Buku - Modul Analisa Kebijakan Publik
Buku - Modul Analisa Kebijakan Publik
ISBN : 979-8619-62-5
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia
2008
KATA PENGANTAR
Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undangundang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian
menegaskan bahwa dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional, diperlukan
Pegawai Negeri Sipil yang berkemampuan melaksanakan tugas secara
profesional. Untuk mewujudkan profesionalisme PNS ini, mutlak diperlukan
peningkatan kompetensi, khususnya kompetensi kepemimpinan bagi para
pejabat dan calon pejabat Struktural Eselon III baik di lingkungan pemerintah
pusat maupun daerah. Sebagai pejabat struktural yang berada pada posisi
tengah, pejabat struktural eselon III memainkan peran yang sangat strategis
karena bertanggung jawab dalam menuangkan garis-garis kebijakan pimpinan
instansinya ke dalam program-program aktual, sehingga berbagai sumber
daya yang dimiliki baik oleh pemerintah, masyarakat maupun swasta dapat
bersinergi dalam mendorong dan mempercepat perwujudan tujuan-tujuan
pembangunan nasional.
Untuk mempercepat upaya peningkatan kompetensi tersebut, Lembaga
Administrasi Negara (LAN) telah menetapkan kebijakan desentralisasi
dalam penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan Tingkat III. Dengan
kebijakan ini, jumlah penyelenggaraan Diklat dapat lebih ditingkatkan
sehingga kebutuhan akan pejabat struktural eselon III yang profesional
dapat terpenuhi. Agar penyelenggaraan dan alumni tersebut menghasilkan
kualitas yang sama, walaupun diselenggarakan dan diproses oleh Lembaga
Diklat yang berbeda, maka LAN menerapkan kebijakan standarisasi
program Diklat Kepemimpinan Tingkat III. Proses standarisasi meliputi
i
SUNARNO
ii
DAFTAR ISI
Lembar Judul. ..........................................................................
Lembar Pengesahan ............................................................ i
Kata Pengantar ...................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................... iv
Pendahuluan ..........................................................
A. Latar Belakang ....................................................
B. Deskripsi Singkat ..................................................
C. Hasil Belajar........................................................
D. Indikator Hasil Belajar...........................................
E. Materi Pokok.......................................................
F. Manfaat............................................................
1
1
2
2
2
3
3
4
4
10
11
12
12
16
17
18
18
23
23
BAB I
BAB II
iii
27
27
29
29
31
31
38
39
41
41
48
49
50
50
61
61
63
63
64
Daftar Pustaka..........................................................................
Tim penulis. ...............................................................................
65
67
BAB V
iv
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perhatian terhadap analis kebijakan publik akhir-akhir ini tumbuh
dengan pesat. Dimulai di Amerika Serikat pada tahun 1960-an,
dimana perkembangan Analis Kebijakan Publik didorong oleh dua
hal (Nogwood and Gunn, 1988).
Pertama: makin meningkatnya masalah-masalah yang dihadapi oleh
pemerintah indrustri barat yang menyebabkan para pembuat
kebijakan perlu bantuan untuk memecahkan masalah tersebut.
Kedua: para ahli ilmu-ilmu sosial mulai mengalihkan perhatiannya
pada masalah-masalah kebijakan dan berusaha menerapkan ilmuilmu mereka yang memecahkan masalah-masalah yang ada didalam
masyarakat.
Menurut Mustopadidjaja AR (1992), perkembangan mengenai
administrasi negara, seperti terlihat dalam paradigma-paradigma
administrasi Negara, adalah berakhirnya dikotomi (pemisahan)
antara politik (perumusan dan pembuatan kebijakan) dan
administrasi Negara (pelaksanaan/implementasi kebijakan). Fungsi
administrasi negara saat ini, tidak terbatas secara tradisional dalam
pelaksanaan implementasi kebijakan, tetapi juga dalam perumusan
dan pembuatan kebijakan; lebih dari itu, sistem administrasi negara
saat ini juga mempunyai penerangan dalam monitoring dan evaluasi
pelaksanaan/implementasi kebijakan dan hasil-hasilnya.
Para pejabat dari lingkungan organisasi-organisasi pemerintah
(Pusat dan Daerah) dan juga para pejabat yang berada di lingkungan
1
B. Deskripsi Singkat
Mata Diklat Analis Kebijakan Publik membahas pengertian, konsep
pokok, dan metode analis kebijakan publik yang menyangkut system,
tingkat-tingkat, proses, siklus kebijakan publik, dan peran informasi
dalam pembuatan kebijakan publik.
Jangka waktu pembelajaran mata Diklat ini adalah 9 jam pelajaran
dan dilaksanakan dengan metode ceramah dan tanya jawab.
C. Hasil Belajar
Setelah membaca modul Analisis Kebijakan Publik ini peserta
mampu menjelaskan, menerapkan konsep dan pengertian konsep
pokok, metode analis kebijakan publik dan mengaplikasikanya serta
peran informasi dalam pembuatan kebijakan publik.
BAB II
PENGERTIAN, JENIS-JENIS
KEBIJAKAN PUBLIK DAN
MACAM-MACAM PENGGUNAAN ISTILAH
KEBIJAKAN (POLICY)
E. Materi Pokok
F. Manfaat
Berbekal hasil belajar pada modul Analisis Kebijakan Publik ini
Peserta dapat lebih memahami bagaimana proses perumusan
Kebijakan Publik dan Analisis Kebijakan Publik dalam Sistem
Administrasi Negara Indonesia tersebut guna peningkatan kinerja
instansinya.
A. Uraian
1. Pengertian Kebijakan Publik.
a. Thomas R. Dye
Thomas R. Dye mendefinisikan kebijakan publik sebagai
berikut : Public Policy is whatever the government
choose to do or not to do (Kebijakan publik adalah apapun
4
Kesimpulan:
a. Kebijakan publik dibuat oleh pemerintah yang berupa tindakantindakan pemerintah.
b. Kebijakan publik baik untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu itu mempunyai tujuan tertentu.
c. Kebijakan Publik ditujukan untuk kepentingan masyarakat.
c. Material Policy.
Suatu kebijakan yang mengatur tentang pengalokasian/
penyediaan sumber-sumber material yang nyata bagi
penerimanya.
Contoh : kebijakan pembuatan rumah sederhana.
10
B. Latihan
Untuk lebih memantapkan pengertian Anda mengenai Pengertian,
Jenis, dan Tingkat-tingkat Kebijakan Publik, cobalah latihan di
bawah ini.
1. Menurut Thomas R. Dye, tidak melakukan sesuatu merupakan
kebijakan publik. Coba jelaskan dan berikan contohnya !
11
BAB III
C. Rangkuman
Kebijakan publik adalah suatu kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah/negara yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat.
Kebijakan publik bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah
yang ada di dalam masyarakat.
Ada beberapa jenis kebijakan publik, yaitu Substantive and
Procedural Policies, Distributive, Redistributive and
Regulatory Policies, Material Policies, Public Goods and
Private Goods Policies.
A. U r a i a n
1. Sistem Kebijakan Publik.
Yang dimaksud dengan sistem kebijakan publik, menurut
Mustopadidjaja AR (Bintoro Tjokroamidjojo dan Mustopadidjaja
AR. 1988), adalah keseluruhan pola kelembagaan dalam
pembuatan kebijakan publik yang melibatkan hubungan diantara
4 elemen (unsur), yaitu masalah kebijakan publik, pembuatan
kebijakan publik, kebijakan publik dan dampaknya terhadap
kelompok sasaran (target groups).
Sebagai suatu sistem, maka dalam sistem kebijakan publik dikenal
adanya unsur-unsur : Input, Process, Output. Kebijakan publik
adalah merupakan produk (output) dari suatu input, yang diproses
secara politis.
Adapun elemen-elemen (unsur-unsur) sistem kebijakan publik
adalah :
12
13
14
Dalam proses ini terlibat berbagai macam policy stakeholders, yaitu mereka-mareka yang mempengaruhi dan
15
16
Misalnya : INPRES SD
2) Kebijakan tidak langsung, yaitu kebijakan yang pelaksanaannya tidak dilakukan oleh pemerintah. Dengan
demikian, dalam hal ini pemerintah hanya mengatur saja.
Misalnya: kebijakan pemerintah tentang Investasi Asing.
3) Kebijakan campuran, yaitu kebijakan yang pelaksanaannya
dilakukan oleh pemerintah dan bukan pemerintah (swasta).
Misalnya kebijakan Pemerintah DKI Jakarta tentang
kebersihan, di mana pelaksanaan kebersihan dapat
dilakukan oleh Dinas Kebersihan atau oleh swasta.
c. Monitoring kebijakan publik.
Monitoring kebijakan publik adalah proses kegiatan
pengawasan terhadap implementasi kebijakan yaitu, untuk
memperoleh informasi tentang seberapa jauh tujuan kebijakan
itu tercapai. (Hogwood and Gunn, 1989).
d. Evaluasi kebijakan publik.
Evaluasi kebijakan publik ini bertujuan untuk menilai apakah
perbedaan sebelum dan setelah kebijakan itu diimplementasikan, yaitu perbandingan antara sebelum dan sesudah
diberlakukannya suatu kebijakan.
B. Latihan
Untuk lebih memantapkan pengertian Anda mengenai sistem proses
dan siklus kebijakan publik, cobalah latihan di bawah ini:
1. Jelaskan tentang elemen-elemen (unsur-unsur) dalam sistem
kebijakan publik!
2. Jelaskan tentang tiga bentuk kebijakan publik dilihat dari
implementasinya!
3. Jelaskan tahap-tahap dalam proses kebijakan publik!
4. Gambarkan bagan siklus kebijakan publik!
Apabila Anda belum mampu menjawab latihan tersebut di atas,
maka pelajari kembali kegiatan pembelajaran tentang sistem, proses,
dan siklus kebijakan publik, terutama yang belum Anda pahami.
17
C. Rangkuman
Kebijakan publik dapat dilihat sebagai suatu sistem, yang terdiri dari
elemen-elemen (unsur-unsur): input : masalah kebijakan publik,
proses : pembuatan kebijakan publik, output, kebijakan publik dan
dampak (impact) terhadap kelompok sasaran (target groups).
Kebijakan publik dapat pula dilihat sebagai proses yang meliputi
tahap-tahap: perumusan masalah, implementasi, monitoring, dan
evaluasi kebijakan publik.
Kebijakan publik dapat digambarkan sebagai siklus.
BAB IV
PERAN INFORMASI DALAM
PEMBUATAN KEBIJAKAN PUBLIK
A. U r a i a n
1. Pengertian Data dan Informasi
Seringkali orang mengartikan data dan informasi itu sama.
Akan tetapi sebenarnya data dan informasi itu berbeda.
Mengenai perbedaan data dan informasi, Murdick et al
(Kumorotomo dan Agus Margono, 1994) mengemukakan bahwa
data adalah fakta yang sedang tidak digunakan dalam proses
pembuatan keputusan, biasanya dicatat dan diarsipkan dalam
tanpa maksud untuk segera diambil kembali untuk pembuatan
keputusan. Sebaliknya informasi terdiri dari data yang telah
diambil kembali, diolah dan digunakan untuk memberi dukungan
keterangan untuk pembuatan keputusan. Informasi adalah data
yang telah disusun sedemikian rupa, sehingga bermakna dan
bermanfaat untuk membuat keputusan. Oleh karena itu, perlu
dipahami bahwa pemakaian informasi itu penting, karena
informasilah yang dipakai untuk menunjang pembuatan
keputusan.
18
19
20
g. Akurat.
lnformasi seyogyanya bersih dari kesalahan, harus jelas dan
secara tepat mencerminkan makna yang terkandung dari data
pendukungnya.
h. Konsisten.
Informasi tidak boleh mengandung kontradiksi dalam
penyajiannya.
21
22
23
B. L a t i h a n
Untuk lebih memantapkan pengertian Anda mengenai Peran
informasi dalam pembuatan kebijakan; cobalah latihan di bawah
ini.
1. Coba jelaskan perbedaan data dan informasi!
2. Coba jelaskan tentang syarat-syarat informasi yang baik!
3. Coba jelaskan pentingnya informasi dalam pembuatan kebijakan!
4. Coba jelaskan tentang metodologi analisis kebijakan yang dapat
memberikan informasi untuk menjawab lima bentuk pertanyaan!
Apabila Anda belum mampu menjawab latihan tersebut diatas, maka
pelajari kembali kegiatan pembelajaran tentang Peran informasi
dalam pembuatan kebijakan, terutama yang belum anda pahami.
C. Rangkuman
Data adalah fakta yang sedang tidak digunakan dalam proses
pembuatan keputusan, sedangkan informasi adalah data yang telah
diambil kembali, diolah dan digunakan untuk pembuatan keputusan.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk dapat disebut
sebagai informasi yang baik, yaitu : ketersediaan, mudah dipahami,
relevan, bermanfaat, tepat waktu, keandalan, akurat dan konsisten.
24
26
BAB V
AGENDA SETTING
A. U r a i a n
1. Isu-Isu Konseptual
Tahap yang paling kritis dalam proses kebijakan adalah agenda
setting. Agenda setting adalah suatu tahap sebelum perumusan
kebijakan dilahirkan, yaitu bagaimana isu-isu (issues) itu muncul
pada agenda pemerintah yang perlu ditindaklanjuti berupa
tindakan-tindakan pemerintah. Banyak isu yang masuk ke
pemerintah, yang diharapkan agar pemerintah segera mengambil
tindakan, ternyata pemerintah tidak bertindak sesuai dengan
keinginan masyarakat. (Howlett and Ramesh, 1995).
Seperti yang yang telah dibahas dalam sistem kebijakan, isu-isu
atau masalah-masalah itu dapat timbul karena keinginan atau
desakan dari masyarakat. Tetapi dalam kenyataannya, sebelum
masalah-masalah tersebut dipertimbangkan untuk dipecahkan,
harus melalui suatu proses yang kompleks.
Pada dasarnya, agenda setting adalah tentang pengenalan
masalah, yang dihadapi oleh instansi-instansi pemerintah.
Sedangkan Cob and Ross, Seperti dikutip oleh Howlett and
25
27
28
29
B. L a t i h a n
Untuk lebih memantapkan pengertian Anda mengenai Agenda
Setting, cobalah latihan di bawah ini.
1. Coba jelaskan apa yang disebut dengan Agenda dan Agenda
Setting!
2. Jelaskan tentang Systemic Agenda dan Governmental
Agenda!
3. Mengapa isu-isu atau masalah-masalah yang ada di dalam
masyarakat tidak semuanya masuk dalam agenda sistemik dan
apa prasyarat agar dapat masuk ke dalam agenda Sistemik?
4. Jelaskan beberapa faktor yang dapat menyebabkan permasalahan masyarakat dapat masuk ke dalam agenda pemerintah!
Apabila Anda belum mampu menjawab latihan tersebut di atas, maka
pelajari kembali kegiatan pembelajaran tentang Agenda Setting,
terutama yang belum Anda pahami.
C. Rangkuman
Banyak isu atau masalah yang dihadapi oleh pemerintah masuk
dalam agenda pemerintah untuk kemudian dirumuskan permasalahannya.
30
32
BAB VI
A. U r a i a n
1. Implementasi Kebijakan Publik
Implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari
keseluruhan proses kebijakan. Udji (Abdul Wahab, 1991)
mengemukakan: Implementasi kebijakan merupakan
sesuatu yang penting, bahkan mungkin lebih penting
daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan akan
sekedar berupa impian atau rencana yang tersimpan dalam
arsip apabila tidak diimplementasikan.
Meskipun implementasi kebijakan itu penting, akan tetapi baru
beberapa dasa warsa terakhir ini saja para ilmuwan sosial
menaruh perhatian terhadap masalah implementasi dalam proses
kebijakan.
Sebagai akibat kurang adanya perhatian pada implementasi
kebijakan adalah adanya semacam mata rantai yang hilang
antara tahap perumusan kebijakan dan evaluasi kebijakan. Oleh
karena itu sering dikatakan bahwa kebanyakan pemerintah di
31
33
34
a. Compliance (kesesuaian/kepatuhan).
Menentukan apakah implementasi kebijakan tersebut sesuai
dengan standard dan prosedur yang telah ditentukan.
Misalnya, dalam INPRES Desa Tertinggal (IDT), setiap desa
menerima dana IDT sebesar Rp 20.000.000,00 (standard).
Monitoring adalah untuk mengetahui, apakah yang diserahkan
benar-benar Rp 20.000.000,00 per desa.
b. Auditing (pemeriksaan).
Menentukan apakah sumber-sumber pelayanan kepada
kelompok sasaran (target groups) memang benar-benar
sampai kepada mereka.
Misalnya, untuk menentukan apakah dana IDT sebesar
Rp 20.000.000,00 itu benar-benar sampai ke kelompok
sasaran, yaitu kelompok-kelompok masyarakat miskin.
c. Accounting (Akuntansi).
35
36
37
38
B. Latihan
Untuk lebih memantapkan pengertian Anda tentang Implementasi,
Monitoring, dan Evaluasi Kebijakan Publik, cobalah latihan di bawah
ini.
1. Jelaskan tentang pentingnya implementasi kebijakan publik.
2. Jelaskan tentang kebijakan.
3. Jelaskan tentang implementation Gap.
4. Jelaskan tentang kebijakan yang tidak dapat diimplementasikan
(non implementation) dan berikan contohnya.
5. Jelaskan tentang kebijakan yang implementasinya kurang berhasil
(unsuccessful implementtation) dan berikan contohnya
6. Jelaskan pengertian monitoring kebijakan.
7. Jelaskan empat tujuan monitoring kebijakan.
8. Jelaskan pengertian evaluasi kebijakan.
9. Jelaskan kesulitan dalam evaluasi kebijakan.
10.Jelaskan, mengapa evaluasi dikatakan merupakan proses tentang
bentuk-bentuk evaluasi kebijakan.
39
C. Rangkuman
Implementasi kebijakan merupakan aspek penting dari keseluruhan
proses kebijakan, akan tetapi baru beberapa dasa warsa terakhir ini
mendapat perhatian dari para ilmuwan sosial.
Akibat kurangnya perhatian pada implementasi kebijakan ini
menimbulkan adanya implementation gap, yaitu kemungkinan
terjadinya perbedaan antara apa yang diharapkan dengan apa yang
senyatanya dicapai. Kebijakan publik mengandung resiko untuk
mengalami kegagalan. Kegagalan ini dikategorikan menjadi dua,
yaitu non implementation dan unsuccessful implementation.
Tugas implementasi adalah mengembangkan suatu struktur hubungan
antara tujuan kebijakan dengan tindakan pemerintah untuk
merealisasikan tujuan-tujuan kebijakan.
Monitoring kebijakan merupakan kegiatan pengawasan terhadap
implementasi kebijakan. Ada empat tujuan monitoring, yaitu :
Compliance (kesesuaian/kepatuhan), Auditing (pemeriksaan),
Accounting (akuntansi), dan Explanation (penjelasan).
Evaluasi kebijakan adalah suatu pengkajian secara sistematik dan
empiris terhadap akibat-akibat dari suatu kebijakan dan program
pemerintah yang sedang berjalan dan kesesuaiannya dengan tujuan
yang hendak dicapai oleh kebijakan tersebut.
Evaluasi kebijakan, seperti tahap-tahap lain dalam proses kebijakan,
merupakan proses politik, yang melibatkan para birokrat, politisi dan
fihak-fihak di luar pemerintah.
40
42
BAB VII
ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK
A. Uraian
1. Dimensi-dimensi Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan Publik, sebagai usaha untuk mengadakan
informasi dalam pembuatan kebijakan, sebenarnya sudah ada
semenjak manusia mengenal organisasi dan mengetahui tentang
pembuatan keputusan, mulai dari penggunaan cara yang paling
sederhana dan tradisional (berdasarkan mistik) sampai dengan
penggunaan cara-cara ilmiah, baik yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif. Namun sebagai disiplin ilmu tersendiri, kegiatan ilmu
kebijakan dimulai setelah Perang Dunia II, yakni dengan
diterbitkannya buku karya Harolld D. Lasswell dan Daniel Larner,
yang berjudul : The Policy Science: Recent Development in
Scope and Methods pada tahun 1951. Buku ini berorientasi
praktis dan dianggap sebagai buku pertama yang ditulis cukup
sistematis yang menyumbang lahirnya Ilmu Kebijakan sebagai
Ilmu Sosial Terapan (Said Zainal Abidin, 1991).
Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya, para penulis masa
kini lebih menyukai untuk menggunakan istilah Analisis
Kebijakan (Policy Analysis) daripada menggunakan istilah
Ilmu Kebijakan (Policy Science). (Ham and Hill, 1986).
41
43
c. Stuart S. Nagel.
Analisis kebijakan publik adalah penentuan dalam rangka
hubungan antara berbagai alternatif kebijakan dan tujuantujuan kebijakan; manakah di antara berbagai alternatif
kebijakan, keputusan, dan cara-cara lainnya yang terbaik untuk
mencapai sejumlah tujuan-tujuan tertentu.
Kesimpulan:
Analisis Kebijakan Publik adalah:
1) Penelitian untuk mendapatkan data dan informasi yang
berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi.
2) Mencari dan mengkaji berbagai alternatif pemecahan
masalah atau pencapaian tujuan.
3) Tambahan dari William N. Dunn, keduanya dilakukan
secara multidisiplin.
Tujuan dari analisis kebijakan adalah memberikan informasi
kepada pembuat kebijakan, yang dapat dipergunakan untuk
memecahkan masalah-masalah masyarakat. Di samping itu,
analisis kebijakan juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
Aplikasi analisis kebijakan meliputi wilayah permasalahan
yang sangat luas, misalnya energi, pendidikan, hubungan
internasional, kriminalitas, kesejahteraan masyarakat,
pengangguran, transportasi, lingkungan hidup, stabilitas
keamanan, kemiskinan, dan sebagainya. (Dunn, 1994).
44
45
46
47
Analysis for
Policy
48
B. Latihan
Untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda mengenai analisis
kebijakan publik, maka coba jawablah pertanyaan di bawah ini.
1
Analysis of
Policy
Determination
2
Analysis of
Policy Content
3
Policy
Monitoring
and Evaluation
4
Information
for Policy
5
Policy
Advocacy
49
BAB VIII
C. Rangkuman
Ada dua dimensi kebijakan publik, yaitu proses kebijakan dan analisis
kebijakan.
Analisis kebijakan merupakan penerapan metode dan teknik analisis
yang bersifat multidisiplin dalam proses kebijakan.
Dalam analisis kebijakan publik perlu diperhatikan adanya faktorfaktor strategis yang berpengaruh dalam perumusan kebijakan, yaitu
faktor-faktor politik, ekonomi/finansial, administratif/organisatoris,
teknologi, sosial, budaya, agama, dan pertahanan/keamanan.
Ada beberapa aspek dalam analisis kebijakan, yaitu analisis mengenai
perumusan kebijakan, implementasi kebijakan dan analisis mengenai
evaluasi kebijakan.
A. U r a i a n
1. Isu-Isu Konseptual
Apabila pemerintah mengetahui adanya masalah-masalah dalam
masyarakat (public problems) dan pemerintah ingin mengatasinya, maka pembuat kebijakan perlu memutuskan untuk
melakukan serangkaian tindakan untuk mengatasi masalah
tersebut. Untuk itu, pembuat kebijakan harus memilih beberapa
alternatif yang ada untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk
memperoleh alternatif-alternatif tersebut, diperlukan adanya
proses perumusan kebijakan. (Howlett and Ramesh, 1995).
Masalah-masalah kebijakan, publik tidak selalu siap ada
dihadapan pembuat kebijakan. Dalam kenyataannya, pembuat
kebijakan harus melakukan identifikasi masalah sebelum
melakukan perumusan kebijakan.
Seringkali terjadi adanya ketidaksepakatan antara orang satu
dengan orang yang lain. Sesuatu yang dianggap sebagai
masalah oleh seseorang mungkin dipandang bukan masalah
oleh orang lain, karena dianggap malah menguntungkan. Charles
O. Jones, seperti dikutip oleh Islamy (2001), mengemukakan
50
51
52
Mudahnya perpindahan
penduduk dari luar DKI
Jakarta
Kurangnya
pembangunan fasilitas
di daerah-daerah
Meningkatnya
pembangunan
Kota Jakarta
Kurangnya dorongan
perpindahan penduduk
ke daerah lain
53
54
d. Perumusan Model.
b. Perumusan Tujuan/Sasaran.
Tujuan/sasaran adalah suatu akibat yang secara sadar ingin
dicapai atau ingin dihindari. Pada umumnya suatu kebijakan
bertujuan untuk mencapai kebaikan-kebaikan atau
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Teknik analisis tujuan/sasaran yang dapat di gunakan
misalnya analisis sasaran, sebagai kelanjutan analisis
masalah dengan menggunakan pohon masalah.
3) Administratif/organisatoris;
Mengurangi arus
urbanisasi di DKI
Jakarta
4) Teknologi;
5) Sosial, budaya, dan agama;
6) Pertahanan dan Keamanan (Hankam)
1
Membatasi tinggal di
DKI Jakarta
3
Membatasi
Pembangunan di
Jakarta
2
Membangun fasilitas
di daerah-daerah
4
Mendorong
perpindahan penduduk
ke daerah lain
f. Penilaian Alternatif.
Alternatif-alternatif yang ada perlu dinilai berdasarkan
kriteria di atas.
1) Politik.
Alternatif mana yang paling banyak mendapat dukungan
dari para aktor kebijakan.
2) Ekonomi/finansial.
Alternatif mana yang paling banyak menggunakan dana.
c. Perumusan alternatif.
Alternatif adalah pilihan tentang cara atau alat yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan/sasaran. Alternatif ini
dapat diperoleh dari hasil analisis sasaran.
3) Administratif/organisatoris.
Apakah secara administratif/organisatoris, alternatif
tersebut dapat dilaksanakan atau apakah ada organisasiorganisasi yang melaksanakan.
55
4) Teknologi.
Apakah untuk alternatif-alternatif tersebut didukung oleh
tersedianya teknologi yang diperlukan.
5) Sosial, budaya, dan agama.
Apakah alternatif-alternatif tersebut tidak menimbulkan
gejolak sosial, SARA, dan sebagainya.
6) Hankam.
Apakah alternatif-alternatif tersebut dari segi stabilitas
keamanan cukup feasible (layak).
Misalnya, hanya ada empat alternatif kebijakan yang akan
diperhitungkan, yaitu :
1) Membatasi kemungkinan untuk tinggal di Jakarta dengan
tidak memberikan KTP baru bagi mereka yang baru
datang.
2) Membangun fasilitas yang lebih baik di daerah-daerah.
3) Membatasi pertumbuhan kota Jakarta dengan membatasi pertambahan investasi baru.
4) Mendorong perpindahan penduduk ke wilayah lain
dengan lebih mempermudah transportasi laut ke dan dari
wilayah-wilayah diluar Jakarta.
Dengan mengutamakan kriteria feasibilitas (kelayakan)
politik, ekonomi, keuangan, administratif, dan efektivitas (lebih
banyak mencapai hasil, dalam hal ini mengurangi urbanisasi),
kita menilai keempat alternatif tersebut. Setiap alternatif kita
beri nilai secara relatif. Karena kriteria ada lima, Maka yang
paling baik sekali kita beri nilai 5, baik sekali diberi nilai 4,
baik diberi nilai 3, sedang diberi nilai 2, dan kurang baik diberi
nilai 1.
56
Alternatif 2 :
Dari segi politik paling baik sekali. Mengembangkan
kemampuan daerah dan mudah mendapat dukungan
masyarakat dan kekuatan-kekuatan politik yang ada.
Dari segi ekonomi paling baik sekali. Pembangunan daerah
merupakan strategi yang memang harus dilakukan untuk
menghilangkan ketimpangan antar daerah dan memperkuat
basis perekonomian nasional, memperluas pasar dan daya
beli dalam negeri, serta pemanfaatan sumber daya nasional
secara luas.
57
58
Alternatif 4 :
Alternatif 3 :
59
Tabel 1
NO. Kriteria
Pol
1.
Membatasi tinggal di1
Jakarta
Ek
2
Keu Adm
5
1
Eft
3
Jml
12
2.
Membangun Daerah
17
3.
Membatasi Pembangunan-Pembangun
an Jakarta
4.
Membangun Transpor
tasi ke Daerah lain.
16
: 3
Kriteria ekonomi
: 5
Kriteria keuangan
: 2
60
Kriteria administrasi
: 3
Kriteria efektifitas
: 4
Pol
Ek
Keu Adm
Eft
Jml
1.
38
2.
Membangun Daerah
5x3
64
3.
Membatasi Pemba1x3
ngunan-Pembangunan
Jakarta
30
4.
Membangun Transpor 5 x 3
tasi ke Daerah lain.
60
61
B. Latihan
Untuk lebih memantapkan pengertian Anda mengenai Perumusan
Kebijakan Publik, cobalah latihan di bawah ini.
1. Jelaskan pengertian masalah menurut David G. Smith!
2. Jelaskan pengertian peristiwa menurut Jones, yang terkait
dengan perumusan masalah kebijakan publik!
3. Jelaskan pengertian Public problem dan private problem!
4. Jelaskan langkah-langkah perumusan kebijakan publik!
Apabila Anda belum mampu menjawab latihan tersebut di atas, maka
pelajari kembali kegiatan pembelajaran tentang Perumusan
Kebijakan Publik, terutama yang belum Anda pahami.
C. Rangkuman
Tahap pertama proses kebijakan publik adalah perumusan kebijakan.
Langkah pertama dalam perumusan kebijakan adalah perumusan
masalah kebijakan.
Dalam kebijakan publik dikenal apa yang di sebut public problem
dan private problem.
Langkah kedua dalam perumusan kebijakan adalah perumusan
tujuan/sasaran.
Langkah ketiga adalah perumusan alternatif kebijakan.
62
64
BAB IX
PENUTUP
A. Simpulan
Kemajuan suatu negara ditentukan oleh kebijakan publik yang
dimilikinya. Oleh karena itu untuk mengetahui kualitas suatu
kebijakan publik, diperlukan kemampuan untuk menganalisis
kebijakan publik. Namun untuk melakukan analisis tersebut secara
tepat, terlebih dahulu perlu dipahami esensi kebijakan publik itu.
Kebijakan publik itu sendiri adalah suatu kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah/negara yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat.
Tujuannya adalah untuk memecahkan masalah-masalah yang ada
di dalam masyarakat.
Untuk menghasilkan kebijakan publik yang baik, maka kebijakan
publik perlu dilihat sebagai suatu sistem, yang terdiri dari unsur input
yakni masalah kebijakan publik, proses yang berupa pembuatan
kebijakan publik, dan output yakni kebijakan publik dan dampak
(impact) yang ditimbulkan terhadap kelompok sasaran (target
group). Disamping itu, kebijakan publik dapat pula dilihat sebagai
proses yang meliputi tahap perumusan masalah, implementasi,
monitoring, dan evaluasi kebijakan publik.
Dalam tahap perumusan masalah, kebijakan publik memerlukan input
yang berupa data dan informasi. Pengelolaan data dan informasi
kebijakan publik perlu dilaksanakan dengan baik agar dapat secara
akurat memecahkan permasalahan yang ada dalam masyarakat.
Selanjutnya, kebijakan publik memasuki tahapan implementasi,
kemudian monitoring dan terakhir adalah evaluasi. Implementasi
adalah tindakan pemerintah untuk merealisasikan tujuan-tujuan
63
B. Tindak Lanjut
Pejabat Struktural Eselon III dituntut untuk mengimplementasikan
berbagai kebijakan publik yang terkait dengan sektor atau bidang
yang menjadi tugas pokoknya. Implementasi kebijakan-kebijakan
tersebut dapat berlangsung secara efektif apabila esensi kebijakankebijakan tersebut yang meliputi sistem dan prosesnya dapat
dipahami.
Oleh karena itu berbekal hasil-hasil belajar pada modul Analisis
Kebijakan Publik ini, peserta diharapkan mampu menerapkan
kebijakan-kebijakan publik yang terkait dengan sektor atau bidangnya
masing-masing, dan secara proaktif melakukan analisis terhadapnya
terutama pada aspek implementasinya di lapangan, dan apabila
terdapat permasalahan dapat menyusun dan menyampaikan hasil
analisisnya kepada atasannya guna penyempurnaan kebijakan
tersebut. Kesemua ini dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja
instansi masing-masing peserta.
65
Daftar Pustaka
Abdul Wahab, Solichin. (1990). Pengantar Analisis Kebijaksanaan
Negara, Jakarta: Rineka Cipta.
66
Ham, Christopher and Michael Hill (1980). The Policy Process in The
Modern Capitalist State, Brighton, Sussex: Wheatsheaf Book,
Ltd.
Hill, Michael (Ed.) (1997). The Policy Process, Harlow, Essex, England:
Prentice-Hall, Inc.
Hogwood, Brian W. and Lewis A. Gunn (1985). Policy Analysis for
the Real World, Oxford: Oxford University Press.
Howlett, Michael and M. Rarnesh (1995). Studying Public Policy. Policy
Cycles and Policy Subsystems, Oxford: Oxford University Press.
Islamy, M. Irfan, (2001). Prinsip - prinsip Perumusan Kebijaksanaan
Negara, Jakarta: Bina Aksara.
Jones, Charles O. (1984). An Introduction to The Study of Public
Policy,Massachusetts: Duxbury Press.
67
68