Status Ujian Tonsilofaringitis H
Status Ujian Tonsilofaringitis H
TONSILOFARINGITIS AKUT
Pembimbing :
Prof. dr. Supomo Sukardono, Sp. THT-KL (K)
Disusun oleh :
Richard Bun
2014-061-188
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT TELINGA, HIDUNG, & TENGGOROKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK ATMA JAYA
RUMAH SAKIT PANTI RAPIH - YOGYAKARTA
24 Oktober 2016 26 November 2016
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. B
Umur
: 7 tahun
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Pendidikan
II.
: SD
Alamat
Suku bangsa
: Jawa
Tanggal periksa
: 4 November 2016
o Keluhan Tambahan
SMRS
o Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dibawa oleh ayahnya ke poli THT RS Panti Rapih
karena keluhan nyeri tenggorokan sejak 3 hari SMRS. Nyeri tenggorokan
dapat dirasakan tiba-tiba, dirasakan timbul sepanjang hari, terus menerus,
nyeri tidak menjalar, bertambah berat terutama saat pasien menelan
makanan. Nyeri juga dirasakan pada bagian leher. Gejala ini disertai
demam yang muncul 3 hari SMRS, demam dirasakan dapat muncul kapan
saja, naik turun (suhu tidak diukur, cukup tinggi namun tidak sampai
menggigil). Pasien juga mengeluhkan adanya batuk berdahak sejak 3 hari
SMRS. Batuk dirasakan muncul kadang-kadang, bisa kapan saja. Lendir
dahak yang keluar setelah batuk berupa cairan kuning kehijauan kental,
kadang sedikit berbau, namun tidak ada darah. Pasien menyangkal adanya
keluhan lain seperti penurunan nafsu makan, nyeri kepala, pusing, pilek,
hidung tersumbat, nyeri pada telinga, perubahan suara, bau mulut, suara
serak, sesak napas, dan mengorok saat tidur. Gangguan BAB,
nyeri/kemerahan pada mata, hingga ruam pada kulit juga disangkal.
3 hari SMRS pasien diberi minum obat paracetamol. Setelah diberi
obat keluhan nyeri dan demam berkurang namun muncul lagi saat malam
hari. 1 hari SMRS pasien. Pasien belum berobat ke dokter untuk keluhan
tersebut.
Pasien minum air putih 4-5 gelas dalam 1 hari, pasien lebih banyak
mengkonsumsi minuman manis seperti softdrink
III.
PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan umum
- Kesadaran
: Compos mentis
- Berat badan
: 20 kg
- Tinggi badan
: 118 cm
- Tanda vital
Suhu
: Subfebris
Tekanan darah
: 110/60 mmHg
Respirasi
: 20 x/menit
Laju nadi
: 80 x/menit, teratur-kuat-penuh
Pemeriksaan fisik :
o Mata
o Telinga
Dekstra
Telinga luar
Aurikula: laserasi (-), hematoma (-), edema (-), massa (-), kista
(-), nyeri tarik aurikula (-)
Sinistra
Telinga luar
Aurikula: laserasi (-), hematoma (-), edema (-), massa (-), kista
(-), nyeri tarik aurikula (-)
o Hidung
Inspeksi dan palpasi hidung luar:
Perdarahan (-), tanda radang (-)
Deformitas (-)
Krepitasi (-)
Rhinoskopi Anterior :
o Vestibulum: sekret (-), hiperemis (-), edema (-), laserasi (-),
krusta (-), darah (-).
o Cavum nasi: lapang, hiperemis (-), edema (-), secret (-),
o Pemeriksaan Tenggorok
Rongga mulut
Stomatitis (-)
Hiperemis
pada
rongga
mulut (-)
Lidah
detritus (+)
Faring : mukosa faring hiperemis (+), edema (+), sekret (+)
pseudomembran (-)
Uvula edema
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
RESUME
Anak laki-laki usia 7 tahun datang dengan keluhan nyeri tenggorokan
terutama saat menelan sejak 3 hari SMRS. Gejala ini juga disertai demam
dan batuk berdahak yang muncul sejak 3 hari SMRS yang dapat muncul
kapan saja sepanjang hari Batuk dirasakan muncul kadang-kadang, bisa
kapan saja. Lendir dahak yang keluar setelah batuk berupa cairan kuning
kehijauan kental, kadang sedikit berbau. 3 hari SMRS pasien sudah
diberikan paracetamol keluhan masih muncul. 1 hari SMRS.
Pada pemeriksaan mulut dan orofaring, didapatkan faring tampak
hiperemis, edema, dan terdapat sekret. Tonsila palatina tampak hiperemis,
edema, ukuran T3/T3, dengan detritus, disertai edema uvula. Pada
pemeriksaan fisik telinga dan hidung tidak ada kelainan.
Tabel Gejala & Penyakit Nasofaring & Orofaring
1.
KONGENITAL
Gejala / Penyakit
Laryngomalasia
Atresia
Laringocele
Kasus
Laring
+
-
Ekspiratoar
Distress
Pernapasan
Kesulitan Minum
Gangguan
+
+
Tumbuh Kembang
Suara Serak
Sesak Napas
Sinus
+
+
-
+
+
Menggembung
2.
Kongenital
+
+
Stridor Inspiratoar
Stridor
INFLAMASI
Gejala / Penyakit
Faringiti
Laringiti
Esofagitis
Tonsiliti
Kasu
Demam
Gatal di tenggorok
Lesu
Nyeri sendi
Nyeri menelan
Tidak nafsu makan
Nyeri telinga
Serak
Malaise
Batuk kering dengan
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Erosiva
-
dahak kental
Sukar menelan
Obstruksi jalan nafas
Gangguan asam basa
Trismus
Lidah kotor
Nyeri kepala
Halitosis
Pembesaran
KGB
regional
Rasa panas dan sakit
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
-
+
+
+
-
+
+
+
+
+
di orofaring
3.
INFEKSI
Tanda dan Gejala
Angina
Tonsilitis
Peritonsiler
Kasus
Demam
Odinofagia
Nyeri leher
Pembengkakan
Ludwig
+
+
+
+
Difteri
+
+
-
Abses
+
+
+ dan nyeri
+
+
+
+
-
Submandibuler
Dasar mulut bengkak
Lidah terdorong ke
+
+
tekan
-
atas
Sesak Nafas
Nyeri kepala
Tidak nafsu makan
Badan lemah
Mual muntah
Mulut berbau
Hipersalivasi
Membran
mudah
+
-
+
+
+
+
+
+
+
+
-
berdarah
Otalgia
Trismus
Halitosis
Bradikardia
Tonsil tertutup bercak
+
+
+
+
+
-
putih
Palatum
Molle
bengkak
4.
KORPUS ALIENUM
Tanda dan Gejala
Disfonia
Stridor
Retraksi Suprasternal,
Laring
+
+
+
Trakea
-
Bronkus
-
Esofagus
-
Kasus
-
klavikula
Sianosis
Batuk
Nafas berbunyi
Sesak Nafas
Palpatory thud/audible
+
-
+
+
+
+
+
+
+
-
snap
Check/ball valve
atelektasis pulmo
Nyeri menelan
Sulit menelan
Regurgitasi
Hipersalivasi
Hematemesis
Nyeri dada/epigastrium
+
+
+
+
+
+
+
-
emfisema
Stop
valve
5.
NEOPLASMA
Tanda dan
Karsinoma
Angiofibroma
Tumor
Tumor
Kasu
Gejala
Nasofaring
Nasofaring
Ganas
Ganas
Epistaksis
Remaja
+ berulang dan
Laring
-
Esofagus
-
Pilek
Hidung
+
+
masif
+
+ progresif
Tersumbat
Tinitus
Nyeri telinga
Diplopia
Parestesi pipi
Neuralgia
Parese arkus
+
+
+
+
+
+
+
-
+
-
faring
Sering
leher
Gangguan
penghidu
Tuli
Nyeri kepala
+
+
hebat
Deformitas
wajah
Serak
Batuk sampai
+
+
distress nafas
Hemoptysis
Nyeri
+
-
menelan
Sulit menelan
Regurgitasi
+
+
bercak darah
Penurunan
BB
Nyeri
retrosternal
Stridor
tersedak
Benjolan
di
disertai
ekspirasi
6.
LAIN-LAIN
Hiperplasia Tonsil
Hiperplasia
Kasu
Obstruksi nasal
Sulit makan
Faringeal/Adenoid
+
+
Tonsil
+
+
s
+
Stridor
Mendengkur
Adenoid face
Pembesaran
Limfonodus
Submandibula
Rhinolalia Clausa
Obstruksi Isthmus fauction
+
+
+
+
+
-
DIAGNOSIS KERJA
Tonsilofaringitis Akut folikularis dengan otalgia ec referred pain
VI.
DIAGNOSIS BANDING
Tonsilofaringitis
Peritonsilar Abses
VII.
PENATALAKSANAAN
Preventive
:
- Edukasi untuk mengubah pola makan (mengurangi konsumsi snack,
gorengan, minuman dingin, soda, es, dan makanan manis (coklat,
gula), serta meningkatkan asupan air putih)
Konservatif
-
Medikamentosa
-
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
: bonam
Quo ad sanationam
: bonam
TINJAUAN PUSTAKA
I.
ANATOMI TENGGOROKAN
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corong,
yang menyempit di bagian inferiornya. Faring berawal dari dasar tengkorak dan
terus menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal-6. Bagian superior faring
berhubungan dengan rongga hidung, bagian anterior berhubungan dengan rongga
mulut melalui istmus orofaring, sedangkan bagian inferior berhubungan dengan
esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm.
Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring.1,2
DEFINISI
Menurut Dorlands Medical Dictionary, tonsilitis adalah peradangan pada
tonsil, terutama tonsil palatina; sedangkan faringitis adalah peradangan pada faring.
Tonsilofaringitis merupakan gabungan dari 2 penyakit, yaitu radang pada tonsil dan
faring. Tonsilitis dapat terjadi pada semua umur; terutama pada anak anak.
Sumber infeksi dapat melalui udara (air borne infection), benda yang dimasukan ke
dalam mulut, dan kontak saliva.1,3
III.
ETIOLOGI
Tonsilofaringitis biasanya disebabkan oleh infeksi virus, paling sering
disebabkan oleh common cold virus (adenovirus, rhinovirus, influenza, coronavirus,
dan respiratory syncytial virus). Pada kasus yang lebih jarang, tonsilofaringitis
dapat disebabkan oleh virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks, sitomegalovirus,
atau Human Immunodeficiency Virus (HIV).3
Selain karena infeksi virus, tonsilofaringitis juga dapat disebabkan oleh
infeksi bakteri. Group A beta-hemolytic streptococcal (GABHS) merupakan
penyebab tersering tonsilofaringitis yang disebabkan oleh bakteri. GABHS paling
sering terjadi pada populasi usia antara 5 - 15 tahun, dan jarang terjadi pada usia <3
tahun. Bakteri lainnya yang juga dapat menyebabkan tonsilofaringitis adalah
Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, dan
Chlamydia pneumoniae. Infeksi jamur jarang ditemukan pada tonsilofaringitis dan
Candida albicans merupakan penyebab tersering tonsilofaringitis akibat infeksi
jamur.3
IV.
KLASIFIKASI
Tonsilitis dibagi menjadi beberapa klasifikasi, yaitu:4,5
1. Tonsilitis akut
Tonsilitis akut ditandai dengan tonsil hiperemis, edema, dan tanpa eksudat.
Dapat ditemukan detritus, baik dalam bentuk bercak kuning /folikel limfatik
(folikularis), bercak yang menyatu jadi memanjang (lakunaris), atau bercak
yang membentuk membran (pneumokokus).
2. Tonsillitis akut rekuren
Tonsilitis yang terjadi 4-7 episode tonsillitis akut selama 1 tahun atau 5
episode selama 2 tahun berturut-turut atau 3 episode per tahun selama 3 tahun
berturut-turut.
3. Tonsilitis kronis persisten
Tonsilitis kronis persisten adalah tonsillitis dengan gejala radang tenggorokan
yang kronis, bau mulut, debris pada tonsil yang banyak (tonsillolith),
peritonsilar eritem, dan nyeri servikal adenopati tanpa adanya infeksi pada
sumber lain, seperti sinusitis dan infeksi tonsil lain.
4. Hiperplasia obstruktif tonsilar
Tonsillitis dengan gejala pembesaran tonsil yang menyebabkan obstruksi
napas, sering terbangun pada saat tidur, dan terjadi perubahan kraniofasial.
VI.
PATOFISIOLOGI
Pada faringitis infeksius, bakteri atau virus dapat secara langsung menginvasi
mukosa faring, menyebabkan respon inflamasi lokal. Virus lain seperti rhinovirus
dan coronavirus, dapat menyebabkan iritasi terhadap mukosa faring secara
sekunder akibat sekresi nasal.6
Infeksi streptococcal dikarakteristikan dengan adanya invasi lokal dan
pelepasan dari toksin dan protease ekstraselular. Sebagai tambahan, fragmen M
protein dari serotipe tertentu dari Streptococcus Grup A menyerupai antigen
miokardial sarkolema dan berhubungan dengan terjadinya demam reumatik dan
kerusakan katup jantung.6
DIAGNOSIS
Evaluasi klinis
Faringitis sendiri biasanya dengan mudah ditegakkan secara klinis. Namun
tidak untuk penyebabnya. Rhinorrea dan batuk biasanya mengindikasikan
penyebab virus. Membran kotor keabuan, tebal, dan keras yang berdarah jika
TATA LAKSANA
Tatalaksana suportif termasuk anti-inflamasi, analgesia, hidrasi, dan istirahat.
Analgesik dapat diberikan secara sistemik atau topikal. Anti inflamasi non steroid
biasanya merupakan analgesik sistemik yang efektif. Beberapa dokter juga
memberikan dosis tunggal kortikosteroid (deksametason 10 mg intramuskular) yang
dapat memperpendek durasi gejala. Analgesik topikal tersedia dalam lozenges dan
spray; kandungannya terdiri dari benzocaine, phenol, lidokain, dan substansi
lainnya. Agen topikal ini dapat mengurangi nyeri, namun harus digunakan berulang
dan sering mempengaruhi indra pengecap.1,3,4
Penisilin merupakan obat pilihan untuk tonsilofaringitis GABHS, dengan
dosis 250 mg per oral 2 kali sehari selama 10 hari untuk pasien <30 kg dan 500 mg
untuk pasien >30 kg. Selain itu, amoxicillin dapat juga menjadi pilihan obat yang
efektif untuk tonsilitis. Pada pasien yang alergi terhadap penisilin, sefalosporin
generasi 1, dan klindamisin, dapat digunakan antibiotic golongan makrolid.
Selain medikamentosa, penting pula untuk memberikan edukasi pada
pasiendengan tonsilitis, terutama dalam mengubah pola hidup, seperti mengurangi
makanan dan minuman yang dapat memperparah gejala (makanan berminyak,
pedas, manis, dan minuman dingin).
Selain secara suportif, tindakan penanganan yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan pembedahan untuk mengangkat tonsil atau disebut tonsilektomi.
Namun untuk melakukan tindakan tonsilektomi, perlu memenuhi indikasi dari
tindakan tersebut. Indikasi ini dibagi menjadi 2, yaitu:
i.
Indikasi Absolut
1. Timbulnya kor pulmonale karena obstruksi jalan nafas yang kronis.
2. Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apnea saat tidur.
Indikasi Relatif
1. Terjadi 3 kali atau lebih infeksi tonsil per tahun, meskipun tidak diberi
pengobatan medis yang adekuat.
2. Halitosis akibat tonsilitis kronis yang tidak memberi respon dengan
pemberian medis.
3. Tonsilitis kronis atau berulang pada karier streptokokus yang tidak
membaik dengan antibiotik (kuman resisten terhadap beta laktamase /
episode berulang dari infeksi Streptokokus beta hemolitikus grup A).
Di samping indikasi indikasi absolut, indikasi tonsilektomi lainnya yang
6. Asma
7. Tonus otot yang lemah
8. Sinusitis
DAFTAR PUSTAKA
from:
http://www.msdmanuals.com/professional/ear,-nose,-and-throat-
disorders/oral-and-pharyngeal-disorders/tonsillopharyngitis
4. Johnson J, Rosen C. Baileyss Head and Neck Surgery-Otolaryngology. 5th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2014.
5. Soekardono S. Buku Ajar Ringkas Ilmu Kesehatan THT-KL. Yogyakarta; 2011.
6. Pharyngitis: Practice Essentials, Background, Pathophysiology. 2015 Sep 18 [cited
2016 Oct 2]; Available from: http://emedicine.medscape.com/article/764304overview