
B. Saran
Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak sekolah dan orang tua
terkait dengan masalah kesulitan belajar bahasa Inggris khususnya dan
untuk mencapai tujuan pembelajaran pada umumnya, peneliti memberikan
saran- saran sebagai berikut:
1. Bagi guru
Hendaknya memberikan perhatian khusus pads siswa yang
mengalami kesulitan belajar bahasa Inggris siswa yang mengalami
kesulitan belajar bahasa Inggris yaitu listening, writing, reading, dan
speaking.
Selain itu juga seorang guru hendaknya membangun interaksi
belajar mengajar yang lebih kondusif dengan siswanya ketika proses
belajar tengah berlangsung.
2. Pihak sekolah
Sebaiknya melengkapi sarana dan prasarana untuk meningkatkan
efektifitas proses belajar mengajar.
3. Orang tua
Sebisa mungkin menciptakan suasana nyaman di lingkungan
keluarga, memberikan perhatian dan motivasi belajar yang baik kepada
anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
belajar
http://pbingfkipurlamwordpress.com/2008/10/21/kendala-pengajaran-bahasaInggris-di-sekolah-dasar.
http://robertsumardi.wordpress.com/2008/09/10/implikasi pendekatan andragogis
dalam pembelajaran bahasa Inggris.
http://www.scribel.com/doc/8142002/metode-pembelajaran-Bahasa Inggris.
http://www.umdikstha.ac.id/marhaeni/index.php?md=artikel &act=view&MI=9.
M. Dalyono. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2001.
Makmun, AbinSansudin. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002.
Makmun, Abin Syamsudin. Psikologi Kependidikan Perangkat
Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.
Sistem